Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Abses adalah daerah jaringan yang terbentuk dimana didalamnya terdapat nanah yang
terbentuk sebagai usaha untuk melawan aktivitas bakteri berbahaya yang menyebabkan
infeksi. Sistem imun mengirim sel darah putih untuk melawan bakteri sehingga terbentuklah
nanah atau pus yang mengandung sel darah putih yang masih aktif ataupun sudah mati serta
enzim. Abses terbentuk jika tidak ada jalan keluar nanah atau pus sehingga nanah atau pus
terperangkap dalam jaringan dan terus membesar. Abses dapat terbentuk pada seluruh bagian
di dalam tubuh. Khususnya di dalam mulut dapat terbentuk di gingiva, gigi maupun akar gigi.
Bakteri dapat masuk dengan beberapa jalan, yaitu :

Melalui luka trauma yang terbuka


Melalui lubang karies
Melalui poket atau gingiva yang terbuka

Kematian pada penderita abses jarang terjadi dan biasanya terjadi akibat gangguan
pada pernafasan. Dan morbiditas berhubungan dengan dehidrasi. Tidak ada predileksi yang
berhubungan dengan jenis kelamin. Abses dental juga jarang terjadi pada bayi karena abses
tidak terbentuk sampai erupsi gigi. Gejala abses pada pasien biasanya ada keluhan berupa
nyeri pada saat mengunyah dan jika kontak dengan panas atau dingin. Pemeriksaan
laboratorium diperlukan jika ada komplikasi abses. Orang yang memiliki daya resistensi
rendah memiliki resiko tinggi untuk menderita abses. Pada awalnya penderita abses
mengalami sakit gigi yang bertambah parah sehingga saraf didalam mulut juga dapat
terinfeksi. Jika absesnya tersembunyi di dalam gingiva, maka gingiva bisa berwarna
kemerahan. Untuk terapi, maka dokter gigi membuat jalan di permukaan gigiva agar pus bisa

berjalan keluar. Ketika pus sudah mendapat jalan keluar, kebanyakan rasa sakit yang diderita
oleh pasien berkurang drastis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Abses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa pembentukan pus,
biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Bakteri yang berperan dalam proses
pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Jika suatu
abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung lokasi abses. Pus merupakan pertahanan efektif terhadap
penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal
atau lapisan otot dekat permukaan. Abses pada rongga mulut dapat terjadi akibat infeksi
dentoalveolar. Infeksi dentoalveolar dapat didefinisikan sebagai infeksi pada gigi dan
jaringan sekitarnya (seperti periodontium dan tulang alveolar) yang menghasilkan pus. Salah
satu bentuk dari kondisi ini adalah abses dentoalveolar.
Abses dentoalveolar adalah kantung yang berisi nanah didalam jaringan sekitar akar
gigi. Abses dentoalveolar biasanya terbentuk melalui penyebaran dari lesi karies gigi dan
penyebaran dari bakteri atau pulpa melalui tubulus dentin. Respon pulpa terhadap infeksi
dapat berupa inflamasi akut yang mengenai seluruh pulpa yang secara cepat menyebabkan
nekrosis atau dapat berupa perkembangan dari abses kronis yang terlokalisir dimana sebagian
besar pulpanya dapat bertahan hidup.
Abses

dentoalveolar

biasanya

terjadi

ketika

gigi

berlubang

(karies

gigi)

menghancurkan enamel pelindung gigi dan dentin, yang memungkinkan bakteri untuk
mencapai pulpa. Ketika gigi terdapat kerusakan, bakteri juga bisa menddapatkan akses ke

pulpa, dan masuk langsung melalui patahan tulang atau disepanjang pembuluh darah yang
rusak.
Pada pemeriksaan rontgen abses dentoalveolar akan tampak gambaran radiolusen
yang berbatas difus di periapikal. Ditandai dengan adanya pelebaran membrane periodontal
didaerah periapikal sebagai akibat dari suatu peradangan. Dalam waktu singkat juga
menyebabkan demineralisasi dari tulang alveolar dan sekitarnya sehingga terlihat gambaran
radiolusen yang meluas sekitar apeks dengan batas yang difus.
Lamina dura didaerah apeks gigi terputus dan terlihat adanya pelebaran pada
membrane periodontal. Apabila abses ini cukup lama maka akan terlihat adanya residual dari
ujung apeks gigi. Abses dentoalveolar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu abses submukosa dan
abses subkutan.
1

Abses submukosa
Abses submukosa adalah suatu infeksi supurasi (abses) pada daerah tepat
dibawah mukosa. Perjalanan abses diawali dengan timbulnya periapikal abses yang
kemudian menjadi subperiosteal abses yang mengakibatkan pecahnya periosteum
kemudian pus mengalir ke daerah dibawah mukosa dan terbentuk abses submukosa.
Pus dapat berkumpul di bawah mukosa vestibulum oris/forniks, palatum, sublingual,
retromolar, peritonsilar dan faring, sehingga disebut sebagai abses submukus sesuai
dengan daerah yang terkena. Submukus abses merupakan tahap superfisialis atau
akhir perjalanan abses pada mukosa daerah tertentu dalam rongga mulut dan faring.
Gambaran klinis dari abses submukosa dibagi menjadi 2 gambaran yaitu
gambaran secara ektraoral dan secara intraoral. Secara ektraoral abses submukosa
tergantung mukosa yang terkena pada vestibulum oris disertai pembengkakan
ektraoral didaerah bukal. Pembengkakan terasa kenyal dan terdapat rasa nyeri bila di
tekan. Sedangkan secara intraoral gambaran klinis abses submukosa terdapat benjolan
atau pembengkakan lunak pada mukosa sesuai daerah yang terkena disertai fluktuasi
4

dan nyeri bila ditekan. Gejala intraoral bervariasi, umumnya merupakan kelanjutan
dari periapikal dan subperiosteal abses. Dibandingkan dengan periapikal dan
subperiosteal abses, nyeri pada abses submukosa lebih sedikit.
2

Abses subkutan
Abses subkutan merupakan suatu infeksi supurasi pada daerah tepat di bawah
kutis. Perjalanan abses subkutan diawali dengan terjadinya periapikal abses yang
kemudian berkembang menjadi subperiosteal abses yang menyebabkan pecahnya
periosteum dan menembus fasia superfisialis kemudian pus mengalir ke daerah
subkutis sesuai region yang terkena dan terbentuklah abses subkutan. Abses subkutan
merupakan tahap superfisialis atau akhir perjalanan abses pada kutis daerah ekstraoral
tertentu sesuai arah perjalanan absesnya.
Gambaran klinis dari abses subkutan dibagi menjadi 2 gambaran yaitu
gambaran secara ektraoral dan secara intraoral. Secara ekstraoral saat terbentuknya
abses subkutan terjadi pembengkakan ekstraoral sesuai daerah yang terkena.
Pembengkakan ini berwarna kemerahan dan mengkilat. Konsistensi pembengkakak
lunak disertai fluktuasi, nyeri saat palpasi dan tekan (nyeri lebih ringan dibanding
subperiosteal abses). Pembengkakan biasanya terlokalisir. Sedangkan gejala intraoral
merupakan kelanjutan dari periapikal dan subperiosteal abses dengam tingkat yang
lebih ringan. Tidak ada benjolan pembengkakan intraoral.

B. Etiologi
Tubuh menyerang infeksi dengan sejumlah besar sel darah putih, nanah atau pus dan
sekumpulan sel darah putih serta jaringan yang mati. Biasanya pus dari infeksi gigi pada

awalnya dialirkan ke gusi, sehingga gusi yang berada di akar gigi tersebut membengkak. Pus
bisa dialirkan ke kulit, mulut, tenggorokan atau tengkorak, tergantung kepada lokasi yang
terkena. Etiologi lainnya yaitu :

Pulpitis
Pasien dengan imunitas yang rendah
Gingivitis
Infeksi post trauma atau infeksi post operative

Penyebaran abses dentoalveolar dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung :
1. Penyebaran secara langsung, terjadi pada :
Jaringan lunak superfisial
Daerah sekitar wajah dengan resistensi yang rendah
Bagian medulla dari tulang alveolar

Penyebaran secara tidak langsung dapat terjadi melalui :

Jalur limfatik
Jalur hematogenik

C. Gambaran Klinis
1 Nyeri lokal yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari
2

Gigi sensitif terhadap panas dan dingin

Demam

Ginggiva berdarah, bengkak, panas, kemerahan

Gigi goyang, lunak, ekstrusi

Pembengkakan kelenjar limfe di sekitar leher

Infeksi yang lebih serius, seperti trismus, dysphagia dan gangguan pernafasan

Gambar 1

D. Penanganan abses dentoalveolar


Penatalaksanaan dalam penyembuhan abses dentoalveolar adalah dengan
melakukan perawatan seperti :
1. Faramakoterapi
Analgesik : abses dentoalveolar dapat menimbulkan rasa nyeri, tapi dapat

digunakan obat penghilang rasa nyeri (analgesik).


Antibiotik : penanganan abses dentoalveolar dapat digunakan antibiotik untuk
mencegah penyebaran infeksi. Antibiotik dapat digunakan bersama analgesik.

2. Dental prosedur
Langkah utama yang penting dari abses dentoalveolar adalah insisi abses dan drainase
abses yg berisi nanah atau pus yang mengandung bakteri. Pada abses dentoalveolar,
operator akan mengeluarkan pus atau nanah, dan secara menyeluruh membersihkan
daerah alveolar. Kemudian menghaluskan permukaan akar gigi dengan scaling dan
garis servikal untuk membantu penyembuhan dan mencegah infeksi atau peradangan
lebih lanjut.
Terapi dalam penanganan abses adalah dengan menghilangkan infeksi, perbaikan gigi
dan mencegah komplikasi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan, yaitu :

Mengeringkan pus

Menghilangkan sumber infeksi

Pemberian

antibiotik,

standar

antibiotik

yang

sering

digunakan

adalah

phenoxymethylphenicillin (penicillin V) atau amoksisilin dosis tinggi, dan jika pasien


hipersensitif terhadap penisilin dapat digunakan eritromisin atau metronidazol.

Tahap-tahap penatalaksanaan dari abses dentoalveolar adalah dengan cara insisi dan
drainase menggunakan alat dan bahan seperti :
1

Jarum 18 atau 20 gauge

Spoit disposibel 3ml


Abses fluktuan dengan dinding yang tertutup, baik abses periodontal maupun

periapikal, dirawat secara lokal yaitu insisi dan drainase, maka anestesi yang dilakukan
sebelumnya yaitu pada waktu sebelum aspirasi sudah dianggap cukup untuk melanjutkan
tindakan ini. Lokasi standar untuk melakukan insisi abses adalah daerah yang paling bebas,
yaitu daerah yang paling mudah terdrainase dengan memanfaatkan pengaruh gravitasi.
Seperti pada pembuatan flap, biasanya kesalahan yang sering dilakukan adalah membuat
insisi yang terlalu kecil. Insisi yang agak lebih besar mempermudah drainase dan
pembukaannya bisa bertahan lebih lama. Drain yang dipakai adalah suatu selang karet dan
di pertahankan pada posisinya dengan jahitan.

Gambar 2

BAB III
KESIMPULAN
Gambar 3

BAB III
KESIMPULAN

Abses dentoalveolar adalah kantung yang berisi nanah didalam jaringan sekitar akar
gigi. Abses adalah suatu penimbunan nanah, merupakan infeksi yang gambaran utamanya
berupa pembentukan pus dan biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah

putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati
inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.Akibat penimbunan nanah ini,
maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling
abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk
mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam, maka infeksi bisa
menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses .
Pus merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung berpindah
akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat permukaan. Abses
pada rongga mulut dapat terjadi akibat infeksi dentoalveolar. Abses dentoalveolar adalah
kantung yang berisi nanah didalam jaringan sekitar akar gigi. Infeksi dentoalveolar dapat
didefinisikan sebagai infeksi pada gigi dan jaringan sekitarnya (seperti periodontium dan
tulang alveolar) yang menghasilkan pus.

DAFTAR PUSTAKA
1

Kapita selekta. Abses Dentoalveolar. Jakarta :,Fakultas Kedokteran UI.edisi

ketiga.jilid 1.
Bailey B. Odontogenic Infection. Head and Neck Surgery. 4th ed. Pennsylvanya:

Elsener Mosby; 2005.


Topazian R. Oral and Maxillofacial Infection. 4th ed. St. Louis: W.B. Saunders; 2002.
repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 10Februari 2016 WIB.
5 Repository.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 11 Februari 2016 WIB.
3
4

10

Anda mungkin juga menyukai