Anda di halaman 1dari 58

CEDERA OTAK

TRAUMATIK
(COT)

Oded Sumarna, S.Kep., Ners.,


M.Kep
LATAR BELAKANG
❑ Menurut data Riset Kesehatan Dasar angka kejadian cedera
kepala di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah di atas, 10% penderita
meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Cedera kepala salah
satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan
fisik dan mental yang kompleks.
❑ Di USA Cedera Kepala 500.000 kasus/tahun:
❖ 10% meninggal pra RS
❖ 90% di RS dg komposisi:
✓ 80% Cedera Kepala Ringan
✓ 10% Cedera Kepala Sedang
✓ 10% Cedera Kepala Berat
✓ 20% Cacat akibat cedera kepala
❑ Cedera Kepala penyebab kematian terbanyak
di negara berkembang.
PENGERTIAN
Cedera otak traumatik merupakan cedera pada otak yang terjadi
akibat adanya tekanan mekanik eksternal yang mengenai kranium
dan komponen intrakranial, sehingga menimbulkan kerusakan
sementara atau permanen pada otak (Tahir S, 2011).

Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan


traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak ( Muttaqin, 2011 ).

Menurut Brain Injury Assosiation of Amerika (2009), Cedera kepala


adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat kongenital
ataupun degenerative, tetapi disebabkan serangan/benturan fisik
dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi


normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma
tajam. Defesit neurologis terjadi karena robeknya substansi alba,
iskemia dan pengaruh massa karena hemoragik, serta edema
cereblal di sekitar jaringan otak ( Batticaca, 2008 ).
ANATOMI KEPALA

REVIEW ANATOMI OTAK


KOMPONEN LAPISAN KEPALA DARI MULAI
BAGIAN TERLUAR SAMPAI DALAM
1. JARINGAN LUNAK KEPALA (5 LAPISAN)
A. SKIN (KULIT).
B. CONNECTIVE TISSUE (JARINGAN SUBCUTIS).
C. APONEUROTIS GALEA (LAPISAN TERKUAT).
D. LOOSE AREOLAR TISSUE (JARINGAN LONGGAR).
E. PERIKARIUM

2. TULANG TENGKORAK (3 LAPISAN)


A. TABULA EKSTERNA.
B. DIPLOE.
C. TABULA INTERNA.

3. PEMBUNGKUS OTAK (3 LAPISAN)


A. DURAMATER.
B. ARACHNOID.
C. PIAMATER.
THE STRUCTURE…
ALIRAN DARAH OTAK (CEREBRAL BLOOD FLOW/CBF )

ALIRAN DARAH OTAK →TEKANAN ARTERI SEREBRAL


DAN RESIS PEMBULUH2 DARAH SEREBRAL

ALIRAN DARAH OTAK→50−54 ML/100G/MNT ATAU


KIRA2 15% DARI CURAH JANTUNG

JARINGAN OTAK→18−23 ML/100G/MENIT

BERAT OTAK ORG DEWASA


1300−1400GRAM/2,5%DARI BB KESELURUHAN
FAKTOR FAKTOR YG MEMPENGARUHI ALIRAN
DARAH OTAK

1. Saraf simpatis dan parasimpatis


2. Hematokrit
3. Temperatur
4. UMUR
EMPAT MEKANISME YANG MENYOKONG KERUSAKAN OTAK
1
PADA PASIEN CEDERA KEPALA
1. CEDERA MEKANIS
2. PERDARAHAN
3. EDEMA
4. ISKEMIA
MEKANISME CEDERA KEPALA

A. Akselerasi.
B. Deselerasi.
C. Deformasi.
TINGKATAN CEDERA KEPALA

Tingkatan Ringan (Mild Head Injury)

Tingkatan Sedang (Moderat Head Injury)

Tingkatan Berat (Severe Head Injury)


KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
MENURUT GRADASI
GRADASI I :
❑ Kehilangan kesadaran atau pingsan sesaat setelah mengalami
trauma, kemudian sadar kembali.Pada waktu diperiksa pasien
sadar penuh, orientasi baik.
❑ Tidak ada defisit neurologis.
GRADASI II :
❑ Kesadaran menurun tapi masih dapat mengikuti perintah yang
sederhana.
❑ Adanya atau dijumpai defisit neurologis.
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA MENURUT GRADASI

GRADASI III :
❑ Kesadaran sangat menurun, tidak mengikuti perintah.
❑ Penderita masih bisa bersuara, susunan kata kacau, gaduh,
gelisah.
❑ Keadaan motorik bervariatif, dari yang mampu melokalisir
sampai tidak sama sekali.
❑ Penampilan tubuh dapat menampilkan dekortikasi dan
deserebrasi.
GRADASI IV :
❑ Tidak ada fungsi neurologis sama sekali
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Berdasarkan mekanisme
❑ Cedera Kepala Tumpul
 Kecepatan rendah
 Kecepatan tinggi
❑ Cedera Kepala Tembus
 Cedera Peluru
 Cedera Tembus lainnya
Berdasarkan berat-ringannya klinis dinilai
memakai GCS (glasgow coma scale)
❑ Cedera Kepala Ringan : GCS= 14-15
❑ Cedera Kepala Sedang : GCS= 9-13
❑ Cedera Kepala Berat : GCS = 3-8
TRAUMA TEMBUS PADA KEPALA
TRAUMA BENDA TUMPUL
RESPON MEMBUKA MATA (E)
4. Buka mata spontan.
3. Berdasarkan perintah verbal (rangsang suara).
2. Berdasarkan rangsangan nyeri.
1. Tidak memberi respon.

RESPON MOTORIK (M)


6. Mengikuti perintah.
5. Melokalisir rangsang nyeri.
4. Menarik / berlawanan dengan rangsang nyeri.
3. Fleksi abnormal.
2. Ekstensi / deserebrasi.
1. Tidak memberikan respon.
Verbal response (V)
5. Oriented
4. Confused conversation
3. Inappropriate words
2. Incomprehensible sound
1. None
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Berdasarkan Morfologi Cedera:
❑ Fraktur Tengkorak:
 Kalvaria : - Linier atau stelate
- Depresi atau non depresi
- Terbuka atau tertutup
 Basis Kranii : - Dgn/Tanpa kebocoran LCS
- Dgn/Tanpa paresis N. VII
❑ Lesi Intrakranial :
 Fokal : - Epidural (EDH)
- Subdural (SDH)
- Intraserebral (ICH)
 Difus injury
Raccon`s eyes (brill Rhinorrhea
haematoma

Otorrhea Battle sign


DEPRESSED FRACTURE
LESI INTRAKRANIAL

SDH
EDH

ICH IVH
CONT…

❑ Cedera Kepala Primer :


 Rusaknya neuron di grey-white matter junctions yang terjadi ‘on site’ di lokasi
trauma dan bersifat irreversible

❑ Cedera Kepala Sekunder :


 Iskemia serebri
 TTIK
 Penekanan mekanik/herniasi
DIFUS INJURY BERDASARKAN CT SCAN
Category Initial CT findings
▪ Diffuse Injury I No vissible pathology.
▪ Diffuse injury II Cisterns are present; midline shift
< 5mm and/or lesion densities
present, no high or mixed density
lesion > 25 ml, may include bone
fragmens and foreign bodies.
▪ Diffuse injury III Cisterns are compressed or absent
(swelling) midline shift 0-5 mm, no high or
mixed density lesion > 25 ml.
▪ Diffuse injury IV Midline shift > 5 mm, no high or
(Shift) mixed density lesion > 25 ml.

Evacuated mass Any lesion surgically evacuated.


Nonevacuated mass High or mixed density lesion >
25 ml, not surgically evacuated.
PATOFISIOLOGI
TEKANAN TINGGI
INTRAKRANIAL

Doktrin Monro-Kellie menyebutkan


bahwa bahwa volume darah, LCS
dan otak selalu berada dalam
kesetimbanhan dalam
mempertahankan tekanan
intrakranial 10-15 mmhg.
TANDA-TANDA TTIK

A. Nyeri kepala
B. Peningkatan tekanan darah
C. Papila Edema (Anisokor)
D. Muntah yang proyektil
E. Bradikardi
F. Penurunan kesadaran
Kurva Volume –Tekanan
intrakranial
Herniasi Otak
Penatalaksanaan Awal

❑ Dilakukan oleh Dokter yg pertama kali melihat:


❑ Primary survey:
 A : Airway + C-spine control
 B : Breathing
 C : Circulation
 D : Disability →Mini Neurologis
❑ Secondary survey:
 Head to toe examination
Airway + C-spine Control

 Jaga kelancaran jalan nafas:


 Sementara :
 Bersihkan/Suction
 Chin lift
 Jaw thrust
 Definitif :
 Mayo
 Endo tracheal tube/ETT
 Krikotirotomi
Breathing+Ventilasi

❑ Frekuensi nafas (Respirasi Rate) dan Saturasi


O2
❑ Inspeksi,Palpasi,Perkusi,Auskultasi:
 Hematothorax/pneumothorax
 Flail chest
 Kontusio paru

❑ Terapi Oksigen lembab 4-6 l/m


❑ Kalau perlu Chest Tube Thorakostomi (CTT)
❑ Ambu bag untuk ventilasi
❑ Pertahankan saturasi O2 95-100% !
Circulation Control

❑ Tekanan Darah, Nadi :


 Hipotensi
 Takikardia

❑ Atasi Syok hipovolemia :


 Kontrol perdarahan eksternal
 IVFD 2 line Kristaloid 2-3 liter

Pertahankan TD Sistolik > 100mmHg!


Disability

❑ Mini Neurologis:
1. GCS: EMV
2. Pupil : Bulat, Isokor/anisokor , Refleks cahaya
3. Motorik: Parese +/-

Perhatikan Tanda Lateralisasi !


Algoritme Penatalaksanaan
Algoritme Penatalaksanaan
Algoritme Penatalaksanaan
Pemeriksaan Penunjang

❑ Laboratorium:
➢ Hematologi lengkap
➢ Na,K,GDS,SGOT/SGPT
➢ AGD

❑ Foto Polos Kepala


❑ CT Scan Kepala
Harga – harga normal
CPP = MABP – ICP
MABP = Systolik + 2 Diastolik
3
- MABP : 80 – 100 MmHg
- ICP : 5 – 10 MmHg (< 20 Mmhg)
- CPP : 70 – 95 MmHg
Indikasi CT Scan

▪ Kesadaran menurun (GCS<15).


▪ Ada Skull Fraktur .
▪ Nyeri kepala hebat dan
muntah menetap yang tidak
hilang dengan analgetik kuat
▪ Cedera penetrasi.
▪ Kejang.
▪ Defisit neurologi (lateralisasi).
CT SCAN

• Midline shift
• Ventricle&
Cisterns
• Sulcus&
Gyrus
• Bone
• Soft Tissue
GAMBARAN CT SCAN BERUPA

A. Hiperdens
B. Hipodens
C. Isodens
Indikasi untuk pembedahan antara 20-25 cc darah
Penatalaksaan Umum

 Observasi GCS dan Tanda Vital (T,N,R,S)


 Head up 300
 O2 lembab 4-6 liter/m
 IVFD NaCl 0,9% (30-40cc/kgBB perhari)
 Antibiotik (Ceftriaxone)
 Analgetik (Tramadol)
 Antagonis H2 reseptor (Ranitidin)
 K/P : Manitol, Anti Konvulsan
 Pasang NGT,Kateter
 Penunjang :
▪ Nutrisi.
▪ Atasi hipertermia.
▪ Mobilisasi dini/fisioterapi.
Penatalaksanaan TTIK

Terapi Konservatif:
▪ Posisi : Head up 30 0.
▪ Hiperventilasi ringan 15-30 menit
▪ Mild hipothermi
▪ Manitol 20% dosis 0,25 - 2 gr/Kg BB/kali pemberian tiap 4 – 6 jam.
▪ Barbiturate (thiopentone)
▪ Hindari rangsang yang dapat menimbulkan TTIK (nyeri, demam, kejang, dll)
▪ Batasi cairan melalui IV Line
▪ Berikan cairan yang tidak menambah atau menimbulkan edema serebri
▪ Berikan cairan yang kadar osmolaritasnya lebih dari osmolaritas tubuh
▪ Knock down bila diperlukan

Terapi operatif
 Craniotomi evakuasi
 Diversi LCS
 Dekompresi
 Burrhole
 Craniectomi evakuasi
PENGOBATAN

A. Antibiotik
B. Analgesik
C. Antihemolitik
D. H2 Bloker
E. Anti kejang
F. Steroid
G. Nutrisi otak
Operasi oleh ahli Bedah
Saraf
Indikasi operasi :
I. Depressed fraktur > 1
tabula
II. Midline shift > 5mm
III. Perdarahan Intrakranial
(EDH/SDH/ICH) > 25cc
IV.Cedera penetrasi
Lokasi Burr hole
Kapan Dirawat Inap?

Indikasi Rawat Inap:


1) CT Scan abnormal atau indikasi CT Scan tapi tidak ada
2) Semua cedera tembus
3) Riwayat hilang kesadaran >15’
4) Kesadaran menurun
5) Sakit kepala sedang-berat
6) Intoksikasi alkohol/obat
7) Fraktur tengkorak
8) Rhinorea/Otorea
9) Cedera multipel bermakna
10) Amnesia
11) Tidak ada keluarga di rumah
12) Tidak mungkin kembali ke RS segera
Kapan pasien dipulangkan?

 Tidak memenuhi kriteria rawat.


 Berikan informasi kemungkinan
kembali ke RS segera bila keadaan
memburuk.
 Berikan jadwal ke Poliklinik ( 1
minggu )
 Pulang dengan pemberian
EDUKASI dan pesan !
EDUKASI YANG DIBERIKAN SAAT PULANG

 Segera kembali ke rumah sakit secepatnya bila :


 Ada penurunan kesadaran/pasien sulit dibangunkan
 Ada kejang
 Pupil mata menjadi tidak sama ukurannya
 Lumpuh sebelah
 Nyeri kepala makin bertambah walau sudah minum
obat
 Muntah2 makin hebat
MASALAH KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA
KEPALA

A. Gangguan Oksigenisasi
- Ventilasi
- Difusi
- Transfortasi
- Perfusi
B. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
C. Gangguan pemenuhan nutrisi
D. Gangguan cairan dan elektrolit
E. Gangguan ADL

INTERVENSI / IMPLEMENTASI DISESUAIKAN DENGAN MASALAH


PERAWATAN PENDERITA CEDERA KEPALA DI RUANG
ICU

OBSERVASI
Observasi terutama ditujukan untuk menilai adanya
perubahan yang menandakan suatu hematoma
intrakranial yang berkembang. Observasi terutama
dilakukan pada 24 jam pertama sejak trauma atau
sampai GCS mencapai 15. pasien dengan fraktur
cranium sebaiknya di observasi selama 48 jam.
observasi yang dimaksud mencakup :
a. tanda-tanda vital
b. tanda-tanda neurologis
PENCEGAHAN TEKANAN INTRAKRANIAL DI RUANG
PERAWATAN ICU

Ada 3 strategi untuk mencegah peningkatan tekanan


Intrakranial
A. Menghindari terjadinya hyperkapnia
B. Hindarkan pemberian cairan yang berlebihan
C. Diuretika osmosis
PERAWATAN PENDERITA YANG TIDAK SADAR PADA
PASIEN CEDERA KEPALA DI RUANG ICU

A. Jalan nafas
B. Mata
C. Keseimbangan cairan
D. Kateter urine
E. Nutrisi
F. Mobilisasi
Kesimpulan

1. Cedera kepala sering terjadi pada Kecelakaan lalu lintas.


2. Cedera otak sekunder perlu diantisipasi sedini mungkin mengingat
cedera sekunder sangat memperburuk klinis pasien
3. Penangan pertama dg ABCD secara ATLS
4. Perlu diputuskan sedini mungkin apakah perlu dlilakukan terapi operatif
atau cukup konservatif (non-operatif)
5. Merujuk sedini mungkin ke ahli Bedah Saraf mengingat golden periode
adalah 6 jam
Alhamdulillah

Desember 2023

Anda mungkin juga menyukai