Anda di halaman 1dari 6

LO 2 MAHASISWA MAMPU MENGETAHUI DAN MENJELASKAN

MACAM, TEKNIK DAN TATA LAKSANA ANATESI LOKAL DAN


EKSODONSIA

1. Anestesi Lokal
Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap
bagian susunan saraf.

1.1. Pembagian Anestesi Lokal


Pembagian anestesi lokal berdasarkan area yang teranestesi :
a. Nerve block, merupakan metode aplikasi anestesi lokal dengan penyuntikan
cairan anestesi pada atau sekitar batang saraf utama sehingga mencegah impuls
saraf afferent disekitar titik tersebut.
b. Field block, merupakan metode anestesi lokal yang dilakukan dengan
memasukkan cairan didaerah cabang saraf terminal yang besar sehingga area yang
teranestesi memblokir semua saraf afferent pada daerah tersebut.
c. Local infiltration, larutan anestesi lokal disuntikkan disekitar ujung saraf
terminal sehingga cairan anestesi terkumpul pada daerah tersebut sehingga
mencegah terjadinya stimulasi dan terbentuknya rasa sakit.
d. Anestesi topikal, dengan cara mengoleskan larutan anestesi lokal secara
langsung pada bagian permukaan (membrane mukosa, kulit terluka atau mata)
untuk mencegah stimulasi pada ujung ujung saraf bebas pada daerah tersebut (free
nerve endings).

1.2. Macam-macam teknik yang digunakan dalam penatalaksanaan anestesi lokal:


a. Infiltrasi
Anestesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anestesi disekitar apeks gigi
yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada tulang alveolar
menyebabkan cairan anestesi berdifusi menuju saraf pada apeks gigi. Biasanya
menggunakan jarum yang agak pendek.
b. Anestesi blok
Merupakan anestesi dengan cara menginjeksikan cairan anestesi pada batang saraf
yang biasa digunakan untuk tindakan bedah di rongga mulut. Anestesi blok yang
digunakan biasa dilakukan adalah inferior dental blok, mental blok, posterior
superior dental blok, dan infra orbital blok. Biasanya anestesi menggunakan jarum
lebih panjang 3,5 cm.
c. Teknik-teknik lain
Ada teknik-teknik lain yang digunakan untuk anestesi seperti periodontal ligament
injection, intraosseous injection, dan intrapulpal injection.
(David Wray, dkk. 2003)

1.3. Persiapan Pra Anestesi


Persiapan pra anestesi ini mencakup tiga persiapan,yaitu persiapan
diri, persiapan alat dan bahan, dan persiapan pasien. Persiapan diri harus
sehat fisik dan psikis, memiliki pengetahuan dan keterampilan teknik anestesi
yang memadai dan memiliki mental yang baik untuk mengatasi apabila terjadi
keadaan yang mengancam jiwa pasien (Malamed dan Stanley 2004).

Persiapan alat dan bahan anestesi yang biasa digunakan adalah


syringe untuk menyutikkan bahan atau agen anestesi lokal ke daerah yang akan
dianestesi. Hal ini perlu diperhatikan agar penyuntikan berjalan cepat dan lancar.
Kemudian siapkan mukosa yang akan disuntik, dan siap dilakukan
penyuntikan langsung pada daerah yang dikehendaki (Malamed dan Stanley
2004).

Evaluasi pra anestesi dilakukan melalui anamnesis serta evaluasi


kondisi fisik pasien. Dalam anamnesis pasien ditanyakan tentang riwayat
penyakit yang pernah atau sedang diderita. Penyakit-penyakit yang umumnya
ditanyakan kepada pasien dalam evaluasi pra anestesi adalah kelainan jantung,
hipotensi, diabetes, gagal ginjal, penyakit liver, alergi terhadap obat,
hipertensi, rematik, asma, anemia, epilepsi, serta kelainan darah. Obat-obatan
yang sedang dikonsumsi, riwayat alergi, dan beberapa keluhan-keluhan yang
mungkin dialami oleh pasien. Dalam evaluasi pra anestesi ini pula ditanyakan
tentang ketakutan pasien sebelum dilakukan anestesi sehingga keadaan psikologis
pasien dapat dievaluasi.

Pemeriksaan fisik pra anestesi yang perlu dilakukan adalah inspeksi visual
untuk mengobservasi adanya kelainan pada postur tubuh pasien, gerakan
tubuh, bicara, dan evaluasi tanda vital serta status kesehatan fisik (Malamed dan
Stanley 2004).
1.4. Teknik Anastesi Lokal

Beberapa Teknik Anestesi Lokal :

a. Injeksi Supraperiosteal Untuk Menganestesi Gigi Insisivus Setral Atas

Untuk menganestesi gigi insisivus sentral atas menggunakan jarum 17/8 in


-25 gauge hub panjang atau 1 in -25 gauge hub pendek atau 1 in -27 gauge hub
pendek. Obat anestetikum kira-kira sebanyak 1-2 cc. Titik suntikan terletak pada
lipatan mukolabial. Anastetikum dideponir sedikit di atas apeks akar gigi.
Injeksikan perlahan sedikit demi sedikit. Karena adanya persitumpangan serabut
saraf dari sisi lain maka perlu dilakukan injeksi pada apeks gigi insisivus sentralis
sisi lain, dengan mengarahkan jarum menyilang garis tengah injeksi ini dapat
diperoleh hanya satu kali tusukan.

b. Injeksi Supraperiosteal Untuk Menganestesi Nervus Alveolaris Superior


Posterior
Untuk menganestesi nervus alveolaris superior posterior menggunakan
jarum 17/8 in -25 gauge hub panjang atau 1 in -25 gauge hub pendek atau 1 in -27
gauge hub pendek. Obat anestetikum kira-kira sebanyak 1-2 cc. Sebelum
melakukan injeksi, membran mukosa harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
cara dikeringkan, kemudian diolesi dengan antiseptik sampai saat dianastesi
pasien tidak boleh menutup mulut. Titik suntikan terletak pada lipatan mukobukal
diatas gigi molar kedua atas, jarum digerakkan ke arah distal dan superior,
kemudian anestetikum dideponir kira-kira diatas apeks akar gigi molar ketiga.
Molar ketiga, kedua dan akar distal dan palatal molar pertama akan teranestesi
pada injeksi ini.

c. Injeksi Blok Mandibular

Untuk injeksi blok mandibular menggunakan jarum 1 7/8 in -23 gauge hub
panjang atau 17/8 in -25 gauge hub pendek. Obat anestetikum kira-kira sebanyak 2
cc. Teknik ineksi yaitu palpasi fossa retromolaris dengan jari telunjuk sehingga
kuku jari menempel pada linea obliqua. Dengan barrel (bagian anastetikum)
syringe terletak di antara kedua premolar pada sisi yang berlawanan, arahkan
jarum sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi mandibula ke arah ramus dan jari.
Tusukkan jarum pada apeks trigonum pretygomandibulare dan teruskan
gerakkan jarum di antara ramus dan ligamentum serta otot yang menutupi facies
interna ramus sampai ujungnya berkontak pada dinding posterior sulcus
mandibularis. Deponirkan kurang lebih 1,5cc anestetikum disekitar nervus
alveolaris inferior (kedalaman insersi jarum rata-rata 15mm). Nervus Lingualis
biasanya teranastesi dengan cara mendeponirkan pada pertengahan perjalanan
masuknya jarum. Untuk tindakan ekstraksi, injeksi ini perlu ditambah dengan
injeksi nervus buccalis longus.

d. Injeksi Supraperiosteal Untuk Menganastesi Gigi Insisivus Bawah

Untuk menganastesi gigi insisivus bawah menggunakan jarum 1 7/8 in -25


gauge hub panjang atau 1 in -25 gauge hub pendek atau 1 in -27 gauge hub
pendek. Obat anestetikum kira-kira sebanyak 1-2 cc. Titik suntikan terletak pada
lipatan mukolabial dan arahkan jarum hati-hati kebawah sampai ujung jarum
setinggi apeks akar gigi. Jika jarum dimasukkan terlalu dalam maka akan
terdeponir kedalam nervus mentalis dan mengakibatkan kegagalan anastesi.
Keempat gigi anterior bawah dapat dianastesi dengan melakukan injeksi pada
kedua sisi lateral garis tengah. Injeksi ini juga akan memblok serabut-serabut yang
bersitumpang menuju gigi insisivus bawah setelah dilakukan injeksi n.mentalis
dan n.mandibularis. Untuk ekstraksi gigi harus ditambah injeksi lingual.

1.5.Anestesi Lokal Untuk Gigi Pada Skenario


Gigi 12 Dengan teknik infiltrasi pada n. alveolaris superior anterior,
diindersikan pada mukobukal fold setinggi apeks gigi antara 12 dan 13. Hanya
diinjeksikan pada bagian labial saja sudah cukup akan speeding ke n alveolaris
superior anterior kemudian menuju n infraorbital. Lalu pasien akan merasa kebas
pada daerah yang diinervasi.

Gigi 13 Dengan teknik infiltrasi pada n. alveolaris superior anterior,


diindersikan pada mukobukal fold setinggi apeks gigi antara 12 dan 13. Hanya
diinjeksikan pada bagian labial saja sudah cukup akan speeding ke n alveolaris
superior anterior kemudian menuju n infraorbital. Lalu pasien akan merasa kebas
pada daerah yang diinervasi.

Gigi 28 Dengan teknik infiltrasi pada n. alveolaris superior posterior pada


mukobukal fold setinggi apeks gigi pada bagian palatal diinsersikan pada tulang
palatinus mayus diantara M2 dan M3 setinggi apeks gigi. Lalu pasien akan merasa
kebas pada daerah yang diinervasi.

Gigi 43 Dengan teknik infiltrasi cukup disekitar F. mentalis bisa ke rami


insisivum sekitar lingual apeks gigi yang akan dicabut dan pada n. lingualis.
Pasien akan merasa kebas dan bagian yang teranastesi berwarna putih.

Gigi 48 Dengan teknik block pada bagian bukal dilakukan block n. bukalis
longus dimukobukal fold setinggi apeks gigi, pada bagian lingual pada n.lingualis
letak jarus diinsersikan diatas kurang dari sulkus lingualis akan ke n. alveolaris
inferior. Bisa menggunakan teknik direct dan indirect. Pasien akan merasa kebas
pada ujung lidah dan kebas pada daerah yang terinervasi.

DAFTAR PUSTAKA
Wray, David, dkk. 2003. Textbook of General and Oral Surgery. Philadelphia:
Churchill Livingstone.
Malamed dan Stanley, F. 2004. Handbook of Local Anasthesia 5th ed. St. Louis :
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai