Dosen Pembimbing :
OLEH :
VIVIA HASANAH
193110198
KELAS 2B
2021
A. Lobus Otak
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling
berhubungandanbertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak terdiri dari sel-
sel otak yang disebut neuron(Leonard, 1998).Otak merupakan organ yang sangat mudah
beradaptasi meskipun neuron-neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan
adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan
mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke (Feigin, 2006).
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesaryang terdiri dari sepasang hemisfer kanan
dan kiri dan tersusun dari korteks.Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong,
2003).Cerebrumdibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
1. Lobus frontalisLobus frontalisberperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer
kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan gerakan
volunter di gyrus presentralis (area motorik primer)dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi bicara,
lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan
inisiatif(Purves dkk, 2004).
2. Lobus temporalisLobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis(White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan perkembangan emosi.
3. Lobus parietalisLobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran(White, 2008).
4. Lobus oksipitalisLobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus
dan mengasosiasikan rangsangini dengan informasi saraf lain & memori(White, 2008).
5. Lobus LimbikLobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi
dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas susunan
endokrin dan susunan otonom(White, 2008).
Menurut WHO (World Health Organization), Stroke merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak. Hal ini terjadi karena pecahnya
pembuluh darah atau pembuluh darah yang diblokir jalannya oleh gumpalan darah
(WHO, 2014). Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah
otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan
gejala stroke (Junaidi, 2011).
Stroke ditandai sebagai defisit neurologis disebabkan cedera akut dari sistem saraf
pusat (SSP) disebabkan oleh penyakit vaskular, termasuk infark serebral, perdarahan
intraserebral (ICH), dan perdarahan subaraknoid (SAH), yang merupakan penyebab
utama dari kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Meskipun berdampak global, istilah
"stroke" tidak dapat didefinisikan secara konsisten dalam praktek klinis, dalam penelitian
klinis, atau dalam penilaian kesehatan masyarakat. Sehingga kemajuan penelitian terkait
neuropathology dan neuroimaging telah meningkatkan pemahaman stroke
diklasifikasikan menjadi iskemik, infark dan perdarahan SSP (American Stroke
Association, 2013).
B. Batang Otak
Batang otak yang terdiri dari midbrain (mesensefalon), pons (metensefalon) dan medula
oblongata (mielensefalon) (Patestas, 2006).
Batang otak memanjang dari persilangan traktus piramidalis yaitu dari tingkat asal radiks
C1 ke atas ke tingkat traktus optikus, dan pada perjalanannya dari kiasma ke korpus genikulatum
lateral, melingkupi krura serebri mesensefalon. Dalam pandangan ventral dan lateral, tiga
komponen batang otak dapat dibedakan dengan agak jelas. Sebuah sulkus horizontal menandai
sambungan pentoserebelar. Sulkusyang serupa terdapat pada tempat dimana pedunkulus
mesensefalon bertemu dengan tepi rostral dari pons (Patestas, 2006).
Batang otak merupakan tempat masuknya serat-serat nervus kranialis III (okulomotorius)
sampai nervus kranialis XII (hipoglosus) (Sukardi,1985).
1. Midbrain (Mesensefalon)
Mesensefalonterletak di rostral pons. Struktur internalnya memiliki empat bagian
utama yaitu tektum, tegmentum, substansi nigra, dan pedunkulus
serebri.Mesensefalonterdiri dari substansia grisea dan alba yang didalamnya
b. Kolikulus Inferior
2. Bagian a. Nukleus ruber a. Kontrol involunter terhadap tonus otot
dinding dan dan postural tubuh
bawah b. Kontrol involunter terhadap tonus otot
b. Substansia nigra dan postural tubuh
c. Nukleinervus
okulomotorius
(n.III) dan nervus
troklearis (n.IV)
Substansi Alba Pedunkulus serebri Penghubung motorikutama korteks
(traktus asendensdan dengan motor neuron di otak dan
desendens) medulaspinalis, membawa informasi
sensorik ascending ke thalamus.
2. Pons (Matensefalon)
Pons merupakan bagian kecilotak dengan ukuran panjang 2,5 cm. Sebagian besar
bagian anteriornya menonjol yang terletak di atas medulaoblongata. Meskipun ukurannya
kecil, pons memiliki fungsi yang amat vital.
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu lapisan pelindung
yang mengelilingi otak dan saraf tulang belakang. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh
infeksi virus, namun terkadang bisa juga disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Sakit kepala hebat, demam tinggi, mual dan muntah, leher terasa kaku, kejang, serta
linglung hingga sulit konsentrasi adalah gejala yang umum ditemui pada kasus meningitis.
Sementara gejala meningitis pada bayi dapat berupa penonjolan fontanel (bagian
lunak di kepala), lemas, kurang mau makan atau menyusu, tidur berlebihan, dan rewel.
Meningitis merupakan penyakit infeksi otak yang harus segera ditangani, baik pada
orang dewasa maupun anak-anak, karena dapat menyebabkan kecacatan dan kematian.
2. Ensefalitis
Ensefalitis merupakan peradangan yang terjadi pada otak akibat infeksi virus.
Beberapa virus yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah virus herpes simpleks,
varisela atau cacar air, virus Epstein-Barr, dan campak.
Kendati demikian, ensefalitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur.
Hanya saja, ensefalitis akibat bakteri dan jamur lebih jarang terjadi. Ensefalitis biasanya
muncul bersamaan dengan meningitis. Kondisi ini dikenal dengan sebutan
meningoensefalitis.
3. Abses otak
Abses otak dapat terjadi di bagian otak mana saja. Umumnya, kondisi ini disebabkan
oleh infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah dan pembengkakan di otak.
Gejala abses otak dapat muncul secara perlahan atau tiba-tiba. Kondisi ini dapat
dikenali dari menurunnya kemampuan berbahasa dan menggerakkan tubuh, gangguan
penglihatan, lambat dalam memberikan respons atau berpikir, mual muntah, sulit fokus, dan
mudah mengantuk.
Abses otak perlu segera ditangani oleh dokter. Jika tidak, kondisi ini dapat
menimbulkan komplikasi serius seperti kerusakan otak permanen atau kecacatan dan
kematian.
4. Toksoplasmosis
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma gondii yang menyerang
organ tubuh tertentu, termasuk otak.
Sebagian orang yang terkena toksoplasmosis tidak mengalami gejala. Namun, infeksi
otak akibat toksoplasmosis bisa menimbulkan gejala berupa demam, sakit kepala,
pembengkakan kelenjar getah bening, kejang, penurunan kesadaran, atau gangguan
koordinasi tubuh.
Penyakit ini rentan terjadi pada orang yang sering bersentuhan dengan kotoran kucing
atau memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena pengobatan kemoterapi,
mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, dan infeksi HIV.
5. Malaria serebral
Merupakan infeksi otak yang disebabkan oleh malaria. Penyakit ini biasanya terjadi
akibat komplikasi dari penyakit malaria yang tidak diobati.
Penderita infeksi otak ini biasanya akan merasakan beberapa gejala berupa demam,
menggigil, kejang, mual muntah, kesulitan bicara, gangguan pendengaran atau penglihatan,
sakit kepala berat, perubahan perilaku, serta penurunan kesadaran atau koma.
Apa pun penyebab dan jenisnya, infeksi otak adalah penyakit berbahaya yang perlu
segera diperiksakan dan diobati oleh dokter. Jika terlambat diobati, infeksi otak berisiko
tinggi menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian.
Peningkatan tekanan intrakranial adalah suatu peningkatan di atas normal dari tekanan
cairan serebrospinal di dalam ruang subaraknoid. Normalnya tekanan intrakranial adalah antara
80-180 mm air atau 0-15 mmHg.
Penyabab TIK :
1. Kontusio serebri
2. Hematoma
3. Infark
4. Abses
5. Tumor intracranial
6. Masalah serebral
7. Peningkatan produksi cairan serebrospinal
8. Bendungan sistem ventrikular.
9. Menurun absorbsi cairan serebrospinal.
10. Edema serebral
11. Penggunaan zat kontras yang merubah homestatis otak.
12. Hidrasi yang berlebihan dengan menggunakan larutan hipertonik.
13. Pengaruh trauma kepala.
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan
(stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini
dikenal dengan nama apoplexy, kata ini berasal dari bahasa Yunani yag berarti “memukul
jatuh” atau to strike down.
2. Klasifikasi
a. Perdarahan intra serebral (PIS)
Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke
dalam jaringan otak (Junaidi, 2011). Penyebab PIS biasanya karena hipertensi yang
berlangsung lama lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya
adalah terjadinya mikroaneurisma. Faktor pencetus lain adalah stress fisik, emosi,
peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah. Sekitar 60-70% PIS disebabkan oleh hipertensi. Penyebab lainnya adalah
deformitas pembuluh darah bawaan, kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus
berakibat fatal, terutama apabila perdarahannya luas (masif) (Junaidi, 2011).
b. Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA)
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang subarachnoid baik
dari tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder) dan sumber perdarahan berasal
dari rongga subarachnoid itu sendiri (perdarahan subarachnoid primer) (Junaidi,
2011) Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya aneurisma (51-
75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA berupa aneurisma sakuler
congenital, angioma (6-20%), gangguan koagulasi (iatronik/obat anti koagulan),
kelainan hematologic (misalnya trombositopenia, leukemia, anemia aplastik), tumor,
infeksi (missal vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC),
idiopatik atau tidak diketahui (25%), serta trauma kepala (Junaidi, 2011) Sebagian
kasus PSA terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan stress
mental dan fisik. Kegiatan fisik yang menonjol seperti : mengangkat beban, menekuk,
batuk atau bersin yang terlalu keras, mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang
bisa jadi penyebab (Junaidi, 2011).
3. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik)
disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya
tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan
tekanan darah yang mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau
peningkatan tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan
sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis
berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik
(Junaidi, 2011).
4. Tes Diagnostik
a. Radiologi
1) Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik sperti stroke
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan akan
ditemukan adanya aneurisma
2) Lumbal pungsi
Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal
maka terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan
menunjukkkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau pada intrakranial
3) CT-Scan
Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil
pemerksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau
menyebar ke permukaan otak
4) Macnetic Resonance Imaging (MRI)
Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
heemoragik
5) USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
karotis) f)EEGPemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.
b. Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit.
Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia.
Sedangkan leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar leukosit
diatas normal, berarti ada penyakit infeksi yang sedang menyerang pasien.
2) Test darah koagulasi
Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time, partial
thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio (INR) dan agregasi
trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien
menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau
pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah menerima obat pengencer
darah seperti warfarin, INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu
diberikan dalam dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati
heparin, PTT bermanfaat untuk melihat dosis yang diberikan benar atau tidak.
3) Test kimia darah
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam
urat, dll. Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi
pertanda pasien sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit ini
termasuk ke dalam salah satu pemicu stroke (Robinson, 2014)
5. Penatalaksanaan
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater
(leptomeningens) disebut meningitis.Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena toksin. Namun
demikian sebagian besar meningitis disebabkan bakteri.Meningitis adalah peradangan pada
meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak
dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi
sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.
2. Etiologi
a. Meningitis
Bakteri Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan
Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat
menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya
merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan
leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan
serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu
aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu
absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus.
Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan
lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak
dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran
sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini
terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles,
mumps, herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya
terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan
otak terhadap berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus
herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan
perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel
dan kemungkinan kelainan neurologi.
3. Penatalaksanaan
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
a. Penatalaksanaan umum
1) Pasien diisolasi
2) Pasien diistirahatkan/ bedrest
3) Kontrol hipertermi dengan kompres
4) Kontrol kejang e.Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
c. Pemberian antibiotik
1) Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
2) Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
3) Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallo, 2012)
a. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa
darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
b. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
c. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
d. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
e. MRI, CT-scan/ angiorafi
G. Encephalitis
1. Defenisi
a. Ensefalitis adalah merupakan proses radang akut yang melibatkan meningen dan
sampai tingkat yang bervariasi, infeksi ini relative lazim dan dapat disebabkan oleh
sejumlah agen yang berbeda. (Donna.L. Wong, 2000).
b. Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan meningen, yang dapat
disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan parasit. Encephalitis karena bakteri dapat
masuk melalui fraktur tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena gigitan
serangga, nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah. Pemberian imunisasi juga berpotensi mengakibatkan encephalitis
seperti pada imunisasi polio. Encephalitis karena amuba diantaranya amuba Naegleria
fowleri, acantamuba culbertsoni yang masuk melalui kulit yang terluka.( Dewanto,
2007).
c. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
d. Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis
(disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,
malaria, atau primary amoebic. (Tarwoto & Wartonah, 2007).
e. Dari uraian diatas maka kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa ensefalitis
adalah inflamasi pada jaringan otak yang melibatkan meningen yang disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme.
2. Etiologi
a. Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemeriksaan bakteriologik dan
virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah ataupun cairan
serebrosspinalis yang harus diambil pada hari-hari pertama. Berbagai macam
mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa,
cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum.
Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer,
2000).
b. Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari
thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Encephalitis dapat disebabkan karena:
a) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan
serangga.Masa inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
b) Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus, herpes zoster.Enterovirus
disamping dapat menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan
penyakit mumps (gondongan).
c) Herpes simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat mematikan di
Amerika Utara (Hickey dalam Donna, 1995).
d) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamoeba,
keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat
berenang.
e) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa
inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
3. Manifestasi Klinis
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,gejala berupa
trias ensepalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala,
kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen,dapat terjadi gangguan
pendengaran dan penglihatan. (Mansjoer,2000).
Menurut (Hassan,1997), adapun tanda dan gejala ensefalitis sebagai berikut :
a. Suhu yang mendadak naik,seringkali ditemukan hiperpireksia
b. Kesadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching saja (kejang-
kejang di muka).
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama,
misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya.
Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam kombinasi tanda dan
gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia hemiparesis dengan
asimetri refleks tendon dan tanda babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus,
kelemahan otot-otot wajah.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Victor, 2001)yaitu :
a. Biakan :
a) Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
b) Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
c) Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif.
d) Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh,
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
c. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang
merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor,
infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa
pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes
simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus
frontal
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis menurut (Victor, 2001)antara lain :
a. Isolasi :bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
b. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh
dokter :
a) Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
b) Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis.
Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan
dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan.
d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
e. Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
f. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang
diberikan tergantung keadaan anak.
g. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving
set untuk menghilangkan edema otak.
h. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
i. Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas
kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
j. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
k. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
l. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip
dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
m. Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan
(2-3l/menit).
n. Penatalaksanaan shock septik.
o. Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
p. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang
mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak,
selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat
diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara
intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan
antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan
pemberian obat per oral.