PENDAHULUAN
Melakukan pencabutan gigi merupakan hal yang biasa bagi seorang dokter gigi.
Pencabutan gigi bisa berhasil dilakukan, akan tetapi dapat juga mengalami kesulitan yang
kemudian menimbulkan komplikasi pasca pencabutan gigi. Ada beberapa hal yang dialami
pasien pasca pencabutan gigi, seperti perdarahan, rasa sakit, edema dan dry socket. Dry
socket merupakan komplikasi penyembuhan luka dari pencabutan gigi yang paling sering
terjadi. Hal ini dapat terjadi karena tidak terbentuknya bekuan darah normal sehingga
Dry socket merupakan komplikasi setelah pencabutan gigi atau bedah minor. Dry socket
disebut juga alveolar osteitis, osteitis local, alveoalgia, alveolitis sicca dolorosa, alveolitis
necrotic, localized osteomyelitis, dan alveolitis fibrinolytic. Gambaran klinis dari dry socket
adalah terjadinya nekrosis atau disintegrasi dari pembentukan bekuan darah yang biasanya
terjadi 2-4 hari setelah pencabutan gigi, disertai dengan halitosis serta nyeri dengan intensitas
yang bervariasi.
Ada beberapa penyebab terjadinya dry socket, yaitu trauma selama pencabutan gigi dan
ephrin atau bahan vasokonstriktor yang berlebihan. Selain itu, penyebab dry socket adalah
terjadinya infeksi pada soket gigi setelah pencabutan gigi, adanya tulang yang tajam,
hilangnya blood clot, merokok dan melakukan irigasi yang tidak adekuat pasca operasi.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengatakan bahwa untuk menurunkan terjadinya
insidensi dry socket, yaitu dengan menggunakan obat kumur antiseptik, agen antifibrinolitik,
antibiotik steroid, intraalveolar dressing dan medikamen. Untuk penanganan dry socket
dapat dilakukan dengan mengirigasi soket bekas pencabutan yang berguna untuk mengangkat
jaringan nekrotik dan kemudian meletakkan intraalveolar dressing. Sebagai tambahan, untuk
terapi lokal dapat diberikan obat-obatan yang sesuai dengan indikasi nyeri yang dialami oleh
pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammed et al pada tahun 2011, bahwa dari 1305
kasus pencabutan gigi, terdapat kasus dry socket sebanyak 3,2%, dimana prevalensi kasus
dry socket dengan pencabutan tanpa operasi sebanyak 1,7% dan kasus dry socket dengan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka pokok permasalahan adalah
sebagai berikut:
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kuman anaerob yang dominan
pada Dry socket dan juga perbedaan kepekaan kuman anaerob yang dominan terhadap beberapa
antibiotik.
BAB II
PEMBAHASAN
Alveolitis (Dry socket) adalah komplikasi setelah pencabutan gigi yang terjadi pada hari
kedua dan ketiga, dengan keluhan rasa sakit yang sangat mengganggu penderita dan dapat
berlanjut menjadi komplikasi yang lebih serius. Banyak definisi yang berbeda dari
Alveolitis, terakhir dikatakan Alveolitis sebagai nyeri post operasi di dalam dan sekitar
alveolar gigi, serta meningkat keparahannya antara hari pertama dan ketiga setelah
pencabutan, disertai dengan sebagian atau total disintegrasi dari faktor pembekuan darah
Dry socket biasanya akan muncul pada hari ke 3-5 sesudah tindakan bedah atau
pencabutan gigi. Keluhan utamanya adalah timbulnya rasa sakit yang hebat. Pada
pemeriksaan terlihat alveolus terekspos dan sensitive, terselimuti kotoran dan disertai
dengan munculnya peradangan gingiva. Menurut Pedlar dan kawankawan (2001), akan
terlihat adanya sisa clot yang berwarna abu-abu, mukosasekitar dan alveolus akan berwarna
Biasanya jika hal ini terjadi pasien akan merasa bahwa telah terjadi salah pencabutan gigi
karena akan muncul rasasakit pada gigi sebelahnya. Selain itu juga akan timbul bau mulut