Anda di halaman 1dari 41

Askep Pasien dengan

Cedera Kepala
By: Alfeus M.
PENGERTIAN

TRAUMATIC YG TERJADI PADA OTAK YG MAMPU MENGHASILKAN


PERUBAHAN PADA FISIK, INTELEKTUAL, EMOSIONAL, SOSIAL, DAN
VOCATIONAL.
• Trauma atau cedera kepala (brain Injury) adalah salah satu bentuk trauma
yg dpt mengubah kemampuan otak dlm menghasilkan keseimbangan
fisik, intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dpt dikatakan
sebagai bagian dari gangguan traumatik yg dpt menimbulkan perubahan-
perubahan fungsi otak (Black, 2005)
• Menurut konsensus Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) (2006), cedera kepala yg sinonimnya adalah trauma kapitis =
head injury = trauma kranioserebral = traumatic brain injury merupakan
trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak
langsung yg menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik bersifat temporer maupun
permanen.
ETIOLOGI

Dikelompokkan berdasarkan mekanisme injury:


1. Trauma tumpul
2. Trauma tajam (penetrasi)

Jenis/tipe cedera:
1. Focal (hanya terbatas pada satu area otak)
2. Diffuse (ex: diffuse axonal injury (DAI)
3. Fraktur cedera Kepala
• Kepala dgn bangunan intrakranial dpt
mengalami jejas oleh: tenaga percepatan
(akselerasi), tenaga perlambatan (deselerasi),
rotasi, penetrasi
• Jejas: karena perbedaan gerakan pada tulang &
otak.
Dasar lobus frontal ---- permukaan kasar fossa
anterior
Lobus temporal ------ pinggiran tulang sfenoid
Korpus kallosum ---- pinggiran falks serebri
Tentorium serebelli ---- permukaan superior
serebellum batang otak.
• Hantaman
Deselerasi mendadak
deformitas tengkorak
volume kranial
tekanan cairan serebrospinal
Hantaman awal ----------- contrecoup, robekan
jaringan rotasi. Robekan pada otak, akson difus,
pembuluh darah, selaput otak.
• Hantaman traumatik
Hematoma intrakranial, H. epidural, H. subdural,
perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial, perdarahan intraserebelar, rinore,
otorea
Penggolongan berdasarkan akibat Jejas

Jejas kepala.
 Lesi primer
hantaman langsung pada kepala.
akselerasi, deselerasi, rotasi.
fraktur tulang tengkorak, sel neuron rusak, pembuluh darah
robek.
 Lesi sekunder
proses patologik dinamis, komplikasi intrakranial
hematoma intrakranial: epidural, subdural, subarakhnoid,
intraserebral, intraserebelar.
pembengkakan otak, edema otak  TIK meningkat, aliran
darah setempat menurun, spasme pemb. darah, infark.
Klasifikasi Cedera Kepala

• Cedera Kepala Ringan (GCS : 13 – 15 )


Cedera Kepala Sedang (GCS : 9 - 12 )
Cedera Kepala Berat (GCS : < 8 )
• Jejas kepala tertutup
- komosio serebri (gegar otak)---- benturan
pada kepala yg tidak menyebabkan
gangguan pada fungsi otak
- kontusio serebri (memar otak/CKB)
• Fraktur depresi tulang tengkorak
• Fraktur komplikata tulang tengkorak
Pemeriksaan

• Keadaan umum
jejas ringan: keadaan sadar-siaga
• Jalan napas, respirasi, tekanan darah, keadaan
jantung
• Kesadaran
• Fungsi mental
• Saraf otak
• Sistem motorik
• Sistem sensorik, otonom, refleks-refleks
Glascow Coma Scale
• Used to document assessment in three areas
1. Eyes response (E)
2. Verbal response (V)
3. Motor response (M)
• Normal is 15 and less than 8 indicates coma
Other Assessment
• Assess bodily function including respiratory,
circulatory and elimination
• Pupil checks – are pupils equal and how they
react to light
• Extremity strength
• Corneal reflex test
Diagnostic Tests

 CT scan
 MRI
 Cerebral angiography
 EEG
 PET (Positron Emission Tomography)
 No lumbar puncture if there is ICP (intracranial
pressure) because sudden release of pressure can
cause brain to herniate
 ABG’s – keep O2 at 100% and PCO2 as related to
ICP (25-35)
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA
• Penanganan harus ditangani sejak dari tempat kecelakaan,
selama transportasi, di ruang gawat darurat, kamar RoE,
sampai ruang operasi, ruang perawatan/ICU
• Monitor: derajat kesadaran, vital sign, kemunduran motorik,
refleks batang otak, monitor TIK.
• Monitor TIK diperlukan pada:
1. Koma dgn perdarahan intrakranial atau kontusio otak
2. Skala Koma Glasgow <6 (motorik < 4)
3. Hilangnya bayangan ventrikel III dan sisterne basalis pada
CT scan otak
4. “Tight brain” setelah evakuasi hematom
5. Trauma multipel sehingga memerlukan ventilasi tekanan
positif intermitten (IPPV)
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA

Indikasi CT scan:
Skala Koma Glasgow (GCS) ≤ 14
GCS 15 dgn:
a. Adanya riwayat penurunan kesadaran
b. Traumatik amnesia
c. Defisit neurologi fokal
d. Tanda dari fraktur basis kranii atau tulang kepala
Tindakan Resusitasi CAB (kegawatan)
a. Sirkulasi (circulation)
• Hipotensi– iskemik—kerusakan sekunder otak. Hipotensi
jarang akibat kelainan intrakranial, sering ekstrakranial,
akibat hipovolemi, perdarahan luar, ruptur organ dalam,
trauma dada disertai tamponade jantung atau
pneumotorak, shock septik.
• Tindakan: hentikan sumber perdarahan, perbaiki fungsi
jantung, mengganti darah yg hilang dgn plasma, darah.

b. Jalan napas (airway)


Jalan napas dibebaskan dari lidah yg turun ke belakang dgn
posisi kepala ekstensi, kalau perlu pasang pipa oropharing
(OPA )/endotrakheal, bersihkan sisa muntah, darah, lendir,
atau gigi palsu. Isi lambung dikosongkan melalui pipa NGT
untuk menghindari aspirasi muntahan dan kalau ada stres
ulcer.
kegawatan
3. Pernapasan (breathing)
• Ggn sentral: lesi medula oblongata, napas
cheyne stokes, & sentral neurogenik
hiperventilasi
• Ggn perifer: aspirasi, trauma dada, edema paru,
Disseminated intravascular coagulation (DIC),
emboli paru, infeksi.
• Tindakan oksigen, cari dan atasi faktor
penyebab, kalau perlu ventilator.
Kegawatan
• TIK meninggi
✓ Terjadi akibat vasodilatasi, udem otak, hematom
✓ Untuk mengukurnya sebaiknya dipasang monitor
TIK. TIK normal adalah 0-15 mmHg.
Di atas 20 mmHg sudah harus diturunkan dgn:
1. Hiperventilasi
2. Setelah resusitasi CAB, lakukan hiperventilasi
terkontrol dengan pCO2 27-30 mmHg.
Dipertahankan selama 48-72 jam lalu dicoba
dilepas, bila TIK naik lagi diteruskan selama
24-48 jam. Bila tidak turun, periksa AGD dan
CT scan utk menyingkirkan hematom.
Lanjutan Penatalaksanaan

• Pasien dalam keadaan sadar (GCS 15)


1. Simple head injury
Pasien tanpa diikuti ggn kesadaran, amnesia,
maupun gejala serebral lain hanya perawatan
luka, Ro hanya atas indikasi, keluarga diminta
observasi kesadaran.
2. Kesadaran terganggu sesaat
Riwayat penurunan kesadaran sesaat setelah
trauma, tetapi saat diperiksa sudah sadar
kembali: Ro kepala, penatalaksanaan
selanjutnya seperti simple head injury.
Lanjutan Penatalaksanaan
• Pasien dlm keadaan menurun
1. Cedera Kepala Ringan (GCS 15-13)
Kesadaran disorientasi, atau not obey command,
tanpa defisit neurologi fokal: perawatan luka, Ro
kepala.
CT scan: bila dicurigai adanya lucid interval
(hematom intrakranial), follow up kesadaran
semakin menurun, timbul lateralisasi
Observasi: kesadaran (GCS), tanda vital, pupil,
gejala fokal serebral.
Lanjutan Penatalaksanaan
2. Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12)
Biasanya mengalami ggn kardiopulmoner.
a. Periksa dan atasi ggn jalan napas, pernapasan, sirkulasi
b. Pemeriksaan kesadaran, pupil, tanda fokal serebral berupa defisit fungsi
motorik (hemiparesis, hemiplegia), defisit fungsi sensorik
(hemihipestesi), defisit fungsi saraf kranial, ganggaun fungsi luhur (afasia,
agnosia), keluhan ke arah vertebrobasilar (pandangan ganda, gelap
sesaat, baal sekitar mulut, telinga berdenging, sulit menelan, tersedak,
suara sengau, & cedera organ lain.
c. Fiksasi leher & patah tulang ekstremitas jika ada
d. Ro kepala, bila perlu bagian tubuh yg lain
e. CT scan bila dicurigai hematom intrakranial
f. Observasi tanda2 vital, kesadaran, pupil, defisit fokal serebral
Lanjutan Penatalaksanaan

3. Cedera Kepala Berat (GCS 3-8)


Biasanya disertai cedera multipel, di samping
kelainan serebral juga ada kelainan sistemik.
a. Resusitasi jantung paru (circulation, airway,
breathing/CAB). Pasien CKB sering dalam keadaan
hipotensi, hipoksia, hiperkapnea akibat ggn
pulmoner. Tindakan resusitasi CAB.
Lanjutan penatalaksanaan

• Keseimbangan elektrolit
_ Pada saat awal masuk dikurangi utk mencegah udem otak,
1500-2000 ml/hari parenteral dgn cairan koloid , kristaloid
NaCl 0,9%, Ringer Laktat. Jangan diberikan yg mengandung
glukosa
– hiperglikemi, menambah udem otak
_ Pantau keseimbangan cairan, elektrolit darah.
• Profilaksis: diberikan pada CKB dgn fraktur impresi, hematom
intrakranial, PTA (Plasma Thromboplastin Antecedent) yg
panjang
• Komplikasi sistemik
_Demam, kelainan gastrointestinal, kelainan hematologis perlu
ditanggulangi segera.
• Obat Neuroprotektor
_Manfaat obat pada CKB masih diteliti manfaatnya seperti
lazaroid, antagonis kalsium, glutamat, citikolin
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi
sekret
2. Perfusi serebral tidak efektif b.d. perdarahan dan edema
serebral
3. Risiko ketidakseimbangan cairan/elektrolit b.d. intake
inadequate: penurunan kesadaran (soporokoma)
4. Risiko defisit nutrisi b.d. intake inadequate: penurunan
kesadaran (soporokoma)
5. Gangguan integritas kulit b.d. adanya luka laserasi
6. Defisit perawatan diri b.d. kelemahan/keterbatasan
gerak
Intervensi
1. Risiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi sekret.

Intervensi keperawatan
Mandiri:
• Monitor suara paru tiap 8 jam dan observasi adanya
ronki/penumpukan sekret
• Berikan posisi semi atau elevasi kepala 30 derajat dan kepala
miring 1 sisi bergantian
• Pertahankan hidrasi cairan 2-3 liter/hari, melalui asupan
parenteral yg diberikan.
• Monitor dan lakukan karakterisitik sekret, warna, jumlah, dan
konsistensinya bila terdapat sekret yg keluar melalui
hidung/mulut.

Kolaborasi:
• Berikan obat Antibiotik: (Cefriaxon 2 x 2 g (tiap 12 jam) IV)
2. Perfusi serebral tidak efektif b.d. perdarahan dan edema serebral

Intervensi keperawatan
Mandiri:
• Monitor/observasi tanda vital tiap 4 jam dan memonitor/observasi kesadaran / GCS
setiap 4 jam
• Berikan posisi elevasi kepala 30 derajat setiap 4 jam
• Tentukan faktor2 penyebab penurunan perfusi jaringan otak/risiko TIK meningkat.
• Pantau/mencatat status neurologis secara teratur dan membandingkan dgn nilai
normal
• Pertahankan tirah baring miring kiri/kanan dengan posisi kepala netral
• Kaji kondisi vaskular (suhu, warna, pulsasi dan capillary refill time) tiap 8 jam
• Catat intake dan output.
• Turunkan stimulasi eksternal yang dapat meningkatkan TIK dan berikan kenyamanan
dengan menciptakan lingkungan tenang & suhu ruangan dlm kondisi normal (mengatur
suhu ruangan menyalakan AC).
• Pasang pagar pengaman tempat tidur dan memasang restrain pada daerah ekstremitas
• Penkes pada keluarga dan selalu bicara & komunikasi dgn pasien.
Kolaborasi:
• Berikan O2 kanul 4 l/mnt
• Beri pertimbangan pemeriksaan AGD, LED, leukosit setelah 3 hari perawatan
• Pemasangan cairan IV NaCl 0,9% /12 jam
• Berikan obat-obatan injeksi:
- Citicolin 2 x 500 mg - Ranitidin 2 x 1 ampl
- Vit C 1 x 400 mg - Kaltropen 3 x 1 ampl
- Dexametason 4 x 1 ampl - Cefriaxon 2 x 2 g
3. Risiko ketidakseimbangan cairan/elektrolit b.d intake inadequate: penurunan
kesadaran (soporokoma).

Intervensi keperawatan
Mandiri:
• Monitor tanda-tanda vital, termasuk mengukur JVP setiap 8 jam
• Catat peningkatan suhu dan durasi demam
• Berikan kompres hangat saat temperatur meningkat (demam), dan pertahankan
pakaian tetap kering
• Pertahankan suhu ruangan yang nyaman (mengatur suhu ruangan dengan AC).
• Kaji turgor kulit, membran mukosa bibir
• Ukur intake dan output cairan dan hitung balance cairan setiap hari selama 24 jam.
• Berikan cairan minimal 2,5 lt/hari dengan pemberian sedikit-sedikit dan libatkan
keluarga saat pasien sudah dapat minum per oral.

Kolaborasi:
• Berikan cairan IVFD NaCl 0,9%/12 jam
• Berikan Manitol 20% (bila kondisi TD sudah normal dan stabil)
4. Risiko defisit nutrisi b.d intake inadequate: penurunan kesadaran
(soporokoma)

Intervensi keperawatan
Mandiri:
• Kaji status nutrisi saat masuk rumah sakit/ruangan dengan menimbang
BB/mengukur LL.
• Kaji kemampuan menelan; refleks menelan, gerakan lidah dan bibir dan
kesulitan-kesulitan asupan nutrisi dan dengarkan bising usus, catat adanya
penurunan/hilangnya/suara yang hiperaktif
• Latih makan peroral dikit-demi sedikit dengan melibatkan keluarga
• Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan teratur
dalam bentuk cair
• Jaga keamanan saat memberikan makan; tinggikan kepala tempat tidur selama
makan peroral.
• Kaji pola BAB dan feses, cairan lambung, muntahan darah dan lainnya lalu
mencatat hasil.

Kolaborasi:
• Berikan pertimbangan untuk konsultasi dengan ahli gizi
• Berikan nutrisi parenteral: Triofusin 500 ml/24 jam
• Beri pertimbangan dan pantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin,
transferin, asam amino, zat besi, ureum/kreatinin, glukosa, elektrolit setelah 3
hari perawatan
Pendidikan Kesehatan

Keluarga diberikan penkes tentang perawatan pasien dgn masalah cedera


kepala, di antaranya yaitu:
• Jelaskan tentang pengertian, penyebab, pengobatan dan komplikasi cedera
kepala termasuk gangguan fungsi luhur dari pasien, oleh karena itu perlu
kontrol dan berobat secara teratur dan lanjut.
• Ajarkan bagaimana cara pemenuhan nutrisi dan cairan selama dirawat dan
di rumah nantinya
• Ajarkan pada keluarga dan melibatkan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari pasien
• Ajarkan melatih mobilisasi fisik secara bertahap dan terencana agar tidak
terjadi cedera pada neuromuskuler
• Persiapkan keluarga untuk perawatan pasien di rumah bila saatnya pulang,
kapan harus istirahat, aktivitas dan kontrol selama kondisi masih belum
optimal terhadap dampak dari cedera kepala pasien dan sering pasien akan
mengalami gangguan memori, maka ajarkan pada keluarga bagaimana
mengorientasikan kembali pada realita pasien.
REHABILITASI
• Berbaring lama dan inaktiviti bisa menimbulkan
komplikasi gerakan seperti kontraktur,
osteoporosis, dekubitus, edema, infeksi,
trombophlebitis, ISK.
• Goal jangka pendek
_ Meningkatkan spesifik area seperti kekuatan,
koordinasi, ROM, balans, dan postur untuk
mobilitas dan keamanan.
_ Pengobatan tergantung kondisi pasien
kestabilan kardiopulmoner, fungsi
muskuloskeletal, defisit neurologi
REHABILITASI
• Rehabilitasi dini pada fase akut terutama untuk menghindari
komplikasi seperti kontraktur dengan terapi fisik pengaturan
posis, melakukan gerakan ROM (pergerakan sendi) dan
mobilisasi dini
• Terapi ini kemudian dilanjutkan dengan home program terapi
yg melibatkan lingkungan di rumah
• Pada pasien tidak sadar dilakukan dgn strategi terapi coma
management dan program sensory stimulation
• Penanganan dilakukan oleh tim secara terpadu dan
terorganisir: dokter, terapis, ahli gizi, perawat, pasien dan
keluarga.
• Melakukan mobilisasi dini, rehabilitasi termasuk stimulasi,
suport nutrisi yg adekuat, edukasi keluarga.

Anda mungkin juga menyukai