Anda di halaman 1dari 40

Trauma Kepala


DR. dr. Rohadi, Sp.BS., FICS., FINPS

Coass :
Restu Rahmadanti Ayuningtiyas
Cedera Kepala

 Definisi
 Cedera kepalamengenai calvaria dan atau basis
cranii serta organ-organ di dalamnyanon
degenerative / non kongenitalgaya mekanik dari
luargangguan fisik, kognitif maupun social serta
berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat
kesadaran.

 Epidemiologi
 Cedera kepalakecacatan dan kematiandewasa
muda.
 Kasus cedera kepala terjadi setiap 7 detik dan
kematian akibat cedera kepala terjadi setiap 5 menit.
 Kejadian tertinggi pada dewasa muda berusia 15-24
tahun.

 Etiologi
 Primer
 Sekunder

 Klasifikasi
 Mekanisme
 Berat ringan
 Morfologi

 Mekanisme
 Cedera kepala tumpul
 Kecepatan tinggi
 Kecepatan rendah
 Cedera kepala tembus
 Cedera peluru
 Cedera tusukan

 Berat ringan

Kategori GCS Gambaran klinik CT Scan

Pingsan < 30 menit, defisit


Ringan 13-15 neurologi (-), amnesia post Normal
traumatic < 24 jam, APT < 1 jam

Pingsan > 30 menit s/d 24 jam,


defisit neurologi (+), amnesia post
Sedang 9-12 Abnormal
traumatic > 24 jam dan < 7 hari,
APT 1-24 jam

Pingsan > 24 jam, defisit


Berat 3-8 neurologi (+), amnesia post Abnormal
traumatic > 7 hari, APT > 7 hari
Morfologi

Primer
 Sekunder

- Benturan (concussion)
Fokal Difus serebri
- Cedera akson difus

Kontusio Traumatik
serebri intrakranial - Epidural hematoma
hematom (EDH)
- Subdural hematoma
(SDH)
- Intracerebral
hematoma (ICH)
- Subarachnoid
hematoma (SAH)

 Cedera Otak Primer
 Cedera langsung dari kekuatan mekanik yang merusak jaringan otak saat
trauma terjadi (hancur, robek, memar, dan perdarahan).
 Cedera ini dapat berasal dari berbagai bentuk kekuatan/tekanan seperti
akselerasi rotasi, kompresi, dan distensi akibat dari akselerasi atau
deselerasi.
 Tekanan itu mengenai tulang tengkorak, yang dapat memberi efek pada
neuron, glia, dan pembuluh darah, dan dapat mengakibatkan kerusakan
lokal, multifokal ataupun difus.

 Fokalkontusio serebri dan traumatik Intrakranial
hematoma.
 Kontusio serebri
 Memar pada jaringan otakkarena trauma tumpul maupun
cederakerusakan parenkim otak dan perdarahan mikro di sekitar
kapiler pembuluh darah otak.
 Pada beberapa kasus kontusio serebri dapat berkembang menjadi
perdarahan serebral. Namun pada cedera berat, kontusio serebri sering
disertai dengan perdarahan subdural, perdaraham epidural,
perdarahan serebral ataupun perdarahan subaraknoid.

 Traumatik Intrakranial Hematom
 Epidural Hematoma (EDH)
 EDH terletak di luar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan
gambarannya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa
cembung.
 Biasanya terletak di area temporal atau temporo parietal yang
disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur
tulang tengkorak.
 EDHpenurunan kesadaran, adanya lusid interval selama
beberapa jam dan kemudian terjadi defisit
neurologishemiparesis kontralateral dan dilatasi pupil
ipsilateral.
 Gejala lain yang ditimbulkan antara lain sakit kepala, muntah,
kejang.

 Subdural Hematoma (SDH)
 SDHlebih sering dibandingkan EDH.
 Penyebabrobeknya vena-vena kecil di permukaan korteks
cerebri
 Perdarahan ini biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer
otak, dan kerusakan otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih
buruk bila dibandingkan dengan perdarahan epidural, terbagi
menjadi 3 bagian :
  Perdarahan subdural subakut
 Perdarahan subdural akut
 Terjadi 2-14 hari setelah cedera dan
 Terjadi 0-2 hari. dihubungkan dengan kontusio serebri
 Gejalasakit kepala, yang agak berat. Tekanan serebral yang
terus-meneruspenurunan tingkat
perasaan mengantuk, dan kesadaran.
kebingungan, respon yang  Perdarahan subdural kronis
lambat, serta gelisah.  Terjadi > 14 hari
 Keadaan kritisperlambatan  Dari perdarahan kecilruang
subduralbeberapa
reaksi ipsilateral pupil.
minggumenumpuk di sekitar
 Perdarahan subdural akut membran vaskuler dan secara pelan
sering dihubungkan dengan meluas
 Gejala mungkin tidak terjadi dalam
cedera otak besar dan cedera beberapa minggu atau beberapa bulan.
batang otak.   Pada proses yang lama akan terjadi
penurunan reaksi pupil dan motorik.

 Intraserebral Hematoma (ICH)
 ICHarea perdarahan yang homogen dan konfluen
terdapat di dalam parenkim otak.
 ICH bukan disebabkan oleh benturan antara parenkim otak
dengan tulang tengkorak, tetapi disebabkan oleh gaya
akselerasi dan deselerasi akibat trauma yang menyebabkan
pecahnya pembuluh darah yang terletak lebih dalam, yaitu
di parenkim otak atau pembuluh darah kortikal dan
subkortikal.

 Subarachnoid Hematoma (SAH)
 SAHpecahnya pembuluh darah kortikal baik arteri
maupun vena dalam jumlah tertentu akibat trauma dapat
memasuki ruang subarachnoid.

 Cedera Otak DifusBenturan (concussion) serebri
dan Cedera akson difus (Difuse axonal injury)
 Efek yang paling sering dari cedera kepala dan
merupakan kelanjutan klinis cedera kepala, mulai dari
gegar otak ringan sampai koma menetap pasca cedera.

 Benturan (concussion) serebri  Cedera akson difus (Difuse
 Benturanbentuk paling ringan axonal injury)
dari cedera difusgaya  DAIserabut subkortikal
rotasional akselerasi kepala yang menghubungkan inti
dengan tidak adanya kontak permukaan otak dengan inti
mekanik yang signifikan. profunda otak (serabut
 Gejalakehilangan kesadaran proyeksi), maupun serabut
sementara dan cepat kembali ke yang menghubungkan inti-inti
keadaan normal kewaspadaan. dalam satu hemisfer (asosiasi)
 Meskipun, gegar otak ini tidak dan serabut yang
berbahaya seperti yang diduga menghubungkan inti-inti
sebelumnya, tetapi benturan permukaan kedua hemisfer
berulang sering mengakibatkan (komisura) mengalami
gangguan neurologis permanen. kerusakan.

 Cedera Otak Sekunder
 Lanjutan dari cedera otak primer yang dapat terjadi karena adanya reaksi
inflamasi, biokimia, pengaruh neurotransmitter, gangguan autoregulasi,
neuro-apoptosis dan inokulasi bakteri.

 Patofisiologi
 Ekstra kranialleserasi pada kulit kepala dan pembuluh
darahterjadi perdarahanterus menerusterganggunya aliran
darah hipoksiaedema serebri dan peningkatan volume darah
di otakTIK meningkat.
 Tulang kepalafrakturdesakan dan perdarahan pada
otakcidera intra kranialTIK meningkatkerusakan jaringan
otak, kerusakan susunan syaraf kranialterutama
motorikgangguan mobilitas.

 Gejala Klinis
 battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os
mastoid),
 hemotipanum (perdarahan di daerah membrane timpani telinga),
 periorbital ekhimosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung),
 rhinorrhoe (cairan serebrospinal keluar dari hidung),
 otorrhoe (cairan serebrospinal keluar dari telinga).
 CKRtertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat
kemudian sembuh, sakit kepala yang menetap atau
berkepanjangan, mual dan atau muntah, gangguan tidur dan nafsu
makan yang menurun, perubahan kepribadian diri, letargik.
 CKBperubahan ukuran pupil (anisocoria), trias Cushing (denyut
jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan) apabila
meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi
abnormal ekstremitas.

 Diagnosis
 Anamnesis
 Dari anamnesis didapatkan hasil riwayat trauma di kepala
 Pemeriksaan fisik
 Bukti eksternal trauma: laserasi dan memar.
 Tanda fraktur basis cranii: hematom periorbital bilateral, hematom
pada mastoid (tanda Battle), hematom subkonjungtiva (darah di bawah
konjungtiva tanpa adanya batas posterior, yang menunjukkan darah
dari orbita yang mengalir ke depan), keluarnya cairan serebrospinal
dari hidung atau telinga (cairan jernih tidak berwarna, positif
mengandung glukosa), perdarahan dari telinga.
 Tingkat kesadaran (GCS).
 Pemeriksaan neurologis menyeluruh.
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap
 Pemeriksaan radiologi : CT Scan kepala

 Tatalaksana
 Secara umumharusnya dirawat di rumah sakitobservasi.
 Pasien harus dirawatpenurunan tingkat kesadaran, fraktur kranium dan
tanda neurologis fokal.
 CKR dapat ditangani hanya dengan observasi neurologis dan
membersihkan atau menjahit luka / laserasi kulit kepala.
 CKBtatalaksana spesialis bedah saraf sangat diperlukan setelah resusitasi
dilakukan.

 Aspek spesifik terapi cedera kepala dibagi menjadi
dua kategori:
 Bedah
 Intrakranial: evakuasi bedah saraf segera pada hematom
yang mendesak ruang.
 Ekstrakranial: inspeksi untuk komponen fraktur
kranium yang menekan pada laserasi kulit kepala. Jika
ada, maka hal ini membutuhkan terapi bedah segera
dengan debridement luka dan menaikkan fragmen
tulang untuk mencegah infeksi lanjut pada meningen
dan otak.

 Medikamentosa
 Dapat diberikan analgesic untuk mengurangi nyeri
 Bila terdapat peningkatan TIK dapat diberikan obat
penurun TIK seperti manitol 20% 0,5 – 1 gram/kgBB tiap 8
jam atau NaCl 3% dengan 2-6 ml/kgBB, dilanjutkan
dengan infus kontinyu 0,1 – 1 ml/kgBB/jam dengan
monitoring TIK. NaCl 3% dapat juga diberikan dengan
dosis inisial 5 ml/kgBB dilanjutkan dengan dosis 2
ml/kgBB tiap 6 jam. Pemantauan kadar elektrolit dan
diuresis diperlukan jika pasien diberikan cairan hipertonis.
Hindari/seminimal mungkin tindakan invasive dan hal-hal
yang dapat menyebabkan peningkatan TIK.
 Lakukan pemantauan klinis yang ketat 12-48 jam
 Tatalaksana demam.

 Komplikasi
 Gejala sisa cedera kepala berat: beberapa pasien dengan cedera kepala
berat dapat mengalami ketidakmampuan baik secara fisik (disfasia,
hemiparesis, palsi saraf cranial) maupun mental (gangguan kognitif,
perubahan kepribadian). Sejumlah kecil pasien akan tetap dalam
status vegetatif.
 Kebocoran cairan serebrospinal: bila hubungan antara rongga
subarachnoid dan telinga tengah atau sinus paranasal akibat fraktur
basis cranii hanya kecil dan tertutup jaringan otak maka hal ini tidak
akan terjadi. Eksplorasi bedah diperlukan bila terjadi kebocoran cairan
serebrospinal persisten.

 Epilepsi pasca trauma: terutama terjadi pada pasien yang mengalami
kejang awal (pada minggu pertama setelah cedera), amnesia pascatrauma
yang lama, fraktur depresi kranium dan hematom intrakranial.
 Hematom subdural kronik.
 Sindrom pasca concusio : nyeri kepala, vertigo dan gangguan konsentrasi
dapat menetap bahkan setelah cedera kepala ringan. Vertigo dapat terjadi
akibat cedera vestibular (konkusi labirintin).

 Prognosis
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
Identitas Pasien

 Nama : Tn. X
 Usia : 25 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : -
 Pendidikian : -
 Pekerjaan : -
 Agama : -
 Suku : -
 Status Perkawinan : -
 Tanggal MRS: 10 Mei 2021 (01.12 wita)
 No RM : 411314

 Keluhan utama:
 Tidak sadarkan diri post kecelakaan .
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RS Kota Mataram dalam keadaan tidak
sadarkan diri ditemukan dijalan raya setelah mengalami kecelakaan
bermotor. Keluar darah dari telinga dan hidung (+), luka robek pada
kelopak mata kanan dan dahi kiri (+), pasien sempat muntah darah
beberapa kali di IGD dan tercium adanya bau alkohol.

 Kesadaran : Sopor
 GCS : E1V2M4
 Tekanan Darah : 124/92 mmHg
 Frekuensi Nadi : 109 x/menit
 Frekuensi Pernapasan : 24 x/menit
 Suhu :-
 SpO2 : 96%


 Pemeriksaan Neurologis
 Tidak dievaluasi


 Diagnosis Kerja
 CKB + EDH + Fr. Basis Cranii + Fr. Os Frontalis,
Parietalis, Maksilaris

 Diagnosis Klinis
 Tidak Sadarkan Diri

 Diagnosis Etiologi
 Head Injury





Anda mungkin juga menyukai