Anda di halaman 1dari 115

KEGAWATDARURATAN PADA

CIDERA KEPALA
WARDAH
PENDAHULUAN

• Incidensi 200/100.000
• Kejadian tersering ketiga yang menyebabkan
kematian Setelah Penyakit Kardiovaskular dan
Kanker (US)
• Usian Muda (15-30 years), Pria>Perempuan
• Penyebab tersering oleh karena Kecelakaan
lalulintas 49%, Di ikuti kasus trauma pada anak
akibat jatuh
• 50% merupakan cedera multiple (additional
major systemic injuries) (Narayan 1989)
DI Indonesia??

• Angka kematian trauma


kepala di Indonesia pada
tahun 2015 berkisar 6,2-11,2%; ± 2x lipat
lebih tinggi dibandingk literatur
internasional yang berkisar 3–8%
Data EMG Bedah FK
UNPAD-RSHS 2010-2011
• Dari Dept Bedah saraf 2010-2011 didapat
kan data-data:
• Dalam 1 tahun, kejadian cedera kepala
ringan , sedang, berat: 2069 kasus
• Rata-rata perbulan 173 kasus
• Kasus KLL 1498 (73%) kasus
• Slide berikut akan menjabarkan lebih
detail
Arifin MZ, et al. Perdarahan Epidural dan Fraktur Kompresi Tengkorak. Sagung
Seta CV 2012.
Jenis Kelamin

2500
2000
1500
1000
500
0
Pria
(1537) Wanita
74% (532) Total
26% (2069)
Derajat Cedera Kepala

1500

1000

500

0
Ringan
(1488) Sedang
(401) Berat
72%
19% (180)
9%
Etiologi

1200
1000
800
600
400
200
0
KLL motor
Jln kaki
(1132) Jatuh
(322) KLL mobil
55% (293) Kekerasan
16% (44) Lain2
14% (27)
0,2% (251)
0,1%
14,7%
Distribusi Umur

600

400

200

0
Interval Kejadian

1200
1000
800
600
400
200
0
< 4 jam
> 4 jam
(1008) 1-3 hr
(786) 4 hr-2 mgg
(195) > 2 mgg
(71)
(9)
Hasil Akhir

1000

800

600

400

200

0
INGAT !!!!

• Tingginya angka kematian akibat trauma


kepala tidak hanya ditentukan oleh
tingkat keparahannya, tapi juga
ketepatan dan kecepatan
penanganannya.
• Penanganan trauma kepala secara cepat
dan tepat dapat menurunkan angka
kematian dan kecacatan.
KOMPONEN LAPISAN KEPALA DARI MULAI BAG
TERLUAR SAMPAI DALAM
1. Jaringan Lunak Kepala (5 Lapisan)
A. Skin (kulit).
B. Connective Tissue (Jaringan Subcutis).
C. Aponeurotis Galea (Lapisan Terkuat).
D. Loose Areolar Tissue (Jaringan Longgar).
E. Perikarium.
REVIEW
SCALP
• Skin
• Connective
tissue
• Aponeurosis/
gale
aponeurotika
• Loose areolar
tissue
• Perikranium
KOMPONEN LAPISAN KEPALA DARI MULAI BAG
TERLUAR SAMPAI DALAM
2. Tulang Tengkorak (3 Lapisan)
A. Tabula Eksterna.
B. Diploe.
C. Tabula Interna.

3. Pembungkus Otak (3 Lapisan)


A. Duramater.
B. Arachnoid.
C. Piamater.
TEKANAN INTRAKRANIAL
Tekanan relatif dalam rongga
kepala terhadap tekanan
atmosfer yang dihasilkan oleh:
•Keberadaan jaringan otak
•Cairan serebrospinal
•Volume sirkulasi otak
Tekanan intrakranial dapat diukur langsung
pada:
• Intrraventikuler
• Intraparenkim
• Subdural
• Epidural
ICP monitor
TEKANAN TINGGI INTRAKRANIAL
• Doktrin Monro-Kellie
menyebutkan bahwa
bahwa volume darah,
LCS dan otak selalu
berada dalam
kesetimbanhan dalam
mempertahankan
tekanan intrakranial 10-
15 mmgh.
• Bila kemampuan kompensasi terlewati
maka TIK akan Kurva Volume meningkat
dramatis, mempengaruhi CBF dan
menurunkan CPP.
Cerebral Blood Flow (CBF) :
Kemampuan autoregulasi otak utk
memastikan aliran darah konstan
yang melalui pembuluh serebral
dengan mengubah diameter
pembuluh darah sebagai respon
terhadap perubahan tekanan
arteri.
CBF normal terdapat pada kondisi:
• Cerebral Perfusion Pressure ( CPP) 60-100
mmHg
• Mean artery Pressure (MAP) dibawah
160 mmHg
• Tekanan sistolik 60 -140 mmHg
• TIK < 30 mmHg
• Kadar C02 dalam kisaran normal
(vasodilator kuat pembuluh otak)
(Morton,Fontaine,Huddak,Gallo:2008)
CPP / Tekanan Perfusi serebral  gradien
tekanan darah diseluruh otak.
Didapatkan dari mengurangi tekanan arteri
rerata ( MAP) dengan TIK rerata

CPP=
CPP= MAP-TIKMAP - TIK
CPP > 100 mmHg :Hiperperfusi & peningkatan
TIK
CPP< 60 mmHg : tidak adekuat suplay darah ke
otak,hipoksia neurondapat terjadi kematian sel
Pada cidera otak → otak
membutuhkan CPP yang lebih tinggi
(>70 mmHg) untk dapat
mempertahankan perfusi yang
adekuat dan perbaikan hasil akhir.
CIDERA KEPALA???
• Cedera kepala  suatu kerusakan pada
kepala, bukan bersifat congenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik (Brain Injury
Assosiation of America)
• Etiologi
a) Kecelakaan lalu lintas
b) Jatuh
c) Pukulan
d) Kejatuhan benda
e) Kecelakaan kerja atau industri
(Cholik Harun Rosjidi & Saiful Nurhidayat, (2009 : 49)
Terjadi perubahan-perubahan:
• Aliran darah otak menurun
• Penurunan oksigenasi otak
• Hilangnya autoregulasi
• Depresi metabolisme
• Takikardia, Kelainan EKG
• Edema cerebral
• Peningkatan ICP
Klasifikasi
1)Berdasarkan mekanisme: • 3) Berdasarkan
• Cedera kepala tumpul morfologi
• Cedera kepala tembus Fraktur tengkora
Lesi intra kranial
• 2) Berdasarkan beratnya:
• Cedera kepala ringan:
• GCS 14-15
• Cedera kepala sedang:
• GCS 9-13
• Cedera kepala berat: GCS 3-
8
Trauma tembus pada kepala
Trauma benda tumpul
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA MENURUT
GRADASI

 GRADASI I :
1. Kehilangan kesadaran atau pingsan sesaat setelah
mengalami trauma, kemudian sadar kembali.
Pada waktu diperiksa pasien sadar penuh,
orientasi baik.
2. Tidak ada defisit neurologis.
 GRADASI II :
1. Kesadaran menurun tapi masih dapat mengikuti
perintah yang sederhana.
2. Adanya atau dijumpai defisit neurologis.
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA MENURUT
GRADASI

 GRADASI III :
1. Kesadaran sangat menurun, tidak mengikuti
perintah.
2. Penderita masih bisa bersuara, susunan kata
kacau, gaduh, gelisah.
3. Keadaan motorik bervariatif, dari yang mampu
melokalisir sampai tidak sama sekali.
4. Penampilan tubuh dapat menampilkan
dekortikasi dan deserebrasi.
 GRADASI IV :
1. Tidak ada fungsi neurologis sama sekali.
• Berdasarkan Morfologi Cedera:
– Fraktur Tengkorak:
• Kalvaria : - Linier atau stelate
- Depresi atau non depresi
- Terbuka atau tertutup
• Basis Kranii : - Dgn/Tanpa kebocoran LCS
- Dgn/Tanpa paresis N. VII
– Lesi Intrakranial :
• Fokal : - Epidural (EDH)
- Subdural (SDH)
- Intraserebral (ICH)
• Difus injury
Raccon`s eyes (brill Rhinorrhea
haematoma

Otorrhea Battle sign


Depressed Fracture
Intracranial Hematomas
1. Acute Epidural Hematoma
2. Acute Subdural Hematoma
3. Intracerebral Hematoma

Kejadian Hematoma Intrakranial Setelah


Cedera Kepala 2%, tetapi bila tidak sadar
saat datang ke RS maka, 40-60%
Hematoma Intrakranial.
Lesi Intrakranial

SDH
EDH

ICH IVH
Prinsip Penanganan Gawat Darurat
• Mempertahankan CPP adekuat
• Mencegah Herniasi

Kelompok Terapi
• Terapi Konservatif
• Terapi Operatif
Herniasi
Gejala Herniasi
AWAL
• Penurunan tingkat kesadaran
• Dilatasi pupil ipsilateral
• Respirasi Cheynes-Stokes
• Reflek Babinsky Positif
Lanjut:
• Pupil dilatasi, midpoin dan tidak berespon
bilateral
• Penurunan respon motorik
• Bradikardi
• Postur flexy atau ekstensi
• Nilai normal TIK : <10-15 mmHg. Penanganan TTIK
dimulai bila tek > 20 mmHg.
• Lebih penting mempertahankan tekanan perfusi otak
adekuat. (CPP)
• CPP = MAP - ICP
• MAP = S + 2D/3
• ICP = TIK
• Nilai normal CPP : 50-150 mmHg.
• CBF terjaga 50 cc/100 gram otak/menit
• CBF= Cerebral Blood Flow
Penatalaksanaan Awal

• Primary survey:
– A : Airway + C-spine control
– B : Breathing
– C : Circulation
– D : Disability →Mini Neurologis
• Secondary survey:
– Head to toe examination
Airway + C-spine Control
• Jaga kelancaran jalan nafas:
– Sementara :
• Bersihkan/Suction
• Chin lift
• Jaw thrust
– Definitif :
• Mayo
• Endo tracheal tube/ETT
• Krikotirotomi
• Intubasi jika GCS<8
Breathing+Ventilasi
• Frekuensi nafas (Respirasi Rate) dan Saturasi O2
• Inspeksi,Palpasi,Perkusi,Auskultasi:
– Hematothorax/pneumothorax
– Flail chest
– Kontusio paru
• Terapi Oksigen lembab 4-6 l/m
• Kalau perlu Chest Tube Thorakostomi (CTT)
• Ambu bag untuk ventilasi
• Pertahankan saturasi O2 95-100%
Circulation Control
• Tekanan Darah, Nadi :
– Hipotensi
– Takikardia
• Atasi Syok hipovolemia :
– Kontrol perdarahan eksternal
– IVFD 2 line Kristaloid 2-3 liter
Pertahankan TD Sistolik > 100mmHg!

Pasang kateter urin ( pertahankan 0,5 ml/Kg/Jam)


Disability
• Mini Neurologis:
1. GCS: EMV
2. Pupil : Bulat, Isokor/anisokor ,
Refleks cahaya
3. Motorik: Parese +/-

Perhatikan Tanda Lateralisasi !

CEK SECARA SERIAL


Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium:
• Darah Rutin
• Na,K,GDS,SGOT/SGPT
• AGD

• Foto Polos Kepala


• CT Scan Kepala
Indikasi CT Scan
 Kesadaran menurun (GCS<15).
 Ada Skull Fraktur .
 Nyeri kepala hebat dan
muntah menetap yang tidak
hilang dengan analgetik kuat
 Cedera penetrasi.
 Kejang.
 Defisit neurologi (lateralisasi).
Kapan Dirawat Inap?
Indikasi Rawat Inap:
1) CT Scan abnormal atau indikasi CT Scan tapi tidak ada
2) Semua cedera tembus
3) Riwayat hilang kesadaran >15’
4) Kesadaran menurun
5) Sakit kepala sedang-berat
6) Intoksikasi alkohol/obat
7) Fraktur tengkorak
8) Rhinorea/Otorea
9) Cedera multipel bermakna
10)Amnesia
11)Tidak ada keluarga di rumah
12)Tidak mungkin kembali ke RS segera
Kapan pasien dipulangkan?

• Tidak memenuhi kriteria rawat.


• Berikan informasi kemungkinan kembali ke RS
segera bila keadaan memburuk.
• Berikan jadwal ke Poliklinik ( 1 minggu )
• Pulang dengan nasihat dan pesan !
Nasihat pulang
SEGERA KEMBALI KE RUMAH SAKIT SECEPATNYA
BILA :
• Ada penurunan kesadaran/pasien sulit
dibangunkan
• Ada kejang
• Pupil mata menjadi tidak sama ukurannya
• Lumpuh sebelah
• Nyeri kepala makin bertambah walau sudah
minum obat
• Muntah2 makin hebat
PENATALAKSAAN UMUM

• Observasi GCS dan Tanda Vital (T,N,R,S)


• Head up 300
• O2 lembab 4-6 liter/m
• IVFD NaCl 0,9% (30-40cc/kgBB perhari)
• Antibiotik (Ceftriaxone)
• Analgetik (Tramadol)
• Antagonis H2 reseptor (Ranitidin)
• K/P : Manitol, Anti Konvulsan
• Pasang NGT, Kateter
• Penunjang :
 Nutrisi.
 Atasi hipertermia.
 Mobilisasi dini/fisioterapi.
PENATALAKSANAN LUKA PADA KULIT
KEPALA
• Lakukan luka tekan langsung atau pada
sekeliling luka → mengurangi perdarahan
• Palpasi tulang tengkorak di bawahnya utk
mengidentifikasi fraktur
• Imobilisasi dan evaluasi tulang servikal
• Atasi Hipovolemi
• Bersihkan luka dan jaringan yang hilang
• Jahit/staples/ ikatan/ lem luka
• Profilaksis tetanus?
Penatalaksanaan TTIK
Terapi Konservatif:
 Posisi : Head up 30 0.
 Hiperventilasi ringan 15-30 menit
 Mild hipothermi
 Manitol 20% dosis 0,25 - 2 gr/Kg BB/kali
pemberian tiap 4 – 6 jam.
 Barbiturate (thiopentone)

Terapi operatif
• Craniotomi evakuasi
• Diversi LCS
• Dekompresi
Pengurangan TIK
• Sediakan sedasi dan analgetik
• Pertahan kan posisi kepala netral
• Posisi kepala head up 300 (tanpa kontraindikasi)
• Lepaskan Cervical collar secepatnya setelaah
dipastikan oleh dokter ( Cek kekakuan leher)
• Minimalkan stimulasi ekternal
• Perimbangkan sedasi dan analgetik sebelum
suction
• Persiapan bedah
Kematian pada Cedera Kepala
(=ischemic brain damage=)

• Ditemukan > 80% pada cedera kepala yang


fatal
• Mekanisme yang penting diketahui adalah
adanya secondary brain injury
• Goal of ICU management : Pencegahan
ischemia
Cedera Otak Sekunder

• adalah cedera otak terjadi segera setelah


cedera kepala karena reaksi inflamasi,
biokimia, bahan neurotransmiter,
gangguan autoregulasi, inokulasi bakteri
• adalah fenomena metabolik
• Penyebab:
– Sistemik : hipotensi, hipoksemia, anemia,
koagulopati, hipo/hiperglikemi, hipertermi,
hiponatremi
PATOFISIOLOGI

Trauma Kepala

Akselerasi/Deselerasi

- Kerusakan jaringan otak


- Pembuluh darah rusak
- Pecahnya pembuluh darah

Pendarahan otak

EDH, SDH, ICH, SAB, IVH


Suplai O2 ke otak berkurang

Kompensasi Metabolisme Anaerob

Peningkatan asam laktat

Penurunan PH

Asidosis

Toksik
Kerusakan membran sel

Perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel

Edema sel

Edema serebri

Volume otak meningkat

TTIK
Mengatasi Hipotensi
1. Mengobati Anemia (akibat perdarahan)
2. Pemberian cairan adekuat
3. Mencegah septikemia (terutama bila ada fraktur
dasar tengkorak dan/atau aspirasi isi lambung ke
dalam paru)
4. Hindari pemakaian obat-obatan sedatif (bisa
menyebabkan hipotensi/vasodilatasi )

Pada cedera kepala berat, hipotensi dalam perawatan


meningkatkan angka kematian dari 26 menjadi
50%
Mengatasi Hipoksia/Hipoksemia

1. Evaluasi BGA (dg respirator, PaO2> 150


mmHg & PaCO2 35-40 mmHg)
2. Intubasi bila terdapat:
-Reflek laring negatif -penderita kejang-kejang
-Insuffisiensi nafas(PaO2<90 atau -Transpor antar RS
dg PaO2 <130/ PaCo2> 60 mmHg)
-Hiperventilasi shg PaCO2<35 mmHg
-Gangguan irama respirasi
-Fraktur mandibula bilateral,
perdarahan profuse di mulut (pd fr dasar
Tengkorak)
Perawatan Intensif pasien Cedera
Kepala
PRINSIP PERAWATAN
OBSERVASI
Observasi terutama ditujukan untuk menilai
adanya perubahan yang menandakan suatu
hematoma intrakranial yang berkembang.
Observasi terutama dilakukan pada 24 jam
pertama sejak trauma atau sampai GCS
mencapai 15. pasien dengan fraktur cranium
sebaiknya di observasi selama 48 jam.
PRINSIP PERAWATAN
Obsevasi
1. Tanda-tanda vital
2. tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial
3. tanda tanda defisit neurologis:
- GCS
-bentuk,ukuran dan reaksi pupil
-kekuatan motorik
TANDA-TANDA TTIK/PTIK
A. Nyeri kepala
B. Peningkatan tekanan darah
C. Papila Edema (Anisokor)
D. Muntah yang proyektil
E. Bradikardi
F. Penurunan kesadaran
ICP Invasif monitoring
MANAJEMEN TTIK/PTIK
A. Posisi kepala (head up 30-45°)
B. Hindari rangsang yang dapat
menimbulkan TTIK (nyeri, demam, kejang,
batuk, muntah, dll)
C. Hyperventilasi
D. Batasi cairan melalui IV Line
E. Berikan cairan yang tidak menambah atau
menimbulkan edema serebri
F. Berikan cairan yang kadar osmolaritasnya
lebih dari osmolaritas tubuh
G. Knock down bila diperlukan
H. Berikan osmoterapi (pemberian manitol
dengan dosis 0,5-2 gr/kgbb/pemberian)
I. Lakukan CT Scan ulang bila diperlukan
PENCEGAHAN PENINGKATAN TEKANAN
INTRAKRANIAL DI RUANG PERAWATAN ICU
Ada 3 strategi untuk mencegah peningkatan
tekanan Intrakranial
A. Menghindari terjadinya hyperkapnia
B. Hindarkan pemberian cairan yang
berlebihan
C. Diuretika osmosis
KEWASPADAAN PERAWAT !!!
• defekasi Peningkatan Tekanan
• batuk Intrakranial dapat di
cetus/ diperburuk
• obstruksi pernafasan
oleh beberapa
• pernafasan abdominal kondisi:
• Muntah
• Suction • Hypercapnia
• Pengaturan posisi • Hypoxia
(prone,trendelenburg,ext • Nyeri
reme hip flexion, nect • Kejang
flexion)
• Hypertemi
PERAWATAN PENDERITA YANG TIDAK
SADAR PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI
RUANG ICU
A. Jalan nafas
B. Mata
C. Keseimbangan cairan
D. Kateter urine
E. Nutrisi
F. Mobilisasi
Jalan nafas : Posisi, suction.
Oral Hygene : cairan obat kumur, dapat
juga digunakan clorhexidine glukonat
Perawatan Mata : cegah keratitis
Keseimbangan cairan : normo-osmoler
Nutrisi
Mobilisasi : Mobilisasi pasif,mika-miki
Kolaborasi medis: antiemetik, pencegah
ulkus ventrikli (antagonist H2
reseptor,pump proton inhibitor),inotropik,
antipiretik, antibiotik, analgetik
Luka Decubitus
MASALAH KEPERAWATAN PADA
PASIEN CEDERA KEPALA
1. Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
disfungsi (kompresi batang otak , perubahan
posisi struktur) Pusat Pernafasan.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi sekresi
sekunder akibat depresi (tingkat penurunan
respons) pada SSP.
4. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan prosedur dehidrasi.
5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan
sistem pemantauan kateter intraventrikular.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI DISESUAIKAN


DENGAN MASALAH
Intervensi Dx 1
• Posisikan klien terlentang dengan posisi kepala lebih
tinggi 30 derajat jika tidak ada kontraindikasi
• Jaga posisi kepala tetap netral untuk memfasilitasi
venous return dari otak lancar.
• Hindari rotasi dan fleksi pada leher karena dapat
menghambat venous return dan meningkatkan TIK.
• Hindari fleksi berlebihan pada pinggang karena dapat
meningkatkan tekanan intra-abdomen dan
intratoraks
• yang dapat meningkatkan TIK.
• Hindari valsava maneuver, minta klien
ekshalasi ketika berputar atau pindah posisi.
• Beri obat-obatan untuk menurunkan edema
serebral sesuai instruksi, seperti osmotik
diuretik dan obat untuk menurunkan risiko
kejang seperti antikonvulsan.
• Konsul dengan tim medis u/ membantu
evakuasi bowel tanpa pengikatan karena
dapat meningkatkan TIK.
Intervensi Dx 2
• Lakukan suctioning untuk mencegah
penumpukan sekret dan CO2 yang dapat
meningkatkan TIK.
• Beri oksigen yang cukup sebelum, antara dan
sesudah melakukan suctioning.
• Hindari suction nasal jika terdapat drainase
nasal, karena drainase nasal mengindikasikan
robekan di dural, sehingga berisiko terjadinya
meningitis.
• Auskultasi daerah paru
• Monitor hasil AGD dan pulse oksimetri
• Tinggikan posisi kepala klien dengan
posisi netral.
• Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian terapi medis.
Intervensi Dx 3
• Monitor turgor kulit, membrane mukosa,
serum dan osmolalitas urin.
• Monitor tanda-tanda vital
• Monitor ketat intake dan output cairan
• Observasi tanda CHF dan edema paru jika
memberi manitol
Perawatan alat-alat yang terpasang pada
pasien dengan cedera kepala
• Perawatan ETT
1.Fiksasi harus baik
2.Pantau tekanan balon, jangan>30 cm
H2O
3.Lakukan penghisapan lendir jika berlebih
dan jika diperlukan lakukan bronchiale
toilet untuk mencegah penumpukan slym
4.Reposisi atau pindah-pindahkan
penempatan pipa ET dari satu sisi mulut
pasien ke sisi lainnya sesuai kebutuhan
Perawatan ETT…
5. Gunakan oropharing air way (OPA) jika perlu
6. Hati-hati pada waktu mengganti posisi
pasien
7. Jaga kebersihan mulut dan hidung
8. Jaga patensi jalan napas
9. kempeskan balon ETT selama 5 menit setiap
shift, untuk mencegah nekrotik jaringan
tracheal karena penekanan balon. Jangan
lupa! dikembungkan kembali.
Perawatan alat…
• Perawatan tracheostomi: GV setiap
hari, suction sesuai kondisi
• Infus diganti maksimal 3 hari
• Perawatan EVD
• ICP monitor
• Kateter urin dan NGT diganti
maksimal 7 hari.
EVD
Ventilator
Closed Tracheal Suction System
I. Suction dengan system tertutup alat yang
digunakan untuk melakukan suctioning
dimana kateter suction dibungkus dengan
plastik yang lembut tetapi kuat dan
menempel langsung pada tubing
ventilator.
II. Sehingga pasien yang menggunakan
ventilator tidak perlu melepas tubing
ventilator sehingga oksigenasidan PEEP
dipertahankan selama suatu periode
suctioning
Evaluasi Closed Tracheal Suction System
• Meningkatnya suara nafas
• Menurunnya Peak Inspiratory Pressure,
meningkatnya dinamik campliance
paru, meningkatnya tidal volume.
• Adanya peningkatan dari nilai arterial
blood gas, atau saturasi oksigen yang
bisa dipantau dengan pulse Oxymeter
• Hilangnya sekresi pulmonal.
Terapi cairan
Tujuan pemberian cairan pada pasien cedera
kepala:
• Menjaga agar sirkulasi tetap stabil
• Mencegah hipovolemia dan hipervolemia
(Rumatan cairan adalah 30 ml/kg/hari)
• Mencegah hipo-osmoler dan hiperosmoler
(target: isoosmoler)
• Mencegah hiperglikemi (kadar gula darah
tidak boleh > 150 mg%, pemberian glukosa
hanya diberikan bila GD < 60 mg% )
Terapi cairan...
• Osmolaritas plasma: 290 mOs/L. Pilih cairan
hiperosmoler. Perbedaan osmolaritas menarik
cairan dari jaringan otak atau intertitial ke pembuluh
darah mengurangi edema otak menurunkan
tekanan IC
• NaCl 0,9% :Osmolaritas: 308 mOs/L, efek samping
dalam jangka waktu lama: hiperkloremik asidosis
• RL : 273 mOs/L (< osmolaritas plasma)
• Ringerfundin (paling direkomendasikan):
Osmolaritas 304 mOs/L , tidak menimbulkan efek
hiperkloremik asidosis
Penggunaan diuretik
1. diuretik manitol
Manitol: Osmolaritas 1098 mOs/L, konsentrasi
10%, 20%, 25%, dosis: 0,25-1 gr/kgBB
diberikan 15-25 menit.

Fungsi: sbg cairan hiperosmolar, mengurangi


viskositas darah,mengencerkan darah,
menimbulkan refleks vasokontriksi,
menurunkan tekanan IC, mengeluarkan CO2
dari jaringan otak
Penggunaan diuretik…
2. Loop diuretik furosemid
Furosemid: menurunkan tek.IC tanpa
meningkatkan volume darah otak atau
osmolaritas darah, tetapi tidak seefektif
manitol. Dosis: 0,5-1 mg/kgBB
3. NaCl hipertonik: untuk pasien yang
memerlukan pemulihan cepat volume
intravaskular dan penurunan tek IC.
Kerugian: hipernatremi
Terapi Nutrisi
• Pada keadaan metabolisme basal,konsumsi
berbagai organ adalah: otak (20%) cenderung
konstan, jantung 5%, ginjal 10%, organ viceral
30%, sisanya dipergunakan otot dan jaringan
lainnya
• Rule of thumb:
Kebutuhan kalori dasar= 25-30 Kkal/kgBB/hari x BB
Karbihidrat: 50-65% total kalori
Protein : 20-30 % total kalori
Lemak : 20-35% total kalori
Nutrisi enteral merupakan pilihan pertama untuk
pasien cedera kepala

Anda mungkin juga menyukai