Anda di halaman 1dari 4

INFEKSI ODONTOGENIK

Infeksi odontogenik adalah infeksi akut atau kronis yang berasal dari gigi yang berhubungan
dengan patologi. Mayoritas infeksi yang bermanifestasi pada region orofacial adalah
odontogenik. Infeksi terbanyak di regio maxila dan mandibula disebabkan oleh infeksi
odontogenik antara lain infeksi periapikal dan periodontal, kista, fraktur akar, infeksi residual
dan poket perikoronal.
Penyebabnya bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak,
dalam sulkus ginggiva, dan mukosa mulut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran infeksi odontogenik
 Jenis dan virulensi kuman penyebab
 Daya tahan tubuh penderita
 Jenis dan posisi gigi sumber infeksi
 Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot
 Adanya tissue space dan potential space
Tahapan Infeksi
Infeksi odontogenik umumnya melewati tiga tahap sebelum mereka menjalani resolusi:
1. Selama 1 sampai 3 hari pembengkakan lunak, ringan, lembut, dan permukaan
konsisten.
2. Antara 5 sampai 7 hari tengahnya mulai melunak dan abses merusak kulit atau
mukosa sehingga membuatnya dapat ditekan. Pus mungkin dapat dilihat lewat lapisan
epitel, membuatnya berfluktuasi.
3. Akhirnya abses pecah, mungkin secara spontan atau setelah pembedahan secara
drainase. Selama fase pemecahan, regio yang terlibat kokoh/tegas saat dipalpasi
disebabkan oleh proses pemisahan jaringan dan jaringan bakteri.
Infeksi Odontogenik Berdasarkan Spasia yang Terkena
1. Spasia Subperiosteal
Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut dan daerah
maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada
daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat, berdenyut dan dalam serta tidak
terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi premolar atau molar pembengkakan
dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab
sensitif pada sentuhan atau tekanan.
2. Spasia Fosa Kanina

Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi rahang atas pada regio ini
terdapat jaringan ikat dan lemak yang memudahkan terjadinya akumulasi cairan jaringan.
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka, kehilangan sulkus nasolabialis dan
edema pelupuk mata bawah sehingga tampak tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka
terasa sakit disertai kulit yang tegang berwarna merah.
3. Spasia Bukal

Spasia bukal berada diantara muskulus maseter, muskulus pterigoid interna dan muskulus
buksinator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas dan ke dalam diantara otot pengunyah,
menutupi fosa retrozigomatik dan spasia infratemporal. Abses dapat berasal dari gigi molar
kedua atau ketiga rahang atas masuk ke dalam spasia bukal. Gejala klinis abses ini terbentuk
di bawah mukosa bukal dan menonjol ke arah rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada
proses supuratif, fluktuasi negatif dan gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Infeksi dapat
turun ke spasia terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus,
tidak jelas pada perabaan.
4. Spasia Infratemporal

Abses ini jarang terjadi tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan sering menimbulkan
komplikasi yang fatal. Spasia infratemporal terletak di bawah dataran horizontal arkus-
zigomatikus. Bagian lateral di batasi oleh ramus mandibula dan muskulus temporalis. Bagian
tengah dibatasi oleh medial dan lateral muskulus pterigoid. Struktur anatomi terpenting,
seperti nervus mandibula, milohioid, lingual, bukal, korda timpani, dan arteri maksila,
ditemukan pada spasia ini. Bagian dari plexus pterigoid venus juga ditemukan dalam spasia
ini. Infeksi pada abses infratemporal dapat diakibatkan karena infeksi pada saluran akar gigi
posterior maksila dan mandibula, yang melalui spasia pterigomandibular, dan mungkin dapat
dihasilkan dari blok nervus alveolar superior posterior dan blok nervus alveolar inferior.
Pasien yang terkena abses ini dapat mengalami gejala trismus dan nyeri saat membuka mulut
dengan deviasi lateral mengarah ke sisi yang terkena, edema pada regio anterior telinga yang
memanjang hingga arkus zigomatik dan terlihat edema pada kelopak mata.
5. Spasia Submaseter
Spasia submaseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi otot maseter bagian
superfisialis dan bagian dalam. Spasia ini berupa suatu celah sempit dan lokasinya berada
diantara muskulus maseter dan bagian lateral dari ramus mandibula. Bagian belakang
dipisahkan oleh kelenjar parotis dan bagian depan dipisahkan oleh mukosa dan area
retromolar. Infeksi pada spasia ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah (perikoronitis)
dan dalam beberapa kasus disebabkan oleh perpindahan abses. Gejala klinis dapat berupa
bengkak hingga sakit pada penekanan pada region dari muskulus maseter, bagian posterior
dari ramus mandibula bagian dalam sampai bagian anterior dari muskulus maseter.
Pembengkakan jaringan lunak muka disertai
trismus yang berat dan ketidakmampuan palpasi saat observasi mandibula. Pada pemeriksaan
intraoral ada pembengkakan pada area retromolar dan pada anterior dari ramus. Abses ini
terus berfluktuasi, memungkinkan hadirnya gejala yang umum.

Anda mungkin juga menyukai