Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN JIWA REMAJA

SUPRIADI
891201025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
KOTA PONTIANAK
2021
I. KONDISI KLIEN ( MASALAH UTAMA)

Klien Tn.M saaat dilakukan pengkajian tidak mempunyai keluhan apapun, Tn.M
adalah sebagai kepala rumah tangga dan saat ini mempunyai seorang anak perempuan
yang sudah menginjak remaja awal dari perkawinannya dengan Ny. Z. Kemudan
melakukan pengkijan pada An. D juga tidak mepunyai masalah keluhan apapun pada
dirinya setelah dilakukan wawancara. Dalam pengkajian ini difokuskan pada anak remaja
Tn.M.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Remaja adalah individu yang unik dengan segala proses perkembangan yang
harus dilaluinya baik secara fisik maupun psikologis. Masa remaja merupakan masa
transisi dan merupakan masa yang sulit bagi remaja sehingga kemungkinan akan
terjadi perubahan perilaku terkait dengan perkembangan yang terjadi pada remaja
tersebut.
Pada masa ini, remaja mempunyai tugas – tugas perkembangan yang dapat
menjadi ancaman bagi remaja dan juga sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor
lingkungan. Adanya hambatan dalam tahap perkembangan dapat menimbulkan
masalah kesehatan jiwa bila tidak terselesaikan dengan baik. Masalah tersebut dapat
berasal dari remaja sendiri, hubungan dengan orang tua atau akibat interaksi sosial
diluar lingkungan keluarga. Dampak selanjutnya adalah munculnya gangguan
psikotik yang bisa berlanjut sampai masa dewasa
Agar kesehatan jiwa remaja dapat tercapai maka deteksi dini dan intervensi
dini perlu dilakukan dengan melibatkan keluarga maupun remaja sendiri sehingga
masalah – masalah kejiwaan remaja dapat diatasi dengan baik.
2. Rentang respon
Tahap perkembangan identitas(Desmita, 2005) meliputi:
a. tahap diferensiasi (12-14 tahun ) karakteristik tahap ini adalah remaja menyadari
bahawa ia berbeda secara psikologis dari orang tuanya.Kesadaran ini sering
membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai- nilai dan nasehat orang tuanya,
sekalipun nilai dan nasehat tersebut masuk akal.
b. tahap praktis (14 – 15 tahun) arakteristik tahap ini adalah remaja percaya bahwa ia
mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia
menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan menantang orangtuanya
pada setiap kesempatan. Komitmennya terhadap teman-teman juga bertambah.
c. tahap penyesuaian (15-18 tahun). Karakteristik tahap ini adalah karena kesedihan
dan kekhawatiran yang dialaminya mendorong remaja untuk menerima kembali
sebagian otoritas orang tuanya tetapi dengan syarat. Tingkah lakunya sering silih
berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang mereka menantang dan
kadang berdamai dan bekerjasama dengan orang tua mereka. Disatu sisi ia
menerima tanggung jawab di sekitar rumah namun disisi lain ia akan mendongkol
ketika orang tuanya selalu mengontrol, membatasi gerak gerik dan aktifitasnya
diluar rumah.
d. tahap konsolidasi (18-21 tahun). Karakteristik pada tahap ini adalah remaja
mengembangkan kesadaran akan identitas personal yang menjadi dasar
pemahaman dirinya dan orang lainserta untuk mempertahankan otonomi,
independen dan invidualitas.
3. Penyebab

Penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari
keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan dalam
menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan disekitarnya
(Diananda, 2019)
Terdapat empat masalah yang mempengaruhi sebagian besar remaja adalah:
1. Masalah penyalahgunaan obat.
2. Masalah kenakalan remaja.
3. Masalah seksual.
4. Masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah.

Remaja yang paling beresiko adalah remaja yang memiliki masalah lebih dari satu
masalah tersebut. Lambat laun para peneliti menemukan bahwa perilaku perilaku
bermasalah yang dialami dimasa remaja saling berkaitan. Sebagai contoh,
penyalahgunaan obat terlarang yang parah berkaitan dengan aktivitas sexual dini,
rendahnya nilai sekolah, putus sekolah, dan kenakalan. Aktivitas sexual dini berkaitan
dengan penggunaan rokok dan alkohol, penggunaan meriyuana dan obat-obatan
narkotika lainnya. Meskipun tidak seluruhnya, sebagian anak-anak muda berisiko tinggi
“melakukan semua hal tersebut”. Gejala perilaku yang menyimpang itu juga dialami oleh
negara-negara berkembang seperti Indonesia.

4. Tanda dan gejala

Kumalalasari dan Andhyantoro (2012) menyatakan terdapat beberapa tanda


perubahan fisik yang dialami oleh remaja:

1. Tanda-tanda seks primer, yaitu perubahan dengan organ seks. Ada beberapa
ciri-ciri seks primer pada remaja:
a) Remaja laki-laki: Dapat melakukan fungsi reproduksi yaitu mengalami
mimpi basah. Mimpi basah yaitu salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi.
Ejakulasi merupakan proses pengeluaran sperma saat sperma diproduksi
secara terus-menerus mimpi basah biasanya dialami saat remaja laki-laki
berumur 10-15 tahun.
b) Remaja wanita: Salah satu tanda kematangan organ reproduksi wanita
adalah di tandai oleh menstruasi (menarche). Menstruasi merupakan proses
peluruhan lapisan dalam (endometrium) yang banyak terdapat pembuluh
darah dari uterus melalui vagina. Menstruasi berlangsung terus menerus
sampai masa menopause yaitu sekitar umur 40-50 tahun.
2. Tanda-tanda seks sekunder: Berikut adalah ciri-ciri perubahan seks sekunder
pada remaja:
a) Remaja laki-laki:
1. Lengan dan tungkai bertambah panjang dan besar.
2. Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang,
pinggul menyempit.
3. Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, dada, ketiak, tangan serta
kaki.
4. Tulang wajah memanjang dan membesar.
5. Tumbuh jakun dan suara terdengar besar.
6. Penis dan buah zakar membesar.
7. Kulit menjadi lebih kasar, tebal dan berminyak.
8. Produksi keringat menjadi lebih banyak.
b) Remaja wanita:
1. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki
bertambah besar.
2. Pinggul melebar, bulat serta membesar.
3. Mulai tumbuh bulu-bulu pada ketiak dan alat reproduksi.
4. Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.
5. Pertumbuhan payudara, putih menjadi lebih besar dan menonjol, serta
kelenjar susu berkembang.
6. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori
bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat akan lebih
aktif.
7. Otot semakin besar dan kuat, terutapa pada saat pertengahan dan
menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,
lengan, dan tungkai.
8. Suara terdengar lebih merdu.

5. Akibat

A. Sumber Koping
1. Personal ability
a. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang terjadi pada dirinya.
b. Mampu mencapai pembentukan identitas diri positif
c. Dapat mencari sumber-sumber informasi yang dapat membantunya menjadi
lebih mengerti tentang perubahan pada dirinya
2. Sosial support
a. Dukungan keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang remaja
b. Dukungan keluarga dalam memotivasi remaja dan menumbuhkan rasa percaya
diri dengan pujian yang realistis
c. Teman sebaya
d. Asuransi kesehatan
e. Pelayanan kesehatan terdekat di lingkungannya seperti puskesmas, klinik
pengobatan, praktek dokter
3. Material asset
a. Orang tua bekerja
b. Aset pribadi seperti rumah
c. Tabungan
d. Tanah/kebun sebagai pegangan keluarga yang sewaktu-waktu kiranya dapat
digunakan untuk kepentingan remaja
4. Positif belief
a. Keyakinan positif terhadap pelayanan kesehatan
b. Orang tua/keluarga melakukan reward dan punishment sesuain usia
perkembangan
c. Orang tua/keluarga memahami perbedanaan cara berkomunikasi sesuai dengan
usia perkembangan
d. Orang tua dan keluarga memahami kesehatan anak akan mempengaruhi
tumbang anak
e. Keyakinan orang tua/keluarga bahwa anak adalah anugrah dan titipan Tuhan.

B. Mekanisme Koping
a. Konstruktif: Berusaha kompromi dengan pendekatan dan penghindaran-
penghindaran seperti berusaha tetap tenang, berusaha membari tahu dan
mengalihkan perhatian
b. Dektruktif: Kesulitan dalam beradaptasi, tidak mampu menghadapi stressor

III.MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Adanya hambatan dalam tahap perkembangandapat menimbulkan masalah kesehatan


jiwa bila tidak terselesaikan dengan baik. Masalah tersebut berasal dari diri remaja
sendiri, hubungan orang tua dan remaja atau akibat interaksi sosial di luar lingkungan
keluarga. Sebagai akibatnya dapat terjadi masalah kesehatan jiwa remaja
denganmanifestasi bermacam-macam antara lain kesulitan belajar,kenakalan remaja dan
masalah perilaku seksual (Davdson G C, 2006).

a. Gangguan Jiwa Pada Remaja


Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada remaja
b. Gangguan Cemas/ Ansietas
Cemas (ansietas)adalah perasaan gelisah yang dihubungkan dengan antisipasi
terhadap bahaya. Gangguan cemas merupakan gangguan yang banyak terjadi pada
anak dan remaja. Prevalensi gangguan cemas ini adalah 5 – 50 %.6 Fobia sosial
ditemukan lebih banyak pada anak laki-laki sedangkan fobia simpel, gangguan
menghindar lebih banyak pada anak perempuan.
c. Gangguan Mood
Depresi pada anak- anak dan remaja berkisar antara 1 – 5 %. Seorang remaja
mempunyai kecenderungan untuk mengalami depresi. Oleh karena itu sangat penting
untuk membedakan secara jelas dan hati – hati antara depresi yang disebabkan oleh
gejolak mood yang normal pada remaja dengan depresi patologik. Depresi pada
remaja sering tidak terdiagnosis. Adanya gangguan mood akan beresiko terjadinya
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kesiapan meningkatkan kesehatan perkembangan Remaja

V. RENCANA KEPERAWATAN
a. Tujuan Umum
Klien tidak mengalami penyimpangan dalam usia remaja
b. Tujuan Khusus
Klien mampu memahami cara meninggkatkan kesehatan remaja
DAFATAR PUSTAKA

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Kusumawati, F. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :Salemba Medika, 2010

Towsend, MC. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta:


EGC.
Iyus,I. 2007. Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama.

___________________ 2011. Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja.Dinkes Sulsel go. Id


diakses tanggal 23 Desember

Hidayat, A. (2019) ‘Penerapan Stimulasi Psikososial Pada Remaja Dalam Pencapaian


Identitas Diri’, 22, Pp. 16–17.

Kumalalasari, I. Andhyantoro. (2012) Kesehatan Reproduksi. Jakarta Selatan: Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai