Gambaran umum
1. Dalam pengertian luas, merupakan pendidikan yang mencakup semua pengajaran dan
pengaruh ilmiah, etika, sosial, dan agama yang secara langsung dan tidak langsung dapat
membantu kaum muda mempersiapkan diri untuk memecahkan sendiri masalah-masalah
seks yang pasti datang dalam beberapa bentuk ke dalam kehidupan setiap manusia
normal (Maurice, 2010).
2. Secara konten, Sex Education adalah pengajaran tentang seksualitas manusia, termasuk
hubungan intim, anatomi seksual manusia, reproduksi seksual, infeksi menular seksual,
aktivitas seksual, orientasi seksual, identitas gender, pantang, kontrasepsi, dan hak dan
tanggung jawab reproduksi (Breuner & Matson, 2016).
3. Di Indonesia, terdapat bukti empiris (Leowalu, S., & Hendriks, J., 2021) yang terbatas
mengenai sikap orang tua terhadap pendidikan seksualitas berbasis sekolah. Dari sampel
sebanyak 768 orang tua dan pengasuh Indonesia, Mayoritas orang tua sebesar 98,4%
mendukung pendidikan seksualitas berbasis sekolah dan menyarankan topik-topik
tertentu harus dimulai sejak taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Ketika disajikan
dengan berbagai topik seksualitas, sebagian besar orang tua setuju bahwa inklusi mereka
penting.
4. Akan tetapi, pada pembahasan Sex Education ini menjadi hal yang tabu dibicarakan bagi
sekelompok orangtua yang berafiliasi pada keagamaan dengan wawasan Sex Education
yang masih belum terlalu luas.
Urgensi
1. Memperoleh informasi akurat terkait pendidikan seks;
2. Memahami dampak seks bebas
3. Menghindari/mencegah penyakit menular seksual dan kehamilan remaja
4. Mematuhi hukum agama dan melindungi diri
5. Untuk menghindari permasalahan seksual yang berbahaya, kesalahpahaman, dan
berbagai kesalahan perilaku seksual. Dengan kata lain, untuk 'mendiskreditkan mitos
dan stereotip yang ada, mendorong perilaku seksual yang sehat' dan mempromosikan
'persepsi seksualitas yang akurat dan positif.
6. Banyak orang, terutama di masa muda, membutuhkan pengetahuan higienis tentang
proses seksual karena mempengaruhi kesehatan pribadi. Ada sejumlah besar penyakit
sosial berbahaya yang disebarkan terutama oleh pergaulan bebas atau amoralitas
banyak pria.
6. Area privasi
a. Bagian tubuh sensitif
Remaja harus mengetahui bahwa ada area tubuhnya yang tidak boleh disentuh
sama sekali oleh orang lain, kecuali ketika berada dalam penanganan medis.
Diantaranya area dada, bokong, alat kelamin, dan bibir.
b. Kenapa penting (kaitkan dengan penularan hiv dan pergaulan seks
bebas)
1) Area sensitif tadi merupakan area utama terjadinya penularan HIV dan
Penyakit Menular Seksual.
2) Termasuk upaya untuk melindungi dirinya dari risiko pelecehan dan
kekerasan seksual
c. Cara menjaganya
1) Melindungi bagian tubuh sensitif agar tidak disentuh siapapun.
2) Selalu menjaga kebersihan dengan mandi yang rutin dan tidak
memegangnya dengan tangan yang kotor.
3) Berani menolak pada setiap ajakan yang membuatnya tidak nyaman.
Misalnya, permintaan untuk menyentuh bagian tubuhnya. Baik dari
keluarga, teman, guru, atau orang asing yang ia temui. Jika ada yang
memaksa atau sudah menyentuh area tubuh, jelaskan pada anak bahwa
mereka bisa melaporkan hal tersebut ke orang tua atau siapapun yang
mereka percayai.
7. Perkembangan emosi:
a. Perubahan emosional selama masa remaja sangat bervariasi dari orang ke
orang dan dari waktu ke waktu. Suasana hati, tingkat energi, dan pola tidur
anak remaja cenderung berfluktuasi saat ini, yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam berhubungan sosial.
b. Remaja kadang-kadang menanggapi perubahan hormonal yang terkait dengan
pubertas dengan lebih memerhatikan penampilan mereka.
c. Independensi: Anak remaja mulai merasa lebih berdaya untuk mengambil
tanggung jawab baru dan membuat keputusan sendiri. Mencari kemandirian
dalam beberapa aspek kehidupan mereka.
d. Mengembangkan hubungan sosial di luar keluarga.
e. Remaja dapat merasa frustrasi ketika mereka tidak dapat mencapai tujuan
mereka dan akibatnya mengalami emosi negatif.
2. Cara Menghindari
a. Menjaga komunikasi terbuka: Berbicara terbuka dengan pasangan atau teman
tentang ekspektasi dan batasan dapat membantu mencegah kesalahpahaman dan
meningkatkan rasa saling pengertian.
b. Menghindari tekanan sosial: Menolak tekanan dari teman atau lingkungan yang
mendorong perilaku seksual atau pergaulan bebas dapat membantu individu untuk
membuat keputusan yang lebih baik dan memprioritaskan kesehatan dan
keselamatan mereka.
c. Mengenal dan memahami nilai-nilai diri sendiri dan memahami konsekuensi dari
perilaku seksual dan pergaulan bebas.
d. Menjaga kesehatan mental dan fisik dengan melakukan kegiatan yang positif.
e. Menjalin hubungan yang sehat dan positif: Membangun hubungan yang sehat
dengan pasangan, teman, dan keluarga dapat membantu individu untuk merasa lebih
terhubung dan dihargai.
f. Membatasi paparan media yang merangsang seksual.
g. Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental
untuk mengatasi masalah yang muncul dan menghindari perilaku seksual dan
pergaulan bebas yang merugikan.
Breuner, C. C., & Mattson, G. (2016). Sexuality Education for Children and
Adolescents. Pediatrics, 138(2), e20161348. https://doi.org/10.1542/peds.2016-1348
Campbell, M., Löfgren-Mårtenson, C., & Martino, A. S. (2020). Cripping Sex
Education. Sex Education, 20(4), 361–365.
https://doi.org/10.1080/14681811.2020.1749470
de Lijster, G. P. A., Kok, G., & Kocken, P. L. (2019). Preventing adolescent sexual
harassment: evaluating the planning process in two school-based interventions using
the Intervention Mapping framework. BMC Public Health, 19(1).
https://doi.org/10.1186/s12889-019-7808-8
Family Kickstart Georgia. (2019). Physical and Emotional changes for Girls and
Boys around Puberty – Family Kickstart Georgia. Family Kickstart Georgia.
https://www.fksg.org/physical-and-emotional-changes-for-girls-and-boys-around-
puberty/
Fantasia, H. C., & Fontenot, H. B. (2011). The Sexual Safety of Adolescents. Journal
of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 40(2), 217–224.
https://doi.org/10.1111/j.1552-6909.2011.01217.x
Habibah, N. (2023). Pendidikan Seks pada Anak, Bagaimana Cara Mengajarkannya?
Www.altaschool.id. https://www.altaschool.id/blog/sex-education-untuk-anak
Healthdirect Australia. (2021, July 6). Emotional changes in puberty.
Www.healthdirect.gov.au. https://www.healthdirect.gov.au/emotional-changes-
puberty
Leowalu, S., & Hendriks, J. (2021). Perspectives of Indonesian parents towards
school-based sexuality education. Asia Pacific Journal of Education, 1–14.
https://doi.org/10.1080/02188791.2021.1944842
Maimunah, S. (2019). Importance of Sex Education from the Adolescents’
Perspective: A Study in Indonesia. Open Journal for Psychological Research, 3(1),
23–30. https://doi.org/10.32591/coas.ojpr.0301.03023m
Maurice Alpheus Bigelow. (2010). Sex-education A Series of Lectures Concerning
Knowledge of Sex in Its Relation to Human Life. Norwood Press.
Ontario Human Rights Commission (OHRC). (2022). Sexual harassment in
education (brochure) | Ontario Human Rights Commission. Ohrc.on.ca.
https://www.ohrc.on.ca/en/sexual-harassment-education-brochure
Sumarnia, N., Rosidin, U., Sumarna, U., & Sholahudin, I. (2022). The Dangers of
Free Sex Lurking Adolescents in Jayawaras Village, Garut. Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 5(2).
University of Rochester Medical Center Rochester. (2023). Safer Sex Guidelines for
Adolescents - Health Encyclopedia - University of Rochester Medical Center.
Www.urmc.rochester.edu.
https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?
contenttypeid=90&contentid=P01645