PEMBIMBING
Dr. drg. Ida Ayu Arnawati, Sp.Ort
OLEH:
Baiq Dayana Hasaniah 013.06.0010
Persarafan sensorik jaringan pada region oral dan maksilofasial berasal dari
cabang saraf kranialis, terutama nervus trigeminus dan sebagian kecil oleh nervus
fasialis dan nervus glossopharyngeus. Nervus trigeminus adalah cabang kelima
saraf kranialis yang bersal dari pons yangs merupakan persarafan dari sensorik dan
motorik. Ada 3 cabang utama dari nervus trigeminus adalah nervus optalmikus,
nervus maksilaris dan nervus mandibularis.
Nervus maksilaris berjalan ke anterior dari ganglion trigeminal dan melewati
foramen rotundum masuk kedalam fossa pterygopalatina dan dari situ nervus
maksilaris memberikan cabang-cabangnya yaitu, nervus zygomaticum, nervus
alveolaris superior posterior, nervus palatines mayor, nervus palatine minor,
nervus nasopalatina, nervus alveolaris suoerior media, nervus alveolaris superior
anterior dan nervus infraorbitalis. Nervus alveolaris superior posterior berjalan
kearah inferior memasuki region infratemporalis tulang maksila, terbagi menjadi
tiga sampai empat cabang saraf lalu memasuki tulang maksila melalui foramenina
yang terletak pada permukaan posterior maksila. Cabang-cabang nervus alveolaris
superior posterior yang berada didalam tulang maksila mempersarafi mukosa sinus
maksilaris dan gigi-gigi molar rahang atas.
Nervus palatine mayor berjalan dari fossa pterygopalatina ke bawah memasuki
os palatum kemudian keluar dari palatum durum melalui foramen palatine mayor
atau foramen palatine anterior yang terletak antara molar kedua dan ketiga. Nervus
ini berjalan kedepan sepanjang palatum durum pada sudut antara processus
alveolaris dan processus palatinum dan menuju mukosa dan kelenjar saliva minor
pada palatum durum, kecuali mukosa palatal gigi anterior didaerah sagital
insisivus. Nervus palatine minor keluar dari tulang palatine melalui foramina
palatines minor untuk memfpersarafi sensorik mukosa dan kelenjar saliva pada
platinum mole.
Nervus nasopalatina atau nervus spenopalatina longus, berjalan kearah medial
memasuki foramen spenopalatina berjalan sepanjang atap cavum nasi lalu turun
melewati septum nasi melayani persarafan sensorik mukosa septum nasi.
Kemudian nervus nasopalatina memasuki kanalis insisivus dan dirongga mulut
keluar dari foramen insisivus melayani mukosa dan n=gingival palatal gigi-gigi
insisivus rahang atas.
BAB II
a. kaca mulut
b. pinset dental
c. sonde
d. cotton stick
b. Pastikan bahwa pasien sudah makan atau setidaknya tidak sedang merasa lapar
c. Dudukkan lebih nyaman, prosedur anestesi lebih mudah dilakukan, dan kemungkinan
a. Masih tersimpan ppada pembungkus dan tidak terdapat cacat atau robekan
dengan memutar hub searah jarum jam, kemudian handle pada syringe didorong
dibuka
2. Ambil ampul yang berisi cairan anestesi lokal, periksa dinding ampul yang
mencantunkan kandungan, konsentrasi dan volume larutan anestesi lokal dan tanggal
3. Sebelum memeatahkan leher ampul pastikan seluruh cairan berada di bawah leher
ampul, apabila ada cairan yang masih berada dileher a,pul lakukan ketukan pada
dinding ampul dengan jari atau putar ampul dengan gerakan sentrifugal sampai
4. Leher ampul dipatahkan, lalu penutup jarum pada disposable syringe dibuka,
kemudian larutan anestesi lokal di dalam ampul tersebut dihisap dengan jarum
injeksi sampai seluruh cairan anestesi lokal berpindah ke dalam barrel tanpa ujung
jarum menyentuh dinding ampul
5. Setelah semua cairan telah terhisap ke dalam barrel penutup jarum dipasang kembali
dengan hati-hati jangan sampai ujung jarum menyentuh penutupnya, kemudian
diperiksa apakah ada gelembung udara di dalam cairan di dalam barrel tersebut,
apabila terdapat gelembung udara dilakukan ketukan pada dinding barrel sampai
semua gelembung udara keluar dari cairan yang ada kemudian dorong handle sampai
terlihat ada cairan yang keluar dari ujung jarum
6. Keringkan daerah yang akan menjadi tempat tusukan jarum dengan kasa steril lalu
ulasi daerah tersebut dengan cairan antiseptik secukupnya
7. Jarum ditusukkan pada mukosa di daerah yang dituju secara perlahan-lahan, perlu
diperhatikan bahwa bevel pada ujung jarum selalu menghadap ke arah tulang
sebelum cairan anestesi lokal diinjeksikan mutlak dilakukan aspirasi apabila terlihat
darah masuk ke dalam barrel maka tariklah jarum keluar dari mukosa. Catatan: (1)
Tempat insersi jarum dan kedalaman tusukan jarum pada mukosa disesuaikan dengan
gigi yang akan dianestesi dan teknik anestesi yang digunakan; (2) Aspirasi adalah
tindakan menarik sedikit handle pada syringe sesaat untuk mengetahui kemungkinan
masuknya ujung jarum ke dalam pembuluh darah
8. Apabila pada aspirasi tidak terlihat terhisapnya darah maka injeksikan cairan anestesi
lokal secara perlahan-lahan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul selama injeksi
dan menghindari terjadinya toksisitas cairan anestesi lokal
9. Setelah injeksi cairan anestesi lokal selesai tariklah jarum dari daerah kerja secara
perlahan-lahan dan bertahap untuk mencegah timbulnya perdarahan di tempat
tusukan jarum, efek anestesi mulai terasa beberapa detik sampai beberapa menit
setelah injeksi, pada umumnya efek anestesi lokal sudah tercapai dalam waktu 5
menit
2.4 tekhnik-tekhnik anestesi lokal maksila
Field Blokk dengan teknik paraperiosteal injection pada gigi insisif sentral rahang atas
kanan (atas) dan gigi premolar pertama rahang atas kanan (bawah); jarum ditusukkan
pada cekungan terdalam pada mucolabial fold atau mucobuccal fold dengan arah jarum
membentuk sudut sedemikian rupa sehingga ujung jarum akan menyentuh tulang setinggi
apeks akar gigi yang bersangkutan.
Field blokk untuk menganestesi gigi molar pertama rahang atas kanan; injeksi dilakukan
dua kali yaitu pada mucobuccal fold apeks gigi premolar kedua rahang atas kanan (kiri)
dan mucobuccal fold apeks gigi molar kedua rahang atas kanan (kanan);
Field blokk untuk menganestesi gigi molar ketiga rahang atas kanan; penderita diminta
untuk sedikit menutup mulutnya dan pipi ditarik ke lateral agar tusukan jarum dapat
dilakukan semaksimal mungkin ke arah medial pada mucobuccal fold apeks gigi molar
kedua rahang atas (kanan)
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Skills Lab. 2014. Pemulihan Sistem Stomatognatik III. Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.
Kamadjaja, David B. 2019. Anestesi Lokal Di Rongga Mulut. Airlangga University Press.
Surabaya