Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI TINDAKAN

NAMA : KASMA YULIANI


NIM : R014172035

Tindakan keperawatan yang dilakukan : melakukan suction pada tube trakeostomi


A. Nama klien : Tn. L
B. Diagnosa Medis : Traumatic Brain Injury
C. Tanggal dilakukan : 3 Maret 2018
D. Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan mukus yang berlebihan (Domain 11:
Keamanan/perlindungan, Kelas 2: Cedera Fisik-
00031)
E. Tujuan Tindakan : mengeluarkan sekret/mukus melalui trakeostomi
F. Prinsip dan rasional tindakan:
Menurut [ CITATION Jac14 \l 1033 ] beberapa prinsip yang mendasar untuk dilakukan
pada saat melakukan pengisapan endotracheal adalah sebagai berikut:
No Tindakan Keperawatan Rasionalisasi
.
1. Nilai kedalaman dan frekuensi Memastikan untuk pengisapan
pernapasan, auskultasi bunyi napas.
Pantau frekuensu denyut janting bila
pasien berada salam pemantauan jantung
yang kuntinyu. Bila analisa gas darah
arteri diambil secara rutin, periksa nilai
awalnya
2. Jelaskan prosedur dan apa yang Penjelasan yang lengkap akan mengurangi
dirasakan pasien selama prosedur kepada kecemasan pasien dan mendorong kerjasama
pasien (bila sadar)/keluarganya dari pasien
3. Bantu pasien berada dalam posisi Posisi duduk membantu pasien untuk dapat
semifowler atau fowler bila sadar. Pasien bantu dan bernapas lebih mudah. Posisi ini
tidak sadar harus diposisikan miring juga memanfaatkan gaya gravitasi untuk
menghadap anda. mempermudah pemasukan kateter. Posisi
miring mencegah penyumbatan saluran
napas dan merangsang pengeluaran sekret.
4. Kumpulkan peralatan, periksa fungsi Pastikan semua alat berfungsi dengan baik
peralatan pengisap dan kantung resusitasi sebelum melakukan teknik steril, untuk
manual tersambung pada sumber oksigen mencegah terjadinya gangguan, pemakaian
100% oksigen 100% akan membantu mencegah
hipoksia.
5. Pakai masker wajah dan cuci tangan Mencegah infeksi
6. Buka nampan steril. Ambil duk dan
letakkkan di atas dada pasien. buka swab
alkohol dan letakkan di sudut duk.
7. Buka set kateter steril dan letakkan
kateter di dalam nampan steril. Isi
mangkuk dengan air steril
8. Bila pasien sedang diventilasi mekanik,
pastikan bahwa pelepasan sambungan
ventilator dapat dilakukan dengan satu
tangan.
9. Pakai sarung tangan steril. Pakai satu Tangan yang dibuat steril garus tetap tidak
tangan yang bersih untuk melepas terkontaminasi sehingga mikroorganisme
sambungan, memompa dan tidak masuk ke dalam paru-paru. Tangan
mengendalikan pengisapan. Biasanya lain yang memakai sarung tangan
tangan yang dominan dijaga tetap steril melindungi perawat dari infeksi.
dan akan dipakai untuk memutar kateter
pengisap
10. Sambumngkan kateter ke mesin pengisap
11. Dengan tangan yang bersih, lepaskan Mencegah kontaminasi sambungan
sambungan ventilator, alat CPAP atau
sumber oksigen lainnya dari pasien
(letakkan sambungan ventilator diatas
duk steril dan lipat salah satu sudut duk
untuk menutupi sambungan agar jangan
ssampai ada cairan yang menciprat area
tersebut
12. Ventilasikan dan oksigenasikan pasien Ventilasi sebelum penghisapan membantu
menggunakan kantung resusitasi, tekan mencegah hipoksia. Usaha untuk
secara kuat dan setotal mungkin, kurang memventilasi melawan usaha bernapas
lebih 4-5 kali menggunakan tangan yang pasien sendiri dapat menimbulkan tekanan
bersih. Pada pasien yang bernafas asaluran pernapasan yang tinggi yang
spontan, koordinasikan ventilasi manual merupakan risiko terjadinya barotrauma
dengan usaha minta bantuan perawat atau
terapis pernapasan untuk memompa)
13. Lumasi kateter dengan mencelupkannya Pelumasan memudahkan pemasukan.
dalam wadah NaCl 0.9%/ air steril
14. Nyalakan mesin pengisap menggunakan
tangan yang bersih
15. Lakukan pengisapam dengan melepaskan Memutar kateter ketika ditarik membantu
ibu jari dari port Y atau dengan membersihkan permukaan saluran
melepaskan jepitan tangan pada kateter. pernapasan dan mencegah terjadinya cedera
Rotasikan kateter secara perlahan pada mukosa trakea.
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
dari tangan steril ketika kateter ditarik
16. Lakukan pengisapan dengan waktu Mengisap lebih lama dari 10 detik dapat
maksimal hanya 10 detik. Hiperventilasi menimbulkan hipoksia. Hiperventilasi akan
3-5 kali di antara pengisapan atau dorong menyebabkan reoksigenasi paru-paru.
pasien untuk batuk dan bernapas dalam
di atara pengsiapan yang satu dengan
yang lainnya
17. Bilas kateter di antara pengisapan dengan Membilas akan membersihkan kateter dan
memasukkan ujung kateter di dalam melumasinya untuk pemasukan yang
cangkir berisi air steril dan kemudian berikutnya
lakukan pengisapan lagi.
18. Ulangi pengisapan sesuai kebutuhan dan Memberikan interval waktu dan memasang
sesaui dengan toleransi pasien terhadap kembali pemberian oksigen membantu
prosedur. Biarkan pasien beristirahat mengkompensasi hipoksia akibat
paling tidak selama satu menit di antara pengisapan sebelumnya. Iritasi akibat
pengisapan dan pasang kembali pengisapan yang terlalu banyak akan
pemberian oksigen bila perlu. Jangan menimbulkan peningkatan jumlah sekret
melakukan lebih dari empat kali isapan
pada setiap episode pengisapan
19. Ketika saluran napas sudah bersih,
pasang kembali ventilator atau CPAP
atau sumber pemberian oksigen lainnya
20. Isap sekret oral dan orofaring Mengeluarkan sekret oral yang menumpuk
21. Ketika prosedur sudah selesai dilakukan, Mencegah transmisi mikroorganisme
matikan mesin pengisap dan lepaskan
kateter dari selang pengisap. Lepas
sarung tangan secara terbalik dan buang
sarung tangan serta kateter pada tempat
yang seharusnya
22. Simpan kembali alat-alat, bersihkan
kantung ambu dan masker dengan
alkohol; tutup dengan sarung tangan
steril atau kasa steril 4 x 4 dan cuci
tangan
23. Posisikan pasien secara nyaman. Auskultasi membanhtu memastikan apakah
Auskultasi area paru-paru saluran pernapasan sudah bersih dari sekret
atau belum
24. Catat waktu pengisapan dan ciri serta Memberikan dokumentasi yang akurat dan
jumlah sekret. Perhatikan pula pola memberikan perawatan yang komprehensif
pernapasan pasien sebelum dan sesudah
pengisapan
25. Lakukan prosedur hygiene oral bila Sekret pernapasan yang menumpuk akan
dibutuhkan mengiritasi membran mukosa dan
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
G. Analisa tindakan yang dilakukan :
Pemberian suction pada pasien dilakukan untuk melonggarkan jalan napas.
Suction biasanya diberikan pada pasien yang terpasang endotracheal tube atau pasien
yang terpasang trakeostomi. Biasanya lendir pasien yang terpasang trakeostomi selalu
dikeluarkan setiap saat melalui trakeostomi tube Pada dasarnya, prosedur suction yang
dilakukan oleh perawat di lontara 3 bedah saraf sudah sesuai dengan prosedur yang
telah dijelaskan di atas. Berdasarkan hasil pengamatan, perawat di ruangan tidak
menggunakan handscoen steril pada pasien saat melakukan suction karena kurangnya
ketersediaan alat dan bahan. Hal ini sesuai dengan National Health Services (2018)
yang menyebutkan bahwa perawat dapat menggunakan handscoen bersih pada saat
melakukan suction akan tetapi untuk membersihkan luka trakeostomi, perawat harus
menggunakan handscoen steril. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa prinsip
penggunaan handscoen bersih pada saat melakukan suction sudah sesuai dengan
literatur yang ada.
Hal yang dianggap kurang dalam pelaksanaannya adalah penggunaan kateter
suction steril setiap kali melakukan prosedur suction. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa kateter suction hanya dapat
digunakan sekali dalam melaksanakan prosedur tindakan suction [ CITATION Bre09 \l
1033 ]. Selain itu, perawat juga kadang-kadang tidak memperhatikan posisi pasien
sebelum memberikan tindakan suction kepada pasien. Khususnya pasien-pasien yang
tidak sadar, semestinya diposisikan miring menghadap perawat [ CITATION Jac14 \l
1033 ].

Daftar Pustaka:

Breath of Life Home Medical Equipment and Respiratory Services. (2009). Tracheostomy
Care and Suctioning Manual. Breath of Life.
Jacob, A., R, R., & Tarachand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
NANDA International. (2015). Nursing Diagnosis Definitions and Classification 2015-2017.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI
National Health Services. (2018). Policy for Care of Patient With Tracheostomy Tubes.
England: NHS East Cheshire.

Anda mungkin juga menyukai