ABOUT ME
PUJIARTO
• Waket III Bidang Kemahasiswaan STIKES Panca
Bhakti Lampung
• Dosen KMB dan KGD STIKES Panca Bhakti
pujiart_77@yahoo.com
pujiartoaps
Pujiartoaps
PUJIARTO Ns.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
3
POKOK BAHASAN DAN SUB
POKOK BAHASAN
POKOK BAHASAN
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT
CIDERA KEPALA DAN CIDERA TULANG
BELAKANG
• Sering Terjadi :
- 50% trauma
- 50 % pada multi trauma
5
Anatomi
1. Kulit Kepala
> Vaskularisasi baik
- Luka kecil – perdarahan >>
- Luka dalam – perdarahan
relatif kurang
6
Anatomi
2. Tulang Tengkorak
> Kalvaria
> Basis
7
Lapisan Pelindung Otak
> Duramater
> Arachnoid
> Pia Mater
Otak
8
9
10
11
12/4/2020 12
12/4/2020 13
Tekanan Intra Kranial
Dalam keadaan konstan
Perdarahan 100 cc dapat menyebabkan
kematian
Tanda – tanda TIK : Muntah proyektil,
Nyeri kepala hebat, Papiledema dan
Cushing’s Triad : Hypertension,
Bradycardia, irregular respiratory
14
DOKTRIN MONROE-KELLIE
Aspek fisiologis pada kepala
• Hukum Monroe – Kellie
V ic = V br + V csf + V bl
V ic : Volume intra cranial (1500 ml)
V br : Volume otak (85 – 90%)
V csf : Volume cairan cerebrospinal (< 3%)
V bl : Volume darah ( 10% )
17
Kerusakan Otak Sekunder
Edema otak
Iskemia otak
Infark otak
18
Yang dapat menyebabkan Kerusakan
Otak Sekunder :
Hypovolemia hypoksia iskemia
Hyperkarbia vasodilatasi TIK
Hipoksia iskemia
19
Glasgow Coma Scale :
Kisaran : 3 - 15
Koma : GCS 8 atau kurang
20
Glasgow Coma Scale :
Eye
4 Buka mata spontan
3 Buka mata terhadap suara
2 Buka mata terhadap nyeri
1 Tidak ada respon
21
Glasgow Coma Scale :
Verbal
5 Berorientasi baik
4 Berbicara bingung
3 Berbicara kacau / kata-kata
tidak jelas
2 Suara merintih / mengerang
1 tidak ada respon
22
Glasgow Coma Scale :
Motorik
6 Mengikuti perintah
5 Melokalisir nyeri
4 Fleksi normal
3 Fleksi abnormal
2 Extensi abnormal (deserebrasi)
1 tidak ada respon
23
(flasid)
Jenis Trauma Kepala
Fraktur Terbuka
Tertutup
Fraktur Linier
Impresi
Non impresi
Fraktur basis cranii
Batle sign, Racoon eyes, Otorhea, rhinorea
24
25
26
Jenis Perdarahan pada Trauma Kepala
1.Ekstra kranial
2.Intra kranial
> Epidural (EDH)
> Subdural (SDH)
> Sub Arachnoid (SAH)
> Intra-serebral (ICH)
27
Kelainan Diffus
Diffus Axonal Injury ( DAI )
28
Tingkat Kelainan akibat cedera
1. Ringan GCS 14-15
2. Sedang GCS 9 – 13
3. Berat GCS <9
29
Penanganan Cedera Kepala
Selalu A – B – C dulu, untuk menghindari
kerusakan otak sekunder
1.Airway
Selalu agresip, jika koma lakukan
intubasi
30
Penanganan Cedera Kepala
2.Breathing
Selalu agresip, cegah hypoksia atau
hyperkarbia
3.Circulation
Selalu agresip, cegah dan kelola syok
4.Disability
Selalu nilai GCS
31
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
• Bersihan jalan nafas tdk efektif b.d
penurunan kesadaran
• Gangguan perfusi jaringan serebral b.d
peningkatan TIK
Diagnosis & Intervensi
Keperawatan Cedera Kepala
33
Intervensi keperawatan
Monitoring pernafasan: frekuensi, irama, suara,
SaO2, AGD
Menstabilisasikan pasien pada papan spina.
Leher harus diimobilisasikan dengan ”collar rigid”
dan alat imobilisasi kepala
Bebaskan jalan nafas (jaw trust), pasang OPA,
ETT bila perlu (GSC < 9)
Bersihkan jalan nafas (suction)
Kolaborasi pemberian oksigen
Berikan ventilasi mekanik, bila diperlukan
34
Intervensi keperawatan
Monitoring kesadaran (AVPU / GCS), pupil, TIK,
defisit neurologis
Lakukan pemantauan (monitoring) secara rutin
pada lembar observasi.
Pasang dua buah IV line kateter.
Posisikan kepala pasien berbaring 15-35
derajad
Kolaborasi pemberian cairan hiperosmolar:
manitol, gliserol
Hindari cairan hipoosmolar
Cegah valsava manuver
Cegah kejang, demam, nyeri, mula dan muntah
Kolaborasi pemberian antikejang
Persiapan pembedahan, bila diperlukan.
Diagnosis & Intervensi
Keperawatan Cedera Kepala
Masalah keperawatan pasien cedera
tulang belakang :
1.Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan paralisis otot-otot pernafasan dan
otot-otot diafragma.
2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan disfungsi otot-otot pergerakan.
3.Resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan immobilitas
36
Intervensi Keperawatan
• Monitoring pernafasan: frekuensi, irama,
SaO2, AGD
• Pada gagal nafas akibat paralisis otot
pernafasan: lakukan intubasi dan
bantuan ventilasi mekanik
• Imobilisasi tulang belakang dengan
berbagai tehnik & alat: log roll, neck
colar, LSB, SSB
• monitoring kondisi gawat darurat jalan
nafas pasien sampai imobilisasi selesai. 37
Cedera Spinal
/ Vertebra
Anatomi
7 Servikal
12 Torakal
Anterior Posterior
5 Lumbal
Sakral
Anatomi Posterior
Anterior
Motorik
Otonom
Susunan Syaraf Perifer
Nervi Craniales (I-XII)
Plexus Brachialis
C5-Th1
(Mot-Sens-Otonom)
Plexus Lumbosacralis
L2-S1
(Mot-Sens-Otonom)
Susunan Syaraf ke Ekstremitas
Nervi
Intercostales
(Th 1-12)
N.phrenicus
(C 3-4-5)
Diafragma
Susunan Syaraf Otonom : Vesica Urinaria
Cerebrum
SSP
Med.Spinalis
V.Urinaria
Syaraf
Sfinkter ke VU
Cedera Spinal / Vertebra
M jatuh terduduk, kaca mobil
Bulls Eye, motor ditabrak dari
belakang
I Fraktur vertebra
S Nyeri,Tungkai semutan,
lemah, lumpuh, Syok Neurogenik
Kencing, Bab, Ereksi Pasti
Cedera Vertebra
T Perlakukan spt Cedera Vertebra
sampai di buktikan
Cedera Spinal level C1
Motorik :
Tetraparesis
Sensorik :
An-estesi seluruh tubuh
(termasuk leher)
Otonom :
Pernafasan : apnu
Retensio Urinae
Neurogenic shock ?
Cedera Spinal level
C6
Motorik :
Tetraparesis
Sensorik :
An-estesi seluruh tubuh
(bag.medial lengan +)
Otonom :
Pernafasan : abdominal
Retensio Urinae
Neurogenic shock ?
Cedera Spinal level L1
Motorik :
Paraparesis
Inferior
Sensorik :
An-estesi tungkai
Otonom :
Pernafasan : biasa
Retensio Urinae
Neurogenic shock (-)
Pengananan Cedera Spinal (Pra-RS)
Survei Primer
• Airway dengan kontrol servikal
• Breathing dengan oksigenasi
dan ventilasi
• Circulation dengan kontrol perdarahan
• Disability
Penanggulangan Cedera Spinal (Pra-
RS)
Survei Sekunder
• Kenali adanya cedera spinal
• Bila tidak ada kelainan neurologis :
belum tentu tidak ada cedera spinal
• Imobilisasi penderita :
* Pegang kepala
* Pasang kolar servikal
* Strapping di atas LSB
Do No Further Harm
53