Anda di halaman 1dari 14

TINDAKAN SUCTION

Pengertian :
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk
mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang
adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan menggunakan
alat via mulut, nasofaring atau trakeal.

Tujuan :
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.
Komplikasi:
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
Kriteria :
a. Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
b. Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
c. Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
d. Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
e. Observasi tanda-tanda vital

Indikasai :
1. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan
mengeluarkan atau menelan
2. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suara pada
jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien.
Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
3. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral

Persiapan :
a. Lingkungan
- Penjelasan pada kleuarga
- Pasang skerem/ tabir
- Pencahayaan yang baik

b. Klien
- Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
- Atur posisi klien :
Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler dengan
leher ekstensi (nasal suction)
Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pelaksana tindakan
(oral/nasal suction)

c. Alat – alat
1. Regulator vakum set
2. Kateter penghiap steril sesuai ukuran
3. Air steril/ normal salin
4. Hanscoon steril
5. Pelumas larut dalam air
6. Selimut/ handuk
7. Masker wajah
8. Tong spatel k/p

Pelaksanaan :
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
Fase kerja
I. Suction Orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan sekresi dengan
mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah klien batuk.
1.Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien
2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum klien)
4. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
5. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
6. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril
7. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum
8. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien
9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring dengan perlahan
11. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saat menariknya,
tidak boleh lebih dari 15 detik.
12. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress pernafasan, istirahat
20-30 detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
13. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9 -11
14. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan.
15. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal.
16. Buang kateter penghisap bersamaan dengn pelepasan hanscoon
17. Cuci tangan
II. Suction ETT
1. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan gejala adanya sekresi jalan nafas bagian
atas
2. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapkan alat dan bahan
4. Tutup pintu atau tarik gorden
5. Berikan pasien posisi yang benar
6. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien
7. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien. Misalnya tekanan 110-150 mmHg untuk
dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk bayi.
8. Cuci tangan
9.1. Untuk pengisapan dengan kateter yankauer
a. Kenakan sarung tangan bersih
b. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain dengan
kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengna air.
c. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan mengisap sejumlah air dari mangkuk
d. Pindahkan masker oksigen jika terpasang
e. Masukkan kateter ke dalam mulut sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan kateter
mengelilingi lubang mulut sampai sekresi terangkat.
f. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker oksigen
g. Bersihkan kateter dengan air di dalam mangkuk atau Waskom sampai selang penghubung
bersih dari sekresi. Matikan pengisap.
h. Kaji kembali status pernafasan klien
i. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor untuk dicuci. Lepaskan sarung tangan dan buang di
wadah.
j. Reposisikan klien, posisi sims mendorong drainase dan harus digunakan jika klien mengalami
penurunan tingkat kesadaran.
k. Buang air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia
l. Tempatkan selang penghubung di daerah kering dan bersih
m. Cuci tangan
III. Suction tracheostomy
a. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanan negative yang sesuai
b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atau sesuai program dokter
c. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka bungkusan dengan tetap menjaga kesterilan
pengisap tersebut.
d. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa menyentuh
bungkusannya.
e. Kenakan masker dan pelindung mata
f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung tangan bersih pada
tangan tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
g. Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaaan yang tidak
steril. Angkat selang penghubung dengan tangan tidak dominan. Masukkan kateter ke dalam
selang.
h. Periksa apakah peralatan berfungi dengan baik dengan mengisap sejumlah normal saline dari
Waskom
i. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna pelumas larut air
j. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tangan tidak dominan. Tanpa
melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insersikan kateter dengan ibu jari dan jari
telunjuk dominan ke dalam hidung dengan gerakan sedikit mirimg ke arah bawah atau melalui
mulut saat klien menghirup nafas.
k. Lakukan pengisapan secara intermitten sampai selam 10 detik dengan meletakkan dan
mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter sambil memutarnya ke dalam
dan keluar di antara ibu jari dan jari telunjuk dominan.
l. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline sampai bersih.\
Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang

Pendokumentasian :

Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter, lama tindakan, secret
(warna,bau,jumlah dan konsistensi), toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan.
Pengertian
Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut.

2. Tujuan
Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan
lendir, melonggarkan jalan nafas

3. Prosedur Kerja
a. Persiapan Alat
Perangkat penghisap lendir meliputi :
1.   Mesin penghisap lendir
2.   Slang penghisap lendir sesuai kebutuhan
3.   Air matang untuk pembilas dalam tempatnya (kom)
4.   Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
5.   Pinset anatomi untuk memegang slang
6.   Spatel / sundip lidah yang dibungkus dengan kain kasa
7.  Sarung tangan
8.  Bak instrumen
9.  Kasa
10. Bengkok

b. Persiapan Pasien
1.   Bila pasien sadar : 
      Siapkan dengan posisi setengah duduk
2.   Bila pasien tidak sadar :
a.   Posisi miring
b.   Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar

c. Cara Kerja
1.  Jelasakan pada pasien/ keluarga dan inform concern
2.  Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
3.  Perawat memakai sarung tangan
3.  Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
4.  Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
5.  Mesin penghisap lendir dihidupkan
6.  Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk air
bersih yang tersedia
7.  Tekan lidah dengan spatel
8.  Hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin/pesawat dimatikan
9.  Bersihkan mulut pasien kasa
10. Membersihakan slang dengan air dalam kom
11. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
12. Perawat cuci tangan 

hubungan antara pengetahuan perawat dan bidan tentang prosedur


suction dengan pelaksanaan dalam melakukan tindakan suction

A. Latar Belakang.
Tindakan Suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir yangdilakukan dengan
memasukkan selang kateter suction melalui hidung ataumulut. Bertujuan untuk membebaskan
jalan nafas, mengurangi retensisputum, mencegah terjadinya infeksi paru (RS Harapan kita,
2002).
Di ruang ICU Rumah sakit dr. Kariadi sebagian pasien mempunyai permasalahan dipernafasan
yang memerlukan bantuan ventilator mekanik dan pemasanganETT (Endo Trakeal Tube),
dimana pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube)masuk sampai percabangan bronkus pada saluran
nafas.
Pasien yang terpasang ETT (Endo Trakeal Tube) dan ventilator maka respon tubuh pasien untuk
mengeluarkan benda asing adalah mengeluarkan sekret yang manaperlu dilakukan tindakan
suction.Fenomena yang terjadi di Rumah Sakit dr. Kariadi dalam melakukantindakan suction
adalah sering diabaikannya prosedur dalam melakukantindakan suction seperti kurang terjaganya
kesterilan dalam melakukantindakan suction.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 18 perawat dan bidan di dapatkan data bahwa
sebanyak 50% atau 9 perawat mengabaikan prosedur suction dan seringkali pelaksanaannya
tidak sesuai dengan prosedur yangada. Hasil penelitian di RSUP dr. Kariadi tahun 2000
didapatkan angkakejadian infeksi nosokomial pada ruang ICU berkisar antara 13–42 % danpada
ruang intensif 40 %. Tahun 1998 RSUP dr. Kariadi melaporkan angka kejadian infeksi
nosokomial pada pasien intensif berkisar 13-42 % yangdiantaranya disebabkan karena bakteri
entero bacter, eschercia coli,pseudomonas (Wahyono, 2007).
Kasus sekresi yang berlebihan perlu dilakukan tindakan suction dantindakan tersebut juga harus
mengutamakan prinsip steril sehingga tidak menyebabkan infeksi tambahan pada pasien, dan
tindakan suction juga harussesuai prosedur dimana pada saat suction kateter sudah sampai pada
karinakateter suction ditarik 2 cm supaya tidak melukai carina (Protap RSUP Dr.Kariadi, 2004).
Apa bila tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengangangguan bersihan jalan nafas
maka pasien tersebut akan dapat kekurangansuplai O2, dan apa bila suplai O2 tidak terpenuhi
dalam waktu 4 menit makadapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen.Informasi yang
didapatkan peneliti, dari ruang ICU didapatkan databahwa sebagian besar perawat ICU RSUP
Dr. Kariadi semarang jarang sekalimembaca protap yang ada di ruangan dan sebagian besar dari
merekamenyebutkan urutan protap tidak sesuai dengan urutan yang ada dan ada beberapa protap
yang harusnya mereka lakukan tidak tersebutkan. Dan sebagian besar perawat ICU juga dapat
menyebutkan akibat fatal daritindakan suction yang dilakukan dengan tidak sesuai prosedur.
Fenomenayang sering terjadi di ICU RSUP dr. Kariadi semarang adalah seringnyakateter suction
tidak ditarik 2 cm setelah masuk sampai pada carina, dankarena kurangnya tenaga dan terburu-
buru seringnya tindakan suctiondilakukan tidak sesuai prosedur yang ada.
Mengingat pentingnya tindakan suction maka tindakan tersebut harusdilakukan sesuai prosedur
supaya tidak menyebabkan komplikasi lain pada pasien. Untuk bisa sesuai dengan prosedur
dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang prosedur suction.
Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukanpenelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan perawat tentang prosedur suction dengan pelaksanaan perawat dalam melakukan
tindakan suctiontersebut. Penulis berharap pelayanan terhadap keperawatan terhadap
pasiententang tindakan suction dan pencegahan infeksi nosokomial menjadi lebihberkualitas.

B.Perumusan Masalah.

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah : adakah
hubungan antara pengetahuan perawat dan bidan tentang prosedur suction dengan pelaksanaan
dalam melakukan tindakan suction.

C.Tujuan Penelitian.
1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang prosedur suction dengan
pelaksanaan tindakan suction.

2.Tujuan khusus
a) Mendiskripsikan pengetahuan perawat tentang prosedur suction.
b) Mendiskripsikan pelaksanaan tindakan suction oleh perawat.
c) Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentangprosedur suction dengan
pelaksanaan tindakan suction.

D.Manfaat Penelitian.

 Tenaga keperawatan.Diharapkan dari hasil penelitian ini tenaga keperawatan dapat


memahamipentingnya melakukan tindakan suction sesuai prosedur untuk mencegahterjadinya
komplikasi dari tindakan tersebut.

 Instalasi rumah sakitDiharapkan dari hasil penelitian ini rumah sakit lebih menyadari akan
artipentingnya usaha pencegahan dan pengawasan terhadap mutu pelayanandan melakukan
usaha untuk meningkatkan pengetahuan perawat dantenaga kesehatan lain tentang pentingnya
melakukan tindakan sesuaiprosedur.

 Peneliti.Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian ilmiah.Medapatkan


gambaran tentang tingkat pengetahuan perawat tentangprosedur suction
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pelaksanaan Suction

1. Pengertian
Suction adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafasdengan memakai kateter
penghisap melalui nasotrakeal tube (NTT),orotraceal tube (OTT), traceostomy tube (TT) pada
saluran pernafasabagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangiretensi
sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru.Prosedur ini dikontraindikasikan
pada klien yang mengalami kelainanyang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai
akibatpenghisapan melalui trakea gangguan perdarahan, edema laring,varises esophagus,
perdarahan gaster, infark miokard (Elly, 2000).

2. Indikasi
Penghisapan sekret endotrakeal diperlukan untuk (ProtapRSUP Dr. Kariadi 2004):
a) Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenence)
1) Pasien tidak mampu batuk efektif.
2) Di duga ada aspirasi.

b. Membersihkan jalan napas (branchial toilet) bila ditemukan :


1) Pada auskultasi terdapat suara napas yang kasar, atau ada suaranapas tambahan.
2) Di duga ada sekresi mukus di dalam sal napas.
3) 3)Klinis menunjukkan adanya peningkatan beban kerja sistempernapasan.
 Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium.
 Sebelum dilakukan tindakan radiologis ulang untuk evaluasi.
 Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.Penerapan prosedur suction diharapkan sesuai
dengan standar prosedur yang sudah ditetapkan dengan menjaga kesterilan dankebersihan agar
pasien terhindar dari infeksi tambahan karena prosedur tindakan suction. Adapun standar yang
digunakan di RS dr. Kariadiadalah (Protap RSUP Dr. Kariadi, 2004):

3. Standar alat.
o Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai.
o Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.
o Pinset steril atau sarung tangan steril.
o Cuff inflator atau spuit 10 cc.
o Arteri klem.
o Alas dada atau handuk.
o Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset.
o Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter.
o Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter yangsudah dipakai.
o Ambubag / air viva dan selang o2.
o .Pelicin / jelly
o Nacl 0,9 %
o .Spuit 5 cc.
4. Standar pasien.
a.Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakuakan.
b.Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan.

5. Prosedur.
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Sebelum dilakukan penghisapan sekresi :
 Memutar tombol oksigen menjadi 100 %
 Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali dengankosentrasi oksigen 15 liter.
 Melepaskan hubungan ventilator dengan ETT.
c. Menghidupkan mesin penghisap sekresi.
d. Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudianperlahan–lahan dimasukakan ke
dalam selang pernafasan melaluiETT.
e. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat kateter dimasukkan ke ETT.
f. Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat adarangsangan batuk untuk mencegah
trauma pada carina.
g. Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap kemudiansuction kateter ditarik dengan
gerakan memutar.
h. Mengobservasi hemodinamik pasien.
i. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan carabaging.
j. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernafas3-7 kali.
k. Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk mengencerkansekresi.
l. Melakukan baging.
m. Mengempiskan cuff pada penghisapan sekresi terahir saat kateter berada dalam ETT,
sehingga sekresi yang lengket disekitar cufftdapat terhisap.
n. Mengisi kembali cuff dengan udara menggunakan cuff infaltor setelah ventilator dipasang
kembali.
o. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendamdengan cairan desinfektan dalam
tempat yang sudah disediakan.
p. Mengobservasi dan mencatat
1. Tensi, nadi, dan pernafasan.
2. Hipoksia.
3. Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi.
4. Disritmia.Komplikasi yang dapat terjadi akibat penghisapan sekret endotrakealsebagai
berikut( Setianto, 2007):
a. Hipoksia / Hipoksemia
b. Kerusakan mukosa bronkial atau trakea]
c. Cardiac arrest
d. Arithmiae.Atelektasis
e. Bronkokonstriksi / bronkospasme
f. Infeksi (pasien / petugas)
g. Pendarahan dari paru
h. Peningkatan tekanan intra cranial
i. Hipotensi
j. Hipertensi
Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakanpenghisapan sekret endotrakeal
adalah (Setianto, 2007):
a. Meningkatnya suara napas
b. Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya ketegangansaluran pernapasan,
meningkatnya dinamik campliance paru,meningkatnya tidal volume.
c. Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasioksigen yang bisa dipantau
dengan pulse oxymeter.
d. Hilangnya sekresi pulmonal.
6.Faktor-faktor yang mempengaruhi tata cara suction (Widayatun, 1999).
a. Pengetahuan
1). Pengertian
Pengetahuan prosedur suction oleh perawat Manusia diciptakan oleh Tuhan YME sebagai
mahluk yang sadar, kesadaran manusia dapat disimpulkan dari
kemampuannya untuk berfikir, berkehedak dan merasa denganpikirannya manusia mendapat
pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadisetelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,yakni
penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba.Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangatpenting dalam bentuk tindakan seseorang (over behavior)(Notoatmodjo,
2003).Pengetahuan prosedur suction oleh perawat yang dicakupdidalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (know) : tahu diartikan dengan mengingat suatumateri yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yangdipelajari atau rangsangan yang telah diteima.
b. Memahami (Comprehension) : memahami diartikansebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telahdipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
c. Aplikasi (Application): aplikasi diartikan dengankemampuan untuk menggunakan materi yang
telahdipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (Analisys) : analisis adalah suatu kemampuanuntuk menjabarkan materi atau obyek
kedalam komponen– komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasitersebut dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis) : sintesis menunjukan kepada suatukemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkanbagian–bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation) : evaluasi ini berkaitan dengankemapuan untuk melanjutkan justifikasi
atau penilaianterhadap suatu materi atau obyek.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
denganwawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materiyang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden(Notoatmodjo, 2003).
2). Proses adopsi perilaku.
Hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku yangdidasari pengetahuan akan lebih langgeng
dari padaperilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian(Rogers, 1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orangmengadopsi perilaku baru (berprilaku baru) didalam diriorang tersebut
terjadi roses yang berurutan yaitu :
a. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadaridalam arti mengetahui stimulus (objek)
terlebih dahulu.
b. Interest yakni orang mulai tetarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulustersebut bagi dirinya) hal ini berarti sikap
respond ansudah lebih baik lagi.
d. Trial orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption subjek telah berperilaku baru sesuai denganpengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap

Stimulus.
Apabila penerima perilaku baru atau adopsi tersebutyang didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yangpositif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya
apabila prilaku tersebut tidak didasarioleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akanberlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).Tingkat pengetahuan seseorang erat
kaitannyadengan pendidikan yang telah diperolehnya dalam arti luaspendidikan mencakup
seluruh proses kehidupan dan segalabentuk interaksi individu dengan lingkungan baik
secaraformal dan informal (Kariyoso, 1999). Apabila seseorangmempunyai pendidikan lebih
tinggi maka dirinya lebihmudah dalam mengetahui, mengerti, memahami,kemampuan
mengetahui sesuatu dipengaruhi olehkemampuan belajar dan daya ingat.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan denganwawancara ataui angket yang menanyakan
tentang isimateri yang ingin diukur dari subjek penelitian atauresponden (Notoatmodjo, 2002).
b. Pendidikan perawat
Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupanseorang perawat sebab pendidikan
akan menghasilkan perubahankeseluruhan cara hidup perawat. Perawat yang mempunyai
tingkatpendidikan yang tinggi akan mempunyai keinginan untuk mengembangkan dirinya,
sedangkan mereka yang berasal daritingkat pendidikan yang rendah cenderung
mempertahankantradisi yang ada (Walgito, 2002).
Kegiatan dan proses pendidikan pada dasarnya melibatkanmasalah tingkah laku individu maupun
kelompok. Secara umumpendidikan sangat besar pengaruhnya pada perilaku. Perawat
yangmempunyai pendidikan tinggi diharapkan mempunyai perilakuyang lebih baik dari pada
perawat yang berpendidikan rendah.Apabila perawat mempunyai pendidikan yang lebih tinggi
makasemakin siap menghadapi lingkungan sehingga individu tersebutakan mengubah
perilakunya (Purwanto, 1999).

c. Pengalaman perawat
Pengalaman kerja perawat merupakan salah satu faktor dalam dari perawat yang sangat
menentukan tahap penerimaan rangsang pada proses persepsi berlangsung.
Perawat yang mempunyaipengalaman selalu akan lebih pandai dari pada mereka yang
samasekali tidak mempunyai pengalaman. Suatu perilaku ataupelaksanaan didasari oleh perilaku
terdahulu atau pengalaman,dengan demikian perilaku terbentuk melalui suatu proses
danberlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan yangdipengaruhi oleh faktor
internal dan external (Purwanto, 1999).

B. Kerangka Teori
Pengetahuan prosedur suction oleh perawat
Pendidikan perawat Pengalaman perawat ICU Perilaku perawat Sekema
2.1. Kerangka teori (Purwanto, 1999), (Walgito, 1999)

C. Kerangka Konsep.
Kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
• Variable bebas
• Tingkat pengetahuan perawattentang prosedur suctionvariable terikat
• Pelaksanaan tindakan suctionSkema

2.2. kerangka konseptual penelitian
D.Hipotesis.
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan tindakan suction di
divisi rawat intensif ruang ICU RumahSakit dr. Karyadi Semarang.(SUCTION
OROFARINGEAL, ETT, TRACHEOSTOMY)

SUCTION
Pengertian :
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan untuk
mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gasyang
adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas, pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri.Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan
nafas denganmenggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.

Tujuan :
o Mempertahankan kepatenan jalan nafas
o Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
o Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.

Prinsip:
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.

Komplikasi:
o Hipoksia
o Trauma jaringan
o Meningkatkan resiko infeksi
o Stimulasi vagal dan bronkospasm

Kriteria :
o Kelengkapan alat penghisap lender dengan ukuran slang yang tepat
o Menggunakan satu selang penghisap lendir steril untuk satu klien
o Menggunkan slang penghisap lendir yang lembut
o Penghisapan dilakukan dengan gerakan memutar dan intermitten
o Observasi tanda-tanda vital
Indikasai :
o Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
denganmengeluarkan atau menelan
o Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar suarapada
jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau ronchi, kelelahanpada pasien.
Nadi dan laju pernafasan meningkat, ditemukannya mucus pada alat Bantu nafas.
o Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral
Persiapan :
a. Lingkungan
o Penjelasan pada kleuarga
o Pasang skerem/ tabir
o Pencahayaan yang baik
b. Klien
o Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
o Atur posisi klien :
Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler dengan
leher ekstensi (nasal suction)

Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap pelaksana
tindakan(oral/nasal suction)

c. Alat – alat
o Regulator vakum set
o Kateter penghiap steril sesuai ukuran
o Air steril/ normal salin
o Hanscoon steril
o Pelumas larut dalam air
o Selimut/ handuk
o Masker wajah
o Tong spatel k/p

Pelaksanaan :
A. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validas.
3. Kontrak

Fase kerja
I. Suction Orofaringeal.
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampumengeluarkan sekresi dengan
mencairkan sputum ataumenelannya. Prosedur digunakan setelah klien batuk.

1. 1.Siapkan peralatan disamping tempat tidur klien


2. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
3. Mengatur posisi klien (perhatikan keadaan umum klien)
4. Pasang handuk pada bantal atau di bawah dagu klien
5. Pilih tekanan dan tipe unit vakum yang tepat
6. Tuangkan air steril/ normal salin dalam wadah steril.
7. Ambungkan kateter penghisap steril ke regulator vakum
8. Ukur jarak antara daun telinga dan ujung hidung klien
9. Basahi ujung kateter dengan larutan steril
10. Penghisapan, masukkan ke satu sisi mulut klien dan arahkan ke orofaring denganperlahan
11. Sumbat “port” penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi kateter saatmenariknya,
tidak boleh lebih dari 15 detik.
12. Bilas kateter dengan larutan steril. Bila klien tidak mengalami disteress pernafasan, istirahat
20-30 detik, sebelum memasukkan ulang kateter.
13. Bila diperlukan penghisapan ulang, ulang langkah 9 -11
14. Bila klien mampu minta untuk nafas dalam dan batuk efektif diantara penghisapan.
15. Hisap secret pada mulut atau bawah lidah setelah penghisapan orofaringeal.
16. Buang kateter penghisap bersamaan dengn pelepasan hanscoon
17. Cuci tangan

II. Suction ETT


1) Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan gejala adanyasekresi jalan nafas bagian
atas
2) Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
3) Persiapkan alat dan bahan
4) Tutup pintu atau tarik gorden
5) Berikan pasien posisi yang benar
6) Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien
7) Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien. Misalnyatekanan 110-150 mmHg untuk
dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk bayi.
8) Cuci tangan

9.1. Untuk pengisapan dengan kateter yankauer


a. Kenakan sarung tangan bersih
b. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap danujung lain dengan
kateter pengisap yankauer. Isi mangkuk dengna air.
c. Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik dengan mengisapsejumlah air dari mangkuk
d. Pindahkan masker oksigen jika terpasang
e. Masukkan kateter ke dalam mulut sepanjang garis gusi ke faring.Gerakkan kateter
mengelilingi lubang mulut sampai sekresi terangkat.
f. Dorong klien untuk batuk. Angkat masker oksigen
g. Bersihkan kateter dengan air di dalam mangkuk atau Waskom sampaiselang penghubung
bersih dari sekresi. Matikan pengisap.
h. Kaji kembali status pernafasan klieni. Angkat handuk, letakkan di kantong kotor untuk dicuc
i. Lepaskan sarungtangan dan buang di wadah.
j. Reposisikan klien, posisi sims mendorong drainase dan harus digunakanjika klien mengalami
penurunan tingkat kesadaran
k. .k. Buang air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia
l. Tempatkan selang penghubung di daerah kering dan bersih
m. Cuci tangan

III. Suction tracheostomy


a. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanannegative yang sesuai
b. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atausesuai program dokter
c. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka bungkusan dengantetap menjaga kesterilan
pengisap tersebut.
d. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbukatersebut tanpa menyentuh
bungkusannya.
e. Kenakan masker dan pelindung mata
f. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarungtangan bersih pada tangan
tidak dominan dan sarung tangan sterilpada tangan dominan.
g. Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuhpermukaaan yang tidak
steril. Angkat selang penghubung dengantangan tidak dominan. Masukkan kateter ke dalam
selang.
h. Periksa apakah peralatan berfungi dengan baik dengan mengisapsejumlah normal saline dari
Waskom
i. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna pelumas larut air
j. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tangantidak dominan. Tanpa
melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapicepat, insersikan kateter dengan ibu jari dan jari
telunjuk dominan kedalam hidung dengan gerakan sedikit mirimg ke arah bawah ataumelalui
mulut saat klien menghirup nafas.
k. Lakukan pengisapan secara intermitten sampai selam 10 detik denganmeletakkan dan
mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubangventilasi kateter sambil memutarnya ke dalam dan
keluar di antara ibujari dan jari telunjuk dominan.
l. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline sampaibersih.\

Fase Terminasi
• Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
• Rencana tindak lanjut
• Kontrak yang akan datang

Pendokumentasian :
Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter, lama tindakan, secret(warna,bau,jumlah
dan konsistensi), toleransi klien terhadap tindakan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A.
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC :
2004
Kotler B, Erb G, Olivieri R, 1995, Fundamental Of Nursing, Concepts, Process and Prctice, Vol
11, 4 Ed, California;

Potter, Perry, 2000, Buku Paket Prosedur Dan Kemampuan Skil, Ed, 3 St, Lours, Mosby Year
Book Ine.

About these ads

Anda mungkin juga menyukai