Anda di halaman 1dari 20

TRAUMA KEPALA

(Brain Injury)

● Stase Neurologi RSUD Pasar Rebo Periode 19 Juni - 15 Juli


2023 Pembimbing: dr. Mery Krismanto, Sp. N
● Disusun Oleh : - Irsyad Hanif Satria
- Shinta Aurellia Putri
DEFINISI
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung
ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen
(PERDOSSI, 2006).

Menurut Brain Injury Association of America, trauma kepala adalah suatu


kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi
atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik
ETIOLOGI

Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang
terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera sekunder
yaitu cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas, hipertensi
intrakranial, hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik. Cedera sekunder
merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul
sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema
otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan
intrakranial dan perubahan neurokimiawi (Hickey, 2003).
ETIOLOGI TRAUMA
● Kecelakaan
● Terjatuh ke permukaan keras
● Kecelakaan lalu lintas
● kecelakaan pada saat olahraga
● cedera akibat kekerasan
KLASIFIKASI
Berdasarkan Advenced Trauma Life Support (ATLS) tahun 2004, klasifikasi
berdasarkan mekanismenya, cedera kepala dibagi menjadi:

1. Cedera kepala tumpul, biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor,


jatuh ataupun terkena pukulan benda
tumpul.
2. Cedera kepala tembus, biasanya disebabkan oleh luka tusukan, atau luka tembak.
KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologinya :

1. Fraktur Kranium
Dibedakan menjadi fraktur calvaria dan fraktur basis cranii. Berdasarkan keadaan lukanya, dibedakan menjadi
fraktur terbuka yaitu fraktur dengan luka tampak telah menembus duramater, dan fraktur tertutup yaitu fraktur
dengan fragmen tengkorak yang masih intak (Sjamsuhidajat, 2010).

2. Perdarahan Epidural
Hematom epidural terletak di luar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan gambarannya berbentuk
bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Biasanya terletak di area temporal atau temporo parietal yang
disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur tulang tengkorak

3. Perdarahan Subdural
lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural. Robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks cerebri
merupakan penyebab dari perdarahan subdural. Perdarahan ini biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer
otak, dan kerusakan otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk bila dibandingkan dengan perdarahan
epidural.
KLASIFIKASI
4. Contusio dan perdarahan intraserebral
Contusio atau luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah
sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka
memar pada otak. terjadi apabila otak menekan tengkorak. Contusio cerebri sering terjadi di lobus frontal dan lobus
temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dari otak. Contusio cerebri dapat terjadi dalam waktu beberapa
jam atau hari, berubah menjadi perdarahan intraserebral yang membutuhkan tindakan operasi.

5. Commotio cerebri
Commusio cerebri atau gegar otak merupakan keadaan pingsan yang berlangsung kurang dari 10 menit setelah trauma
kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin akan mengeluh nyeri kepala, vertigo, muntah, pucat.

6. Fraktur basis crani


Hanya suatu cedera kepala yang benar-benar berat yang dapat menimbulkan fraktur pada dasar tengkorak. Penderita
biasanya masuk rumah sakit dengan kesadaran yang menurun, bahkan tidak jarang dalam keadaan koma yang dapat
berlangsung beberapa hari. Dapat tampak amnesia retrogade dan amnesia pascatraumatik.
KLASIFIKASI
Penilaian derajat beratnya cedera kepala dapat dilakukan dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) yaitu suatu skala untuk
menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada 3 aspek yang dinilai yaitu reaksi
membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi lengan serta tungkai (motor respons).

Cedera kepala diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai GCS yaitu:

1. Cedera Kepala Ringan (CKR) dengan GCS > 13, tidak terdapat kelainan berdasarkan CT scan otak, tidak memerlukan
tindakan operasi, lama dirawat di rumah sakit < 48 jam.
2. Cedera Kepala Sedang (CKS) dengan GCS 9-13, ditemukan kelainan pada CT scan otak, memerlukan tindakan operasi untuk
lesi intrakranial, dirawat di rumah sakit setidaknya 48 jam.
3. Cedera Kepala Berat (CKB) bila dalam waktu > 48 jam setelah trauma, score GCS < 9 (George,
2009).
MANIFESTASI KLINIS
Hematoma Epidural
- Perdarahan di antara Duramater dan Tengkorak
- Pembuluh darah Arteri meningeal
- 70 - 95% Disertai fraktur Cranii di daerah
temporal

Klinis :
- Penurunan kesadaran (Progresif)
- Lucid Interval (+)
- Sakit Kepala, Muntah
- Confussion disertai Kejang
- Pupil Anisokor
- Babinsky (+) Kontralateral lesi
- Defisit Neurologis fokal : Hemiparesi
kontralateral lesi
- CT scan ditemukan gambaran hiperdens
(cembung)
Hematoma Subdural
- Perdarahan diantara Duramater dan Arachnoid
Space
- Pembuluh darah vena (Bridging vein)
- Akut : Interval Lucid 0-5 hari
- Subakut : Interval Lucif 5 hari - beberapa minggu
- Kronik : Interval Lucid >3 bulan

Klinis :
- Penurunan kesadaran → 50% penderita mengalami
koma
- Lucid Interval → Progressive Neurology → Decline
Neurology → Coma
- Sakit kepala
- CT scan : Gambaran Bulan sabit diantara duramater
dan arachnoid space
Fraktur Basis Cranii
Diffuse Axonal Injury
- Cedera pada Serabut Saraf Akson di otak (Pada
White - Matter cerebral)
- Dapat merusak serat saraf di seluruh otak
- Mengganggu Komunikasi antara sel sel sarah,
dan menyebabkan peradangan dan kerusakan
sarah otak

Klinis :
- Prolonged Coma (90% penderita)
- Disfungsi saraf otonom, motorik (Kelemahan
hingga kelumpuhan)
- Sakit kepala, Loss of balance, Perubahan
suasana hati, Mual - Muntah
- CT scan menunjukan awal nya normal, diulang
setelah 24 jam menunjukan edema otak yang
luas
- MRI → Diffusin Tensor Imaging : menunjukan
pemetaan “white matter” pada otak
Perdarahan Subarachnoid
- Perdarahan di Arachnoid Space
- Dapat disebabkan Ruptur nya Aneurisme di
arteri cerebralis atau disebabkan trauma
- Tekanan ICP meningkat

Klinis :
- Sudden - Severe Headaches (Thunderclap
Headaches)
- Penurunan Kesadaran
- Kejang
- Triad Meningismus : Kaku kuduk, Fotofobia, Sakit
kepala
Komplikasi Sekunder

Continuation of damage to the brain as a result of physiological effects on Primary Injury.

- Hipoksemia
- Hipotensi
- Anemia
- ICP Meningkat
- Hiperkapnia
- Hipo/Hiperglikemia
- Gangguan Metabolik
Tatalaksana
Tatalaksana

● Koreksi Koagulopati : as. Traneksamat 1


gram iv bolus selama 10 menit pada 3 jam
pertama pasca trauma
● Profilaksis Kejang : Fenitoin
15-20mg/kgbb (Loading dose)/
Levetirasetam (Loading dose)
Tatalaksana
Prognosis
Pada pasien dengan derajat sedang sekitar 60% akan mengalami perbaikan yang
positif dengan estimasi 25% yang lain akan mengalami kecacatan sedang.
Kematian atau keadaan vegetatif yang persisten biasanya terjadi pada 7-10%
kasus. Sisanya pasien akan mengalami kecacatan derajat berat.

Pasien dengan derajat berat akan mengalami luaran yang berat pula. Hanya sekitar
25 hingga 33% dari mereka yang akan mengalami perbaikan positif. Sekitar
seperenam pasien akan mengalami kecacatan derajat sedang dan berat dengan
kecacatan sedang sedikit lebih banyak. Sekitar 33% dari pasien ini tidak akan
selamat dan sisanya akan mengalami keadaan vegetatif yang persisten.

Anda mungkin juga menyukai