Anda di halaman 1dari 51

CASE BASED DISCUSSION

“TUMOR MAMMAE”

Oleh:

Nadhilah Hibaturrahman

(016.06.0023)

Pembimbing:

dr. Sapto Kukuh Widodo, Sp. B

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI


BAGIAN STASE BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLUNGKUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
AL-AZHAR MATARAM 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya laporan Case Base Discussion ini dapat diselesaikan dengan
sebagaimana mestinya. Di dalam laporan ini penulis memaparkan laporan kasus dan
materi berkaitan dengan hemoroid interna.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan ini. Penulis
mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali
semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan laporan kasus
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat membantu untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.

Klungkung, 14 September 2021

Penyusun

ii
Ii
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Tujuan............................................................................................................3
1.3 Manfaat..........................................................................................................3

BAB III LAPORAN KASUS

2.1.........................................................................................................................
Identitas Pasien...............................................................................................4
2.2.........................................................................................................................An
amnesis...........................................................................................................4
2.3.........................................................................................................................Pe
meriksaan Fisik..............................................................................................6
2.4.........................................................................................................................Pe
meriksaan Penunjang..................................................................................9
2.5.........................................................................................................................Di
agnosis Banding.............................................................................................9
2.6.........................................................................................................................Di
agnosis Kerja..................................................................................................10
2.7.........................................................................................................................Pla
nning...............................................................................................................10
2.10.Prognosis.......................................................................................................11

iii
2.11Follow Up.......................................................................................................12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1.Anatomi........................................................................................................15
3.2.Definisi Tumor Mammae..............................................................................19
3.3.Epidemiologi.................................................................................................19
3.4.Etiopatogenesis.............................................................................................26
3.5.Faktor Risiko ...............................................................................................22
3.6.Patofisiologi ................................................................................................23
3.7.Klasifikasi ...................................................................................................20
3.8.Diagnosis ....................................................................................................25
3.10.......................................................................................................................Pe
natalaksanaan .............................................................................................26

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada wanita.
Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak memiliki
ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak menyebar dan bila
dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat sembuh sempurna,
sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat menyusup ke jaringan
sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut.
Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang sering ditemukan, pada kelainan ini
terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada
wanita usia muda 10-30 tahun (Wakhidah, 2018).
Di seluruh dunia 8,2 juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat kanker.
Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah orang meninggal dunia akibat kanker
meningkat menjadi 11,5 juta bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan
pengendalian yang efektif. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency
for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker mammaeadalah kanker
dengan persentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan persentase kematian tertinggi
(12,9%) pada perempuan di dunia. Di Indonesia berdasarkan data sensus tahun
2014- 2015 jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Selain itu BPS
menunjukkan dari total tersebut penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta 2 jiwa
dan perempuan sebanyak 126, 8 juta jiwa. Ketua Yayasan Kanker
MammaeIndonesia (YLKPI), Linda Gumelar mengatakan kanker
mammaemerupakan jenis kanker tertinggi pada klien rawat inap maupun rawat
jalan di seluruh RS di Indonesia. Pada tahun 2010 jumlah klien kanker
mammae28,7 persen dari total penderita kanker. Secara umum prevalensi penyakit
kanker di Indonesia cukup tinggi. Menurut data riset Kesehatan Dasar 2013
prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4% dari 1000 penduduk atau sekitar

1
347.000 orang. Di Indonesia kasus baru kanker mammaemenjadi kasus kematian
tertinggi dengan angka 21,5% pada setiap 100.000 penduduk, sekitar 70% kasus
klien kanker mammae baru datang ke fasilitas kesehatan pada stadium lanjut
(Wakhidah, 2018).
Dengan semakin banyaknya kasus tumor mammae maka penting untuk dapat
memahami tumor mammae (Wakhidah, 2018).

1.2. Tujuan
- Untuk Mengetahui Anatomi Payudara
- Untuk Mengetahui Definisi Tumor Mammae
- Untuk Mengetahui Epidemiologi
- Untuk Mengetahui Etiopatogenesis
- Untuk Mengetahui Faktor Risiko
- Untuk Mengetahui Patofisiologi
- Untuk Mengetahui Klasifikasi
- Untuk Mengetahui Diagnosis
- Untuk Mengetahui Tatalaksana

1.3. Manfaat
- Dapat Mengetahui Anatomi Payudara
- Dapat Mengetahui Definisi
- Dapat Mengetahui Epidemiologi
- Dapat Mengetahui Etiopatogenesis
- Dapat Mengetahui Faktor Risiko
- Dapat Mengetahui Patofisiologi
- Dapat Mengetahui Klasifikasi
- Dapat Mengetahui Diagnosis
- Dapat Mengetahui Tatalaksana

2
BAB II
LAPORAN KASUS
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


Nama :H
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Alamat : Jl. Pulesari

2.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama :
Ada benjolan pada payudara kiri

b. Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke poli bedah umum dengan keluhan adanya benjolan pada
payudara kiri. Benjolan tersebut dirasakan sejak ± 3 minggu yang lalu.
Benjolan dirasakan muncul tiba-tiba dan dirasakan terus menerus membesar
dalam 3 minggu ini. Pasien mengatakan awalnya tidak menyadari adanya
benjolan pada payudaranya. Pasien pertama kali menyadari adanya benjolan
saat mandi. Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri
dirumahnya dan tidak merasakan adanya benjolan pada ketiak maupun lokasi
lainnya.

3
Keluhan nyer, keluar cairan dari putting, dan putting susu tertarik
disangkal oleh pasien. Batuk dan sesak, perut kembung, nyeri kepala, dan
nyeri tulang disangkal. Pasien tidak mempunyai anak, tidak menggunakan
KB, dan tidak ada riwayat paparan radiasi . BAB normal 1x dalam 2 hari dan
BAK jernih.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan yang sama: tidak ada
- Riwayat Hipertensi : tidak ada
- Riwayat DM : tidak ada
- Riwayat Asma : tidak ada
- Riwayat Operasi : tidak ada
- Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan yang sama: tidak ada
- Riwayat Hipertensi : tidak ada
- Riwayat DM : tidak ada
- Riwayat Alergi : tidak ada
d. Riwayat Pengobatan : tidak ada
e. Riwayat alergi : tidak ada
f. Riwayat sosial
- Makan minum : baik
- BAB dan BAK: BAB normal 1x dalam 2 hari dan BAK jernih.
- Merokok : tidak
- Alkohol : tidak
- Kebersihan diri : baik
- Olahraga : Jarang
g. Riwayat Menstruasi
Pasien pertama kali mengalami menstruasi pada usia 11 tahun. Siklus
haid 28 hari. Lama haid 4-5 hari. Menstruasi pasien teratur dengan setiap

4
siklus 28 hari. Saat haid pasien tidak ada keluhan dan saat ini pasien sudah
menopause.

2.3. Pemeriksaan Fisik


Status present
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS = E4M6V5
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 17,6 kg/m2
Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah : 125/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 73 kali/menit
Frekuensi Napas : 17 kali/menit
Suhu : 36,8 oC
SpO2 : 99 %

Status General
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
bulat isokor
THT : Kesan tenang
Leher : simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks :
o Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
o Pulmo: suara nafas vesikuler (+/+), rhonki -/-, wheezing -/-

5
Abdomen : distensi (-), sikatrik (-), bising usus (+) normal 10x/menit, nyeri
tekan (-),hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat (++/++), edema --/--, CRT < 2 detik

Status Lokalis
a. Inspeksi :
Mammae dextra
- Massa (-)
- Kulit payudara baik, putting tidak retraksi
- Kulit: hiperemis (-), dimpling(-), peau d’orange (-), ulserasi (-), nodul
satelit (-)
- Putting: retraksi (-), discharge (-), erosi (-), kusta (-)
Mammae sinistra
- Massa pada payudara kiri dengan ukuran 2x3 cm
- Kulit: hiperemis (-), dimpling(-), peau d’orange (-), ulserasi (-), nodul
satelit (-)
- Putting: retraksi (-), discharge (-), erosi (-), kusta (-)
b. Palpasi :
Mammae dextra
- Tidak teraba massa
- Pembesaran KGB aksila, supraclavicular, dan infraclavicula sinistra : (-)
Mammae sinistra
- Teraba massa pada kuadran upper medial dengan ukuran : 2 cm x 3 cm,
konsistensi keras, bulat, mobile, dan nyeri tekan (-).
- Pembesaran KGB aksila, supraclavicular, dan infraclavicula sinistra : (-)

6
2.4. Pemeriksaan Penunjang
a. USG Mammae
Mammae Dextra:
- Intensitas fibroglandular parenkim mammae tampak normal
- Cutis, subcutis, dan lapisan muscularis tampak normal
- Retropapila kanan tidak tampak kelainan
- Tak tampak lesi cystic maupun nodul
- Tidak tampak pelebaran ductus lactiferous
Mammae Sinistra:
- Intensitas fibroglandular parenkim mammae tampak normal
- Cutis, subcutis, dan lapisan muskularis tampak normal
- Retropapila kiri tidak tampak kelainan
- Tampak lesi cystic dengan mural nodul batas tegas tepi irregular
- Tampak circumscribe kalsifikasi 2,23 x 2 x 1,7 cm jam 9 dari areola 3
cm
- Tidak tampak pelebaran ductus lactiferous
- Tidak tampak pembesaran lymphnode pada axilla kanan dan tampak
pembesaran kelenjar lymphe node axilla kiri ukuean 1,5 cm
Kesimpulan :
- Lesi cystic dengan mural nodul batas tegas teppi irregular dan tamak
circumscribe kalsifikasi uk 2,23 x 2 x 1,7 jam 9 dari areola 3 cm kesan

7
Birads 4a-b (Saran FNA) dan tampak pembesaran kelenjar lymphe
nodul axilla kiri multiple.
- Tidak tampak lesi solid maupun lesi kistik pada mammae kanan
- Tidak tampak pembesaran lymphnode pada axilla kanan

8
b. Pemeriksaan HPA (FNAB Superfisial) (3 September 2021)
- Makroskopis:
Teraba nodul pada region mamae sinistra arah jam 9 berjarak 3 cmm
dari areola dengan ukuran 2 cm, batas tidak tegas, mobile, kenyal.
Dilakukan 3x puncture pada nodul tersebut dengan jarum G25, didapat
bahan bercampur darah, dibuat apusan 3 slide, dan dipulas dengan
pengecatan Diff Kwik.
- Mikroskopis:
Apusan hiperseluler mengandung sebaran dan kelompokkan sel-sel
epitel duktuli yang sebagian tampak diskohesif dengan morfologi sel
N/C ratio meningkat, inti bulat oboid, tersusun overlapping, membrane
ini irregular, pleomorfia sedang, beberapa anak inti terlihat. Latar
belakang sediaan berupa eritrosit
- Kesimpulan:
Mammae sinistra, FNAB : gambaran morfologi cenderungg ductal
karsinoma nuclear grade 2
- Saran:
Konfirmasi dengan pemeriksan histopatologi dari bahan biopsy.

c. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hb 13,6 g/dL 10,8-14,2
Leukostit 8,11 ribu/uL 3,5-10
Neutrofil 79 % 39,3-73,7
Limfosit 17,3 % 18,0-48,3
Monosit 1,8 % 4.4 – 12.7
Eosinofil 0,80 % 600 – 7.30
Basofil 0,68 % 0.00 - 1.70
Eritrosit 5,2 juta/uL 3,5-5,5
Ht 43,5 % 35-55
Indeks Eritrosit
MCV 84,1 fL 81.1-96

9
MCH 26,3 pg 27.0-31.2
MCHC 31,3 % 31.5-35.0
RDW-CV 12,2 % 11.5 – 14.5
Trombosit 192 Ribu/uL 145-450
MPV 6,37 fL 6.90 – 10.6

- Hemostasis
Masa Perdarahan (BT) 1:30 menit 1-5
Masa Pembekuan (CT) 10:00 menit 6-15

- Kimia klinik
Faal Hati
AST (SGOT) 12 8-37 U/L
ALT (SGPT) 6 13-42 U/L
Faal Ginjal
Ureum 11 10-50 mg/dL
Kreatinin 0,7 0.6-1.2 mg/dL
Glukosa darah sewaktu 109 80.200/dL

- Hormon
Endokrin
FT4 17,25 pmol/L
TSH 1,12 uIU/mL

- Rapid Test Antigen


Jenis pemeriksan Hasil Nilai Rujukan
Rapid antigen SARS-cov 2 Negatif Negatif

d. Pemeriksaan Thoraks PA
- Cor : tidak membesar
- Pulmo: corakan bronchovascular meningkat tak tampak infiltrate,
tampak fibrosis di para cardiac kiri

10
- Sinus phrenocostalis kanan dan kiri tajam
- Diafragma kanan dan kiri normal
- Skelet hemithoraks : tak tampak fracture
Kesan:
- Tak tampak cardiomegaly
- Mengesankan gambaran bekas keradangan paru kanan dan kiri

2.5 Diagnosis Banding


- Tumor mammae sinistra susp malignancy
- Fibroadenoma mammae sinistra
- Tumor Phyloides sinistra

2.6 Diagnosis Kerja


Tumor Mammae Sinistra Susp Malignancy
2.7 Planning
Planning Terapi :
Tindakan operatif : eksisi tumor + biopsi

11
2.8 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sonationam : Dubia ad bonam

2.9 Follow Up

14/09/21 (Post Op H0)


S Nyeri luka post operasi (+) VAS 3/10, demam (-), mual (-), muntah
(-)
O Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg
RR : 19 x/menit
Nadi : 76x/menit
SpO2 : 98%
Tax : 36,0oC
VAS : 3/10
Status Generalis: Dalam batas normal
Status lokalis : Perdarahan (-), nanah (-), edema (-), merah (-)

A Post Eksisi Biopsi (H0)


P - IVFD RL 20 tpm
- Omeprazole 2 x 40 mg
- Cefotaxim 3x1 gr
- Rawat luka

15/09/21 (Post Op H1)


S Nyeri luka post operasi (+) VAS 2/10, demam (-), mual (-), muntah
(-)
O Status Present

12
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 125/70 mmHg
RR : 16 x/menit
Nadi : 65 x/menit
SpO2 : 98%
Tax : 36,2oC
VAS : 2/10
Status Generalis: Dalam batas normal

Status lokalis : Luka kering, nanah (-), edema (-), merah (-)
A Post Eksisi Biopsi (H0)
P - IVFD RL 20 tpm
- Cefixim 2x200 mg
- Paracetamol 4x500 mg

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi
3.1.1. Anatomi Mammae

13
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding
depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas
sampai iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas
medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Duapertiga
dasar tersebut terletak di depan M. pectoralis major dan sebagian M. serratus
anterior. Sebagian kecil terletak di atas M. obliquus externus (Snell, 2012).
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar
daripada yang lainnya. Lobus-lobus ini beserta duktusnya adalah kesatuan dalam
anatomi, bukan kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy payudara bukan suatu
lobektomi, dimana pada prosedur semacam itu, sebagian dari 1 atau lebih lobus
diangkat. Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang
retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik (Snell, 2012).
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial
berkenaan dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral
menuju papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari
papilla. Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang
tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk
terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan
ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya
dinamakan lactiferous sinuse . Pada area bebas lemak di bawah areola, bagian
yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya
tempat untuk menyimpan susu. Intraductal papillomas sering terjadi di sini
(Snell, 2012).
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita
jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam
dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen
parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit,
sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal.
Dengan adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan

14
mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit
yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang
disebut peau d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari
folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan
dari kulit (Snell, 2012).

3.1.2. Vaskularisasi Mammae


1. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna. Cabang – cabang I, II, III
dan IV dari a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir
sternum pada intercostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan
memberi perdarahan tepi media glandula mammae.
2. Rami pektoralis a. thorakoakromialis. Arteri ini berjalan turun di antara m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Setelah menembus m. pektoralis
mayor , arteri ini akan memperdarahi glandula mammae bagian dalam (deep
surface).
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) berjalan turun menyusuri tepi
lateral m. pektoralis mayor untuk memperdarahi bagian lateral payudara.
4. A. Torako-dorsalis merupakan cabang dari a. subscapularis. Arteri ini
memperdarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun arteri
ini tidak ikut memperdarahi bagian glandula mammae, tetapi sangat penting
artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdaeahan yang terjadi

15
akibat putusnya arteri ini sulit di control, sehingga daerah ini dinamakan “the
bloody angle”.

Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu:


1. Cabang cabang perforantes v. mammaria interna, vena ini merupakan vena
tersebar yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v.
mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. innominata.
2. Cabang-cabang v. aksilaris yang tediri dari v. thorako-akromialis, v.
thorako-dorsalis dan v. thorako lateralis.
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui
vena – vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru).

Penyaluran limfe dan mammae sangat penting peranannya dalam metastase sel
kanker. Bagian terbesar disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke

16
kelompok pectoral, tetapi ada juga yang disalurkan ke kelompok apical,
subskapular, lateral, dan sentral (Snell, 2012). Terdapat enam grup kelenjar
getah bening axilla:
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah tepi lateral m.
pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.
2. Kelenjar getah bening scapula, terletak sepanjang vasa subskapularis dan
thorakodorsalis, mulai dari percabangan v. aksilaris menjadi v. subskapularis
sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalani m. latissimus
dorsi.
3. Keleniar getah bening sentral (Central node), terletak dalam jaringan lemak
di pusat ketiak. Kelenjar getah bening ini relatif mudah diraba dan
merupakan kelenjar getah bening yang terbesar dan terbanyak.
4. Kelenlar getah bening interpectoral (Rotter’s node), terletak diantara m.
pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorakoakromialis.
5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v. aksilaris bagian
lateral, mulai dari white tendon m. lattisimus dorsi sampai ke medial dan
percabangan v. aksilanis — v. thorako- akromalis.
6. Kelenjar getah bening subklavikula, mulai dari medial percabangan v.
aksilanis — v. thorako-akromialis sampai dimana v. aksilanis menghilang
dibawah tendon m. subklavius. Kelenjar ini merupakan kelenjar axial yang
tertinggi dan termedial letaknya. Semua getah bening yang berasal dan
kelenjar-kelenjar getah bening aksila masuk ke dalam kelenjar ini.
Sisanya disalurkan ke nodi limphoidei infraclaviculares, supraclaviculares, dan
parasternales.

17
3.1.3. Inervasi Mammae
Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh
sistem simpatis. Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari
nervus supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus interkostal torasik
(3 4 ).
Bagian medial payudara dipersarafi oleh cabang anterior nervus
interkostal torasik. Kuadran lateral atas payudara dipersarafi terutama oleh
nervus interkostobrakialis ( C8 dan T1 ). Pada mastektomi dengan diseksi aksila
n. interkostobrakialis dan n. kutaneus brakius madialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas sedapat mungkin
dipertahankan agar tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut(Snell, 2012).

18
3.2. Definisi Tumor Mammae
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil
proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi, atau dikenal
dengan istilah neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan atau
pembelahan, jadi neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang
berbeda dari pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang normal (Sjamsuhidajat,
2017).
Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi tumor
ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor). Terdapat perbedaan
sifat yang nyata diantara dua jenis tumor ini. Malignant tumor disebut juga
sebagai kanker. Kanker berpotensi menyerang atau merusak jaringan
disekitarnya dan menyebabkan metastase (penyebaran bibit penyakit).
Sedangkan benign tumor tidak menyerang jaringan disekitarnya dan tidak
membentuk metastase, tapi secara lokal dapat bertumbuh menjadi besar.
Biasanya benign tumor tidak muncul lagi setelah dilakukan operasi
pengangkatan tumor. Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor
ganas lebih berbahaya dan fatal sehingga dapat mengakibatkan kematian. Tumor
jinak hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi
tumbuhnya yang membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan
saluran napas (Sjamsuhidajat, 2017).
Kanker adalah suatu penyakit dimana sekelompok sel abnormal dalam
tubuh tumbuh tidak terkendali (NCCN, 2016). Kanker payudara adalah kanker
yang berkembang dari jaringan payudara (Kabel & Baali, 2015). Sebagian besar
kanker payudara berasal dari duktus laktiferi (kanker duktal)
danlainnyaberasaldarikelenjar(kankerlobular)(ACS,2016).

3.3. Epidemiologi
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir
40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae

19
mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna
karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada
wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara
adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi,
Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging dan juga biopsi payudara dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien
(Hadikusuma, 2014).
Tahun 2007, terdapat 45.700 wanita yang didiagnosis kanker payudara
yang berarti terdapat 125 wanita setiap harinya yang mengidap kanker payudara.
Insidensi kanker payudara pada wanita meningkat selama 10 tahun terakhir
sebanyak 5 persen. Delapan diantara sepuluh wanita dengan kanker payudara
adalah wanita usia 50 tahun atau lebih. Kasus kanker tertinggi yang diderita oleh
wanita Indonesia adalah kasus kanker payudara dengan angka kejadian 26 per
100.000 wanita, diikuti kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 wanita
(Hadikusuma, 2016).
Berdasarkan datadari GLOBOCAN,International Agency for Research
on Cancer (IARC) (2018), jumlah penderita kanker dengan kasus baru di seluruh
dunia pada tahun 2018 sebanyak 18.078.957 orang dan menyebabkan kematian
sekitar 9,5 juta orang. Kanker paru, kolorektal, hepar dan kanker payudara
adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Persentase
kasus baru kanker payudara adalah 11,6%, peringkat kedua setelah kankerparu.
Pada tahun 2018, di Indonesia, kanker payudara merupakan penyakit
kanker dengan prevalensi tertinggi, yaitu sebesar 16,7% dengan estimasi
jumlahsebanyak 58.256 kasus baru. Kanker payudara menyebabkan kematian
sebanyak 22.692 orang (12,56%), peringkat kedua setelah kanker paru (IARC,
2018). Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan prevalensi
kanker payudara tertinggi, yaitu sekitar2,4% (Kemenkes RI, 2015).

3.4. Etiopatogenesis

20
Penyebab kanker payudara tidak seluruhnya dimengerti. Namun, terdapat
tiga hal penting yang mempengaruhi, yaitu perubahan genetik, pengaruh
hormonal dan pengaruh lingkungan (Kumar et al., 2013). Kanker payudara
biasanya terjadi akibat interaksi antara faktor lingkungan dan genetic (Kabel &
Baali, 2015).
Pada perubahan genetik, terjadi mutasi yang mengenai gen proto-
onkogen dan gen supresor tumor pada epitel payudara. Hal ini yang mendasari
onkogenesis. Berdasarkan hasil penelitian, pada 30% kasus kanker payudara
ditemukan ekspresi berlebihan dari proto-onkogen HER2/NEU (kelompok
reseptor faktor pertumbuhan). Selain itu, pada sebagian pasien kanker payudara,
terjadi amplifikasi gen RAS dan MYC ataupun mutasi dari gen. Mutasi gen ini
dapat terjadi pada gen supresor tumor RB dan TP53 atau mutasi pada BRCA1
(pada lokus kromosm 17q21.3)/ BRCA2 (pada pita kromosom 13q12-13)
(Kumar et al., 2013). Pada sel yang normal, BRCA1 dan BRCA2 membantu
untuk mencegah terjadinya kanker dengan menghasilkan protein yang dapat
mencegah pertumbuhan abnormal (Rasjidi, 2010). Kanker akan tumbuh jika
kedua alel mengalami inaktivasi atau defektif (Kumaretal, 2013).
Ketidakseimbangan hormon berupa kelebihan estrogen memiliki peran
penting dalam patogenesis kanker payudara. Estrogen menstimulasi produksi
faktor pertumbuhan, seperti transforming growth factor-α (TGF-α), platelet
derived growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF), dan lainnya yang
akan memicu perkembangan tumor melalui mekanisme parakrin dan autokrin
(Kumaretal, 2013).
Pengaruh lingkungan diperkirakan karena adanya insidens kanker
payudara yang bervariasi pada penduduk kelompok yang secara genetic bersifat
homogen dan perbedaan geografik (Kumaretal, 2013).

3.5. Faktor risiko

21
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor mammae belum diketahui. Namun,
ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu (Smeltzer,2016):
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
mammae.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae.
c. Faktor genetic
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker mammae.

d. Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Kanker payudara sangat jarang ditemukan sebelum usia 20 tahun, tetapi
insidensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini didukung oleh
laporan Dumitrescu dan Cotarla (2005) bahwa kurang dari 10 kasus baru per
100.000 wanita mengalami kanker payudara pada usia kurang dari 25 tahun
dan meningkat hingga 100 kali saat usianya 45 tahun.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat mening katkan
resiko terjadinya tumor mammae.
f. Riwayat menstruasi

22
Menarche dini atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang
dari 12 tahun) berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Risiko kanker payudara mengalami penurunan sekitar 10% setiap 2 tahun
keterlambatan usia menarche (Kumar et al., 2013; Rasjidi, 2010).
Dalam suatu studi, siklus menstruasi yang kurang dari 26 hari atau
lebihlamadari 31 hari selamausia18-22 tahun diprediksikan mengurangi
risiko kanker payudara. Studi yang lain menunjukkan bahwa siklus
menstruasi yang pendek saat usia 30 tahun berhubungan dengan penurunan
risiko kanker payudara (Rasjidi,2010). Menopause yang terlambat pada usia
relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun) meningkat risiko kanker payudara.
Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningktkan risiko
kanker payudara sebesar 3% (Rasjidi,2010)
g. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor mammae.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

h. Makanan dan berat badan


Makanan tinggi lemak (terdiri dari 35-40% lemak per kalori)
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Hal ini akibat tingginya
kolesterol yang merupakan prekursor dari sintesis estrogen dan hormon
lainnya sehingga jumlah estrogen dalam payudara meningkat dan dapat
menstimulasi perkembangan kanker.
Studi menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat berkaitan
dengan konsumsi alkohol jangka panjang. Wanita yang mengonsumsi 2-3
gelas alkohol per hari memiliki risiko terkena kanker payudara sekitar 20%
dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi alkohol (American Cancer
Society, 2018). Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan
merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara(Rasjidi,2010).

23
Berat badan yang berlebih memiliki hubungan dengan kejadian kanker
payudara post menopause, dimana wanita overweight memiliki risiko 1,5
kali dan sekitar 2 kali lebih tinggi pada wanita obesitas (Velde et al., 1996;
American Cancer Society, 2018). Setelah menopause, ketika ovarium
berhenti memproduksi hormon estrogen, jaringan lemak merupakan sumber
utama dalam produksi estrogen (American Cancer Society, 2018).

3.6. Patofisiologi
Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan mulai berproliferasi
secara abnoemal, membiarkan sinyal pengatur pertumbuhan di lingkungan
sekitar sel. Sel mendapatkan karakteristik invasif sehingga terjadi perubahan
jaringan sekitar. Sel menginfiltrasi jaringan dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh darah, yang membawa sel ke area tubuh yang lain. Kejadian ini
dinamakan metastasis (kanker menyebar ke bagian tubuh yang lain). Sel-sel
kanker disebut neoplasma ganan atau malignant dan diklasifikasikan serta diberi
nama berdasarkan tempat jaringan yang tumbuhnya sel kanker tersebut.
Kegagalan sistem imun untuk menghancurkan sel abnormal secara cepat dan
tepat tersebut menyebabkan sel-sel tumbuh menjadi besar untuk dapat ditangani
dengan menggunakan imun yang normal. Katergori agens atau faktor tertentu
yang berperan dalam karsinomagenesis (transpormasi maligna) mencakup virus
dan bakteri, agens fisik, agens kimia, faktor genetik atau familial, faktor diet,
dan agens hormonal (Smeltzer,2016).
Neoplasma merupakan pertumbuhan baru. Menurut ankolog dari inggris
menamakan neoplasma sebagai massa jaringan yang abnormal, tumbuhan
berlebih, dan tidak terkordinasi dengan jaringan yang normal, dan selalu tumbuh
meskipun rangan yang menimbulkan sudah hilang. Proliferasi neoplastik
menimbulkan massa neoplasma sehingga menimbulkan pembengkakan atau
benjolan pada jaringan tubuh, sehingga terbentuknya tumor. Istilah tumor

24
digunakan untuk pembengkakan oleh sembarang jaringan atau perdarahan.
Tumor dibedakan menjadi dua yaitu jinak dan ganas (Smeltzer, 2016).

3.7. Klasifikasi
Tumor Jinak Mammae
a. Fibroadenoma Mammae

25
Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah
menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering
membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh
multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masa
adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan
bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause,
saat ransangan estrogen meningkat. Nodul Fibroadenoma sering soliter,
mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor
yang multiple dan diameternya melebihi 10 cm (giantfibroadenoma)
(Sjamsuhidajat, 2017).
Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensiti(itas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu (15-25 tahun), waktu
dimana struktur lobus ditambahkan ke dalam system ductus pada mammae.
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3
cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant
fibroadenoma) (Sjamsuhidajat, 2017).
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut
tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat
digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun
retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini
tidak melekat pada jaringan sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan
dan Kadang- kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini
terdapat pada kuadran lateral superior dari mammae. Biasanya fibroadenoma
tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan (Sjamsuhidajat, 2017).
b. Kista Mammae

26
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu
kecil untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain
pada mammae dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan
hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus
berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah
diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi (Sjamsuhidajat,
2017).
Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi.
Kista ini dapat juga mobile namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran
klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam
mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa
menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.
Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara
menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama
nyeri bila disentuh, mengarah pada kista (Sjamsuhidajat, 2017).
c. Papiloma Intraduktus

27
Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus
mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial.
Tumor ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah
pada ujung dari sistem duktus yakni sinus lactiferous dan duktus terminalis.
Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe soliter.
Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan
hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan
bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada
area subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan
fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi
(Sjamsuhidajat, 2017).

d. Tumor Phylloides

28
Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan
dengan komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6.
Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya
muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM.
Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,
mungkin karena pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan
suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin
ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran
yang besar (Sjamsuhidajat, 2017).
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir
sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma
dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan berbenjol-benjol,
berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari fibroadenoma. Benjolan
ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul
sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran
bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin
karena pertumbuhannya yang cepat (Sjamsuhidajat, 2017).

e. Adenosis Sklerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan
kelainan fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang
mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila

29
pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan
lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik
adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan
parut seperti jaringan fibrous.
Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat
diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui
pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi
(proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel). Adenosis
sklerosis dengan karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya
muncul pada mikrokista multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang
dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis, adenosis
sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis
(Sjamsuhidajat, 2017).
f. Galaktokel

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu
duktus yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Biasanya timbul
6-10 bulan setelah menyusui. Galaktokel merupakan lesi benigna yang luar
biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh
epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.

30
Biasanya galaktokel tampak rata, kista menimbulkan benjolan yang nyeri
dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal serta dapat
menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat
digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan (Sjamsuhidajat,
2017).
g. Mastitis

Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang


menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada
kulit sekitar puting.
Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa
hangat saat perabaan. Terkadang sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu
adanya massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan
retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran
kelenjar getah bening aksila (Sjamsuhidajat, 2017).

h. Nekrosis Lemak

31
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika
tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
Nekrosis lemak berupa massa keras yang seringa gak nyeri tetapi tidak
membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata
(Sjamsuhidajat, 2017).

Tumor Ganas Mammae


Kanker payudara merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Tumor ganas ini dapat berasal dari kelenjar, saluran kelenjar,
jaringan lmak maupun jaringan ikat payudara. Kanker payudara merupakan
kanker tersering pada perempuan (22%) dan menjadi penyebab utama kematian
akibat kanker di dunia.
Berdasarkan ada atau tidaknya penetrasi membran basal yang berfungsi
membatasi pertumbuhan, kanker payudara diklasifikasikan menjadi non-invasif
(tidak terjadi penetrasi atau belum menembus membran basal) dan invasif (telah
terjadi penetrasi dan penyebaran atau sudah menembus membran basal)
(Kumaretal, 2013).
o Noninvasif

32
a. Karcinoma ductal in situ (DCIS)
b. Karsinoma lobular in situ (LCIS)
c. Paget’s disease
o Invasif
a. Karsinoma lobular invasif
b. Karsinoma ductal invasif

a. Non-invasif(insitu)
Kanker payudara non-invasif (in situ) memiliki dua tipe, yaitu ductal
carsinoma in situ (DCIS) dan lobular carsinoma in situ (LCIS). Penelitian
menunjukkan bahwa biasanya kedua tipe berasal dari sel pada duktus
terminal unit lobular (Kumaretal.,2013).
DCIS (83% kasus in situ) merupakan kondisi dimana sel-sel abnormal
menggantikan sel epitel normal yang melapisi duktus payudara. DCIS dapat
berkembang menjadi kanker invasif. Namun, sebenarnya pertumbuhan DCIS
sangat lambat (American Cancer Society, 2018).
LCIS mengacu pada sel abnormal yang tumbuh dan biasanya
berkembang didalam lobulus payudara (American Cancer Society, 2018).
Sekitar sepertiga wanita dengan LCIS berkembang menjadi karsinoma
invasif (Kumaretal., 2013).

b. Invasif (infiltratif)
Sebagian besar kanker payudara (80%) bersifat invasif, dimana kanker
telah menembus dinding kelenjar atau duktus dan tumbuh ke jaringan sekitar
payudara (American Cancer Society, 2018). Berdasarkan profil ekspresi gen,
kanker payudara dibagi menjadi empat subtipe molekuler yang dilihat dari
ada tidaknya hormon receptor (HR+/HR-) dan ekspresi yang berlebih pada
human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) dan/atau penyalinan yang
berlebihan dari gen HER2 (HER2+/HER2-) :

33
Tabel 1.Subtipe molekuler kanker payudara
Subtipe Prrsentasi HR HER
molecular kasus
Luminal A 71% HR+ HER2-
Triple negative 12% HR- HER2-
Luminal B 12% HR+ HER2+
HER-Enriched 5% HR- HER2+

Menurut panduan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes


RI) (2014), stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem
Klasifikasi Tumor-Nodus-Metastasis (TNM) American Joint Committee on
Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk kanker payudara. Sistem TNM
mengklasifikasikan kanker berdasarkan pada morfologi tumor yang akan
menentukan prognosis, yaitu ukuran dari tumor primer (T), ada tidaknya
keterlibatankelenjarlimfe(N),dan adanya metastasis (M) (Rasjidi, 2010).
Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Karsinoma in situ
Tis DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis(Paget’s) Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
T1 mic Mikroinvasi 0.1 atau kurang pada dimensi
terbesar
T1a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5
T1 cm pada dimensi terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1
cm pada dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm
pada dimensi besar
Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi
T2
terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar

34
Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada / kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot
pectoralis
T4 T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi
kulit payudara atau satellite skin nodules pada
payudara yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah Bening (KGB) Ragional (N)


Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
N0 Tak ada metastasis KGB regional
N1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih
dapat digerakkan
pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
pN1a 1-3 KGB aksila
pN1b KGB mamaria interna dengan metastasis mikro
melalui sentinel node biopsy tetapi tidak terlihat secara
klinis
pN1c T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan
metastasis mikro melalui sentinel node biopsy tetapi
tidak terlihat secara klinis
N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau KGB
mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak
terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir
satu sama lain (matted) atau terfiksir pada struktur lain
pN2a 4-9 KGB aksila
N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang
terdekteksi secara klinis* dan jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa
KGB aksila

35
N3 Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila, atau pada KGB mamaria interna
yang terdekteksi secara klinis*
dan jika terdapat metastasis KGB aksila secara klinis; atau
metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan
KGB aksila
pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan
KGB aksila atau >3 KGB aksila dan mamaria interna
dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy
namun tidak terlihat secara klinis

N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral


pN3c KGB supraklavikula
*Terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi pada
pemeriksaan imaging (tidak termasuk
lymphoscintigraphy) atau pada pemeriksaan fisis atau
terlihat jelas pada pemeriksaan patologis
Metasasis Jauh (M)
Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Terdapat Metastasis jauh

36
Pengelompokan Stadium Penetapan stadium berguna untuk:
- Penetapan diagnosa
- Penetapan strategi terapi
- Prakiraan prognosa
- Penetapan tindak lanjut setelah terapi ( follow up )
- Pengumpulan data epidemiologis dalam registrasi kanker (standarisasi)
- Penilaian beban dan mutu layanan suatu institusi kesehatan.

3.8. Diagnosa
a. Anamnesa
Anamnesis pasien kelainan payudara meliputi usia pasien, riwayat
reproduksi termasuk saat menarche, siklus menstruasi, dan usia saat
menopause. Riwayat operasi payudara sebelumnya, khususnya biopsy
payudara dan temuan patologisnya. Riwayat kehamilan dan menyusui.
Riwayat penggunaan kontrasepsi oral dan HRT pada menopause. Riwayat
kanker khususnya kanker mammae di keluarga (Hadikusuma,2014).

37
Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien terutama pada bagian
payudara, apakah ada nyeri payudara, keluar cairan dari putting, dan ada atau
tidaknya massa di payudara. Jika ada massa berapa lama massa itu muncul,
apa yang telah terjadi sejak penemuannya, dan apakah ada perubahan dengan
siklus haid. Jika mengarah ke kanker, lakukan penyelidikan tentang gejala
konstitusional seperti nyeri tulang, dan penurunan berat nadan
(Hadikusuma,2014).

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
generalis. emeriksaan payudara sebaiknya dilakukan disaat pengaruh
hormonal minimal, yaitu antara hari ke-7 sampai 10 menstruasi. Biasanya
pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital-
pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya
metastase dan atau kelainan medis sekunder (Kemenkes,2018).
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan
regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi.
Inspeksi dilakukan dengan pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan
posisi lengan di samping, di atas kepala dan bertolak pinggang.Inspeksi pada
kedua payudara, aksila dan sekitar klavikula yang bertujuan untuk
mengidentifikasi tanda tumor primer dan kemungkinan metastasis ke
kelenjar getah bening (Kemenkes,2018).
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang
(supine), lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal,
kedua payudara dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara
sirkular ataupun radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi
pasien duduk dengan lengan pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi
juga dilakukan pada infra dan supraklavikula (Kemenkes,2018).
Status lokalis (Kemenkes,2018):

38
o Payudara kanan atau kiri atau bilateral
o Massa tumor :
- Lokasi
- Ukuran
- Konsistensi
- Bentuk dan batas tumor
- Terfiksasi atau tidak ke kulit, musculus pectoral atau dinding dada
o Perubahan kulit
- Kemerahan , dimpling, edema atau nodul satelit
- Peau de orange, ulserasi
o Perubahan pada putting susu atau nipple
- Retraksi
- Erosi
- Krusta
- Discharge
o Status kelenjar getah bening
- KGB aksila : jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir terhadap sesame
atau jaringan sekitar
- KGB infraklavikula
- KGB supraklavikula
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Biopsy
Fine-Needle Aspirasi
- Angka kesakitan rendah.
- Murah.
- Hanya 1-2 % rata-rata positif palsu.
- Negatif palsu sampai 10 %.
- Membutuhkan ahli patologis yang memiliki keahlian.

39
Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari
diagnosis fisik massa payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan jarum 22-
gauge. Kegunaan utama FNA ialah dapat membedakan massa yang solid
dari massa kistik, dan dapat dilakukan setiap kali massa ditemukan pada
payudara. FNA akan ditunda jika mamografi atau hasil evaluasi radiografi
lain membingungkan. Dengan menggunakan FNA dalam pemeriksaan
rutin payudara, biopsi terbuka dapat dihindari kecuali jika dibutuhkan
pemeriksaan penunjang yang lain. Karsinoma tidak akan terdeteksi jika
biopsi bedah dilakukan ketika :
a. Aspirasi jarum tidak menghasilkan cairan kista dan massa padat yang
dapat didiagnosis
b. Cairan kista yang dihasilkan kental dan bercampur darah
c. Cairan dapat dihasilkan tetapi massa tidak terlihat.
Sensitivitas FNA untuk menentukan kanker mammae 90-99% dan
spesifitasnya 98%.

Biopsy Ultrasound
Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatid dilakukannya
biopsy terbuka, tetapi penggunaannya masih sangat jarang.

Biopsy Terbuka (Eksisi)


Setelah dilakukannya biopsi terbuka maka specimen harus segera
dikiri ke laboratorium untuk pemeriksaan histologi

2) Mamografi
 Mengidentifikasi kanker pada 5/1000 wanita.
 Memiliki sensitifitas 85-90%.
 Positif palsu 10%, negatif palsu 6-8%.

40
Mamografi digunakan sebagai screening untuk wanita dengan
keluhan pada mammae dan mengindikasikan adaanya kanker, juga
biasanya digunakan untuk mendeteksi kanker mammae asimptomatik.
Mammografi dapat mengambarkan keadaan payudara dalam 2 posisi,
craniocaudal (CC) dan mediolateral oblique (MLO).
Posisi MLO merupakan posisi terbaik untuk menggambarkan
kondisi jaringan mammae bagian kuadran atas dan axillary tail of spence.
Sedangkan CC memberikan gambaran yang baik untuk kondisi jaringan
mammae dari aspek medial. Selain itu, mamografi juga digunakan
sebagai guide untuk prosedur pemeriksaan lain seperti FNA.
Gambaran mamografi yang spesifik untuk kanker mammae
adalah massa solid dengan atau tanpa stellate (massa-massa kecil
disekitarnya), penebalan jaringan mammae yang asimetris, dan
mikrokalsifikasi. Gambaran kalsifikasi disekitar lesi atau massa
mengindikasikan adanya kanker mammae pada massa yang tidak dapat
teraba dan mikrokalsifikasi merupakan satu-satunya gambaran kanker
mammae pada wanita muda (Rozi, 2014).
3) MRI
MRI mendeteksi adanya kanker mammae sama seperti mamografi.
Karena itu jika dalam pemeriksaan fisik dan mamografi tidak terlihat
adanya kanker, maka saat dilakukan pemeriksaan MRI kemungkinan
ditemukan adanya kanker pun sangat rendah. Biasanya MRI digunakan
untuk screening pada wanita muda yang mempunyai riwayat genetik
kanker mammae dan evaluasi dengan mamografi terbatas disebabkan
peningkatan densitas jaringan mammae, pada wanita yang baru saja
didiagnosis kanker mammae dan pada wanita yang punya riwayat kanker
mammae kontralateral (Grace, 2017)

41
4) Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari
puting termasuk jika mengandung darah. Sebelumnya kontras disuntikan
ke salah satu atau lebih duktus kelenjar mammae kemudian lakukan
mammografi dengan posisi supinasi. Kanker akan terlihat sebagai massa
irregular atau multipel filling defect intraluminal (Smeltzer, 2016).

5) Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling sering
digunakan selain mamografi. USG sangat penting dalam memcahkan
masalah temuan equivocal pada mamografi, medefinisikan kista dan
menunjukan keabnormalan lesi solid secara spesifik. Pada USG kista
mammae digambarkan dengan batas halus dengan gambaran echoic.
Massa benigna digambarkan dengan kontur halus, berbentuk lingkaran
atau oval, echoic dan batas jelas. Kanker mammae digambarkan sebagai
massa dengan dinding yang irregular dan batas halus tetapi tidak bisa
mendeteksi massa < 1 cm. Usg juga digunakan sebagai guide FNA
(Snell, 2012).

6) Tumor Marker
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan tumor marker. Untuk kanker mammae, tumor marker yang
paling spesifik adalah CEA dan CA 15-3, digunakan untuk mengetahui
perjalanan penyakit dan respon terhadap therapi. Normalnya bernilai <
35 μ/ml dan bisa meningkat pada kehamilan menjadi 50 μ/ml (Rozi,
2014).

42
Karnofsky Score
100 Normal, tidak ada keluhan, tidak ada tanda-tanda penyakit
90 Dapat melakukan aktifitas normal, tanda dan gejala penyakit
yang minimal.
80 Dapat melakukan aktifitas normal, terdapat beberapa tanda
dan penyakit
70 Dapat mengurus diri tanpa bantuan, aktifitas normal mulai
terganggu
60 Dapat melakukan sendiri sebagian besar kebutuhan, tetapi
memerlukan bantuan disaat-saat tertentu
50 Membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dan sering memerlukan tindakan medis
40 Memerlukan bantuan tenaga khusus dan perawatan medis
30 Tidak mampu beraktifitas sama sekali, diperlukan perawatan
inap rumah sakit
20 Diperlukan perawatan inap rumah sakit, sangat lemah,
membutuhkan bantuan medis
10 Keadaan fatal yang dapat memburuk dengan cepat
0 Meninggal

3.9. Penatalaksanaan
Terapi tumor dan kanker memiliki tujuan (Sjamsuhidajat,2017):
1. Kuratif : untuk menyembuhkan serta memperpanjang survival penderita
2. Paliatif : untuk memperbaiki kualitas hidup penderita dengan menghilangkan
gejala dan tanda yang mengganggu seperti rasa nyeri, sulit tidur, sulit buang
air besar, depresi, dan lainnya.

Secara keseluruhan tujuan pengobatan adalah meningkatkan angka harapan


hidup dan mengatasi gejala, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
Modalitas terapi :

 Pembedahan

43
Peranan pembedahan dalam bedah tumor adalah sebagai alat diagnostic,
staging, terapi definitive (kuratif), profilaksis, paliatif, upaya rekonstruksi,
sitoreduktif, dan sebagai persiapan untuk akses vascular.
1. Bedah diagnostic
- Bedah insisional : mengambil Sebagian kecil jaringan untuk diperiksa
secara histopatologis
- Biopsy eksisional : mengangkat seluruh massa tumor (dilakukan untuk
tumor yang kecil <3 cm. tujuan biopsy eksisional adalah sebagai
diagnosis sekaligus terapi.
- Biopsy nodus sentinel : mengangkat nodul limfel pertama yang
menerima aliran limfe dari tumor ganas (kelenjar limfe yang paling
mungkin mengandung metastasis tumor ganas primer).
2. Bedah Definitif (kuratif)
Bedah kuratif merupakan terapi locoregional. Penderia dapat
sembuh jika kanker masih terbatas pada organ tempat tumbuhnya tumor
primer (local) dan pada kelenjar limfe yang menyalir daerah atau organ
itu (regional).
3. Bedah paliatif dan kedaruratan onkologis
Bedah paliatid dilakukan untuk meringankan atau menghilangkan
keluhan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita. Operasi paliatif juga berguna untuk mengeluarkan tumor yang
mengganggu (misalnya pengangkatan tumor yang menekan saraf
sehingga dapat mengatasi nyeri).

 Radioterapi
Radioterapi adalah penyinaran yang menyebabkan ionisasi pada sasaran
sehingga merusak DNA sel yang berbeda dalam salah satu fase pembiakan
sel dan menimbulkan apoptosis sel.

44
a) Radioterapi pasca bedah : bertujuan memperkuat efek pembedahan dan
terutama ditujukan pada sel kanker yang tersisa atau untuk membunuh
sel kanker yang tercecer selama pembedahan, misalnya pada karsinoma
payudara
b) Radioterapi pra bedah : bertujuan untuk mengecilkan tumor dan
mensterilkan bagian perifer tumor sehingga pembedahan menjadi lebih
aman.

 Terapi sistemik, yang terdiri dari kemoterapi, terapi hormone, dan terapi
imunologis

45
BAB IV
KESIMPULAN

Dilaporkan penderita perempuan usia 48 tahun dengan keluhan timbul benjolan


pada payudara kiri lebih kurang 3 minggu yang lalu tana disertai nyeri. Keluhan seperti
keluar cairan bening atau darah dari putting serta kelainan pada putting dan kulit
payudara disangkal oleh pasien. Batuk dan sesak, perut kembung, nyeri kepala, dan
nyeri tulang disangkal. Pasien tidak mempunyai anak, tidak menggunakan KB, dan
tidak ada riwayat paparan radiasi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status present dan status general dalam
batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis terdapat Teraba massa pada kuadran
upper medial dengan ukuran : 2 cm x 3 cm, konsistensi keras, bulat, mobile, dan nyeri
tekan (-). Pada pemeriksaan penunjang FNAB didapatkan pada mammae sinistra
terdapat gambaran morfologi cenderungg ductal karsinoma nuclear grade 2. Oleh
karena itu kasus pada pasien mengarah ke penyakit tumor mammae sinistra susp
malignancy. Untuk memastikan perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.

46
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2016, Available from:


https://www.cancer.org/content/dam/CRC/PDF/Public/8577.00.pdf
Grace, Pierce A., Neil R.B,. 2007. At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Hadikusuma, M. F. 2014. Tumor Payudara. Jakarta : FK Universitas Muhammadiyah
IARC (International Agency for Research on Cancer)/WHO, 2018, GLOBOCAN 2018:
Indonesia fact sheet IARC (International Agency for Research on
Cancer)/WHO, 2018, GLOBOCAN 2018: Breast fact sheet
Kabel A. M., Baali F. H., 2015, Breast Cancer: Insights into Risk Factors, Pathogenesis,
Diagnosis and Management, Journal of Cancer Research and Treatment:2:28-33
Kemenkes RI, 2015, InfoDATIN Situasi Penyakit Kanker, Pusat Data dan Informasi,
Jakarta, 4-6
Kemenkes RI. 2018. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta : Kemenkes
RI
Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C., 2013, Robbins Basic Pathology (9th ed.). Nasar,
I.M., Cornain, S., 2015 (Alih Bahasa), Elsevier, Singapore
NCCN (National Comprehensive Cancer Network). 2016. Breast Cancer Early-Stage
(Stage I and II) . Version 1. Washington: NCCN
Rasjidi I, 2010, Epidemiologi Kanker pada Wanita, Sagung Seto, Jakarta
Rozy, Fahrul. 2014. Tumor Payudara. Jakarta : FK Universitas Yarsi
Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-4 Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, C., Suzanne, Brunner. 2016. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC
Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC
Wakhidah, Nur Rohmah. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. S Dengan Tumor
Mammae Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta. Skripsi Thesis.
Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

47

Anda mungkin juga menyukai