Anda di halaman 1dari 5

RESUME TARGET KETRAMPILAN KLINIK

Perawatan Trakeostomi
NAMA : Rosi Handayani
NPM :220112200592

1. Definisi :
Trakeostomi adalah prosedur pembuatan lubang pada tenggorokan untuk membantu napas
atau membuat saluran napas alternatif.
2. Tujuan pemasangan trakeostomi
a. Meningkatkan kenyamanan pasien,
b. Memudahkan melakukan suction pada saluran napas dan mulut
c. Mengurangi terjadinya ekstubasi
d. Meningkatkan pelepasan penggunaan ventilator
3. Jenis kanul :
a. Dengan Cuff : Kanul yang memiliki cuff umumnya digunakan untuk pasien yang
mengalami kesulitan menelan atau pada pasien dengan ventilator. tekanan udara
dalam cuff dipertahankan pada 20-25 mmHg, jika lebbih tinggi cuff dapat menekan
trakea dan dapat menyebabkan iskemia mukosa dan stenosis trakea. Jika tekanan
rendah, trakeostomi akan mudah lepas dan dapat meningkatkan terjadinya
pneuomonia nosokomial.
b. Tanpa cuff : kanul yang tidak bercuff digunakan untuk menjaga jalan nafas pasien saat
ventilator tidak diperlukan, tipe ini juga biasa digunakan pada pasien yang tidak
memiliki risiko aspirasi; tumor; gangguan neuromuskular, pada anak-anak dan
neonatus.
4. Jenis pemasangan trakeostomi :
a. Trakeostomi emergensi : dilakukan pada kasus seperti obstruksi jalan nafas atas yang
tidak bisa diintubasi.
b. Trakeosmi elektif : merupakan trakeostomi semi darurat dan masih memiliki pilihan
tindakan lain.
c. Trakeostomi perkutan : adalah suatu teknik yang dilakukan dengan minimal invasif
dan bersifat sementara.
5. Indikasi dan kontraindikasi :
Indikasi dari pemasangan trakeostomi adalah pada pasien dengan kegagalan pernafasan akut
yang membutuhkan penggunaan ventilator berkepanjangan, terdapat kondisi katastropik yang
membutuhkan jalan napas/ventilator atau keduanya dan mengalami obstruksi jalan nafas
bagian atas, bagian dari prosedur lain. Trakeostomi tidak memiliki kontraindikasi,
kontraindikasi relatif terdapat pada pasien dengan karsinoma laring.

6. Komplikasi :
a. Komplikasi dini dari prosedur trakeostomi adalah
pendarahan, pneumotoraks, terjadi cedera pada saraf didekat tenggorokan yang dapat
menyebabkan masalah berbicara atau menelan, infeksi pada tenggorokan atau
jaringan disekitar.
b. Komplikasi jangka panjang adalah
Luka trakeostomi yang tidak sembuh dengan baik dan mengalami pendarahan, tabung
trakeostomi tersumbat karena lendir dan cairan, trakeomalasia yaitu kondisi
kelemahan trakea dan tracheoesophageal fistula (TEF) yaitu kelainan pada esofagus
7. Alat dan bahan :
a. 2 sarung tangan
b. Wadah bersih
c. NaCl
d. Kassa steril
e. Kain bersih
f. Bengkok
g. Cotton bud bersih
8. Prosedur :
a. Cuci tangan
b. Letakan alat-alat yang akan digunakan
c. Lakukan pemeriksaan paru apakah perlu dilakukan suction terlebih dahulu
d. Posisikan klien
e. Kenakan sarung tangan
f. Ambil kanul bagian dalam dan bersihkan menggunakan normal salin/NaCl
g. Bersihkan kanula bagian dalam dengan pembersih pipa atau sikat kecil.
h. Bilas kembali dan keringkan
i. Letakkan kembali kanul bagian dalam
j. Bersihkan bagian kanul oksigen yang pasien gunakan
k. Lepas perban lama disekitar leher dan bersihkan menggunakan kasa dan NaCl
l. Periksa kulit di sekitar stoma untuk kemerahan, kekerasan, nyeri tekan, drainase atau
bau busuk.
m. Keringkan area kulit sekitar stoma dengan kain bersih, ganti dengan kassa yang baru
n. Ganti tali pengikat
o. Pasang kembali oksigen
9. Cara merawat :
Cara merawat trakeostomi adalah dengan pemberian humidifikasi buatan yaitu dengan
nebulizer agar bagian trakea tidak mengalami kekeringan dan memicu terjadinya
penumpukan sekret, selain itu pengisapan sekret secara berkala juga diperlukan untuk
menurukan risiko sumbatan pada kanul, pembersihan pada kanul bagian dalam juga
diperlukan untuk mencegah adanya sekret yang menyumbat aliran udara, yang terakhir
adalah perawatan stoma lubang pada trakeostomi dengan memberikan kasa disekitarnya
untuk mencegah terjadinya infeksi luka operasi. Prinsip yang digunakan saat pembersihan
dan pengisapan lendir adalah steril untuk mencegah terjadi infeksi.
10. Hal-hal yang harus dierhatikan :
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dimulainya perawatan trakeostomi,
yang pertama adalah memasaang oximeter, pasien dengan trakeostomi cenderung terpasang
oksigen tambahan, saat akan dilakukan perawatan trakeostomi perhatikan saturasi oksigen
pasien. Pada pasien yang terpasang trakeostomi dengan cuff, periksa kondisi cuff apakah
mengalami kekurangan udara atau tidak dengan menggunakan cuff inflator pressure untuk
mencegah kanul terlepas saat prosedur dilakukan. Hal yang harus diperhatikan setelah
dilakukan tindakan perawatan trakeostomi adalah monitor saturasi oksigen pasien dan tanda-
tanda vital pasien, monitor warna kulit disekitar stoma dan kebersihan diarea luar.
Daftar pustaka
Bice, T., Nelson, J. E., & Carson, S. S. (2015). To Trach or Not to Trach: Uncertainty in the
Care of the Chronically Critically Ill. Seminars in respiratory and critical care medicine,
36(6), 851–858. https://doi.org/10.1055/s-0035-1564872

Cheung, N. H., Napolitano, L. N. (2014). Tracheostomy: Epidemiology, Indications, Timing,


Technique, and Outcomes. 59 (6) 895-919; DOI: 10.4187/respcare.02971

Cleveland Clinic. (n.d). Tracheostomy Care.


https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17568-tracheostomy-care

Killings KN, Curtis BL. Tracheal tube cuff care. In: Lynn-McHale Wiegand D, ed. AACN
Procedure Manual for Critical Care. 6th ed. St. Louis, MO: Elsevier Saunders; 2011:88–95.

Morris LL, Whitmer A, McIntosh E. (2013). Tracheostomy care and complications in the
intensive care unit. Crit Care Nurse, 33(5):18–30.

National Health Service. (2019). Tracheostomy.


https://www.nhs.uk/conditions/tracheostomy/

Parker., L. C. (2014). Tracheostomy Care, Nursing Critical Care. 9(6):38-41


doi: 10.1097/01.CCN.0000453466.57833.dd

Anda mungkin juga menyukai