Dosen Pembimbing :
OLEH :
VIVIA HASANAH
193110198
KELAS 2B
2021
1. Pemasangan Infus
a. Defenisi
Pemasangan infuse adalah salah satu cara atau bagian pengobatan untuk
memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien (Darmawan, 2008)
Sementara itu menurut lukman (2007) terapi intravena adalah memasukkan jarum
atau kanula kedalam vena untuk dilewati cairan infuse, dengan tujuan agar sejumlah
cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu.
b. Tujuan pemasangan infuse
Tujuan utama pemasangan intravena adalah mempertahankan atau mengganti
caran tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang
tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan
elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam dan basa, memberikan tranfusi darah,
menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi
parental.
c. Indikasi pemasangan infuse
1) Kenutuhan pemberian obat intravena
2) Tranfusi darah atau komponen darah
3) Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
d. Kontraindikasi
1) Terdapat inflamasi di area yang hendak dipasang infuse
2) Pemasangan infuse di daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, terutama
pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit ginjal
3) Obat-obatan yang berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat
e. SOP Pemasangan infuse
Link video : https://youtu.be/9WpPAOyW530
Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan
alat-alat
5) Cuci tangan
6. Evaluasi Tanyakan keadaan dan kenyamanan Perawat menanyakan
pasien setelah tindakan respo klien setelah
melakukan tindakan
7. Dokumentasi Dokumentasikan hasil pemeriksaan Perawat tidak
Respon pasien melakukan
pendokumentasian
setelah melakukan
tindakan, dimana hal ini
diperlukan sebagai bukti
dan tanggung jawab
perawat.
2. Pemasangan Kateter
a. Defenisi
Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan keperawatan
memasukan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra.
Pemasangan kateter ini seringkali digunakan pada pasien-pasien yang tidak
mampu untuk membuang air kecil sendiri dengan normal – semisal pada pasien-pasien
dengan pembesaran prostat-, sehingga memerlukan alat bantuan kateter.
b. Tujuan
Pemasangan kateter urine mempunyai berbagai tujuan, diantaranya ;
1) Menghilangkan distensi pada kandung kemih
2) Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
3) Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi
4) Mengetahui residual urine setelah miksi
5) Memasukan kontras kedalam buli – buli
6) Mendapatkan specimen urine steril
7) Therapeutic : memenuhi kebutuhan eliminasi urine
8) Kateterisasi menetap ( indwelling catherezation )
9) Kateterisasi sementara ( intermitter catherization )
c. Indikasi
1) Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
2) Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status cairan dan
menilai perfusi renal (terutama pada pasien kritis)
3) Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
4) Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih (misalnya
striktur atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan kesulitan memasukkan
kateter
d. Kontraindikasi
Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala trauma pada
traktus urinarius bagian bawah, misalnya terjadi robekan pada uretra. Kondisi ini dapat
ditemukan pada pasien laki-laki yang mengalami trauma pelvis atau straddle-type injury.\
e. SOP Pemasangan Kateter
Link video : https://youtu.be/IW4g_FNUZFM
Tahap kerja :
1) Membuka labia minora dengan
ibu jari dan telunjuk tangan kiri,
dan tangankanan memengang
kapas sublimat.
2) Membersihkan vulva dengan
kapas savlon/sublimat dari labia
mayora dari atas kebawah 1 kali
usap, kapas kotor diletakkan
dibengkok, kemudian labia
minora, dan perineum sampai
bersih (sesuai kebutuhan) .
3) Dengan memakai sarung tangan
atau dengan pinset anatomis
mengambil kateter dan diberi
pelumas pada ujungnya2.5-5 cm
4) Perawat membuka labia minora
dengan tangankiri.
5) Memasukkan kateter ke dalam
orificium uretra perlahan-
lahan(5-7.5 cm dewasa) dan
menganjurkan pasien untuk
menarik nafas panjang
6) Urine yang keluar ditampung
dalam bengkok atau botol
sterildan masukan lagi (2.5-5
cm).
7) Bila kateter dipasang
tetap/permanen maka, isi balon
5-15 cc (kateterdikunci memakai
spuit dan aquades steril)
8) Tarik sedikit kateter untuk
memeriksa bolan sudah terfiksasi
dengan baik
9) Menyambung kateter dengan
urobag/urine bag.
10) Fiksasi kateter di paha dengan
plester bila untuk aktifitas
11) Pasien dirapikandengan angkat
pengalas dan selimut.
12) Rapikan dan alat-alat dibereskan.
13) Lepas sarung tangan.
14) .Mencucitangan.
15) Buka sampiran
Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil / respon klien
2) Dokumentasikan hasilnya
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
4) Akhiri kegiatan, membereskan
alat-alat
5) Cuci tangan
6. Evaluasi Tanyakan keadaan dan kenyamanan Setelah melakukan
pasien setelah tindakan tindaka tanyakan respon
klien, dan kontrak
waktu untuk pertemuan
selanjutnya.
7. Dokumentasi Dokumentasikan hasil pemeriksaan Pendokumentasian
Respon pasien diperlukan sebagai
bukti, dan pencapaian
dari proses
keperawatan.
Tahap kerja
1. Mengatur posisi pasien (tempat tusukan infuse terlihat jelas
2. Memakai sarung tangan
3. Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan buka
balutan dengan menggunakan pinset
4. Membersihkanbekas plester
5. Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya dengan NaCl
6. Mengolesi tempat tusukan dengan iodine cair/zalf
7. Menutup dengan kassa steril dengan rapi
8. Memasang plester penutup
9. Mengatur tetesan infuse sesuai program
Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamita dengan pasien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar keperawatan
Umur BB Kebutuha
N (Kg) n Cairan
o
1 3 hari 3 250-300
2 1 9,5 1150-
tahun 1300
3 2 11,8 1350-
tahun 1500
4 6 20 1800-
tahun 2000
5 10 28,7 2000-
tahun 2500
6 14 45 2200-
tahun 2700
7 18 54 2200-
tahun 2700
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.Pusat haus dikendalikan
berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi
angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan
penurunan volume darah.Perasaan kering di mulutbiasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum
proses absorbsi oleh gastrointestinal.
RUMUS IWL
IWL = (15x BB)/24 jam
Pada keadaan suhu yang meningkat, maka rumus yang dipakai adalah :
IWL + 200 (Suhu tinggi -36,8 C) nilai 36,8 C adalah konstanta
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor,
diantaranyaBerat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan
dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok
Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S
(1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan
pershift.
Jumlah Cairan x 15
=
24 x 60
Contoh soal : pasien dengan kebutuhan cairan 500cc / 24jam, berapa tetes permenit?
500 x 15
5 Tetes/menit
24 x 60
Jumlah Cairan x 60
24 x 60
Contoh soal : pasien dengan kebutuhan cairan 500 cc / 24 jam, berapa tetes / menit?
500 x 60
= 20,8 tetes/menit dibulatkan 20 tetes / menit
24 x 60
3) Menghitung cairan sesui BB
10 Kg I x 100 ml
10 Kg II x 50 ml
10 Kg III x 20 ml
Contoh soal 1 : anak A berat badan 5 Kg, berapa tetes/menit cairan yang dibutuhkan?
Contoh soal 2 : anak B berat badan 18 Kg, berapa tetes/menit cairan yang dibutuhkan?
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Sunarsih. 2016. Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia 2.Jakarta Selatan : Pusdik
SDM Kesehatan
Sriyanti, Cut. 2016. Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia 1.Jakarta Selatan : Pusdik
SDM Kesehatan