Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN DOPS

“ANASTESI BLOK MAKSILA”

PEMBIMBING
Dr. drg. Ida Ayu Arnawati, Sp.Ort

OLEH:
Baiq Dayana Hasaniah 013.06.0010

SMF ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT RSUD KOTA MATARAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
BAB I

ANATOMI DAN PERSARAFAN MAKSILA

1.1 Otot-otot pada maksila

Persarafan sensorik jaringan pada region oral dan maksilofasial berasal dari
cabang saraf kranialis, terutama nervus trigeminus dan sebagian kecil oleh nervus
fasialis dan nervus glossopharyngeus. Nervus trigeminus adalah cabang kelima
saraf kranialis yang bersal dari pons yangs merupakan persarafan dari sensorik dan
motorik. Ada 3 cabang utama dari nervus trigeminus adalah nervus optalmikus,
nervus maksilaris dan nervus mandibularis.
Nervus maksilaris berjalan ke anterior dari ganglion trigeminal dan melewati
foramen rotundum masuk kedalam fossa pterygopalatina dan dari situ nervus
maksilaris memberikan cabang-cabangnya yaitu, nervus zygomaticum, nervus
alveolaris superior posterior, nervus palatines mayor, nervus palatine minor,
nervus nasopalatina, nervus alveolaris suoerior media, nervus alveolaris superior
anterior dan nervus infraorbitalis. Nervus alveolaris superior posterior berjalan
kearah inferior memasuki region infratemporalis tulang maksila, terbagi menjadi
tiga sampai empat cabang saraf lalu memasuki tulang maksila melalui foramenina
yang terletak pada permukaan posterior maksila. Cabang-cabang nervus alveolaris
superior posterior yang berada didalam tulang maksila mempersarafi mukosa sinus
maksilaris dan gigi-gigi molar rahang atas.
Nervus palatine mayor berjalan dari fossa pterygopalatina ke bawah memasuki
os palatum kemudian keluar dari palatum durum melalui foramen palatine mayor
atau foramen palatine anterior yang terletak antara molar kedua dan ketiga. Nervus
ini berjalan kedepan sepanjang palatum durum pada sudut antara processus
alveolaris dan processus palatinum dan menuju mukosa dan kelenjar saliva minor
pada palatum durum, kecuali mukosa palatal gigi anterior didaerah sagital
insisivus. Nervus palatine minor keluar dari tulang palatine melalui foramina
palatines minor untuk memfpersarafi sensorik mukosa dan kelenjar saliva pada
platinum mole.
Nervus nasopalatina atau nervus spenopalatina longus, berjalan kearah medial
memasuki foramen spenopalatina berjalan sepanjang atap cavum nasi lalu turun
melewati septum nasi melayani persarafan sensorik mukosa septum nasi.
Kemudian nervus nasopalatina memasuki kanalis insisivus dan dirongga mulut
keluar dari foramen insisivus melayani mukosa dan n=gingival palatal gigi-gigi
insisivus rahang atas.
BAB II

PROSEDUR ANESTESI BLOK

2.1 alat dan bahan

a. kaca mulut

b. pinset dental

c. sonde

d. cotton stick

e. disposable injection syringe (spuit injeksi)

f. handscon (sarung tangan)

g. larutan antiseptik (larutan povidone iodine 10%), dan

h. larutan anestesi lokal dalam ampul 2 cc


2.2 persiapan penderita

a. Pastikan pasien bersedia untuk dilakukan anestesi lokal

b. Pastikan bahwa pasien sudah makan atau setidaknya tidak sedang merasa lapar

sebelum tindakan anestesi lokal

c. Dudukkan lebih nyaman, prosedur anestesi lebih mudah dilakukan, dan kemungkinan

terjadinya vasovagal syncope dapat dikurangi

2.3 Prosedur umum anestesi lokal

1. Ambil sebuah disposible syringe, pastikan hal-hal berikut ini :

a. Masih tersimpan ppada pembungkus dan tidak terdapat cacat atau robekan

b. Periksa tanggal kaladuarsa, dan

c. Jarum pada barrel dieratkan terlebih dahulu sebelum membuka pembungkusnya

dengan memutar hub searah jarum jam, kemudian handle pada syringe didorong

sehingga plunger menyentuh ujung barrel, baru kemudian pembungkus syringe

dibuka

2. Ambil ampul yang berisi cairan anestesi lokal, periksa dinding ampul yang

mencantunkan kandungan, konsentrasi dan volume larutan anestesi lokal dan tanggal

kadaluarsa cairan anestesi lokal

3. Sebelum memeatahkan leher ampul pastikan seluruh cairan berada di bawah leher

ampul, apabila ada cairan yang masih berada dileher a,pul lakukan ketukan pada

dinding ampul dengan jari atau putar ampul dengan gerakan sentrifugal sampai

seluruh cairan berada dibawah leher ampul

4. Leher ampul dipatahkan, lalu penutup jarum pada disposable syringe dibuka,
kemudian larutan anestesi lokal di dalam ampul tersebut dihisap dengan jarum
injeksi sampai seluruh cairan anestesi lokal berpindah ke dalam barrel tanpa ujung
jarum menyentuh dinding ampul
5. Setelah semua cairan telah terhisap ke dalam barrel penutup jarum dipasang kembali
dengan hati-hati jangan sampai ujung jarum menyentuh penutupnya, kemudian
diperiksa apakah ada gelembung udara di dalam cairan di dalam barrel tersebut,
apabila terdapat gelembung udara dilakukan ketukan pada dinding barrel sampai
semua gelembung udara keluar dari cairan yang ada kemudian dorong handle sampai
terlihat ada cairan yang keluar dari ujung jarum
6. Keringkan daerah yang akan menjadi tempat tusukan jarum dengan kasa steril lalu
ulasi daerah tersebut dengan cairan antiseptik secukupnya
7. Jarum ditusukkan pada mukosa di daerah yang dituju secara perlahan-lahan, perlu
diperhatikan bahwa bevel pada ujung jarum selalu menghadap ke arah tulang
sebelum cairan anestesi lokal diinjeksikan mutlak dilakukan aspirasi apabila terlihat
darah masuk ke dalam barrel maka tariklah jarum keluar dari mukosa. Catatan: (1)
Tempat insersi jarum dan kedalaman tusukan jarum pada mukosa disesuaikan dengan
gigi yang akan dianestesi dan teknik anestesi yang digunakan; (2) Aspirasi adalah
tindakan menarik sedikit handle pada syringe sesaat untuk mengetahui kemungkinan
masuknya ujung jarum ke dalam pembuluh darah
8. Apabila pada aspirasi tidak terlihat terhisapnya darah maka injeksikan cairan anestesi
lokal secara perlahan-lahan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul selama injeksi
dan menghindari terjadinya toksisitas cairan anestesi lokal
9. Setelah injeksi cairan anestesi lokal selesai tariklah jarum dari daerah kerja secara
perlahan-lahan dan bertahap untuk mencegah timbulnya perdarahan di tempat
tusukan jarum, efek anestesi mulai terasa beberapa detik sampai beberapa menit
setelah injeksi, pada umumnya efek anestesi lokal sudah tercapai dalam waktu 5
menit
2.4 tekhnik-tekhnik anestesi lokal maksila

1. Infiltrasi Lokal pada Membran Mukosa (submucosal injection)


1. saraf yang teranestesi: ujung cabang saraf terminal
2. daerah yang teranestesi: terbatas pada tempat di mana larutan anestesi lokal
diinjeksikan
3. pedoman anatomis: tidak ada pedoman khusus karena cairan anestesi
diinjeksikan langsung pada tempat yang dituju
4. indikasi: untuk menganestesi membran mukosa dan jaringan submukosa pada
daerah yang akan dilakukan tindakan, misalnya: pada insisi mukosa atau
gingivektomi
5. teknik: jarum ditusukkan pada membran mukosa sedalam jaringan submukosa
kemudian cairan anestesi diinjeksikan perlahan-lahan
6. gejala subyektif: terasa kebas pada daerah yang dianestesi

2. Field Blokk (paraperiosteal injection)


1.saraf yang teranestesi: cabang saraf terminal dari suatu saraf sensorik
2.daerah yang teranestesi: pulpa gigi rahang atas yang bersangkutan, ligamen
periodontal, tulang alveolaris dan periosteum, dan mukosa gingiva sisi labial
atau bukal dari gigi tersebut
3.pedoman anatomis: letak mahkota gigi dan perkiraan posisi dan panjang akarnya,
tulang alveolaris, mucolabial fold atau mucobuccal fold gigi yang bersangkutan
4.indikasi:
a. untuk menganestesi jaringan pulpa sebuah gigi di rahang atas misalnya:
sebelum tindakan preparasi kavitas gigi, preparasi mahkota gigi, atau
ekstirpasi jaringan pulpa 12
b. untuk pencabutan sebuah gigi di rahang atas, dalam hal ini perlu ditambahkan
anestesi pada mukosa palatal
5. teknik:
a. jarum ditusukkan pada cekungan terdalam pada mucolabial atau mucobuccal
fold dari gigi yang bersangkutan, jarum diinsersikan sampai ujung jarum
terasa menyentuh tulang setinggi apeks gigi yang bersangkutan, jarum ditarik
sedikit kemudian dilakukan aspirasi, bila tidak ada darah yang masuk ke
dalam barrel cairan anestesi lokal diinjeksikan sebanyak kira-kira 1 ml
dengan perlahanlahan
b. khusus untuk gigi molar pertama rahang atas tusukan jarum dan injeksi cairan
anestesi dilakukan dua kali yakni pada mucobuccal fold apeks gigi premolar
kedua dan apeks mesiobukal gigi molar kedua rahang atas
c. khusus untuk menganestesi gigi molar ketiga rahang atas, penderita diminta
untuk sedikit menutup mulutnya dan pipi ditarik ke lateral agar tusukan jarum
dapat dilakukan semaksimal mungkin ke arah medial pada mucobuccal fold
apeks gigi molar kedua rahang atas
6.gejala subyektif: terasa kebas pada daerah yang dianestesi

Field Blokk dengan teknik paraperiosteal injection pada gigi insisif sentral rahang atas
kanan (atas) dan gigi premolar pertama rahang atas kanan (bawah); jarum ditusukkan
pada cekungan terdalam pada mucolabial fold atau mucobuccal fold dengan arah jarum
membentuk sudut sedemikian rupa sehingga ujung jarum akan menyentuh tulang setinggi
apeks akar gigi yang bersangkutan.
Field blokk untuk menganestesi gigi molar pertama rahang atas kanan; injeksi dilakukan
dua kali yaitu pada mucobuccal fold apeks gigi premolar kedua rahang atas kanan (kiri)
dan mucobuccal fold apeks gigi molar kedua rahang atas kanan (kanan);

Field blokk untuk menganestesi gigi molar ketiga rahang atas kanan; penderita diminta
untuk sedikit menutup mulutnya dan pipi ditarik ke lateral agar tusukan jarum dapat
dilakukan semaksimal mungkin ke arah medial pada mucobuccal fold apeks gigi molar
kedua rahang atas (kanan)

3. Anterior Palatine Nerve Blokk


1. Saraf yang teranestesi: nervus palatina anterior atau nervus palatinus majus yang
keluar dari foramen palatinus majus
2. Daerah yang teranestesi: mukoperiosteum dan mukosa palatal duapertiga posterior
palatum durum, mulai dari pertengahan kaninus atas sampai dengan batas
posterior palatum durum
3. Pedoman anatomis: gigi molar kedua dan ketiga rahang atas, gingival marginalis
bagian palatal dari molar kedua dan ketiga, garis median palatum durum
4. Indikasi: untuk menganestesi mukosa duapertiga posterior palatum durum
misalnya: pada pencabutan gigi-gigi posterior rahang atas
5. Teknik: jarum ditusukkan pada mukosa di atas foramen palatinus majus yang
secara klinis terletak di antara gigi molar kedua dan ketiga rahang atas sejauh kira-
kira 10 mm dari gingival marginal bagian palatal gigi tersebut, kemudian
injeksikan cairan anestesi sebanyak 0,25 sampai 0.5 ml dengan perlahan-lahan.
6. Gejala subyektif: terasa kebas pada mukosa palatum bagian posterior apabila
dirasakan dengan lidah
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Skills Lab. 2014. Pemulihan Sistem Stomatognatik III. Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.
Kamadjaja, David B. 2019. Anestesi Lokal Di Rongga Mulut. Airlangga University Press.
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai