Anda di halaman 1dari 44

HEAD INJURY

Agus Suhendar
SMF Bedah Saraf RSUD Ulin/Bagian
Bedah FK UNLAM
Banjarmasin
OBYEKTIF
• Menjelaskan dasar-dasar fisiologi intrakranial.
• Mengevaluasi pasien cedera kepala dan otak.
• Melakukan pemeriksaan nerologist terfokus.
• Menjelaskan pentingnya resusitasi yang
adekuat untuk mencegah dan membatasi
terjadinya cedera otak sekunder
• Menentukan pasien harus dirujuk, dirawat,
dikonsultasikan atau diperbolehkan pulang.
PENDAHULUAN
DEFINISI
Cedera kepala adalah suatu rudapaksa yang
menimpa struktur kepla sehingga dapat
menimbulkan kelainan struktural dan atau
gangguan fungsional jaringan otak
• EPIDEMIOLOGI

• Di indonesia kasus ke 2 tertinggi pada seluruh


kasus trauma
• RSUD Ulin Banjarmasin 350-400 kasus
pertahun
ANATOMI
ANATOMI
FISIOLOGI
Konsep fisiologis yang berhubungan dengan
cedera otak meliputi
• Tekanan intrakranial
• Doktrin Monro- Kellie
• Aliran darah otak
TEKANAN INTRAKRANIAL
• Berbagai proses patologis yang mengenai otak
dapat menyebabkan kenaikan tekanan
intrakranial (TIK).
• Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak
dan menyebabkan atau memperberat iskemia
• TIK normal pada keadaan istirahat kira-kira 10
mmHg, TIK lebih tinggi dari 20 mm Hg,
terutama bila menetap dan sulit diatasi
menyebabkan kesudahan yang sangat buruk.
DOKTRIN MONRO-KELLIE
ALIRAN DARAH OTAK (ADO)
• ADO normal ke dalam otak pada orang dewasa antara
50 - 55 mL per L00 gr jaringan otak per menit.
• Pembuluh darah prekapiler normal memiliki
kemampuan untuk berkonstriksi ataupun dilatasi
sebagai respon terhadap tekanan perfusi
otak/TPO(CPP= Cerebral Perfusion Pressure)
• Pembuluhpembuluh darah ini secara normal
berdilatasi atau konstriksi sebagai respon terhadap
perubahan kadar PaO2 atau PaCO2 darah
• CPP=MAP-ICP
PATOFISIOLOGI
• Cedera Kepala Primer :
– Rusaknya neuron di grey-white matter junctions
yang terjadi ‘on site’ di lokasi trauma dan bersifat
irreversible

• Cedera Kepala Sekunder :


– Iskemia serebri
– TTIK
– Penekanan mekanik/herniasi
CEDERA KEPALA SEKUNDER
• Perlu antisipasi sedini mungkin karena dapat
memperburuk kerusakan otak
• Iskemia Serebri adalah suatu cedera otak
sekunder yang dapat terjadi akibat :
– Hipoksia
– Hipoperfusi
– Edema serebri
– Vasospasme
FRAKTUR KALVARIA
FRAKTUK BASIS KRANII
FRAKTUR DEPRESSED/IMPRESI
LESI INTRAKRANIAL
Difus Injury berdasarkan CT Scan

Category Initial CT findings


 Diffuse Injury I No vissible pathology.
 Diffuse injury II Cisterns are present; midline shift
< 5mm and/or lesion densities
present, no high or mixed density
lesion > 25 ml, may include bone
fragmens and foreign bodies.
 Diffuse injury III Cisterns are compressed or absent
(swelling) midline shift 0-5 mm, no high or
mixed density lesion > 25 ml.
 Diffuse injury IV Midline shift > 5 mm, no high or
(Shift) mixed density lesion > 25 ml.

Evacuated mass Any lesion surgically evacuated.


Nonevacuated mass High or mixed density lesion >
25 ml, not surgically evacuated.
PRINSIP TERAPI
TATALAKSANA AWAL
• Dilakukan oleh Dokter yg pertama kali melihat:
• Primary survey:
– A : Airway + C-spine control
– B : Breathing
– C : Circulation
– D : Disability →Mini Neurologis
– E;Exposure
• Secondary survey:
– Head to toe examination
– Log roll
AIRWAY & C SPINE CONTROL
• Jaga kelancaran jalan nafas:
– Sementara :
• Bersihkan/Suction
• Chin lift
• Jaw thrust
– Definitif :
• Mayo
• Endo tracheal tube/ETT
• Krikotirotomi
BREATHING & VENTILATION
• Frekuensi nafas (Respirasi Rate) dan Saturasi O2
• Inspeksi,Palpasi,Perkusi,Auskultasi:
– Hematothorax/pneumothorax
– Flail chest
– Kontusio paru
• Terapi Oksigen lembab 4-6 l/m
• Kalau perlu Chest Tube Thorakostomi (CTT)
• Ambu bag untuk ventilasi
• Pertahankan saturasi O2 95-100% !
CIRCULATION & BLEEDING CONTROL
• Tekanan Darah, Nadi :
– Hipotensi
– Takikardia
• Atasi Syok hipovolemia :
– Kontrol perdarahan eksternal
– IVFD 2 line Kristaloid 2-3 liter
DISABILITY
• Mini Neurologis:
1. GCS: EMV
2. Pupil : Bulat, Isokor/anisokor , Refleks cahaya
3. Motorik: Parese +/-
EXPOSURE
• Buka seluruh pakaian pasien
• Explore semua luka/jejas
SECONDARY SURVEY
• LOG ROLL
• Headto toe examination
SPECIAL ATTENTION
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium:
• Darah Rutin
• Na,K,GDS,SGOT/SGPT, Ur/Cr
• AGD

• Foto Polos Kepala


• CT Scan Kepala
INDIKASI CT SCAN

 Kesadaran menurun (GCS<15).


 Ada Skull Fraktur .
 Nyeri kepala hebat dan muntah menetap yang tidak hilang
dengan analgetik kuat
 Cedera penetrasi.
 Kejang.
 Defisit neurologi (lateralisasi).
PENATALAKSANAAN UMUM
• Observasi GCS dan Tanda Vital (T,N,R,S)
• Head up 300
• O2 lembab 4-6 liter/m
• IVFD NaCl 0,9% (30-40cc/kgBB perhari)
• Antibiotik (Ceftriaxone)
• Analgetik (Tramadol)
• Antagonis H2 reseptor (Ranitidin)
• K/P : Manitol, Anti Konvulsan
• Pasang NGT,Kateter
• Penunjang :
 Nutrisi.
 Atasi hipertermia.
 Mobilisasi dini/fisioterapi.
PENATALAKSANAAN KHUSUS
Penanganan TIK
Terapi Konservatif:
 Posisi : Head up 30 0.
 Hiperventilasi ringan 15-30 menit
 Mild hipothermi
 Manitol 20% dosis 0,25 - 2 gr/Kg BB/kali pemberian tiap 4 – 6
jam.
 Barbiturate (thiopentone)

Terapi operatif
• Craniotomi evakuasi
• Diversi LCS
• Dekompresi
RAWAT INAP??
Indikasi Rawat Inap:
1) CT Scan abnormal atau indikasi CT Scan tapi tidak ada
2) Semua cedera tembus
3) Riwayat hilang kesadaran >15’
4) Kesadaran menurun
5) Sakit kepala sedang-berat
6) Intoksikasi alkohol/obat
7) Fraktur tengkorak
8) Rhinorea/Otorea
9) Cedera multipel bermakna
10)Amnesia
11)Tidak ada keluarga di rumah
12)Tidak mungkin kembali ke RS segera
PULANG??
• Tidak memenuhi kriteria rawat.
• Berikan informasi kemungkinan kembali ke RS
segera bila keadaan memburuk.
• Berikan jadwal ke Poliklinik ( 1 minggu )
• Pulang dengan nasihat dan pesan !
NASEHAT PULANG
• Segera kembali ke rumah sakit secepatnya bila :
• Ada penurunan kesadaran/pasien sulit dibangunkan
• Ada kejang
• Pupil mata menjadi tidak sama ukurannya
• Lumpuh sebelah
• Nyeri kepala makin bertambah walau sudah minum obat
• Muntah2 makin hebat
SUMMARY
1. Fisiologi intrakranial dan TIK penting untuk dimengerti
2. Cedera otak sekunder perlu diantisipasi sedini mungkin
mengingat cedera sekunder sangat memperburuk klinis
pasien
3. Penangan pertama dg ABCD secara ATLS
4. Assesment mini neurologis harus dilakukan
5. Perlu diputuskan sedini mungkin apakah perlu dlilakukan
terapi operatif atau cukup konservatif (non-operatif)
6. ‘Quick in quick out’
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai