Anda di halaman 1dari 23

Referat

Trauma kepala
Pembimbing :
dr. Fitriani Nasution, Sp. S
Presentan :
Aji Dwi Syahputra (41191396100089)

Neurology Department of Fatmawati Hospital


Medical Faculty of Nation State Islamic
University Hidayatullah Jakarta
Anatomi
Trauma Kepala
Trauma kepala

Definisi :
Cidera kepala atau trauma kapitis adalah
cidera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala
Epidemiologi
• Amerika Serikat angka insidensi cedera otak traumatik adalah 579 per 100.000
populasi atau diperkirakan 1,7 juta kasus per tahun

• Negara berkembang lebih tinggi (jumlah kendaraan bermotor), di indonesia penyebab


utama adalah terjatuh dan kll. selama 2019 terdapat 116.000 kll di indonesia
Mekanisme dan patofisiologi

• Titik Benturan pada kepala-> jejas coup

• Pada sisi kontralateral -> jejas countercoup

• Neuron mengalamis regangan dan tarikan ->


mengganggu kerja pompa ion ->
perpindahan natrium dan kalsium ke
intrasel-> metabolisme sel terganggu ->
Asidosis, edema dan iskemik pada parenkim
otak.
Klasifikasi cedera kepala
Berdasarkan keparahan dan Morfologi lesi :
1. Berdasarkan keparahan :

     
GCS Penurunan Kesadaran Abnormal CT Defisit Amnesia
Derajat
Scan neurologis

Minimal 15 - - - -

Ringan 13 – 15 < 10 menit - - <1 jam

Sedang 9 – 12 10 menit – 6 jam + + 1-24 jam

Berat <8 >6 jam + + >24 jam


Berdasarkan morfologinya :

1. Fraktur tulang tengkorak

Fraktur basis kranii dapat mengakibatkan


bocornya CSF dan mengisi sinus-sinus
sehingga dapat menjadi sumber infeksi
intrakranial. Kebocoran CSF dapat keluar
melalui telinga atau hidung yang dapat
dideteksi dengan adanya halo sign/ double-
ring sign

*Pasien dengan kontusio scalp besar atau


pembengkakakan scalp, sebaiknya
dicurigai terdapat fraktur
• Fraktur basis cranii anterior -> CSF keluar dari hidung,
perdarahan periorbital (racoon eyes), anosmia

• Fraktur basis cranii media -> CSF keluar dari telinga,


Gangguan N. VII dan VIII

• Fraktur basis cranii posterior-> ekimosis pada


mastoid bilateral (battle sign)
2. Lesi Intrakranial

Lesi intrakranial didapat dibagi lagi


menjadi difus dan fokal. Lesi intrakranial
fokal terdiri dari kontusio dan perdarahan
intrakranial sedangkan lesi difus terdiri
dari cedera aksonal, cedera vaskular, dan
edema serebri. Lesi intrakranial terdiri
dari:
3. Cedera aksonal difus / diffuse axonal injury

o cedera mikroskopis yang terjadi di akson pada substansia alba di traktus neuron otak, korpus
kalosum, dan batang otak.

o Disebabkan oleh akselerasi atau eselerasi cepat kepala, terutama jika terdapat gerakan rotasional
atau koronal.

o Biasanya keadaan ini ditandai dengan koma setelah cedera kepala traumatis yang dan edema dan
iskemia pada otak.

o Secara patologi, cedera aksonal difus dicirikan dengan kerusakan akson dan perdarahan petekie.

o 3 derajat: derajat 1 terjadi kerusakan aksonal, derajat 2 kerusakan aksonal dan lesi fokal
perdarahan dikorpus kalosum, dan derajat 3 : 2 +perdarahan pada batang otak
4. Cedera vaskular difus

Cedera vaskular difus didominasi oleh keterlibatan pembuluh darah. Beberapa


pasien cedera kepala yang mengalami akselerasi atau deselerasi cepat dan parah
dapat mengalami cedera aksonal, akibat besarnya energi mekanik yang
menyebabkan pecahnya pembuluh darah
5. Edema otak

Edema otak pada cedera kepala terjadi melalui beberapa mekanisme


1. vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan meningkatnya darah ke
otak dan rusaknya sawar darah otak yang menyebabkan bocornya cairan
(edema vasogenik)
2. meningkatknya kandungan air di dalam sel neuron pada sistem saraf pusat
(edema sitotoksik) oleh karena gangguan pompa Na dan K .Edema otak ini
dapat menyebabkan meningkatnya TIK dan menurunkan tekanan perfusi
otak sehingga bisa menyebabkan iskemia. Perbedaan tekanan diatara
kompartemen otak dapat mengakibatkan herniasi otak.
6. Kontusio
o Disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah kecil dan
parenkim otak
o Terbentuk kavitas pada girus otak. Perdarahan ini
dapat bersifat asimptomatik.
o Kontusio juga dapat menyebabkan diskontinuitas
dari parenkim otak (laserasi)
7. Perdarahan subdural

• Akumulasi darah diantara selaput arakhnoid dengan lapisan durameter.


• Disebabkan robeknya bridging vein terutama yang dekat sinus sagital
superior.
• Umumnya berada di sisi kontralateral fraktur tengkorak.
• Lebih sering pada lansia.
• Perdarahan subdural dapat bersifat akut (<3 hari) – ct scan hiperdense ,
subakut (3 hari-3 minggu) ct scan isodense, atau kronik (>3 minggu)-
ct scan hipodense.  
Variabel Perdarahan Epidural Perdarahan Subdural
Topis Ruang antara epidural Ruang antara durameter
dengan tengkorak dengan arakhnoid
Pembuluh darah yang terkena Arteri (a.meningea media) Vena (bridging vein)

Usia Dominan muda (10-30 Tua (>40 tahun)


tahun)
Interval lusid Sering dijumpai Jarang dijumpai
Progresivitas ke arah Cepat Lambat
perburukan

Kejang Jarang dijumpai Sering dijumpai


Bentuk perdarahan pada CT scan Bikonveks, cembung Bulan sabit

Letak perdarahan (pada Ipsilateral fraktur tengkorak Kontralateral fraktur tengkorak


umumnya)
8. Perdarahan epidural
Terdapat akumulasi darah di rongga potensial antara durameter dengan tabula interna.
Biasanya disebabkan disebabkan oleh fraktur tengkorak terutama pada tulang temporal. Fraktur
ini dapat menyebabkan robeknya arteri meningea media. Secara klinis ditandai dengan interval
lusid. Selain itu, juga dapat ditemukan tanda dan gejala peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
seperti nyeri kepala dan muntah. Pada pemeriksaan CT scan EDH memiliki gambaran khas
berupa lesi hiperdens yang berbentuk bikonveks atau cembung.
TATALAKSANA
• Primary survey (A, B, C, D)
• Imobilisasi
• Analgesik dan sedative (ketorolac 30mg dosis tunggal, 30 mg/6 jam
intravena maks. 120mg/hari )
• Secondary survey (AMPLE)
• Manajemen TIK
• Operatif
Manajemen TIK
• Elevasi kepala 30 derajat. Longgarkan cervical collar
• Hiperosmolar
Manitol 1 gr/kgBB dalam 30mnt-1 jam drip cepat -> 6jam,diberikan
0,25 mg/kg BB 12 jam -> 24 jam dalam waktu 30 menit-1 jam tetes cepat
• Stop mannitol jika sistolik < 90 mmHg
• Periksa kadar Na dan osmolalitas tiap 4 jam
• Operatif
KOMPLIKASI
Komplikasi Neurologis Komplikasi Metabolik
a) Kognitif • Gang. Elektrolit
(yang ranahnya dibagi menjadi atensi, Hiponatremi. gejala berupa letargi,
fungsi eksekutif, memori, Bahasa, linglung, anoreksia, haus, muntah, keram
visuospasial-visuokonstruksi, dan otot, dan hilangnya reflex peregangan
keterampilan motorik) otot
b) Non-kognitif • Gang. Koagulasi
yaitu cedera saraf kranialis (yang paling
sering N.I, VII, dan VIII) dan bangkitan
pasca cedera kepala
Terimak
asih..

Anda mungkin juga menyukai