Anda di halaman 1dari 43

TRAUMA KEPALA

DIAN AYUNINGSIH
MUHAMMAD IMRON
ANATOMI

SCALP :
Skin, Connective tissue, Apponeurosis
Galea, Loss Areolar Tissue, Pericranium.
Bone :
Tabula Eksterna,
Tab Interna,
diploic.
Meningen :
Duramater,
Arachnoid,
Piamater.
Brain :
Gray Matter (korteks serebri).
White Matter
Sistem Ventrikel
Vascular :
Sistem carotis
Sistem vertebro baisiler
Fisiologi otak
Otak konsumsi energi dan oksigen yang besar (otak mengkonsumsi sekitar 18% total
energi tubuh basal, utilisasi 15% dari cardiac output, memakai 20% total oksigen tubuh,
menggunakan 25% glukosa tubuh). Pada Cerebral Blood Flow (CBF) normal otak memakai
50% oksigen dan 10% dari glukosa dari arteri.
Sitoplasma neuron tidak memiliki cadangan glukosa otak bergantung pada suplai yang
cukup dan terus-menerus dari oksigen dan glukosa sehingga apabila terjadi suatu gangguan
sirkulasi selama beberapa detik maka dapat dipastikan otak mengalami kerusakan, dan
apabila interval gangguan semakin panjang maka dapat menyebabkan kerusakan yang berat
dan hebat.
Hemodinamik otak
CBF otak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain:
SBP (Systemic Blood Pressure)
ICP (Intracranial Pressure)
Venous outflow
Viskositas darah
Autoregulasi pembuluh darah otak
PaCO2
PaO2
Collateral flow
Vasoreaktifitas pembuluh darah
Mekanisme Cedera Kepala
Semua cedera kepala disebabkan oleh adanya transmisi energi kinetik ke
otak. Mekanisme utama dari TBI dapat dibagi 2 bagian besar yaitu cedera
tumpul (Blunt Injury) atau cedera tembus (Penetrating Injury). Mekanisme dari
cedera tumpul antara lain yaitu:
Acceleration-decceleration injury
Defomasi
Rotasi
Patofisiologi
Tekanan intracranial
10mmHg = normal
>20 mmHg = abnormal
>40 mmHg = berat
Tekanan perfusi otak
TAR - TIK = TPO Mempertahankan ADO dgn

Normal : 90 - 10 = 80
tekanan darah rata-rata 50
- 160 mmHg.
Respon Cushing :
Cedera kepala sedang atau
100 - 20 = 80 berat sering menyebabkan
Hipotensi : 50 - 20 = 30 autoregulasi terganggu.
TPO tidak sama dengan Otak sangat rentan
ADO terhadap kerusakan karena
Kuncinya adalah ADO iskhemia sebagai akibat
hipotensi yang tiba-tiba.
Klasifikasi berdasarkan morfologi
Skull Fracture
Intracranial Lesions
1. Vault
Focal
Linear/stellate
Epidural
Depressed/non depressed
Subdural
Open / closed
Intracerebral

2. Basilar
Diffuse
With/without CSF leak
Mild concussion
With/without nerve VII palsy
Classic concussio
Diffuse axonal injury
Klasifikasi cedera kepala
Cedera kepala primer Kerusakan otak sekunder
a. Fraktur linier, depresi, basis a. Gangguan sistemik, akibat
kranii, kebocora liquol hipoksia hipotensi, kegagalan
b. Cedera focal yang berupa autoregulasi
kontusio kup, atau konterkup,
b. Hematom traumatic,
hematom epidural, subdural,
epidural,subdural, akut dan
atau intraserebral.
kronis atau intra serebral.
c. Cedera difus yang berupa
konkusi ringan, moderate,
hingga berat.
d. Trauma tembak.
Diagnosis
Minimal (Simple Head Injury)
GCS 15, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada amnesia pasca trauma
(APT), tidak ada defisit neurologis
Trauma kapitis ringan (Mild Head Injury)
GCS 13-15, CT scan normal, pingsan < 30 menit, tidak ada lesi operatif, rawat
RS < 48 jam, amnesia pada trauma (APT) < 1 jam
Trauma kapitis sedang (Moderate Head Injury)
GCS 9-12 dan dirawat > 48 jam, atau GCS > 12 akan tetapi ada lesi operatif
intrakranial atau abnormal CT scan, pingsan >30 menit 24 jam, APT 1-24 jam
Trauma kapitis berat (Severe Head Injury)
GCS < 9 yang menetap dalam 48 jam sesudah trauma, pingsan > 24 jam, APT
> 7 hari
Fraktur Kranium
Fraktur linier
Fraktur depresi menyebabkan tulang kranial tertekan kebawah
Fraktur basilar
Fraktur pada basilar sulit dideteksi dengan pemeriksaan rontgen biasa
sehingga diagnosis dilakukan berdasarkan temuan klinis.
Adanya ekimosis periorbital (racoon eyes),
pendarahan subkonjungtiva ekstensif, otorrhea CSF, rhinorrhea CSF,
ekimosis pada prosesus mastoideus (Battles Sign)
Fraktur Basilar menurut lokasi
Anterior
Gejala dan tanda klinis
Keluarnya cairan likuor melalui hidung/rhinorrea
Perdarahan bilaterala periorbital ecchymosis/racoon eye
Anosmia
Media
Gejala dan tanda:
Keluarnya cairan likuor melalui telinga/otorrhea
Gangguan N.VII dan VIII
Posterior
Gejala dan tanda klinis:
Bilateral mastoid echymosis

Penunjang diagnostik:
Memastikan cairan serebrospinal secara sederhana dengan tes hal
Scanning otak resolusi tinggi dan irisan 3 mm (50%+)
Kontusio
Kontusio terjadi apabila adanya daya fokal yang merusak pembuluh darah
kecil dan komponen jaringan otak lainnya pada parenkim neuron.
.
Penyebab utama dari kontusio adalah cedera coup-countrecuop karena
adanya efek akselerasi dan deselerasi yang menyebabkan tumbukan otak
pada cavum kranii dan tulang tengkorak kontra-lateral.
Kontusio

Acute cerebral contusion, there are low-density edema with flake high-density
shadow(Asterisk), accompanied with subarachnoid hemorrhage in the suprasellar pool,
sylvian cistern and around the right falx cerebri(black arrow). The gas in the suprasellar
pool indicates basal skull fractures(black arrowhead).
Hematoma
Epidural Hematoma
Subdural Hematoma
Intracerebral Hematoma
Perdarahan Basal Ganglia
Epidural Hematoma
Epidural hematoma terletak di antara duramater dan kranium sehingga
memberikan EDH gambaran bentuk konveks. tersering dari EDH pada regio
temporo-pareintal dan sering diakibatkan adanya laserasi dari arteri meningea
media karena adanya fraktur pada tulang temporal.
Subdural Hematoma
SDH umumnya disebabkan oleh robekan dari vena-vena penghubung yang
terletak antara korteks dan sinus venosus dan sering disebabkan oleh cedera
akselerasi-deselerasi.
Berdasarakan waktu maka SDH dibagi menjadi :
SDH akut (berisi bekuan darah yang terjadi segera atau beberapa hari),
SDH subakut (berisi campuran bekuan darah dan cairan yang terjadi beberapa hari hingga
3 minggu setelah trauma)
SDH kronik (konsistensi utama cairan dan terjadi 3 minggu atau lebih). Tipe kronik lebih
sering terjadi pada dewasa usia lanjut, peminum alkohol, atau pada orang yang
mengkonsumsi antikoagulan.
Tanda dan gejalanya adalah kesadaran menurun dan ada sakit kepala.
Perbedaan EDH dan SDH
Epidural Hematoma Subdural Hematoma
Di antara dura dan kranii Di antara dura dan arachnoid
Tidak dapat melewati sutura Dapat melewati sutura
Fraktur kranii di regio temporoparietal Cortical bridging veins
Arteri meningeal media Crescent shape
Lenticular or biconvex shape Hilang kesadaran
Interval lucid Sering pada orang tua
Sering pada alcoholics Sering pada alcoholics
Cito Cito
CT without contrast CT without contrast
Evacuate via burr holes Evacuate via burr holes
Intracerebral Hematoma (ICH)
ICH disebabkan oleh adanya ruptur dari pembuluh darah parenkim saat cedera.
ICH ditandai dengan area hiperdens pada CT-scan.
Pembentukan ICH dapat terlambat dan dapat tidak muncul pada CT-scan dalam waktu 24
jam. Pada fase seperti ini CT-scan ulang dilakukan apabila adanya defisit neurologis yang
bertambah dan adanya peningkatan ICP.
Perdarahan Basal Ganglia
Pendarahan ini disebabkan oleh dua mekanisme,
pertama adanya tarikan atau robekan pada saluran choroid anterior pada
tepi tentorium;
kedua akibat adanya perforasi dari cabang arteri cerebri media. Robekan
pada pembuluh darah dalam biasanya disebabkan oleh karena efek
akselerasi-deselerasi.
Konkusio
Konkusio merupakan suatu disfungsi neurologik yang singkat (transient) yang disebabkan oleh faktor
mekanik terhadap otak.
Gambaran klinis:
hilangnya kesadaran (pingsan)
Kebingugan
Sefalgia
Disorientasi selama beberapa menit dan dapat juga disertai amnesia
Dapat pula disertai gangguan penglihatan.
Cedera Axon Difus
Cedera akson difus merupakan suatu kerusakan difus pada akson di hemisfer serebri, corpus
callosum, batang otak, atau cerebelum. Cedera akson difus ini menyebabkan adanya
ketidaksadaran pasien segera setelah trauma dan bersifat lama.
Gejala dan tanda klinis:
Koma lama pasca trauma kapitis
Disfungsi saraf otonom
Demam tinggi
Subarachnoid Haemorargik (SAH)
SAH sering dihubungkan dengan adanya ruptur dari aneurisma atau adanya
malformasi arteri-vena, namun dapat juga disebabkan oleh adanya trauma
kapitis.
Gejala dan tanda klinis:
Kaku kuduk
Nyeri kepala
Bisa didapati gangguan kesadaran
Cerebral contusio Difus serebral
Penatalaksanaan pada cedera kepala
Primary survey Secondary survey
A. Airway, C-spine control
B. Breathing management Head to toe
C. Circulation Penilaian GCS
D. Disability : Mini neurologis Penilaian pupil
E. Exposure and environmental Tanda-tanda lateralisasi
control Pertahankan tekanan darah
(sistolik >90)
Mild head Injury
Observe in/admit to hospital if :

1. No CT scanner available
2. Abnormal CT Scan
3. All penetrating head injuries
4. History of loss of consciousness
5. Moderate to severe headache
6. Significant alcoholic or drug intoxication
7. Skull fracture
8. CSF leak rhinorhea or otorrhea
9. Severe vomiting
10. Amnesia
11. No reliable companion at home
12. Unable to return promptly
SKULL BASE FRACTURE

Rhinorrhea

Raccon`s eyes
(brill
haematoma

Otorrhea
Battle sign
Mild Head Injury

Observation
Hospitalized Sent home

Moderat and severe head Injury

Hospitalis
Penangan pada cedera kepala
Bebaskan jalan nafas & beri Antisipasi adanya cedera
oksigen. spinal.
Stabilisasi : leher dgn kolar, Kejang.
papan spinal. Muntah.
Catat pengamatan awal : tanda Perburukan yg cepat.
vital. Shock : perdarahan/spinal.
Pengamatan ulang & Gangguan metabolik.
berurutan.
Pasang 2 infus dg.iv kateter
uk.besar
Indication of Surgery :
Depressed # > 1 table (open/closed).
Intracranial hematoma (EDH/SDH/ICH) > 25 cc.
Midline Shift > 5 cm.
Penetrating Injury.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai