Oleh:
KEPANITERAAN KLINIK
SMF BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLUNGKUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
1
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
segala limpahan nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “Fraktur Procesus Alveolaris Mandibula”.
Dalam penyusunan laporan ini, saya banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, masukan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dosen yang telah memberi arahan dan penjelasan
tentang tata cara penulisan laporan ini.
Saya menyadari, penulisan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram yang sedang menjalani
kepanitraan klinik di RSUD Klungkung.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Keluhan lainnya yang dialami oleh pasien adalah nyeri kepala (+),
pusing berputar (+), mual (+), muntah (-).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Hipertensi disangkal
Diabetes Melitus disangkal
Jantung disangkal
Tumor atau Keganasan disangkal
Riwayat alergi disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi disangkal
Diabetes Melitus disangkal
Jantung disangkal
Tumor atau Keganasan disangkal
Riwayat alergi disangkal
f. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan belum ada mendapatkan pengobatan
sebelumnya
g. Riwayat Pribadi/Sosial
Pasien menyangkal memiliki riwayat kebiasaan merokok maupun
minum minuman beralkohol.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan Kesadaran
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran/GCS : Composmentis / E4V5M6
Tanda - tanda Vital
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 110 kali/menit
Frekuensi Napas : 18 kali/menit
SpO2 : 99%
3
Suhu : 36,0 O C
Skala Nyeri : 3/10 (Wajah)
Status Generalis
Kepala Normocephali
Mulut Mukosa bibir normal, lidah kotor (-), lidah tremor (-) faring
hiperemis (-), tonsil (T1-T1)
Thorax
4
Abdomen Inspeksi : Dalam batas normal
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Ekstremitas Tidak ada edema, akral hangat, CRT (<2 detik), sianosis
(Atas&Bawah) tidak ada
Status Lokalis
Regio Maksilofasial
- Inspeksi : tampak terpasang tampon kasa pada mulut, perdarahan
(+), luka pada dagu (+), bengkak (+), oklusi (+), deformitas (+)
- Palpasi : Nyeri tekan pada daerah mandibula, teraba hangat
Regio Genu
- Inspeksi : hematoma (+), bengkak (+)
- Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat
- ROM Baik
5
- Limfosit 5,8 % 18,0 – 48,3 %
- Monosit 3,6 % 4,4 – 12,7 %
- Eosinofil 0,40 % 600 – 7.30 %
- Basofil 0,52 % 0,00 – 1,70 %
Eritrosit 4,4 juta/uL 3,5 – 5,5 juta/uL
Hematokrit 39,9 % 35 - 55 %
Indeks Eritrosit
6
Pemeriksaan Radiologi
o Thorak PA (2 September 2021)
Kesan :
- Tak tampak cardiomegali
- Corakan bronchovaskular meningkat
o Foto Genu Kiri AP/Lat (2 September 2021)
7
- Tak tampak fraktur
- Densitas dan trabekulasi tulang baik
- Celah sendi tak tampak menyempit
- Tampak soft tissue swelling sekitar sendi
- Tak tampak osteofit
o CT Scan Kepala (2 September 2021)
8
- Tak tampak lesi hypodens maupun hyperdens abnormal di brain
parenchyme
- Sulci menyempit dan gyri tampak normal
- System ventricle dan cysterna tampak normal
- Tak tampak midline shift
- Tak tampak kalsifikasi abnormal
- Pons, mesencephalon dan cerebellum tidak tampak kelainan
- Orbita, sinus ethmoidalis, sphenoidalis, mastoid kanan dan kiri tampak
normal
- Tampak fractur avulsi tepi superior corpus mandibula kanan
Kesimpulan:
9
2.8 Follow Up
03/09/21 (Post Op H0)
S Nyeri luka post operasi (+), pusing (+), nyeri pada kedua kaki (+)
bengkak (+), memar (+)
O Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 90/80 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 92x/menit
SpO2 : 97%
Tax : 36,5oC
VAS : 4/10
Status Generalis
Dalam batas normal
Status Lokalis
Regio Maxilofasial : oklusi baik, luka operasi terawat, bengkak
disekitar mulut
A Fraktur Procesus alveolaris mandibula inferior + avulsi premolar
superior (D) Post ORIF Miniplate + Arch Bar (H0)
P - IVFD RL 20 tpm
- Cefotaxime 3x1 gram
- Ketorolac 2x30 mg
- Lanzoprazole 2x 40 mg
- Ondansetron 4 mg (k/p)
- Drip petidine 175 mg dalam RL 500 cc 21 tpm
10
Foto SKULL AP/Lat (Yang Tervisualisasi):
S Nyeri luka post operasi (+), Pusing (+), Demam (-), mual muntah
(-)
O Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/60 mmHg
RR : 19 x/menit
Nadi : 98x/menit
SpO2 : 98%
Tax : 38,1oC
VAS : 3/10
11
Status Generalis
Dalam batas normal
Status Lokalis
Regio Maksilofasial : oklusi baik, luka operasi terawat, bengkak
disekitar mulut
A Fraktur Procesus alveolaris mandibula inferior + avulsi premolar
superior (D) Post ORIF Miniplate + Arch Bar (H1)
P - IVFD RL 20 tpm
- Cefotaxime 3x1 gram
- Ketorolac 2x30 mg
- Lanzoprazole 2x 40 mg
- Paracetamol 4x500 mg
- Diet Tidak mengunyah
- Oral Higine dengan betadine kumur setiap 4jam
05/09/21 (Post Op H2)
O Status Present
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/80 mmHg
RR : 18 x/menit
Nadi : 94x/menit
SpO2 : 97%
Tax : 36,0oC
VAS : 2/10
Status Generalis
Dalam batas normal
12
Status Lokalis
Regio Maksilofasial : oklusi baik, luka operasi terawat, bengkak
disekitar mulut
A Fraktur Procesus alveolaris mandibula inferior + avulsi premolar
superior (D) Post ORIF Miniplate + Arch Bar (H2)
P - IVFD RL 20 tpm
- Cefotaxime 3x1 gram
- Ketorolac 2x30 mg
- Lanzoprazole 2x 40 mg
- Paracetamol 4x500 mg
- Diet Tidak mengunyah
- Oral Higine dengan betadine kumur setiap 4jam
- Poliklinis
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14
Gambar 3.2 Anatomi Tulang mandibula dilihat dari lateral8
15
Gambar 3.4 Anatomi Tulang Mandibula dilihat dari Inferior8
16
Gambar 3.5 Regio mandibula dan frekuensi fraktur mandibula
berdasarkan regio4
2. Berdasarkan ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis fraktur; kelas
I: gigi ada pada kedua bagian garis fraktur, kelas II: gigi hanya ada pada
satu bagian dari garis fraktur, kelas III: tidak ada gigi pada kedua
fragmen, mungkin gigi sebelumnya memang sudah tidak ada
(edentulous) atau gigi hilang saat terjadi trauma.3,4
17
mereduksi tulang waktu reposisi, sedangkan unfavourable bila garis
fraktur menyulitkan untuk reposisi.3,7
18
Gambar 3.8 Tipe fraktur mandibula. A. Greenstick B. Simple
C. Kominutif D. Compound 5
3.4. Etiologi Fraktur Mandibula
19
9. Ekimosis di bagian dasar mulut atau kulit.
10. Krepitasi ketika palpasi
11. Perubahan ukuran gerakan mandibula
12. Pendarahan jaringan lunak
13. Gangguan sensori
14. Pembengkakan jaringan lunak.
15. Terjadinya deviasi
16. Pendarahan oral
17. Terjadinya step deformitas pada kontur tulang mandibula
18. Adanya parastesia pada bibir bawah yang diakibatkan nervus alveolaris
inferior yang cedera.
20
trismus, ketidakmampuan mengunyah. Selain itu keluhan biasanya
disertai riwayat trauma seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan,
terjatuh, kecelakaan olah raga ataupun riwayat penyakit patologis.
2) Pemeriksaan klinis meliputi;
A. Pemeriksaan klinis pasien secara umum: pada umumnya trauma
maksilofasial dapat diketahui keberadaannya pada pemeriksaan
awal atau primary survey atau pemeriksaan sekunder atau
secondary survey.4 Pemeriksaan saluran nafas merupakan suatu
hal penting karena trauma dapat saja menyebabkan gangguan
jalan nafas. Penyumbatan dapat disebabkan oleh lidah
terjatuhnya lidah ke arah belakang, dapat pula oleh tertutupnya
saluran nafas akibat adanya lendir, darah, muntahan dan benda
asing.
B. Pemeriksaan lokal fraktur mandibula, antara;
Pemeriksaan klinis ekstraoral, tampak diatas tempat
terjadinya fraktur biasanya terjadi ekimosis dan
pembengkakan. Sering pula terjadi laserasi jaringan
lunak dan bisa terlihat jelas deformasi dari kontur
mandibula yang bertulang. Jika terjadi perpindahan
tempat dari fragmen-fragmen pasien tidak bisa menutup
geligi anterior dan mulut menggantung kendur dan
terbuka. Pasien sering kelihatan menyangga rahang
bawah dengan tangan. Dapat pula air ludah bercampur
darah menetes dari sudut mulut pasien. Palpasi lembut
dengan ujung-ujung jari dilakukan terhadap daerah
kondilus pada kedua sisi, kemudian diteruskan
kesepanjang perbatasan bawah mandibula. Bagian-
bagian melunak harus ditemukan pada daerah-daerah
fraktur, demikian pula terjadnya perubahan kontur dan
krepitasi tulang.
21
Pemeriksaan klinis intraoral, setiap serpihan gigi yang
patah harus dikeluarkan dari mulut. Sulkus bukal
diperiksa adanya ekimosis dan kemudian sulkus lingual.
Hematoma didalam sulkus lingual akibat trauma rahang
bawah hampir selalu patognomonik fraktur
mandibular.4,7
3) Pemeriksaan penunjang pada fraktur mandibula dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang antara lain;
a. Foto Rontgen
Untuk mengetahui pola fraktur yang terjadi. Setiap
pemeriksaan radiologis diharapkan menghasilkan kualitas
gambar yang meliputi area yang dicermati yaitu daerah
patologis berikut daerah normal sekitarnya.
b. Foto Eisler
Foto ini dibuat untuk pencitraan mandibula bagian ramus
dan korpus, dibuat sisi kanan atau kiri sesuai kebutuhan.
c. Town′s view
Dibuat untuk melihat proyeksi tulang maksila, zigoma dan
mandibula.
d. Foto Reverse Town′s view
Dilakukan untuk melihat adanya fraktur neck condilus
mandibula terutama yang displaced ke medial dan bisa juga
untuk melihat dinding lateral dari maksila.
e. Foto Panoramic
Disebut juga pantomografi atau rotational radiography
dibuat untuk mengetahui kondisi mandibula mulai dari kondilus
kanan sampai kondilus kiri beserta posisi geliginya termasuk
oklusi terhadap gigi maksila. Keuntungan panoramic adalah;
cakupan anatomis yang luas, dosis radiasi yang rendah,
pemeriksaan cukup nyaman, bisa dilakukan pada penderita
trismus. Kerugiannya tidak bisa menunjukkan gambaran
22
anatomis yang jelas daerah periapikal sebagaimana yang
dihasilkan foto intraoral.
f. Temporomandibular Joint
Pada penderita trauma langsung daerah dagu sering
didapatkan kondisi pada dagu baik, akan tetapi terjadi fraktur
pada daerah kondilus mandibula sehingga penderita mengeluh
nyeri daerah TMJ bila membuka mulut, trismus kadang sedikit
maloklusi. Pada pembuatan foto TMJ standard biasanya
dilakukan proyeksi lateral buka mulut atau Parma dan proyeksi
lateral tutup mulut biasa atau Schuller.
g. Orbitocondylar view
Dilakukan untuk melihat TMJ pada saat membuka mulut
lebar, menunjukkan kondisi strutur dan kontur dari kaput
kondilus tampak dari depan.
h. CT Scan
Pemeriksaan ini dilakukan pada kasus emergency masih
belum merupakan pemeriksaan standart. CT Scan terutama
untuk fraktur maksilofasial yang sangat kompleks.8,10
23
Teknik terbuka dan tertutup tidak selalu dilakukan tersendiri, tetapi kadang-
kadang dikombinasi. Pendekatan ketiga adalah merupakan modifikasi dari
teknik terbuka yaitu metode fiksasi skeletal eksternal. Pada penatalaksanaan
fraktur mandibula selalu diperhatikan prinsip-prinsip dental dan ortopedik
sehingga daerah yang mengalami fraktur akan kembali atau mendekati posisi
anatomis sebenarnya dan fungsi mastikasi yang baik.3,4,7
24
kawat yang lebih kecil untuk memberikan fiksasi
maksilomandibular (MMF) antara loop ivy. Keuntungan teknik ini,
bahan mudah didapat dan sedikit menimbulkan kerusakan jaringan
periodontal serta rahang dapat dibuka dengan hanya mengangkat
ikatan intermaksilaris. Kerugiannya kawat mudah putus waktu
digunakan untuk fiksasi intermaksiler,9,11
25
Reposisi terbuka (open reduction) tindakan operasi untuk
melakukan koreksi deformitas maloklusi yang terjadi pada patah tulang
rahang bawah dengan melakukan fiksasi secara langsung dengan
menggunakan kawat (wire osteosynthesis) atau plat (plat osteosynthesis).
Indikasi untuk reposisi terbuka (open reduction):
26
3.8. Komplikasi Fraktur Mandibula
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pasien perempuan usia 50 tahun datang ke UGD RSUD Klungkung
dengan keluhan nyeri pada wajah sejak ± 15 menit SMRS setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas. Dikatakan bahwa pasien ditabrak oleh pengendara
sepeda motor dari sebelah kiri saat pasien hendak menyebrang jalan. Pasien
mengatakan sempat pingsan selama ± 5 menit, lalu pasien dibawa ke RSUD
Klungkung oleh warga setempat. Keluhan lainnya yang dialami oleh pasien
adalah nyeri kepala (+), pusing berputar (+), mual (+), muntah (-). Pada
pemeriksaan fisik status lokalis didapatkan Regio Maksilofasial inspeksi :
tampak terpasang tampon kasa pada mulut, perdarahan (+), luka pada dagu (+),
bengkak (+), oklusi (+), deformitas (+), palpasi : Nyeri tekan pada daerah
mandibula, teraba hangat. Regio Genu: Inspeksi : hematoma (+), bengkak (+),
Palpasi : Nyeri tekan (+), teraba hangat, ROM Baik. Hasil CT-Scan didapatkan
Tampak fraktur avulsi tepi superior corpus mandibula kanan. Pada hasi
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan
diagnosis Fraktur Procesus Alveolaris Mandibula dan akan dilakukan ORIF
Miniplate + Arch Barr
28
DAFTAR PUSTAKA
29
13. Thapliyal CGK, Sinha CR, Menon CPS. Managment of mandibular fractures.
MJAFI 2008; 64: 218-220.
14. Ehab Abdelfadil, Ahmed S. Salim. Infected Mandibular Fracture: Risk Factors
and Management.
15. Budihardja AS, Rahmat M. Trauma oral dan maksilofasial. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2011
16. Abubaker AO, Benson KJ. Oral and maxillofacial surgery secrets. 2 nd ed.
Philadelpia: Mosby Elsevier; 2007:262-5.
17. Mitra GV. Ilustrated manual of oral and maxillofacial surgery. 1st ed. New
Delhi: Jaype brothers medical published; 2009
30