Anda di halaman 1dari 13

Masalah kesehatan pada

Remaja di indonesia

WISNATUL IZZATI, S.ST, M.KES


Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan  fisik,
mental, dan sosial yang lengkap dan bukan sekadar
tidak adanya penyakit atau kelemahan.

Kesehatan menurut UU no. 23 th 1992 tentang Kesehatan adalah


keadaan sejehtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis.
Remaja menurut WHO adalah mereka yang berusia 10-19 th.
Masalah kesehatan pada remaja
Remaja merupakan dimana seseorang mengalami perkembangan untuk
mencapai kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Banyak
persoalan yang di hadapi para remaja diantaranya
1. Masalah perilaku
2. Emosional
3. Gangguan psikologis
4. Penyalahgunaan zat ( narkotika, alcohol dan zat adiktif lainnya)
5. Gangguan reproduksi
Dan masalah kesehatan lainnya
Perubahan Psikologi Menuju Masa Remaja
A. Remaja Dini (usia 10-13 tahun)
Karakteristik: 1. Awitan pubertas, menjadi terlalu memperhatikan tubuh yang sedang
berkembang.
2. Mulai memperluas radius sosial keluar dari keluarga dan berkonsentrasi pada hubungan
dengan teman.
3. Kognisi biasanya konkret.
Dampak: 1. Remaja mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang normalitas kematangan
fisik, sering terlalu memikirkan tahapan-tahapan perkembangan seksual dan bagaimana
proses tersebut berkaitan dengan teman-teman sejenis kelamin.
2. Kadang-kadang masturbasi
3. Mulai membangkitkan rasa tanggung jawab dalam konsultasi dengan orang tua, kunjungan
pada orang tua, kunjungan pada dokter, kontak dengan konselor sekolah.
4. Pikiran yang konkret mengharuskan berhubungan dengan situasi-situasi kesehatan
secara simple dan eksplisit dengan menggunakan alat bantu visual maupun verbal.
B. Remaja Pertengahan (usia 14-16 tahun)
Karakteristik : 1. perkembangan pubertas usdah lengkap dan dorongan-
dorongan seksual muncul
2. Kelompok sejawat akan mengakibatkan tumbuhnya standar- standar
perilaku, meskipun nilai-nilai keluarga masih tetap bertahan.
3. Konflik/pertentangan dalam hal kebebasan.
4. Kognisi mulai abstrak.
Dampak: 1. Mencari kemampuan untuk menarik lawan jenis. Perilaku seksual dan eksperimentasi
(dengan lawan jenis maupun sejenis) mulai muncul, masturbasi meningkat.
2. Kelompok sejawat sering membantu/mendukung dalam kegiatan seperti kunjungan ke
dokter.
3. Pikiran tentang kebebasan mulai bertambah, sementara masih mengharapkan
dukungan dan bimbingan orang tua dapat mendiskusikan dan bernegosiasi tentang
perubahan-perubahan peraturan.
4. Saat diskusi dan negosiasi remaja sering ambivalen.
5. Mulai mempertimbangkan berbagai tanggung jawab dalam banyak hal, tetapi
kemampuannya untuk berintegrasi dengan kehidupan sehar-hari agak jelek karena identitas
egonya belum terbentuk sepenuhnya dan pertumbuhan kognitifnya belum lengkap.
C. Remaja akhir (usia 17-21 tahun)
Karakteristik:
1. Kematangan fisik sudah lengkap, body image dan penentuan peran jenis kelamin sudah mapan.
2. Hubungan-hubungan sudah tidak lagi narsistik dan terdapat proses memberi dan berbagi.
3. Idealistis.
4. Emansipasi hampir menetap.
5. Perkembangan kognitif lengkap.
6. Peran fungsional mulai terlihat nyata.
Dampak:
1. Remaja mulai merasa nyaman dengan hubunganhubungan dan keputusan tentang seksualitas dan
preteransi. Hubungan individual mulai lebih menonjol dibanding dengan hubungan dengan kelompok.
2. Remaja lebih terbuka terhadap pertanyaan spesifik tentang perilaku.
3. Idealisme dapat mengakibatkan terjadinya konflik dengan keluarga.
4. Dengan mulainya emansipasi, anak muda tersebut mulai lebih memahami akibat-akibat dari tindakannya.
5. Sering tertarik dalam diskusi tentang tujuantujuan hidup karena inilah fungsi utama mereka pada tahapan
ini.
6. Sebagian besar mampu memahami persoalanpersoalan kesehatan.
MASALAH KESEHATAN YANG SERING
TERJADI PADA REMAJA
• Jangka pendek
1. Kecanduan nikotin, berkurangnya kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi, penyakit respirasi kronis,
penurunan hasil tes fungsi paru.
2. Kecanduan nikotin penyakit periodontal (leukoplakia, gingival recession, karies gigi).
3. Penurunan fungsi pulmoner, bronkitis kronis, penurunan kadar testosterone, ginekomastia, gangguan jumlah dan
fungsi sperma gangguan pola-pola.
4. Hasil tes fungsi hati abnormal, gastritis.
5. Trauma.
6. Penyakit-penyakit hubungan seksual, kehamilan.
Jangka panjang
7. Peningkatan kanker paru, larings, esofagus, rongga mulut penyakit jantung; penyakit pulmoner kronis,
peningkatan mortalitas keseluruhan.
8. Kanker oral faringeal.
9. Peningkatan risiko kanker paru, multinasional syndrome.
10. Penyakit hati kronis malnutrisi protein, global dementia, peripheral neurophaty, pankreatis kronis.
11. Disabilitas/cacat kronis.
12. Infertilitas, kehamilan ektopik, kanker genitalia, infeksi HIV, nyeri pelvis kronis, STD kongenital pada bayi.
UPAYA DALAM MENGATASI MASALAH
KESEHATAN REMAJA
1. Pemberian informasi dan edukasi
• Dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara perorangan atau berkelompok.
• Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah, atau dari
lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan)
puskesmas.
• Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, focus group discussion (FGD), diskusi
interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik
(radio, email, dan telepon/hotline, SMS).
• Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang lengkap, dengan
bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran (remaja, orangtua, guru) dan mudah
dimengerti. Khusus untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta
perlu bersikap santai.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.
• Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke puskesmas adalah:
• Bagi remaja yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu pada prosedur
tetap penanganan penyakit tersebut.
• Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi, kesehatan ibu dan anak (KIA)
dalam menghadapi remaja yangdatang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau
yang berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk kemudian bila ada, menyalurkannya
ke ruang konseling bila diperlukan.
• Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas - loket atau petugas
laboratorium, seperti halnya petugas khusus PKPR juga harus menjaga kerahasiaan remaja
tersebut, dan memenuhi kriteria peduli remaja.
• Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan kasus per
kasus.
3. Konseling
• Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
• Membantu remaja untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya agar
dapat mengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus dilakukannya
untuk mengatasi masalah tersebut.
• Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber daya
secara berkesinambungan hingga dapat membantu remaja agar mampu:
• mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
• meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi pada
dirinya.
• mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi masalah.
4.Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
• Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:
• 1.Pengambilan keputusan
Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam menyelesaikan masalah
berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang mengakibatkan masa depan menjadi suram.
• 2.Pemecahan masalah
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan pengambilan keputusan akan
menyebabkan stres dan ketegangan fisis.
• 3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir kreatif terealisasi
karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk
dari tindakan yang akan diambil. Meski tak menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif akan membantu
remaja merespons secara fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.
• 4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman secara objektif. Hal ini akan
membantu mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan
teman sebaya, dan media.
• 5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun non-verbal.
Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan
dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan bilamana
mereka membutuhkan.
• 6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga mereka dapat meciptakan persahabatan,
meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah
mereka dapat mempertahankan hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk kesejahteraan mental
remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang
positif.

7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan kelemahan, serta pengenalan akan hal yang disukai dan
dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi.
Kesadaran diri ini harus dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta
mengembangkan empati terhadap orang lain.
• 8. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan
orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti dan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga
membantu menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya.
• 9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi dapat memengaruhi perilaku,
memudahkan menggali kemampuan merespons emosi dengan benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena
luapan emosi kemarahan atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
• 10. Mengatasi stres
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, membantu mengontrol stres, dan mengurangi
sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula
bagaimana bersikap santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak berkembang menjadi masalah
kesehatan yang serius.

Anda mungkin juga menyukai