RASA SAKIT
adalah suatu sensasi tidak
menyenangkan yang ditimbulkan
oleh adanya jejas yang merusak,
dimana sensasi ini diteruskan oleh
persarafan khusus menuju ke sistim
saraf pusat untuk diinterpretasikan
sebagai rasa sakit.
Istilah
Analgesia mempunyai arti hilangnya
sensasi rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Analgesia regional
(analgesia lokal) berarti hilangnya sensasi
rasa sakit pada suatu bagian tertentu dari
tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Anestesia local adalah hilangnya semua
sensasi sensorik yakni sensasi: rasa sakit,
raba, tekan dan suhu, pada suatu daerah
setempat dari tubuh.
Mekanisme
Cairan anestesi lokal
memblokir sensasi
rasa sakit dengan jalan menghambat
penghantaran impuls pada serat saraf perifer.
Hal ini dapat berlangsung karena cairan
anestesi lokal menyebabkan penurunan
permeabilitas sel saraf terhadap ion sodium.
Pada saat serat saraf menerima suatu
rangsangan maka tidak terjadi influks ion
sodium ke dalam sel saraf
depolarisasi
maupun konduksi (penghantaran) impuls ke
susunan saraf pusat tidak terjadi.
Golongan AL
Golongan Ester
Benzoic Acid esters
Peperocaine (Metycaine), Meprylcaine (Oracaine),
Isobucaine (Kincaine)
Para-aminobenzoic Acid esters
Procaine (Novocaine), Tetracaine (Pentocaine),
Butethamine (Monocaine), Propoxycaine (Ravocaine),
2-Chloroprocaine (Nesacaine), Butethamine
(Duocaine), Benzocaine (Hurricaine)
Meta-aminobenzoic Acid esters
Metabutethamine (Unacaine), Primacaine
(Primacaine).
Golongan Amida
Lidocaine (Xylocaine), Mepivacaine
(Carbocaine), Bupivacaine
(Marcaine), Pyrrocaine (Dynacaine),
Prilocaine (Citanest).
Anestesi topikal
Bahan anestesi topikal biasanya
tersedia dalam bentuk gel, cairan,
atau spray.
Yang paling sering dipakai adalah
Benzocaine (golongan Ester PABA).
Lidocaine juga banyak dipakai untuk
anestesi topikal baik dalam bentuk
spray (10%) atau ointment (5%).
Jenis obat anestesi lokal; baik sifat toksik inheren obat anestesi lokal
maupun efek vasodilatasinya.
Konsentrasi obat anestesi lokal. Semakin tinggi konsentrasinya semakin
banyak jumlah obat yang masuk ke dalam sirkulasi darah.
Injeksi intravaskuler.
Kecepatan injeksi. Semakin cepat pemberian semakin mudah cairan
anestesi masuk ke dalam sirkulasi darah.
Vaskularisasi jaringan. Injeksi pada jaringan dengan vaskularisasi yang
tinggi, dan pada daerah keradangan dan infeksi, akan meningkatkan
toksisitas sistemik.
Berat badan penderita; semakin gemuk seseorang semakin tinggi
ambang toksistasnya
Kecepatan metabolisme dan ekskresi obat. Obat anestesi golongan
amida akan terakumulasi pada penderita penyakit liver sedangkan baik
obat golongan amida maupun ester terakumulasi pada penyakit ginjal.
..field block
Tehnik :
1. Jarum ditusukkan pada cekungan yang terdalam pada
mukolabial atau mukobukal fold dari gigi yang
bersangkutan , jarum diinsersikan sampai ujung jarum
terasa menyentuh tulang setinggi apeks gigi yang
bersangkutan, jarum ditarik sedikit kemudian dilakukan
aspirasi, bila tidak ada darah yang masuk ke dalam barrel
cairan anestesi lokal diinjeksikan sebanyak kira-kira 1 ml
dengan perlahan.
2. Khusus untuk gigi molar pertama rahang atas tusukan
jarum dan injeksi cairan anestessi dilakukan dua kali yaitu
mukobukal fold apek gigi premolar kedua dan apeks
mesiobukal gigi molar kedua rahang atas.
3. Khusus untuk menganestesi gigi molar ketiga rahang atas
penderita dimunta untuk sedikit menutup mulutnya dan
pipi ditarik ke lateral agar tusukan jarum dapat dilakukan
semaksimal mungkin ke arah medial pada mucobukal fold
apeks gigi molar kedua rahang atas.
..anterior palatine
Tehnik : jarum diinsersikan pada mukosa di
atas foramen palatinus majus yang secara
klinis terletak diantara gigi molar kedua dan
ketiga rahang atas sejauh kira-kira 10 mm
dari ginggival marginal bagian palatal gigi
tersebut, kemudian deponirkan cairan
anestesi sebanyak 0,5 ml dengan perlahanlahan.
Gejala subyektif ; terasa kebas pada mukosa
palatum bagian posterior apabila dirasakan
dengan lidah.
..Inferior Alveolar
Tehnik ;
1. Penderita diminta untuk membuka mulut dengan lebar
selama dilakukan prosedur anestesi lokal ini, pertama-tama
dilakukan perabaan dengan jari telunjuk pada mucobucal
fold gigi-gigi molar rahang bawah, kemudian tulang
ditelusuri sampai teraba linea oblique externa dan batas
anterior ramus ascendens, dari situ ujung jari telunjuk
digeser ke posterior sejauh kira-kira 10 mm untuk
mendapatkan cekungan yang disebut coronoid notch, untuk
tindakan pada sisi kiri perabaan diatas dengan
menggunakan ibu jari.
Catatan ; coronoid notch terletak pada garis horizontal yang
sama dengan foramen mandibularis yang merupakan
tempat sasaran prosedur anestesi ini.
. Inferior Alveolar
2. Jarum diarahkan dari sisi berlawanan yakni antara premolar pertama
dan kedua rahang bawah kontralateral dengan bevel menghadap
kearah tulang, kemudian jarum diinsersikan tepat di pertengahan
ujung jari telunjuk tadi samapi ujung jarum menyentuh tulang, jarum
ditarik sedikit kemudian arah syringe diubah sehingga sejajar dengan
gigi-gigi posterior rahang bawah pada sisi yang sama, kemudian
jarum dimasukkan ke arah posterior sejauh kira-kira 10 mm sambil
menyusuri tulang linea oblique interna kemudian syringe diubah lagi
posisinya dengan arah kontralateral, langkah terakhir masukkan lagi
jarum kedalam jaringan sampai ujung jarum terasa menyentuh
tulang.
3. Jarum ditarik sedikit, dilakukan aspirasi, kemudian larutan anestesi
lokal diinjeksikan secara perlahan-lahan sebanyak 1-1,5 ml , setelah
selesai jarum ditarik keluar mukosa dengan perlahan-lahan.
Gejala subyektif ; terasa kebas pada bibir bawah dan kulit dagu pada
sisi yang sama.
Mandibular anesthesia
TOXICITIES OF LOCAL
ANESTHETICS
Essentially all systemic toxic reactions
associated with local anesthetics are
the result of over-dosage leading to
high blood levels of the agent given.
Therefore, to avoid a systemic toxic
reaction to a local anesthetic, the
smallest amount of the most dilute
solution that effectively blocks pain
should be administered.
1. Hypersensitivity.
Some patients are hypersensitive (allergic)
to some local anesthetics. Although such
allergies are very rare, a careful patient
history should be taken in an attempt to
identify the presence of an allergy. There
are two basic types of local anesthetics
(the amide type and the ester type). A
patient who is allergic to one type may or
may not be allergic to the other type.
3. Cardiovascular
Toxicities.
Local anesthetics if absorbed
systematically in excessive amounts can
cause depression of the cardiovascular
system.
Peripheral vascular action arteriolar dilation
(except cocaine which is vasoconstrictive
Hypotension and a certain type of
abnormal heartbeat (atrioventricular block)
characterize such depression. These may
ultimately result in both cardiac and
respiratory arrest.
Role of toxicity
Signs of toxicity occur on a continuum.
From early to late stages of toxicity, these
signs are: circum-oral and tongue
numbness, lightheadedness, tinnitus,
visual disturbances, muscular twitching,
convulsions, unconsciousness, coma,
respiratory arrest, then cardiovascular
collapse.
Vasoconstrictors
Vasoconstrictors decrease the rate of
vascular absorption which allows more
anesthetic to reach the nerve membrane
and improves the depth of anesthesia.
There is variable response between LA and
the location of injection as to whether
vasoconstrictors increase duration of
action. 1:200,000 epinephrine appears to
be the best vasoconstrictor.
MACAM VASOKONSTRIKTOR
A. Adrenalin
Adrenalin 5 g/ml atau 1:200.000 membuat vasokonstriksi
pembuluh darah pada tempat suntikan sehingga dapat
memperlambat absorbsi sampai 50%. Ini penting untuk
obat-obat dengan durasi pendek atau intermediet seperti
prokain, lidokain, dan mepivacaine .
Disamping itu dengan penambahan epinephrine bertujuan
untuk mengurangi perdarahan saat pembedahan dan untuk
meningkatkan intensitas blok dengan efek agonis alpha
langsung pad reseptor antinociceptive di spinal cord, dan
untuk membantu pada evaluasi suatu dosis tes.
Dosis maksimum epinephrine tidak boleh melebihi 10
mcg/kg pada pasien anak dan 250 mcg pada orang dewasa.
Epinephrine tidak boleh digunakan pada blok saraf perifer
pada area dengan aliran darah kolateral sedikit atau pada
teknik regional intravena.
CATATAN
Beberapa kondisi yang bisa
menyebabkan seseorang resisten
terhadap obat bius di antaranya:
1. Pecandu alcohol
2. Pengguna obat psikotropika
seperti morfin, ekstasi dan lainnya
3. Pengguna obat anelgesik
Terima kasih