Promosi kesehatan (pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk mencegah timbulnya
penyakit, deteksi dini, menjaga keseimbangan fungsi tubuh dengan membatasi adanya penyakit.
Selama 20 tahun terakhir, ada beberapa perbedaan pendapat tentang cara yang terbaik untuk
promosi kesehatan. Promosi kesehatan tradisional, dibuat untuk merubah perilaku individu
kearah gaya hidup yang lebih sehat dengan cara individu merasa nyaman dengan lingkungannya
(Gillies, 1998)
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai pusat dalam pemberian
pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan.
Istilah promosi kesehatan merupakan suatu payung dan digunakan untuk menggambarkan
suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan pencegahan penyakit (Gillies,
Contohnya anak yang menderita asma, epilepsi, bronchitis kronik dan kanker.
REMAJA
Remaja didefinisikan sebagai:
1. Masa peralihan dari anak-2 menuju dewasa
3. Merupakan periode kematangan seksual yang merubah anak secara biologi menjadi
dewasa yang memiliki kemampuan bereproduksi
5. Dengan kata lain merupakan periode transisi, tumbuh, kembang dan kesempatan
Perkembangan seksual pada remaja (Fundamental of Nursing , Potter & Perry. 2005) :
a.Perubahanfisik
1) Ditandai dengan perkembangan payudara, bisa dimulai paling muda umur 8-10 th.
2) Meningkatnya kadar estrogen mempengaruhi genitalia, antara lain: uterus membesar; vagina
memanjang; mulai tumbuhnya rambut pubis dan aksila; dan lubrikasi vagina baik spontan
maupun akibat rangsangan.
3) Menarke sangat bervariasi, dapat terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun.
Siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan avulasi mungkin tidak terjadi saat menstruasi
pertama.
b.Perubahanpsikologis/emosi
1) Periode ini ditandai oleh mulainya tanggungjawab dan asimilasi pengharapan masyarakat
2) Remaja dihadapkan pada pengambilam sebuah keputusan seksual, dengan demikian mereka
membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual,
dan penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seksual.
3) Yang perlu diperhatikan terkadang pengetahuan yang didapatkan tidak diintegrasikan dengan
gaya hidupnya, hal ini menyebabkan mereka percaya kalau penyakit kelamin maupun kehmilan
tidak akan terjadi padanya, sehingga ia cenderung melakukan aktivitas seks tanpa kehati-hatian.
4) Masa ini juga merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual, banyak dari mereka
yang mengalami setidaknya satu pengalaman homoseksual. Remaja mungkin takut jika
pengalaman itu merupakan gambaran seksualitas total mereka, walaupun sebenarnya anggapan
ini tidak benar karena banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah
pengalaman demikian.
5) Remaja yang kemudian mengenali preferensi mereka sebagai homoseksual yang jelas akan
merasa dan kebingungan sehingga membutuhkan banyak dukungan dari berbagai sumber
(Bimbingan Konselor, penasihet spiritual, keluarga, maupun profesional kesehatan mental).
1. Masalah jerawat 85% dialami remaja dan diketahui merupakan masalah kesehatan
yang serius yang menyertai remaja.
2. Rokok
4. Penggunaan psikotropika
7. Stress (gejala fisik yang dapat mempengaruhi pada keadaan kronik atau stress yang
extrem. Gejala psikologik misalnya cemas,sedih,gangguan
makan,depresi,insomnia,)
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan
Anak dan remaja membutuhkan edukasi akurat dan komprehensif tentang seksualitas
untuk praktik perilaku seksual sebagai orang dewasa. Kini, eksploitasi atau risiko
aktivitas seksual mungkin menjadi masalah kesehatan dan social seperti kehamilan yang
tidak diinginkan dan penyakit menular seksual meliputi HIV/AIDS.
Survey terbaru department kesehatan dan pelayanan social menemukan penurunan
aktivitas seksual pada remaja usia 15-19 di USA. Anak lebih banyak melakukan aktivitas
seksual dini meliputi anak dengan masalah belajar atau rendah secara akademik, anak
dengan soaisl lainnya, masalah perilaku atau emosional (mencakup kelainan mental dan
kekerasan substance) biasanya ini berasal dari keluarga golongan ekonomi lemah.
Kelas pendidikan seksual telah menjadi kurikulum rutinitas pada sekolah menengah pertama dan
atas di beberapa negara bagian. Pendidikan kesehatan juga sebagai komponen komunitas target
program dasar pencegahan pada ibu hamil,pencegahan kekerasan,penurunan
kekerasan,perkembangan anak muda.atau pelayanan kesehatan reproduksi. Perawat juga
bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksual pada anak dan remaja sebagai bagian
dari pencegahan penyakit. Tidak semua sekolah memiliki instruksi dasar dan peraturan tentang
kelas pendidikan seksual.
Strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada anak dan remaja perempuan
1. Letakkan pendidikan seksual dalam tatanan kehidupannya
2. Menganjurkan untuk menawarkan pendidikan seksualitas dan topik tentang seks yang
berhubungan issue saat ini
3. Menyediakan pendidikan seksualitas dengan mempercayai dan mengakui pasien sebagai
individu dan isu serta nilai dalam keluarga.
4. Khusus menyediakan,kepercayaan,budaya sensitif dan konseling yang tidak ternilai tentang
isu penting seksualitas (konseling umum,pencegahan kehamilan tidak diinginkan,strategi
pencegahan penyakit menular HIV/AIDS)
5. Menyediakan konseling yang tepat atau pencerahan-pencerahan pada anak dan remaja dengan
isu khusus dan jadi perhatian (Gay, lesbian, biseksual anak muda)
6. Pelayanan ginekolgi rutin disediakan untuk remaja putri yang menjalani perilaku seksual.
Skrining untuk kanker serviks dan PMS akan diberikan pada perempuan yang menjalani seksual
aktif.
7. Menjadikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual disekolah,institusi
keagamaan,dan komunitas lainnya.
8. Bekerja sama dengan perencana masyrakat (LSM) untuk meningkatkan strategi yang
menyeluruh untuk menurunkan kejadian perilaku seksual yang tidak aman dan hasil yang
merugikan.
Perilaku Kesehatan Yang Beresiko Dan Tindakan Pencegahan Pada Remaja Perempuan
1. Beberapa remaja menggunakan perilaku yang beresiko agar dapat menampakkan kesehatan
mereka. Kasus kematian terbanyak pada remaja adalah kecelakaan yang tidak disengaja. Sekitar
80% semua kecelakaan motor,yang kedua bunuh diri, ketiga kematian karena
neoplasma,cardiovaskuler dan penyakit kongenital. Dari beberapa ada satu dari empat remaja
juga beresiko tinggi terhadap tindakan kekerasan, PSM, kehamilan tidak disengaja, kekerasan
antar sesama dan tekanan disekolah.
2. Pada 1992,An American Medical Association interdisciplinary expert panel developed the
Guidelenes for adolescent preventive services. Termasuk sebuah tambahan dari bagian ini.
Petunjuk GAPS merupakan sebuah rekomendasi untuk membantu perawatan pertama organisasi
penyedia dan pengirim pelayanan pencegahan komprehensif pada remaja.. rekomendasi GAPS
ditujukan pada organisasi pelayanan,peningkatan gaya hidup yang sehat,skrining fisik,emosi dan
masalah tingkah laku dan imunisasi.. tujuan GAPS adalah untuk membuat semua kunjungan
klinik bagian pengalaman peningkatan kesehatan.
Pender (1996) menggambarkan peningkatan kesehatan sebagai motivasi untuk menjadi keadaan
sejahtera dan potensial kesehatan aktual. Pencegahan adalah menghindari kesakitan,mendeteksi
dini,pemeliharaan fungsi yang optimal ketika datang keadaan sakit.
Perawat mempunyai kesempatan dan tanggung jawab besar untuk membantu ketidakmengertian
wanita terhadap faktor resiko dan untuk memotivasi mereka untuk menerima gaya hidup yang
sehat dalam mencegah penyakit.
Nutrisi, latihan,managemen stress,berhenti merokok,pembatasan konsumsi alkohol,masa
skrining sendiri,pelaksanaan,terapi hormone tambahan,issue seksual.
Secondary prevention: Screening test ; pemeriksaan payudara sendiri sejak anak mulai
mendapatkan mestruasi, pap smear bagi remaja yang telah melakukan hubungan seksual aktif,
tes kolesterol, pemeriksaan Hb
Tertiary prevention: pendidikan pada pasien untuk menurunkan kondisi sakit dan megoptimalkan
kemampuan yang dimiliki, misalnya mengoptimalkan kemampuan anak yang menderita kanker.
NARKOTIKA
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan
dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan,
hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang
menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya
ABORSI
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20
minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar secara mandiri ( Munajat, N.,2000). Aborsi atau
pengguguran berbeda dengan keguguran atau keluron (bahasa jawa). Aborsi adalah terminasi
(penghentian) kehamilan yang disengaja ( abortus provokatus ), yakni kehamilan yang
diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan keguguran
adalah kehamilan yang berhenti karena faktor faktor alamiah atau disebut abortus spontaneous
(Hawari, D., 2006). Aborsi merupakan semua upaya atau tindakan yang dimaksudkan untuk
menghentikan kehamilan, baik dilakukan melalui pertolongan orang lain sepeti dokter, dukun
bayi, dukun pijat dan sebagainya, maupun dilakukan sendiri dengan cara meminum obat-obatan
atau ramuan tradisional (Wiknjosastro, Gulardi dalam Ulfah,M. dan Ghalib,A., 2004). Namun
tindakan aborsi tersebut mengandung risiko yang cukup tinggi, apalagi bila dilakukan tidak
sesuai dengan standard profesi medis (Munajat, N.,2000).Aborsi seperti itu dapat menyebabkan
infeksi disertai dengan perdarahan bahkan kematian. Risiko tersebut akan lebih tinggi bila terjadi
pada usia remaja dan juga akan berdampak pada kesehatan reproduksinya. Aborsi pada usia
remaja terjadi antara lain karena kehamilan diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan
(KTD). Akibat dorongan yang mendesak untuk mengakhiri kehamilan tersebut sejumlah remaja
tanpa memikirkan risiko yang ditimbulkan, memilih aborsi sebagai pilihan terakhirnya
(Dianawati,, 2003).
Kesehatan reproduksi remaja telah menjadi isu global. Hampir seluruh Negara menjadikan
masalah ini sebagai salah satu program utama. Berdasarkan data, kondisi kesehatan reproduksi
remaja cenderung menurun dan aborsi dikalangan remaja cenderung meningkat (Purbaningsih,
2004). Dr. Boyke Dian Nugraha, Sp. OG., MARS berpendapat bahwa aborsi di Indonesia tercatat
sebanyak 2,3 juta kasus setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 15% sampai 30% dilakukan oleh
remaja (Anonymus, 2005). Sedangkan angka kejadian aborsi di Surabaya khususnya tidak dapat
diketahui secara pasti, karena tidak ada lembaga atau institusi yang dapat melaporkannya.
Kejadian aborsi ini menjadi salah satu penyebab tingginya AKI. SKRT tahun 1995 menunjukkan
bahwa aborsi berkontribusi sebesar 11% terhadap kematian ibu di Indonesia. Bahkan menurut
Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH diperkirakan prosentase tersebut bisa mencapai 30 50 % (PKBI,
2004).
Sekarang ini, banyak terdengar kasus kasus aborsi yang dilakukan oleh oknum oknum yang
tidak bertanggung jawab. Berita berita yang memuat kasus aborsi illegal yang dilakukan oleh
tenaga dpkter ternyata masih banyak dilakukan (Dianawati, 2003). Padahal Kodeki memberikan
pedoman bahwa dokter tidak boleh melakukan aborsi, sebab dokter Indonesia harus melindungi
makhluk insani sejak pembuahan sampai dengan kematiannya. Berdasarkan UU Kesehatan no.23
tahun 1992, aborsi hanya bisa dilakukan kalau ada indikasi medis sebagai satu satunya upaya
menyelamatkan nyawa ibu. Sehingga praktik aborsi yang selama ini berlangsung sebenarnya
adalah praktik ilegal (Kusmaryanto, 2004). Aborsi ilegal ini kemungkinan terjadi karena
rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan perempuan tentang kesehatan
reproduksi (Dianawati, 2003).Dengan minimnya informasi kesehatan reproduksi remaja, kerap
terjadi penyalahgunaan fungsi seksual. Hanya mengejar kenikmatan sesaat, tidak sedikit dari
mereka berani malakukan hubungan seksual. Tidak heran kini banyak permasalahan yang datang
menyertainya, termasuk semakin beragamnya penyakit menular seksual (PMS) dan aborsi
(Anonymus, 2005).
Oleh karena itu perlu adanya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang
benar di kalangan remaja. Termasuk tentang seksualitas, organ reproduksi, kehamilan, dsb.
Dalam kasus ini juga diperlUkan adanya informasi yang benar di kalangan remaja tentang aborsi.
Ada 2 macam risiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah,
cairan sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap
AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh
penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi
proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 %
terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan
kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau
gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko
besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia memang terus meningkat. Kalau bulan Desember 2003
disebutkan ada 2.720 kasus HIV dan 1.371 kasus AIDS atau total 4.091 kasus, maka sampai
dengan Juni 2004 dilaporkan total kasus HIV/AIDS sudah menjadi 4.389, terdiri dari 2.864 kasus
HIV dan 1.525 AIDS.
Kasus HV/AIDS di kalangan remaja diperkirakan sebagian besar terjadi dari proses berbagi
jarum suntik di antara pengguna obat-obatan terlarang, termasuk narkoba ataupun NAPZA. Dari
4.389 kasus HIV/AIDS di Indonesia seperti disebut di atas, 1.392 kasus atau 31,7 persen adalah
kelompok usia 15-29 tahun, terdiri dari kelompok usia 15-19 sebanyak 176 kasus dan kelompok
usia 20-29 tahun 1.225 kasus
1. Melakukan segala bentuk hubungan seks penetratif dengan orang yang terinfeksi tanpa
menggunakan kondom secara benar pada saat yang tepat;
2. Berbagi jarum suntik atau benda tajam lain dengan orang yang terinfeksi HIV dalam
penggunaan obat secara intravena;
4. Menato atau menindik tubuh dengan menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh
virus.
1. Pada usia sekolah dini, anak harus diberikan informasi untuk berhati-hati terhadap
potensi adanya penganiayaan seksual. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah pelecehan seksual terhadap anak antara lain:
2. Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik dengan sentuhan
yang buruk dari orang dewasa.
3. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh disentuh oleh orang dewasa
kecuali saat mandi atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
4. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan tidak jika merasa tidak nyaman dengan
perlakuan orang dewasa dan menceritakan kejadian itu kepada orang dewasa yang
meraka percaya.
5. Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu benar, dan semua orang mempunyai kontrol
terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh
untuk memeluknya.
6. Jika terjadi pelecehan seksual pada anak, beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Ciptakan kondisi sehingga anak merasa leluasa dalam menceritakan tentang bagian
tubuhnya dan menggambarkan kejadian dengan akurat.
- Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang melakukannya adalah salah, sedangkan
anaknya sendiri adalah benar.
- Orang tua harus bisa mengkontrol ekspresi emosional didepan anak (Perry & potter,
2005)
Pada usia remaja, informasi faktual tentang seksual dan aktivitas seksual sangat penting
tetapi lebih penting dengan bimbingan tentang penilaian diri atau sistem kepercayaan
untuk digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengambil keputusan. Lingkup kesehatan
keluarga merupakan bagian yang paling baik untuk memberikan pendidikan kepada anak
dan remaja. Orangtua perlu memahami pentingnya pemebrian informasi, berbagai nilai
yang dianut dalam keluarga, dan meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan.
Remaja akan membuat keputusan utnuk dirinya sendiri dan harus bertanggung jawab
terhadap keputusannya (Gilles, 1998)
Pada masa ini remaja mungkin pertama kali mencari perawatan kesehatan tanpa
didampingi orangtua. Agar intervensi pada kelompok usia ini bisa efektif harus
diperhatikan beberapa hal antara lain: