Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SEKSUALITAS

Seksualitas adalah keinginan untuk berhubungan, kehangatan, kemesraan dan cinta;


termasuk di dalamnya memandang,berbicara dan bergandengan tangan.

Kebutuhan seks adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang
individu secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan,dan menyayangi sehingga
terjadi hubugan timbale balik antara kedua individu tersebut. Kesehatan seksual
didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari
kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975)

Seks adalah topic yang sudah lama dianggap tabu untuk diperbincangkan oleh orang
dewasa. Secara bertahap lebih dari 30 sampai 50 tahun, pengetahuan tentang seks dan
pembicaraan tentang masalah seksualitas telah dikenal sebagai hal yang penting dan perlu
bagi perkembangan manusia. Sejak pertengahan tahun 1960-an, tenaga perawatan kesehatan
telah mengenali keterkaitan kesehatan seksual sebagai komponen kesejahteraan. Meskipun
demikian, banyak klien dewasa yang kurang tentang pengetahuan seksualitas atau enggan
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan seksualitas. Misalnya, kekhawatiran
mencakup hal melakukan kembali hubungan seksual setelah melahirkan, kenormalan
perkembangan, dan ansietas efek indikasi antihipertensif pada fungsi seksual.

B. KOMPONEN KESEHATAN SEKSUAL

1. Konsep seksual diri adalah nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan bagaimana
seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negatif
menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan orang lain
2. Body image adalah pusat kesadaran terhadap diri sendiri secara konstan dapat berubah
bagaimana seseorang memandang (merasakan) penampilan tubuhnya yang berhubungan
dengan seksualitasnya yang ditandai dengan kehamilan, proses penuaan, trauma,
penyakit, dan terapi tertentu Contoh:
 Wanita : bentuk tubuh dan ukuran payudara
 laki-laki : ukuran penis
3. Identitas jender adalah rasa feminine atau maskulin. Segera bayi dilahirkan (dan
kemungkinan lebih cepat dengan amniosentetis atau pemeriksaan antenatal) orang tua dan

2
komunitas memberi label kepada anak sebagai perempuan atau laki-laki. Seperti yang
telah dibicarakan sebelumnya, setelah label diletakkan kepada bayi, orang dewasa
menyesuaikan perilaku mereka untuk berhubungan dengan bayi perempuan atau laki-laki.
Pola interaksi yang berbeda mempengaruhi bayi mengembangkan rasa identitas
jendernya.
4. Orientasi seksual adalah preferensi yang jelas, persisten, dan erotic seseorang untuk jenis
kelaminnya atau orang lain. Studi tentang seksualitas pada tahun 1940-an sampai 1950-an
mengembangkan kontinum antara heteroseksualitas dan homoseksualitas. Sedikit, bila
ada individu secara total berada pada satu ujung kontinuma sepanjang hidupnya.

C. KARAKTERISTIK KESEHATAN SEKSUAL

1. Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan,


eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
2. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasaan diri terhadap penampilan pribadi
3. Kongruen antara seks biologis, identitas gender dan perilaku peran gender
4. Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi) mengenai kehidupan seksual yang
diajalani dalam konteks personal dan etik sosial
5. Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional dan
cinta.
6. Kemampuan menerima pelayanan kesehatan seksual untuk mencegah dan mengatasi
semua masalah dan gangguan seksual
7. Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran gendernya
8. Menghargai sistem yang berlaku
9. Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI SEKSUAL

1. Organ seks Wanita terdiri atas:


a. Organ Seks Eksternal
 Mons pubis adalah lapisan jaringan lemak yang menutupi tulang pubis
dan dilapisi rambut pubis setelah pubertas.

2
 Labia Mayora adalah
lipatan kulit berlemak
yang memanjang dari
mons venerisdan
membentuk batasan
terluar dari vulva.
 Labia Minora adalah
lipatan tipis kulit
berpigmen yang
memanjang keatas
untuk membentuk
kepala klitoral
 Klitoris yang sebagian besar terdiri atas jaringan erektil, mempunyai
banyak ujung saraf, dan sangat sensitive terhadap sentuhan, tekanan, dan
suhu.
 Vestibula adalah area vulva disebelah dalam labia minora.
b. Organ seks internal
 Vagina adalah organ muscular, berdinding tipis yang terangkat kearah atas
pada sudut 45 derajat mengarah kebagian belakang.
 Uterus adalah organ muscular yang berdinding tebal yang terletak di
antara kadung kemih dan rectum.
 Tuba Fallopian mulai pada bagian atas uterus dan berakhir dengan
fimbriae panjang seperti jari dekat ovarium.
 Ovarium terdapat dua buah yang berukuran sebesar kacang hijau, satu
pasang masing-masing sisi uterus.
2. Organ Seks Pria Terdiri Atas:
a. Organ seks eksternal
 Penis terdiri atas batang dan
glen dan tidak mengandung
otot atau tulang.
 Skrotum adalah kantug kulit
yang tipis, longgar yang
melindungi kedua testis.
b. Organ seks internal
 Testis
 System duktus (epididimis,
duktus, dan uretra)

2
 Organ aksesoris(vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar
bulbouretral)

E. PERKEMBANGAN SEKSUALITAS

Perkembangan seksual diawali dari masa natal dan bayi, kamak-kanak, masa
pubertas, masa dewasa muda, dan pertengahan umur, serta dewasa.

1. Masa Pranatal dan Bayi

Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah milai berkembang. Berkembangnya
organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan
adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan
perasaan senang. Menurut Sigmund Freus, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini
adalah:

a. Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan, atau kenikmatan
dapat diperoleh dengan cara meghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara.
Anak memiliki ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatka rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah menyapih
dan makan.
b. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada
saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukkan keakuannya, sikapnya sangat
narsistik )cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Pada tahap ini anak sudah dapat
dilatih dalam hal kebersihan.

2. Masa Kanak-kanak

Masa ini dibagi dalam usia Toddler, prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual
pada masa ini diawali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan psikoseksual pada
masa ini adalah:

a. Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada
rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa
daerah erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung

2
lebih suka pada ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka
pada ayahnya dari pada ibunya. Anak mulai mengidentifikasikan alat kelamin
dirinya, apakah laki-laki ataukah perempuan, belajar malalui interaksi dengan
figure orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelaminnya.
b. Tahap laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi,
mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung dengan tuntutan sosial,
seperti suka hubungan dengan kelompknya atau teman sebaya, dorongan libido
mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal
seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca, atau berfantasi.
3. Masa Pubertas

Pada masa ini sudah terjadi kematangn fisik dari aspek seksual dan akan terjadi
kematangan secara psikososial. Terjadi perubahan secara psikologis ini ditandai dengaan
adanya perubahan dalam citra tubuh, perhatian yang cukup besar tehadap perubahan fungsi
tubuh, pemelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan
berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis, buah dada, atau menstruasi pada
wanita. Tahap yang disebut oleh Freud sebgai tahap genital ini terjadi pada umur leh dari 12
tahun. Kepuasan anak pada usia ini sudah mulai bangkit dan mengarah pada perasaan cinta
yang matang terhadap lawan jenis.

4. Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur

Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan cirri seks skunder encpai
puncaknya, yaitu umur antara 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan
hormonal; pada wanita ditabdai dengan penurunan ostrogen, pengecilan payudara dan
jaringan vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya terjadi penurunan reaksi ereksi; pada
pria ditandai dengan penurunan semen. Dari perkembangan psikososial sudah mulai terjadi
hubungan intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi
perubahan peran.

5. Masa Dewasa Tua (Lansia)

Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita diantaranya adalah atropi pada
vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme

2
pada wanita, sedangkan pada pria akan terjadi penurunan produksi sperma, berkurangnya
intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

Seksualitas dalam usia tua beralih pada penekanan pada pertemanan, kedekatan fisik,
komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan (Ebersole &Hess, 1994). Tidak
ada alas an bagi individu tidak dapat aktif secara seksual sepanjang mereka memilikinya. Hal
ini dapat secara efektif dipenuhi dengan mempertahankan aktifitas seksual secara teratur
sepanjang hidup. Terutama sekali bagi wanita, hubungan senggama teratur membantu
mempertahankan elastisitas vagina, mencegah atrofi, dan mempertahankan kemampuan
untuk lubrikasi. Namun demikian, proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual.
Perubahan fisik yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan harus dijelaskan pada klien
lansia. Lansia juga mungkin menghadapi kekhawaatiran kesehataan yang membuat sulit bagi
mereka untuk melanjutkan aktivitas seksual. Dewasa yang menua mungkin harus
menyesuaikan tindakan seksual dan berespon terhadap penyakit kronis, medikasi, sakit dan
nyeri, atau masalah kesehatan lainnya.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS

Keinginan seksual beragam di antara individu, sebagian orang menginginkan dan


menikmati seks setiap hari, sementara yang lainnya menginginkan seks hanya sekali selam
satu bulan, dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seksual sama sekali dan cukup
merasa nyaman dengan fakta tersebut. Keinginan seksual menjadi masalah jika klien semata-
mata menginginkan untuk merasakan keinginan seks lebih sering, jika keyakinan klien adalah
penting untuk melakukannya pada beberapa norma kultur, atau perbedaan dalam keinginan
seksual dari pasangan menyebabkan konflik.

Faktor Fisik. Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan
fisik. Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya
membayangkan bahwa seks hanya menyakitkan sudah menurukan keinginan seks. Penyakit
minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual. Medikasi dapat
mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh
perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan
klien kehilangan peraaannya secara seksual.

Faktor Hubungan. Masalah dalam hubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang


dari keingina seks. Setelah kemesraan hubungan telah memudar, pasangan mungkin

2
mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau
gaya hidup mereka. Tingkat seberapa jauh mereka masih merasa dekat satu sam lain dan
berinteraksi pada tingkat intim bergantung pada keampuan mereka untuk bernegosiasi dan
berkompromi. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat penting ketika
menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan. Penuruna minat dalam aktivitas seksual
dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku
seksual apa yang diterima atau menyenangkan.

Faktor Gaya Hidup. Faktor gaya hidup, seperti penyalah gunaan alcohol atau tidak
punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat mempengaruhi
keinginan seksual. Dahulu perilaku seksual yang dikiatkan dengan, terutama dalam
periklanan, alcohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap awal
seks. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek negative
pengaruh alcohol terhadap seksualitas jauh melebihi euphoria yang mungkin dihasilkan pada
awalnya.

Factor Harga Diri. Tingkat harga diri kliaen juga dapat menyebabkan konflik yang
melibatkan seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara dengan
mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual-diri dan dengan mempelajari
keterampilan seksual, seksualitas mungkin menyebabkan perasaan negatif atau menyebabkan
perasaan tekanan seksual. Harga diri seksual dapat menurun dengan banyak cara. Perkosaan,
inses, dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam. Rendahnya harga
diri seksual dapat juga disebabkan oleh kurang adekuatnya pendidikan seks, model peran
yang negative, dan upaya hidup dlam pengharapan pribadi atau cultural yang tidak realistis.

Ada juga yang yang mendefinisikan factor yang mempengaruhi harga diri yaitu:

 Budaya
 Nilai-nilai religi
 Status kesehatan
 Hospitalisasi
G. PENYIMPANGAN SEKSUALITAS

Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual yang dapat dijumpai di
masyarakat antara lain:

1. Pedofilia. kepuasan seksual dicapai dengan objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai
dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan anak di bawah usia pubertas. Hal

2
tersebut dapat disebabkan oleh kelainan mental, seperti shizofrenia, sadisme organic, atau
gangguan kepribadian organic.
2. Eksibisionisme. Kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di
depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak dihadapan orang yang tidak
dikenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan seksual.
3. Fatisisme. Kepuasan seks dicapai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi,
pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat disebabkan antara lain karena
eksperimen seksual yang normal dan bedah pergantian kelamin.
4. Tranvestisme. Kepuasan seks dicapai dengan memakai pakaian lawan jenis dan
melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria senang memakai pakaian dalam
wanita
5. Rtanseksualisme. Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang
terhadap alat kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti alat kelamin.
6. Voyarisme/Skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan cara melihat alat kelamin orang
lain atau aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang lain.
7. Masokisme. Kepuasan seksual di capai melalui kekerasan atau disakiti dahulu secara fisik
atau psikologis.
8. Sadism. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksual dicapai dengan menyakiti
objeknya, baik secara fisik maupun psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal tersebut
dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang salah.
9. Homoseksual dan Lesbianisme. Penyimpangan seksual yang ditandai dengan keterkaitan
secara fisik maupun emosi sesame jenis. Kepuasan seks dicapai melalui hubungan dengan
orang yang berjenis kelamin yang sama.
10. Zoofilia. Kepuasan seksual dengan menggunakan objek binatang.
11. Sodomi. Kepuasan seks dicapai dengan hubungan melalui anus.
12. Nikropilia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek mayat.
13. Koprofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek feses.
14. Urolagnia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek urine yang diminum.
15. Oral seks/kunilingus. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan mulut pada alat
kelain wanita.
16. Felaksio. Kepuasan seks dicapai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin laki-laki.
17. Froterisme/Friksionisme. Kepuasan seksual dicapai dengan cara menggosokan penis pada
pantat wanitaatau badan yang berpakaian pada tempat yang penuh sesak manusia.
18. Goronto.kepuasan seksual dicapai dengan melakukan hubungan dengan lansia.
19. Frottage. Kepuasan seksual dicapai dengan cara meraba orang yang disenangi tanpa
diketahui lawan jenis.
20. Pornografi. Gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan
seksual.

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH SEKSUAL

2
1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian ini adalah riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pengkajian psikososial.
Pada riwayat keperawatan dapat diidentifikasikan beberapa hal tentang riwayat penyakit yang
berhubungan dengan riwayat seksual, seperti penyakit diabetes yang kronis, adanya trauma
pada alat genital, terjadi peradangan, dan adanya penyakit pada alat kelamin, seperti
HIV/AIDS, shipilis, atau beberapa penyakit yang dapat memengaruhi seksual, seperti
penyakit jantung yang dapat menimbulkan rasa kecemasan yang tinggi, trauma tulang
belakang, dan kondisi pembedahan perlu diperhatikan, seperti amputasi kaki,pembedahan
daerah leher, mastektomi,histerektomi,ekisi atau pembedahan pada vagina,dan orchidektomi
atau pengangkatan testis. Pada pengkajiansecara fisik dapat dikaji tentang berbagai informasi
tentang system, seperti system saraf, kardiovaskuler, endokrin, serta genitourania. Pada
wanita dilakukan pengkajian terhadap keadan atau fisiologi terhadap haid.pengkajian
selanjutnya adalah riwayat psikososial,antara lain ada atau tidak adanya riwayat psikososial
yang berhubungan dengan masalah seksual seperti adanya trauma perkosaan,latar belakang
budaya, atau keyakinan dalam berhubungan,atau yang lain, seperti sikap atau nilai yang
dianutdalam kehidupaan serta pandangan terhadap seksual.

2. Diagnnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual antara lain:

 Perubahan disfungsi seksual dan pola seksual berhubungan dengan stres.


 Efek penyakit akut dan kronis
 Perubahan atau kehilangan anggota tubuh.
 Perubahan pascapartum
 Perasaan takut hamil
 Penyakit hubungan seksual
 Ketakutan terhadap efek koitus (adanya serangan jantung)
 Trauma tulang belakang
 Perubahan neurologi seperti impotensi
 Pandangan negative terhadap perubahan tuuh seperti masektomi
 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit karena hubungan seksual
 Ketakuyan bayi cacat akibat koitus
 Penggunaan alcohol yang berlebih
 Perasaan yang bermasalah
 Pengalaman traumatic
 Ketakutab ketidakmampuan memuaskan pasangan
 Rasa nyeri karena tidak cukupnya cairan vagina

3. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan

2
Tahap perencanaan yang dilakukan adalah penentuan tujuan dari masalah yang
hendak diatasi, dengan tujuan agar pasien mampu mempertahankan atau menolong individu
untuk mencapai integritas seksual serta dapat mengembangkan kesadaran diri terhadap sikap,
keyakinan, dan pengetahuan tentang seksual, memahami berbagai informasi dan pendidikan
seksual yang akurat, mampu mengidentifikasi masalah seksual, dan meningkatka body image
serta harga diri pasien. Kemudian rencana dan interfensi yang dapat dilakuka adalah:

 Memberikan pendidikan dan konseling tentang kebutuha dan kebutuhan seksual


 Mencegah isolasi sosial
 Mengurangi dorongan seksual
 Meningkatkan citra diri dan harga diri pasien
4. Implementasi

Peran perawat mencakup promosi kesehatan seksual sebagai komponen kesejahteraa


menyeluruh. Perawat dapat meningkatkan kesehatan seksual dengan membantu klien
mendapat wawasan tentang masalah mereka dan menggali metode untuk menghadapi
masalah tersebut secara efektif.

 Promosi kesehatan seksual (penyuluhan, pendidikan kesehatan)


 Perawat: keterampilan komunikasi yang baik, lingkungan dan waktu yang
mendukung privasi dan kenyamanan klien
 Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang berhubungan
dengan pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi
pada klien usia subur, serta pendidikan tentang PMS pada klien yang memiliki
pasangan seks lebih dari satu.
 Rujukan jika diperlukan

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah seksual secara umum dapat dinilai dari kemampuan untuk
melakukan hubungan seksual, percaya diri akan adanya kepuasan hubungan seksual, dan
mampu mengekpresikan perasaan tentang kebutuhan seksual, mampu meningkatkan fungsi
peran serta konsep diri.

Individu mempunyai hak untuk memahami fungsi tubuh mereka dan untuk mempre
diksi perubahan perkembangan. Klien harus memahami perkembangan tubuh, cara wanita dan
pria merespon seksual, dan perubahan seksual normalnya terjadi terjadi bersama proses

2
penuaan dan stress kehidupan. Penyakit mengakibatkan tantangan terhadap banyak fungsi
tubuh, dan seksualitas harus dianggap sebagai sesuatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan,,alih
bahasa Cristantie Effendy, Jakarta; EGC.

Alfaro, R., 1998, Aplicasi Of Nursing Procces A Step by Step Guide, Philadelphila:
J.B.Lippincot Co.

Belland, Kethleen Hoarth & Wells, Mary Ann, 1986, Clinical Nursing Procedures,
California: jones and Bartlett Publisher.

Deskep RI, 1991, Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,
Jakarta:Depkrs RI

Hawari, Dadang, 2001, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, Jakarta: FKUI.

Engel, joyce, 1995, Pocket Guide to Pediatrik Assessment, Mosby Year Book, Inc.

Kozier Erb et all, 1995, Fundamental of Nursing: Concept Procces and Practice Ethic &
Values, California: Addison Wesley Publisher.

Carpenito, Lynda Juall dan moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.
Jakarta:EGC

2
Brudage DJ, Broadwel DC: Altered body image. In Phipps WJ et al, editor: Medical-surgikal
nursing; consept and clinical practice, ed 4, St Louis, 1991, Mosby.

Handout dosen pembimbing mata kulian KDM, materi seksualitas, oleh Sofia Rhosma Dewi.

Anda mungkin juga menyukai