KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan reproduksi adalah “Kondisi sehat secara fisik, psikis, sosial dalam menjalankan fungsi dan
proses reproduksi” (WHO, 1994). Atau dengan kata lain:
• Sehat secara fisik berarti tubuh kita bebas dari penyakit.
• Sehat secara psikis berarti fungsi mental kita, seperti daya ingat, daya tangkap atau pengolahan
perasaan dapat digunakan untuk menyesuaikan diri secara wajar dengan lingkungan.
• Sehat secara sosial berarti kita bisa menjalin hubungan, melakukan interaksi dan komunikasi yang baik
dengan lingkungan. Sedangkan fungsi reproduksi berhubungan dengan mempertahankan keturunan.
Manfaat lain yang bisa kita dapatkan dengan mempelajari kesehatan reproduksi, diantaranya adalah:
• Mampu membedakan antara fakta dan mitos yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
• Memperluas wawasan dan memiliki kesempatan yang cukup untuk mempertimbangkan keputusan
kita yang berkaitan dengan perilaku seksual. Misalnya: menunda untuk berpacaran sampai benar-benar
siap, menunda untuk melakukan hubungan seksual sampai menikah, dan lain-lain
• Diharapkan akan mampu membedakan antara perilaku seksual yang sehat dengan perilaku yang
berisiko terhadap diri kita. Sehingga kita mampu memilih perilaku yang positif dan terbaik untuk diri
sendiri dan orang lain.
• Memahami resiko dan dampak yang dapat terjadi akibat dari perilaku seksual. Dengan mendapatkan
informasi yang tepat mengenai kondisi normal dari fungsi organ-organ reproduksi, maka ketika
mengalami sesuatu yang diluar normal, kita dapat melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan,
seperti segera ke dokter misalnya.
1. Hak untuk menjadi diri sendiri Kita berhak untuk mengutarakan pendapat, untuk berekspresi dan
merasa aman.
2. Hak untuk mengetahui Kita berhak mengetahui informasi tentang seksualitas, penyakit menular
seksual, seperti HIV-AIDS dan semua informasi yang bisa mendukung kita untuk mengambil keputusan
yang tepat.
3. Hak untuk sehat Dengan informasi, layanan dan keterampilan yang bisa menolong untuk mengambil
keputusan yang tepat, maka kita bisa melindungi dirinya dan orang lain dari berbagai masalah
kesehatan.
4. Hak untuk melindungi diri sendiri dan dilindungi Kita memiliki hak untuk melindungi diri dari
kehamilan tidak diinginkan, tertular penyakit kelamin dan HIV-AIDS serta kekerasan seksual. Ini berarti
tidak ada seorang pun yang bisa memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang tidak inginkan pada tubuh
kita.
5. Hak untuk mendapatkan layanan kesehatan Kita memiliki hak untuk menerima pelayanan kesehatan
yang bersifat pribadi, bersahabat, mudah dijangkau dan berkualitas, dan diperlakukan dengan menjaga
harga diri remaja.
6. Hak untuk terlibat dalam keputusan Dalam membuat keputusan yang terkait dengan kesehatan
reproduksi, maka aspirasi dan pendapat kita sebagai remaja dapat dipertimbangkan juga.
7. Hak untuk berbagi informasi Kita memiliki hak untuk belajar tentang kesehatan reproduksi dan saling
berbagi informasi yang tepat pada teman-temannya secara bertanggung jawab.
Selama masa puber, organ-organ tubuh kita banyak mengalami pertumbuhan, termasuk organ
reproduksinya yang juga mulai berfungsi. Perubahan seperti apa ya? Memangnya apa saja fungsi- fungsi
organ itu? Apa perbedaan fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan? Baca terus penjelasan
berikut ini ya!
Teman-teman sudah tau kan, banyak sekali perubahan tubuh yang terjadi pada diri kita pada saat mulai
menjadi remaja. Nah, agar jadi remaja yang sehat, kita juga perlu memperhatikan kebersihan diri. Tidak
hanya kebersihan alat reproduksi saja, tetapi juga kebersihan bagian tubuh lainnya secara khusus.
Kebersihan
Tubuh yang sehat bisa didapatkan jika kita menjaga kebersihan pribadi. Kebersihan pribadi (personal
hygiene) merupakan perawatan tubuh mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki agar tubuh kita bebas
dari penyakit. Termasuk di dalamnya adalah mencuci tangan, mandi rutin, menggosok gigi, merawat
gusi, berpakaian yang pantas, kerapihan, check-up kesehatan rutin, dan pemeriksaan tinggi serta berat
badan.
Selain memperhatikan kebersihan diri, kita pun harus mendapat asupan nutrisi yang tepat pula. Kita juga
harus lebih memperhatikan hal-hal yang mungkin muncul seperti jerawat, bau nafas, bau badan, dan
yang tidak kalah penting adalah perawatan organ-organ reproduksi.
Perawatan Tubuh
Banyak hal yang perlu dilakukan agar tubuh kita tetap bersih dan sehat, diantaranya:
• Mandi teratur minimal dua kali sehari dengan menggunakan sabun
• Sikat gigi teratur minimal dua kali dalam sehari. Periksakan gigi ke dokter setidaknya setiap 6 bulan
sekali.
• Mencuci tangan Waktu yang disarankan: pada waktu sebelum dan sesudah makan, setelah menyentuh
hewan peliharaan, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh sampah, sebelum dan setelah
mengobati luka, dan setelah buang air kecil dan besar.
Hal yang disarankan: Menggunakan air hangat dan sabun, cuci bagian depan, belakang, dan pergelangan
tangan, daerah sekitar kuku, kemudian bilas hingga bersih.
• Keramas secara teratur menggunakan shampoo yang sesuai dengan jenis rambut.
• Mencuci muka rutin setiap hari dengan menggunakan sabun muka yang lembut untuk mengontrol
produksi minyak berlebih yang dapat memicu jerawat.
Tips bagi remaja yang berjerawat:
• Tahan diri dari menyentuh atau menggaruk wajah karena mungkin dapat menyebabkan pecahan kecil
di permukaan kulit yang dapat memicu infeksi kulit.
• Sebaiknya gunakan obat jerawat sesuai dengan anjuran dokter.Jika perlu, gunakan deodoran atau
antiperspirant untuk mengontrol keringat atau menutupi bau badan. Biasanya produk-produk ini berupa
spray, batang (stick), roll-on, krim, maupun lotion.
Sesi 3 : “Pubertas”
PUBERTAS
Pubertas adalah “Suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan
tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbu- han
fisik dan psikologis” (Root, 1973). Dengan kata lain, puber adalah periode dengan ciri-ciri seks sekunder
mulai berkembang dan kemampuan reproduksi seksual (seks primer) mulai didapat.
Awal pubertas biasanya terjadi ketika kita berusia 8-13 tahun (pada perempuan) dan 9-14 tahun (pada
laki-laki). Pada masa ini, kita akan mengalami perubahan fisik yang cukup pesat lho! Misalnya saja,
badan kita menjadi lebih besar dan tinggi, alat reproduksi mulai berubah, dan tumbuh rambut di
beberapa bagian tubuh.
Perubahan fisik tersebut disebabkan oleh pengaruh zat-zat kimia dalam tubuh yang disebut hormon.
Hormon menyebabkan perubahan fisik serta karakteristik seksual primer dan sekunder. Hormon yang
berpengaruh adalah testosteron (laki-laki) dan estrogen dan progesteron (perempuan).
1. Perubahan Ukuran Tubuh Perubahan fisik yang paling terlihat saat kita memasuki masa puber adalah
perubahan ukuran tinggi dan berat badan.
2. Perubahan Bentuk Tubuh Pada masa puber, bagian tubuh yang awalnya kecil menjadi membesar,
seperti mulai melebarnya bagian bahu, pinggul dan pinggang.
3. Perubahan ciri seksual primer Pada remaja putra, testis dan penis mulai tumbuh dan sudah dapat
berfungsi. Sedangkan pada remaja putri, tuba falopi, sel telur dan vagina pun berkembang. Tanda awal
berfungsinya sistem reproduksi untuk menghasilkan keturunan adalah menstruasi pertama (menarche)
pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja putra.
4. Perubahan ciri seksual sekunder Pada remaja putra, mulai tumbuhnya rambut-rambut halus
(jambang, kumis, rambut ketiak dan rambut kemaluan), muncul jakun, suara membesar. Sedangkan
pada remaja putri ditandai dengan tumbuhnya rambut-rambut halus di ketiak dan kemaluan, payudara
membesar, pinggul melebar, kulit lebih halus, dan suara lebih nyaring.
Selain perkembangan karakteristik seksual, terdapat beberapa perubahan lain selama periode pu-
bertas. Diantaranya mulai muncul jerawat, bau badan, suara berubah, mulai tertarik secara seksual
kepada lawan jenis, dan emosi labil seperti mudah merasa marah, sedih, dan kesal.
1. Perubahan Fisik
Berikut ini merupakan beberapa perubahan lain yang terjadi selama masa puber, pada remaja putri dan
remaja putra.
Perubahan penampilan fisik tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Namun ada
juga karakteristik yang diwariskan dari orang tua seperti bentuk tubuh, golongan darah, kecerdasan
umum, serta risiko terhadap penyakit. Sedangkan tinggi badan, berat badan, warna rambut, kulit, dan
mata mungkin didapatkan dari keluarga lainnya seperti kakek atau nenek. Lingkungan pun cukup
berpengaruh terhadap gaya hidup, misalnya pola makan yang tidak teratur menyebabkan kelebihan
atau kekurangan berat badan.
2. Perubahan Psikologis
Selama masa puber, kita mungkin akan menjadi lebih sensitif atau mudah merasa kecewa. Perasaan
tidak nyaman dan cemas ini biasanya muncul terutama terhadap penampilan akibat perubahan fisik.
Perubahan psikologis yang terjadi pada masa puber ini diantaranya adalah:
• Mulai tertarik dengan lawan jenis Hormon-hormon seksual yang mulai aktif pada masa puber
memunculkan adanya dorongan seksual. Dorongan seksual itulah yang menyebabkan kita mulai tertarik
terhadap lawan jenis.
• Memiliki rasa ingin tahu yang besar
• Mulai tidak ingin tergantung kepada orang tua
• Mudah merasa marah, sedih dan kesal
3. Perubahan Sosial
• Kemampuan untuk memahami orang lain mulai berkembang. Hal ini mendorong kita untuk menjalin
hubungan sosial dengan teman sebaya.
• Mulai muncul kecenderungan untuk meniru, mengikuti pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, atau
keinginan orang lain.
• Mulai tertarik secara seksual kepada lawan jenis. Salah satu dampaknya, kita mulai terlibat dalam
hubungan yang istimewa dengan lawan jenis, yang dikenal dengan pacaran.
Fakta Pubertas
• Remaja putri memang akan mengalami peningkatan berat badan pada masa pubernya. Hal ini normal
dan bagian dari pertumbuhannya, makanya tidak baik jika remaja putri yang sedang puber melakukan
diet, karena akan mengganggu proses pertumbuhannya.
• Pertumbuhan tinggi dan besar tubuh remaja, berbeda-beda pada setiap orangnya. Jangan merasa
malu jika kamu lebih tinggi atau lebih pendek dibanding teman lainnya.
Salah satu ciri masa puber adalah terjadinya menstruasi pada remaja putri dan mimpi basah pada
remaja putra. Teman-teman sudah mengalaminya belum?
Menstruasi
Proses Terjadinya Menstruasi
Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim disertai dengan perdarahan yang terjadi secara
berulang setiap bulan kecuali saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada
akhirnya akan membentuk siklus menstruasi. Menstruasi ini biasanya berlangsung sekitar 2-7 hari,
namun tentu saja bervariasi pada setiap perempuan.
Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche. Menarche biasanya terjadi pada usia 8-16 tahun.
Menstruasi merupakan pertanda mulainya masa reproduktif pada kehidupan seorang perempuan, yang
dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause (berhenti menstruasi).
Siklus Menstruasi
Awal siklus menstruasi dihitung sejak terjadinya perdarahan pada hari ke-1 dan berakhir tepat sebelum
siklus menstruasi berikutnya. Umumnya, siklus menstruasi terjadi antara 21-40 hari. Hanya 10-15%
perempuan yang memiliki siklus 28 hari. Kira-kira seperempat cangkir darah keluar tiap menstruasi.
Warnanya pun semakin cokelat pada masa akhir menstruasi.
Gejala Menstruasi
Sebagian remaja putri mungkin dapat merasakan kondisi fisik maupun psikis yang tidak nyaman
beberapa hari sebelum datangnya menstruasi, diantaranya:
1. Nyeri Haid Banyak remaja putri yang mengalami kram perut selama periode menstruasi. Rasa sakit
yang timbul biasanya di perut bagian bawah, kadang meluas ke pinggul, pinggang belakang, punggung
bagian bawah atau paha. Bahkan ada yang merasa mual, atau mengalami muntah, bahkan diare.
Nyeri haid pada hari pertama atau kedua haid merupakan hal yang biasa. Lebih dari separuh perempuan
mengalaminya. Beberapa remaja putri merasakan sakit yang amat hebat sehingga perlu meminum obat
untuk mengatasinya.
2. Menstruasi yang Tidak Teratur Menstruasi tidak teratur dapat disebabkan oleh perubahan kadar
hormon akibat stres, sedang dalam keadaan emosi, perubahan porsi olahraga, atau perubahan berat
badan yang drastis.
Beberapa gejala lain yang biasanya dirasakan saat menstruasi diantaranya adalah:
• Payudara terasa sakit
• Merasa capek tanpa penyebab yang jelas
• Pegal khususnya di perut bagian bawah atau pinggang belakang
• Vagina terasa lebih lembab
• Muncul perasaan-perasaan tertentu yang sangat kuat atau sulit dikendalikan (marah atau sedih
berkepanjangan
Keputihan
Keputihan adalah keluarnya cairan berwarna putih kekuningan dari saluran vagina. Cairan ini dapat
encer atau kental yang biasanya normal terjadi sebelum atau sesudah menstruasi. Keputihan dapat
bersifat tidak normal kalau terdapat rasa gatal, panas, atau pedih yang menyertainya. Keputihan yang
normal biasanya tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh perempuan yang
terlalu lelah atau daya tahan tubuhnya lemah.
Penyebab Keputihan
• Kebersihan dan kesehatan alat kelamin perempuan kurang terjaga (misalnya karena tidak segera
mengganti pantyliner atau pembalut saat menstruasi).
• Terjadinya infeksi yang menyebabkan peradangan.
• Kebiasaan membilas vagina yang kurang tepat (misalnya dari arah anus ke vagina atau tangan yang
kotor digunakan untuk membilas vagina).
• Kelelahan.
• Stres atau keadaan hormon yang tidak seimbang.
• Memakai sembarang sabun untuk membasuh vagina.
• Pola hidup tidak sehat (misalnya makan tidak teratur, tidak pernah olah raga, kurang tidur).
• Memakai pakaian dalam yang terlalu ketat dan tidak menyerap keringat.
Mimpi Basah
Mungkin diantara teman-teman ada yang sudah mengalami mimpi basah. Jangan panik ya teman-
teman, hal ini wajar kok terjadi pada remaja putra. Nah, sebenarnya apa sih mimpi basah itu? Simak
penjelasan berikut ini ya!
Mimpi basah menandakan bahwa organ reproduksi yang dimiliki seorang laki-laki sudah mulai
memproduksi sperma. Kelenjar pituary merangsang testosteron yang ada di dalam testis untuk mulai
berproduksi menghasilkan sperma. Tapi, tempat sperma dalam testis terbatas, sedangkan sperma terus
diproduksi dalam testis. Jika produksi sperma melebihi kapasitas tempatnya, sperma akan diserap
kembali oleh tubuh atau dikeluarkan melalui alat kelamin laki-laki. Jadi, mimpi basah merupakan
mekanisme alami untuk menguras timbunan sperma dari dalam tubuh sehingga para remaja putra tidak
perlu takut atau khawatir saat mengalaminya.
Kapan seorang laki-laki mengalami mimpi basah? Mimpi basah terjadi pada saat yang berbeda pada
masing-masing orang. Dulu seorang anak laki-laki baru mengalami mimpi basah pada usia 14-16 tahun.
Belakangan ini, anak berusia 10-12 pun sudah mulai mengalami mimpi basah. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh faktor genetik, faktor makanan dan gizi yang membaik maupun pengaruh lingkungan seperti
tontonan, bacaan, dan pergaulan.
Matters, dkk. (1992) menyatakan bahwa ini terjadi karena hormon tersebut akan membuat remaja lebih
sadar terhadap sensasi seksual. Misalnya hormon testosteron akan menyebabkan seorang anak laki-laki
mengalami ereksi. Selain itu kadar testosteron dalam darah juga akan membuat otak mengaktifkan
pikiran atau dorongan seks.
Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Contoh: berpegangan tangan, cium pipi, pelukan
bahkan sampai kepada hubungan seksual.
Pada masa puber ini kita sudah mulai merasakan adanya dorongan seksual. Akan tetapi bukan berarti
kita sudah boleh melakukan hubungan seksual. Mengapa? Karena untuk sampai pada tahap tersebut,
kita harus mempertimbangkan banyak hal, misalnya kita harus sudah menikah, kita harus sudah matang
secara fisik dan psikis. Selain itu, kita juga harus mewaspadai risiko yang akan muncul termasuk
mengenai pendidikan dan masa depan kita.
Jadi, kita juga harus lebih mempertimbangkan usia kematangan seksual (biologis) yang ternyata belum
diimbangi oleh kematangan psikososial, seperti:
• memahami risiko perilaku dan siap menerimanya,
• kemampuan mengelola dorongan
• kemampuan mengambil keputusan secara matang.
Akibatnya, kadang-kadang rasa ingin tahu yang sangat kuat, keinginan bereksplorasi dan memenuhi
dorongan sekual mengalahkan pemahaman tentang norma, kontrol diri, pemikiran rasional sehingga
tampil dalam bentuk perilaku yang kurang bertanggung jawab.
Tindakan kekerasan dalam suatu hubungan nyatanya bukan hanya melanda pasangan yang sudah
menikah saja yang lebih kita kenal dengan KDRT. Bahkan kini banyak pula perempuan yang menjadi
korban tindak kekerasan oleh pacar mereka. Tindakan kekerasannya tidak mesti berupa kekerasan fisik,
tapi juga sikap memaksa dan mengontrol pasanganya yang terlalu berlebihan.
Kekerasan dalam pacaran memang menempati urutan kedua dalam kasus kekerasan terhadap
perempuan setelah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bahkan berdasarkan data dari Komnas
Perempuan sejak tahun 2010 terjadi 1.000 kasus kekerasan dalam pacaran. Angka di lapangan mungkin
diperkirakan akan lebih banyak lagi karena banyak korban yang belum berani melapor.
Penyebab tingginya angka kekerasan dalam pacaran terjadi akibat banyaknya perempuan yang tidak
paham bentuk kekerasan fisik maupun psikis dalam suatu hubungan. Oleh sebab itu mereka kerap tidak
menyadari meski telah menjadi korban kekerasan oleh pacar mereka, dalam kasus ini remaja yang
paling rentan menjadi korban kekerasan. Sebab di usia itu, gairah sedang meningkat dan dapat
mendorong seseorang untuk mengartikan kasih sayang ke hal yang salah. Pembiaran hubungan yang
tidak sehat, bahkan sampai melakukan tindak kekerasan, dapat menimbulkan risiko fatal.
Tidak sedikit tindak kekerasan dalam hubungan yang kemudian meningkat pada paksaan berhungan
seksual, aborsi dan tindakan lainnya yang dapat mengancam nyawa mereka. Dalam kasus seperti ini
sudah jelas dan perempuanlah yang menjadi korban. Dengan demikian maka untuk menghindari hal-hal
seperti ini perempuan diharapkan berani melawan, dalam arti berani untuk bercerita kepada orang tua
atau siapa saja yang dianggap representatif untuk menceritakan permasalahannya sehingga bisa
mendapatkan solusi terbaik dan jangan menutup diri kalau memang kekerasan itu terjadi pada diri anda.
Dalam Catatan Tahunan Komisi Nasional Perempuan 2017, disebutkan bahwa 19% kekerasan di ranah
rumah tangga/relasi personal adalah kekerasan dalam pacaran, menempati peringkat ketiga dengan
jumlah 1.873 kasus. Angka tertinggi kategori pelaku kekerasan seksual dalam ranah relasi personal
merupakan pacar dengan pelaporan sebesar 1.528 kasus. Besar jumlah angka tercermin dalam kasus
yang nyata terjadi di lingkup masyarakat. Kasus dan data yang ada membuktikan bahwa kekerasan
dalam pacaran adalah permasalahan serius yang harus segera ditangani.
Kekerasan dalam pacaran (KDP) atau dating violence merupakan perilaku kasar, agresif, dan membatasi
dalam sebuah hubungan pacaran. Secara umum, kekerasan dalam pacaran dibagi menjadi tiga macam,
yaitu fisik, emosional (psikis), dan seksual[1]. Sumber lain mencantumkan kategori tambahan, yaitu
kekerasan ekonomi seperti melarang bekerja dan memanfaatkan keuangan pribadi pasangan[2].
Kekerasan dalam pacaran seringkali diawali oleh kekerasan emosional dan kata-kata yang kemudian
diikuti oleh kekerasan fisik atau kekerasan seksual[4]. Kekerasan yang dilakukan pasangan ini tidak
muncul tanpa sebab. Apabila ditarik garis besar, bisa dikatakan bahwa penyebab terjadinya kekerasan
dalam pacaran adalah emosi marah yang tidak bisa dikendalikan dengan baik[5]. Faktor lainnya adalah:
ada riwayat kekerasan dalam keluarga, kompensasi perasaan inferior atau self–esteem yang rendah,
pemahaman bahwa kekerasan akan menyelesaikan masalah, serta kepribadian yang cenderung
mengeksploitasi pasangan[6].
Hubungan kekerasan dalam pacaran erat kaitannya dengan gender. Kekerasan yang dilakukan
perempuan adalah cara untuk membela diri, sedangkan laki-laki menggunakan kekerasan sebagai
penanaman kontrol[7]. Meskipun laki-laki dan perempuan bisa menjadi korban atau pelaku, perempuan
lebih rentan mengalami kekerasan seksual dan penderitaan berat sebagai akibat dari kekerasan dalam
pacaran[8]. Perempuan yang mengalami kekerasan memiliki kecenderungan besar untuk memaafkan
pelaku dan menjalani hubungan seperti sebelumnya[9].
Pacaran sehat menyenangkan dan bisa membuat kita menyukai diri kita sendiri. Kita bisa menjadi diri
sendiri dengan pacar. Untuk bisa pacaran sehat, penting bagi kita untuk mengetahui siapa kita, apa yang
kita mau dan apa yang membuat kita nyaman.
Nah, ada tiga hal penting yang perlu diingat ketika pacaran:
1. Jangan melibatkan perasaan, emosi dan cinta terlalu dalam. Orang yang terlalu cinta akan kehilangan
kontrol mengenai diri dan tindakannya hingga dapat ditekan atau diperalat oleh pacar
2. Tidak melibatkan aktivitas seksual dalam pacaran.
3. Berhati-hati memilih teman. Pilihlah teman yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Sering kali gaya
pacaran dipengaruhi oleh teman.
Teman-teman, kehamilan di luar pernikahan ini juga menyimpan banyak risiko lho, diantaranya:
1. Risiko Medis
Kehamilan di usia remaja memiliki risiko medis yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh belum
matangnya organ reproduksi.
Rahim
Rahim baru siap menjalankan fungsinya di atas usia 20 tahun. Otot-otot rahim pada usia remaja belum
cukup baik kontraksi dan kekuatannya, sehingga jika terjadi kehamilan dapat terjadi robeknya rahim.
Selain itu, penyangga rahim pun belum cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga risiko lain
yang juga dapat terjadi adalah turunnya rahim ke lubang vagina pada saat persalinan.
Hormon
Sistem hormonal remaja pada umumnya belum stabil, terbukti dari terdapatnya remaja seumuran kita
yang siklus menstruasinya belum teratur. Hal ini juga dapat terjadi jika kita mengalami kehamilan.
Kehamilan pada usia remaja seperti kita menjadi rentan terhadap terjadinya kematian janin. Hmm
sebaiknya dihindari ya.
2. Risiko Psikologis dan Sosial
Secara psikologis, kita juga belum siap untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Kita belum
menyelesaikan studi mereka ke jenjang dimana kita bisa menghasilkan uang untuk membiayai anak yang
dilahirkan. Untuk menikah pun, kita masih belum matang. Tidak mudah lho mampu menyesuaikan diri
dengan kekasih sebagai sepasang suami istri. Kehamilan yang tidak diinginkan juga dapat menghalangi
kita untuk dapat meraih cita-cita seperti menjadi dokter, menjadi penyanyi ataupun menjadi arsitek.
Walaupun kemungkinan itu tetap terbuka, namun pastinya kita akan menghadapi masa-masa yang sulit,
terutama remaja perempuan yang harus melalui tahap hamil, melahirkan dan menyusui.
Secara sosial pun biasanya pasangan yang hamil di usia remaja, apalagi yang belum menikah akan
menghadapi tantangan yang cukup berat. Perasaan yang muncul biasanya adalah menyesal karena
mempermalukan orang tua, malu dengan pandangan negatif keluarga besar dan lingkungan sekitar, dan
juga sakit hati dengan perlakuan lingkungan sosialnya tersebut. Kita juga biasanya segan untuk
melanjutkan sekolah, terutama di sekolah yang sama.
Banyak hubungan seksual tidak direncanakan, oleh karena itu probabilitas kehamilan yang tidak
diinginkan cukup tinggi. Remaja sering memiliki pandangan bahwa sekali berhubungan saja tidak akan
hamil. Kehamilan yang tidak diinginkan tetap akan merugikan remaja perempuan walau pihak laki-laki
mau bertanggung jawab apalagi jika remaja laki-laki mau bertanggung jawab. Tekanan ekonomi dan
kekuasaan membuat remaja menjadi tidak asertif, terutama jika remaja tidak memahami konsekuensi
dari perilakunya.
Konsekuensi Remaja Seksual Aktif
sembuh
Pengguguran Kehamilan
Kehamilan diteruskan Cacat/mati
selamat Infertile
ibu bayi
pendarahan
Persalinan BBLR
macet
Infeksi - mati
Prematur
Eklamasi
Infertile
Cacat
Pendarahan
Normal
Mati
Jika perempuan terlibat perilaku seksual berisiko maka akan berisiko tinggi kanker leher rahim. Risiko ini
akan bertambah besar karena adanya factor lain yang mempengaruhi berkembangnya kanker leher
rahim adalah :
Hubungan seks pertama umur < 20 tahun
Usia > 35 tahun
Jumlah pasangan seksual > 3 orang
Jumlah anak > 4 orang
Suami memiliki pasangan seksual lain
Pernah menderita kondiloma akuminata, serta kekebalan tubuh yang menurun
Pap smear dapat mencegah potensi kanker mulut rahim sebesar 75 % dengan cara mendeteksi adanya
kemungkinan potensi perubahan sel serviks menjadi sel ganas.
Sesi 7 : “Siapa Kelompok Paling Berisiko? – Infeksi Menular Seksual”
Infeksi Menular Seksual, termasuk HIV/AIDS
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang penularan utamanya melalui hubungan
seksual. Salah satu penyakit IMS adalah AIDS yang juga ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyebab IMS:
Penyebab IMS dapat dilihat dari organisme-nya, yaitu:
1. Bakteri (kuman) misalnya gonorhea, sifilis.
2. Virus misalnya herpes genitalis, HIV-AIDS
3. Jamur misalnya kandidiasis.
Akibat IMS:
Bila tidak diobati sampai tuntas maka dapat menyebabkan:
1. Penyakitnya menjadi kronis dan menahun
2. Kemandulan (tidak punya anak)
3. Kanker alat reproduksi
4. Sering keguguran
5. Menularkan penyakit pada bayi yang dikandungnya
6. Gangguan kehamilan
7. Terkena infeksi HIV
8. Kematian.
HIV-AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia. Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu sindrom atau
sekumpulan gejala dan tanda penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang yang disebabkan oleh HIV.
Jika seseorang terinfeksi oleh HIV, maka virus ini akan menyerang sel darah putih. Sel darah putih yang
telah dirusak tersebut menjadi lemah dan tidak lagi mampu melawan kuman-kuman penyakit. Lambat
laun sel darah putih yang sehat akan sangat berkurang. Akibatnya, kekebalan tubuh orang tersebut
menjadi menurun dan akhirnya ia sangat mudah terserang penyakit. Bahkan serangan suatu penyakit
yang untuk orang lain dapat digolongkan ringan, bagi pengidap HIV-AIDS, penyakit tersebut dapat
menjadi berat bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam tubuh manusia, HIV terutama terdapat pada cairan: darah, air mani (cairan sperma) dan cairan
vagina. Telah terbukti bahwa ketiga cairan inilah yang dapat menularkan HIV. Selain di dalam keempat
cairan yang telah disebutkan diatas, HIV juga dapat ditemukan di dalam: air mata, air liur, cairan otak
dan keringat. Namun sampai saat ini belum ada bukti bahwa HIV dapat ditularkan melalui cairan- cairan
tersebut. Perlu diketahui pula bahwa HIV tidak terdapat dalam air kencing, tinja dan muntahan apabila
tercampur dengan cairan tubuh lain.
Penularan HIV akan terjadi jika ada kontak atau percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, yaitu:
• Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV. Hubungan seksual ini dapat terjadi
pada yang berjenis kelamin sama (homoseksual) maupun pada jenis kelamin berbeda (heteroseksual).
• Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang terinfeksi oleh HIV. Transfusi darah dan
transpalantasi organ yang terinfeksi HIV secara langsung akan menularkan HIV ke dalam sistem
peredaran darah si penerima.
• Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupunktur, tindik, tato) yang tercemar oleh HIV. Oleh
karena itu pemakaian jarum suntik secara bersama oleh para pecandu narkotika akan mudah
menularkan HIV diantara mereka bila salah satu diantaranya seorang yang terinfeksi HIV.
• Pada ibu yang terinfeksi HIV mempunyai kemungkinan untuk menularkan kepada bayi yang
dikandungnya. Penularan dari ibu ke bayi dapat terjadi baik selama masa kehamilan, saat persalinan
ataupun pada masa menyusui.
Ada orang-orang tertentu yang memiliki perilaku berisiko tinggi dalam penularan HIV. Artinya orang-
orang yang mempunyai kemungkinan besar terkena HIV atau menularkan HIV kepada orang lain bila ia
sendiri sudah terinfeksi HIV. Mereka yang memiliki perilaku berisiko tinggi itu adalah:
• Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual yang tidak
aman dan pasangannya.
• Perempuan dan laki-laki pekerja seks komersial yang melakukan hubungan seksual yang tidak aman
serta pelanggan mereka.
• Penyalahgunaan narkotika yang menggunakan jarum suntik tidak steril secara bersama (bergantian)
Kronologis Perjalanan HIV-AIDS
Secara singkat perjalanan HIV-AIDS dibagi dalam 4 stadium:
• Stadium pertama: HIV Infeksi dimulai dari masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan antibodi
terhadap virus dari negatif berubah menjadi positif. Rentang waktu ini disebut window period (masa
jendela). Lamanya window period adalah 1 sampai 3 bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai
6 bulan.
• Stadium kedua: asimptomatik (tanpa gejala) Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh
terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata
selama 5-10 tahun. ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS) yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV
kepada orang lain.
• Stadium ketiga (pembesaran kelenjar limfe atau kelenjar getah bening) Fase ini ditandai dengan
pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya muncul pada satu tempat dan
berlangsung lebih dari 1 bulan.
• Stadium keempat: AIDS Keadaan ini ditandai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit
syaraf, radang paru, kanker kulit dan TBC.
Setelah beberapa tahun (5-10 tahun) menjalani masa tanpa gejala, selanjutnya ODHA memasuki
tahapan stadium AIDS dimana sudah mulai terdapat gejala-gejala yaitu:
• Demam berkepanjangan
• Penurunan berat badan (lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan)
• Tubuh yang melemah sehingga mengganggu aktifitas fisik tubuh sehari-hari
• Pembengkakan kelenjar di leher, lipat paha dan ketiak.
• Diare atau mencret terus-menerus tanpa sebab yang jelas
• Batuk dan sesak nafas lebih dari satu bulan secara terus menerus
• Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan.
Gejala-gejala ini memang tidak khas, karena dapat terjadi juga pada penyakit-penyakit lain. Namun
gejala-gejala ini menunjukan sudah adanya kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.
Pada saat kekebalan ODHA menurun, maka ia mudah diserang penyakit lain, keadaan ini disebut infeksi
oportunistik. Maksudnya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit lain
(yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yang bila sistem kekebalan tubuh baik, kuman ini dapat
dikendalikan oleh tubuh. Pada tahap ini orang yang terinfeksi HIV telah terkena AIDS, dengan gejala
yang timbul:
• Radang paru
• Radang saluran pencernaan
• Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
• Kanker kulit
• Tubercolosis
• Gangguan susunan syaraf
Menggunakan ARV, berarti ODHA menyetujui untuk melakukan pengobatan seumur hidup. Meski HIV
sudah tidak terdeteksi lagi, pemakaian ARV tidak boleh dihentikan karena jika dihentikan dalam dua
bulan akan kembali ke keadaan sebelum diberi ARV. Aspek kepatuhan dalam minum ARV sangat
penting untuk mencapai hasil yang optimal. Kepatuhan berarti minum obat yang tepat (ketepatan
waktu) dan cara yang tepat (dengan makan atau tidak).
Dampak HIV/AIDS
Dampak HIV-AIDS terhadap kesehatan fisik, psikologis, pendidikan adalah sebagai berikut:
A. Dampak Fisik
• Dilema transfusi darah, artinya orang yang menerima donor darah menjadi turut terinfeksi HIV,
padahal di satu sisi dia sangat memerlukan tambahan darah.
• Menstruasi terganggu, tingkat kesuburan menurun.
• Meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu, laju infeksi, hamil di luar rahim, bayi lahir mati,
komplikasi masa hamil.
• Resiko tinggi kanker leher rahim.
• Meningkatnya penyakit oportunistik.
B. Dampak Psikologis
Timbulnya kecemasan dan depresi, karena banyak hal yaitu: sudah terinfeksi penyakit mengerikan,
ditolak lingkungan, tidak memiliki jalan keluar, tidak yakin akan kesembuhan, akibat buruk HIV-AIDS
termasuk kematian, kehilangan kepercayaan, kehilangan kesempatan sekolah dan kesempatan
pekerjaan karena diskriminasi oleh teman, sanak keluarga dan masyarakat, kebahagiaan dan ketahanan
keluarga menjadi berkurang.
C. Dampak Pendidikan HIV-AIDS yang penularannya sangat cepat dan mematikan, menimbulkan
ancaman sekaligus dampak yang sangat serius, khususnya pada sektor pendidikan, mengapa demikian?
Data menunjukan bahwa HIV-AIDS menyerang usia produktif bahkan 65% diantaranya remaja dan
pemuda (15-30 tahun) dan masa usia tersebut merupakan masa usia sekolah. Ancaman bagi para
remaja dan pemuda patut diwaspadai oleh karena masa remaja biasanya bersifat ingin tahu dan
berkeinginan untuk mencoba-coba serta berpetualang dalam hal hubungan seksual, alkohol serta
pornografi yang akhirnya dapat menyebabkan korban HIV-AIDS.
Beberapa dampak HIV-AIDS terhadap sektor pendidikan, antara lain:
• Menurunnya semangat dan produktivitas belajar
• Menurunnya jumlah peserta pendidikan, pelajar atau mahasiswa
• Menurunnya mutu pendidikan
• Menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia