Anda di halaman 1dari 48

MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Modul ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kebidanan


bahwa dalam menjalankan tugas sebagai bidan tidak hanya akan
menghadapi kasus-kasus kebidanan yang fisiologis, untuk itu dalam modul
ini diberikan pembahasan mengenai asuhan kegawatdaruratan pada ibu nifas
sebagai bekal para mahasiswi dalam menghadapi kasus-kasus patologis
dalam lahan praktik kebidanan.

Materi dalam modul ini berhubungan dengan Mata kuliah Asuhan


kebidanan kehamilan, Asuhan kebidanan perssalinan, Asuhan kebidanan
nifas, Asuhan kebidanan Bayi baru lahir dan neonatus, Keterampilan dasar
kebidanan, Komunikasi dalam praktik kebidanan, Obstetri pada semester II
dan Biologi reproduksi dan Anatomi fisiologi pada semester I.

PENDAHULUAN

1
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

PENGKAJIAN DAN DIAGNOSA


KEGAWATDARURATAN PADA MASA NIFAS

Pengkajian adalah tahap awal dari proses dan merupakan suatu


proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses
keperwatan berdasarkan masalah aktual dari klien.
Asuhan kebidanan adalah penerapan dan fungsi kegiatan yang
menjadi tanggungjawab bidan dalam memberikan pelayanan klien yang
mempunyai kebutuhan atas masalah dalam bidang kesehatan masa ibu
hamil, masa ibu bersalin, masa ibu nifas.

Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan menguraikan


konsep penanganan kasus kegawatdaruratan pada ibu nifas.

Mahasiswa mampu menjelaskan Pengkajian Masalah


Mahasiswa mampu menguraikan Perencanaan Asuhan
Mahasiswa mampu menjelaskan Pelaksanaan Asuhan
Mahasiswa mampu menjelaskan Evaluasi
Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian perencanaan asuhan
kebidanan.

Pengkajian Masalah
Perencanaan Asuhan
Pelaksanaan Asuhan
Evaluasi
perencanaan asuhan kebidanan.

2
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

3
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN PADA


MASA NIFAS

A. PENGERTIAN PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari proses dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nur salam, 2001:
17).Pengkajian adalah proses sistematik dari pengumpulan, verifikasi, dan
komunikasi data tentang klien (Potter & Perry, 2005:144).
Pengkajian meliputi kegiatan seperti mengumpulkan data, tentang
orang yang akan mendapatkan perawatan, mengidentifikasi masalah-
masalah kesehatan yang dihadapi orang tersebut dengan menganalisa data
yang terkumpul, dan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapinya
agar permasalahan yang memerlukan penanganan yng mendesak dapat
didahulukan dari masalah-masalah lain yang tidak begitu urgen (Wolf,
1984:52).
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian digunakan dalam peran
kolaboratif. Penngkajian yang akurat penting untuk memastikan kebutuhan
klien telah diidentifikasi dengan tepat dan menerapkan urutan tindakan yang
benar.

B. TUJUAN PENGKAJIAN

Tujuan dari pangkajian adalah menetapkan dasar tentang kebutuhan,


masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tinjauan,
nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien ( Potter& Perry,
2005:144).Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan,
mengorganisir dan mencatat data yang menjelaskan respon manusia yang
mempengaruhi pola - pola kesehatan pasien ( Nur salam, 2001:89).

4
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

C. MANFAAT CATATAN PENGKAJIAN


1. Untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien yang unik dan respons pasien
terhadapmasalah-masalah dinyatakan sebagai diagnosis yang
mempengaruhi tindakan rencana yang diperlukan.
2. Untuk menggabungkan dan mengorganisir informasi yang
dikumpulkan dari beberapa sumber menjadi satu sumber umum,
sehingga pola-pola kesehatan pasien dapat dianalisa dan masalah-
masalah dapat diidentifikasikan.
3. Untuk meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak
sebagaipoint referensi dan untuk mengukur perubahan-perubahan pada
kondisi pasien.
4. Untuk mengidentifikasikan karakteristik unik dari kondisi kondisi
pasien dan respon yang akan mempengaruhi rencana dan pemberian
keperawatan.
5. Untuk mensuplai data yang cukup, guna memberikan alasan akan
kebutuhan pasien untuk perawatan keperawatan.
6. Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana keperawatan yang
efektif (Nur salam, 2001:90).

Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, maka perawat menggunakan


semua informasi yang ada tentang pasien yang dikumpulkan dari
interview pasien, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes
leboratorium dan tes diagnostik lainnya.Pengkajian harus lengkap dan
seakurat mungkin.Bahkan pencarian untuk masalah-masalah pasien dan
informasi status kesehatan pasien tidak pernah lengkap, maka penilaian
perlu terus menerus untuk menemukan identifikasi masalah-masalah
baru juga perubahan prioritas klinis.

D. TIPE-TIPE PENGKAJIAN

5
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

1. Pengkajian awal : Pengkajian awal terjadi ketika pasien masuk dalam


fasilitas pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa pelayanan.
pengkajian pertama ini didokumentasikan pada bentuk chart khusus,
biasanya ditunjuk sebagai formulir data. Skope informasi cenderung
luas karena perawat perlu menentukan garis dasar informasi klinis
yang komprehensif.Selama pengkajian umum ini, mengidentifikasikan
area-area masalah tertentu yang dapat memerlukan penggalian yang
lebih dalam. Dalam kasus ini pengkajian akan memerlukan
penggunaan alat penilaian yang khusus dan terperinci. Pengkajian
umum dan khusus ini memberikan tipe informasi yang perlu untuk
mengidentifikasi masalah-masalah pasien dan mengawali serta
merencanakan asuhan keperawatan pasien.
2. Pengkajian selanjutnya : Pengkajian selanjutnya menguatkan dan
memperluas informasi dasar yang diperoleh selama pengkajian awal.
Ketika kepercayaan berkembang.
3. Pengkajian ulang : Dalam pengkajian ulang adalah item informasi
yang diperoleh dari aktifitas evaluasi. ketika hasil evaluasi pasien
menunjukkan kemungkinan yang ada bahwa masalah pasien
diidentifikasi dengan tidak begitu benar, bahwa intervensi yang
diidentifikasikan dalam rencana tidak sesuai atau intervensi belum
dilakukan dengan durasi yang cukup atau intensitasnya kurang
mencukupi.
4. Pengkajian kembali : Pengkajian kembali berarti bahwa bidan harus
memeriksa kembali data pengkajian sebelumnya untuk petunjuk baru
bagi masalah-masalah pasien, atau harus mengembangkan data asal
untuk memperoleh informasi tambahan tentang pasien. dokumentasi
pangkajian data ulang menunjukkan pertanggungjawaban perawat
untuk melanjutkan usaha menyelesaikan masalah.

E. CATATAN PENGKAJIAN AWAL


1. Catatan pengkajian awal

6
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Pengkajian awal dicatat dalam bentuk data base yang


dikembangkan untuk penggunaan spesifik pada unit perawat khusus,
atau untuk tipe populasi pasien tertentu. Bentuk data base membantu
dalam strukturasi histori pasien dan pencatatan hasil pemeriksaan
fisik. Beberapa format yang berbeda dalam penggunaan termasuk
format tanya jawab, daftar pemeriksaan,dan kuisoner diri pasien.
a. Format tanya jawab : bidan mencatat respons pasien terhadap
pertanyaan yang didaftar. Data pemeriksaan fisik dikumpulkan
dan didokumentasikan dalam interview atau dilengkapi pada
akhir riwayat yang diambil dan pemeriksaan fisik.
b. Checklist dengan format komentar terbuka
Format checklist menghemat waktu bidan dari pada
menghabiskan waktu untuk menulis setiap respons individu.
Karena cara pertanyaan dinyatakan, bidan perlu mengecek ya
atau tidak dan untuk mendokumentasikan lebih lanjut atau
menjelaskan penemuan yang abnormal.
c. Format kuisioner diri pasien
Format ini yang paling sering digunakan dalam klinis
medis.Biasanya pasian diperlukan untuk mengecek informasi
yang sudah ada yang berhubungan dengan riwayat
kesehatan.bentuk ini yang paling sesuai untuk populasi pasien
yang spesifik dengan tingkat membaca dan kosa kata yang sesuai.
Ketika selesai, perawat mengesahkan informasi yang diberikan
dan selanjutnya dengan pemeriksaan fisik.
2. Catatan Pengkajian Terus Menerus
Pengkajian selanjutnya dicatat dalam catatan kemajuan bidan atau
pada lembar yang sesuai.ini dapat dikategorikan sebagai data
penguat atau data yang dikembangkan. Klasifikasi pengkajian
dengan cara ini memungkinkan seseorang untuk menentukan dimana
data harus dicatat.
3. Data Penguat
Data penguat adalah informasi yang diulang atau data yang sudah
dikumpulkan sebelumnya, didokumentasikan untuk menunjukkan
monitoring pasien yang terus menerus dan pengawasan ketika
perawat terus menerus memecahkan masalah klien.Tidak semua data

7
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

penguat dicatat pada lembar catatan kemajuan perawat sering kali


digunakan ketika lembar observasi (flowsheet) tidak ada atau tidak
sesuai untuk dokumentasi tipe informasi spesifik.
4. Data yang dikembangkan : Data yang dikembangkan tidak selalu
dicatat pada flowsheet. Contohnya, temperatur yang tiba-tiba tinggi
dicatat pada catatan grafis tidak mengindikasikan bahwa pasien juga
menerima transfusi darah pada saat yang sama. Bidan
mendokumentasikan data relevan yang dikembangkan ini dalam
catatan kemajuan guna mendukung penilaian bahwa klien
mengalami reaksi transfusi darah pada waktu temperatur tinggi.
Maka, ini satu cara dimana informasi baru dapat diperkenalkan pada
proses penyelesaian masalah.
5. Pencatatan Pengkajian khusus : Ketika alat pengukuran khusus
dimasukkan kedalam proses pembuatan keputusan klinis, maka
penggunaannya harus selalu dicatat dalam catatan klinis. Dalam
kasus ini, hasilnya langsung dicatat pada formulir, dan formulir ini
(alat) menjadi bagian yang valid dari asuhan kebidanan, catatan
(misalnya Glosgow Coma Scale). Suatu skala menggunakan angka
untuk mencatat urutan data pengkajian yang dikumpulkan. Alat
penilaian tersebut umumnya digunakan untuk mendokumentasikan
penemuan neurologis obyektif dan perubahan yang sesuai dalam
status mental.

F. METODE DOKUMENTASI

Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik dimana


perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisir dalam catatan
kesehatan.Format pengkajian meliputi data dasar, flow sheets dan
catatan perkembangan lainnya yang memungkinkan dapat sebagai alat
komunikasi bagi tenaga keperawatan atau kesehatan lainnya. Petunjuk
penulisan pengkajian:

8
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

1. Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian, yang


meliputi :
a. Riwayat pasien masuk rumah sakit
b. Respon klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan klien
c. Riwayat pengobatan
d. Data pasien rujukan, pulang, dan keuangan
2. Kelompok data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan.
3. Tulis data obyektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai,
memasukkan pendapat pribadi.
4. Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data obyektif.
5. Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk definisi
karakteritiknya.
6. Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati di
instansinya.

9
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

PERENCANAAN ASUHAN
KEGAWATDARURATAN PADA MASA NIFAS

A. PENGERTIAN PERENCANAAN
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses
keperwatan berdasarkan masalah aktual dari klien.

B. TUJUAN PERENCANAAN

Tujuan dari rencana adalah memberikan tindakan berdasarkan respon


klien terhadap masalah kesehatannya,dan mencegah masalah baru yang
akan timbul. Perencanaan dan tindakan adalah tahap dalam proses
berdasarkan masalah aktual dari klien.Tujuan perencanaan adalah sebagai
pengantar untuk mengatur atau mendesain tindakan berdasarkan respon
klien terhadap masalah kesehatannya, dengan sasaran mencegah,
menghilangkan atau meminimalkan penyebab yang mempengaruhi status
kesehatan tersebut.
Tujuan dokumentasi tahap perencanaan:
Sebagai kerangka kerja dalam implementasi
Merupakan inti dokumentasi yang berorientasi pada masalah
Sebagai referensi dalam melkukan modifikasi rencana
Sarana komunikasi tim keperawatan dalam pendelegasian
tugas/instruksi
Sebagai landasan ilmiah yang logis dan sistimatis dalam mengerjakan
asuhan kebidanan kepada pasien.
Agar semua rencan tindakan dapat dipilih disesuaikan kondisi klien
sehingga efektif.

C. JENIS PERENCANAAN

Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran


intervensi yang meliputi:
a) Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah asuhan kebidanan yang langsung sesuai
dengan keadaan klien.Rencana yang lebih dari satu harus dikerjakan
sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah dalam diagnosa.

10
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

b) Intervensi pemantapan/observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi termasuk keterampilan
mengevaluasi yang tepat di atas. Program yang lebih dari yang sangat
menentukan kesehatan klien.Bidan harus dapat melihat perkembangan
yang baik dan buruk dari klien seperti :
Mengobservasi tanda vital.
Kesadaran
Monitor gula darah
Diagnosa kebidanan
Tindakan kebidanan (Terapeutik)
Therapi Medicus
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
Cemas
Penurunan Cardiac out put
Suction bila tidak ada kontra indikasi
Mengajarkan tehnik batuk
Mengambil sample blood gas arteri
Pemeriksaan fisik jantung, paru dan lain-lain
Observasi emosional ( tingkah laku, komunikasi dan lain- lain )
Monitoring Jantung
Monitoring respirasi
Monitoring Janin
Mengajarkan kegiatan untuk mengurangi stress
Mengatur lingkungan yang aman
Mengalihkan orientasi yang realitas
Mengurangi pergerakan
Mengatur lingkungan yang merangsang
Mengatur pemberian Oksigen
Pemberian obat ekspektoran
Memeriksa sputum
Mengukur blood gas arteri
Memberi obat transquilizer sedative
Mengurangi diet yang mengandung sodium
Infus cairan elektrolit sesuai BB
Memberikan obat untuk meningkatkan cardiac out put.

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN MELIPUTI :


1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan harus merupakan prioritas untuk merawat
klien.Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang
mengancam kehidupan klien.
2. Kriteria hasil

11
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Setiap diagnosa kebidanan harus mempunyai sedikitnya satu kriteria


hasil.Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang
mencerminkan masalah klien.
3. Rencana tindakan kebidanan
Tindakan kebidanan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri,
khususnya oleh bidan yang dikerjakan bersama dengan perintah medis
berdasarkan maslaah klien dan bantuan yang dterima klien adalah
hasil yang diharapkan.Masing-masing masalah klien dan hasil yang
diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.

E. PRINSIP PENULISAN RENCANA TINDAKAN YANG EFEKTIF


1. Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang
ada sumber data yang memuaskan meliputi :
Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit.Diagnosa kebidanan
sewaktu masuk rumah sakit.Keluahan utama klien atau alasan dalam
berhungan dengan pelayanan kesehatan.Pemeriksaan penunjang.Latar
belakang sosial budaya.Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
Observasi dari tim kesehatan lain.
2. Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan
prioritas utama pada maslah aktual yang mengancam kesehatan.
3. Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memubuat rencana
tindakan berikanlah ganbaran dan ilustrasi :(contoh) bila mungkin
diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih
digunakan untuk perawtan klien atau ketika menggambarkan lokasi
anatomi.
4. Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan
untuk mentapakan masalah sama dengan klien tentukan keterampilan
kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.
5. Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini
perting karena seorang bidan profesional akan bertanggung jawab dan
bertanggung gugat untuk melaksanan rencana tindakan yang telah
tertulis.
6. Mulai rencana tindakandengan menggunakan action verb.Catat tanda-
tanda vital setiap pergantian dines. Timbang BB setiap hari.
7. Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa Bagaimana
prosedur akan dilaksanakan. Kapan dan berapa lama. Jelaskan secara

12
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan


tindakan.
8. Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
9. Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani
10. Rencana tindakan harus dicatat seagai hal yang permanen.
11. Klien dan keluarganaya jika memungkinkan diikutsertakan dalam
perencanaan.
12. Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yangditentukan dan
diusahakan untuk selalu diperbaharuai misalnya setiap pergantian
dines, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan.

F. EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN


Evaluasi adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan
yang berupa tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana
serta bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan
yang dilakukan. Bila tindakan yang dilakukan mencapai tujuan, perlu
di pertimbangkan kemungkinan masalah baru yang timbul akibat
keberhasilan. Dan sebaliknya bila tindakan tidak mencapai tujuan
maka langkah-langkah sebelumnya perlu di teliti kembali. (Depkes
RI:11)
Evaluasi memiliki beberapa kriteria, antara lain:
a. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi pasien
b. Hasil evaluasi segera di catat dan di dokumentasikan pada klien
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standart
d. Hasil evaluasi di tindaklanjuti sesuai dengan kondisi pasien

Dalam evaluasi harus di cantumkan juga:


S : Data subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil melalui anamnesa
O : Data Objektif
Menggambarkan pendokumentasian laboratorium tes, dignose yang
dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assesment
A : assesment

13
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Menggambarkan hasil analisa data dan interpretasi data subjektif dan


objektif dalam suatu identifikasi.
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa lain/masalah potensial

P : planning
Menggambarkan pendokumentasian, perencanaan, tindakan,
evaluasi berdasarkan assesment.

Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah

Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, yaitu dalam


melakukan evaluasi seberapa evektif tindakan dan asuhan yang kita
berikan kepada pasien.Kita perlu mengkaji respons pasien dan
peningkatan kondisi yang kita targetkan pada saat penyusunan
perencanaan.Suatu rencana asuhan diformulasi secara khusus untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan keluarganya.Sedapat mungkin bidan
melibatkan mereka semua dalam rencana dan mengatur prioritas
serta pilihan mereka untuk setiap tindakan yang dilakukan.Hasil
pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan
berikutnya.

14
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

PENATALAKSANAAN ASUHAN
KEGAWATDARURATAN DAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN DENGAN
2 METODA SOAP

Setelah mempelajari mengenai pengkajian dan diagnosa maka


langkah selanjutnya adalah penatalaksanaan dan pendokumentasian asuhan
kegawatdaruratan pada masa nifas dengan metode soap.
Asuhan kebidanan adalah penerapan dan fungsi kegiatan yang
menjadi tanggungjawab bidan dalam memberikan pelayanan klien yang
mempunyai kebutuhan atas masalah dalam bidang kesehatan masa ibu
hamil, masa ibu bersalin, masa ibu nifas.

Mahasiswa dihapkan mampu menguraikan konsep penangan kasus


kegawatdaruratan pada masa nifas dan menguraikan konsep
pendokumentasian asuhan kegawatdaruratan masa nifas pada kasus metritis,
peritonitis, infeksi payudara dan tromboplebitis.

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Metritis.


Mahasiswa mampu menguraikan tanda dan gejala Metritis.
Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan pada kasus metritis.
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada kasus Metritis
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian perintonitis.
Mahasiswa mampu menguraikan tanda dan perintonitis.
Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan pada kasus perintonitis.
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada kasus
perintonitis.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian infeksi payudara.
Mahasiswa mampu menguraikan tanda infeksi payudara.
Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan pada kasus infeksi
payudara.
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada kasus infeksi
payudara.

15
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tromboplebitis.


Mahasiswa mampu menguraikan tanda tromboplebitis.
Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan pada kasus tromboplebitis.
Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada kasus
tromboplebitis.

metritis
peritonitis
infeksi payudara
tromboplebitis.

16
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

1. METRITIS

A. DEFENISI

Metritis (miometriosis) adalah infeksi uterus setelah persalinan yang


merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.Penyakit ini tidak
berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala
dan terapinya seperti endometritis.

Infeksi masa nifas adalah semua peradanngan yang disebabkan oleh


masuknya kuman-kuman ke dalam alat- alat genital pada waktu persalinan
dan nifas. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman
ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas ( TT Fat,
2011, 304).

B. ETIOLOGI

Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan,


seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari
tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab
yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.

Kuman- kuman masuk ke dalam endometrium, biasanya pada luka


bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium.Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen,
radang terbatas pada endometrium.Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri
atas keping-keping nekrotis serta cairan.Pada batas antara daerah yang
meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit
leukosit.Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat dilampaui
dan terjadilah penjelaran.

17
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Faktor resiko untuk terjadinya infeksi masa nifas sangat bervariasi


pada umumnya dibagi menjadi faktor yang berkaitan dengan:

a. Faktor status sosial ekonomi

Penderita dengan status sosial ekonomi yang rendah mempunyai risiko


timbulnya infeksi nifas jika dibandingkan dengan penderita dengan kelas
sosial ekonomi menengah atau tinggi.Hal ini berhubungan dengan
keadaan gizi yang rendah, anemia, perawatan antenatal yang tidak
adekuat, dan lain-lain.

b. Faktor proses persalinan

Proses persalinan sangat mempengaruhi risiko timbulnya infeksi nifas, di


antaranya adalah partus lama, tertinggalnya sisa-sisa plasenta/ selaput
ketuban, dan perdarahan yang terjadi.

c. Faktor tindakan persalinan

Tindakan persalinan merupakan salah satu faktor risiko penting untuk


terjadinya infeksi nifas.

C. BAKTERIOLOGI

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah


a. Streptococcus haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, dan sebagainya.
b. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

D. GEJALA DAN TANDA

18
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Gejala dan tanda metritis yaitu.


a. Demam menggigil
b. Nyeri di bawah perut
c. Lochia berbau dan bernanah
d. Nyeri tekan uterus
e. Perdarahan pervaginam
f. Syok

E. KLASIFIKASI

Metritis digolongkan menjadi dua yaitu.


a. Metritis Akuta
Metritis Akuta biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan
bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan
metritis akut.Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi
radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang.Perluasan
dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis dan kadang-
kadang dapat terjadi abses.
b. Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang
dan leukorea.Akan tetapi pembesaran uterus pada seorang multipara
umumnya disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat
kehamilan.Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik, dispareunia, trombosis
vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun,
penyumbatan tuba dan infertilitas.

F. CARA TERJADINYA INFEKSI


Cara terjadinya infeksi metritis yaitu.
a. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam
yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke
dalam rongga rahim.
b. Alat-alat yang tidak suci hama.

19
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

c. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi


kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan
pembantunya atau orang lain

G. FAKTOR PREDISPOSISI INFEKSI MASA NIFAS


Faktor predisposisi infeksi masa nifas yaitu.
a. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
b. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
c. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
d. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan,
kelelahan, malnutrisi, preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya
(jantung, tuberkulosis paru, pneumonia dan lain-lain).

H. PENANGANAN
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu.
a. Berikan transfusi darah jika dibutuhkan (packet red cell)
b. Berikan antibiotik spektrum luas dalam dosis yang tinggi
c. Pertimbangakan pemberian anti tetanus profilaksis
d. Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran ( digital atau
dengan kuret tumpul besar)
e. Bila ada pus, lakukan drainase (kalau perlu kalpotomi), ibu dalam
posisi flower
f. Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata, lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila
pada uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.

I. PENATALAKSANAAN
1. Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam:
Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam
Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam
Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan
tatalaksana
Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu
dicurigai terpapar tetanus (misalnya ibu memasukkan jamu-jamuan
ke dalam vaginanya).

20
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan


keluarkan bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau
kuret tumpul besar bila perlu
Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (demam, nyeri lepas dan
nyeri abdomen), lakukan laparotomi dan drainaseabdomen bila
terdapat pus.
Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.
Lakukan pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis
leukosit
Golongan darah ABO dan jenis Rh
Gula Darah Sewaktu (GDS)
Analisis urin
Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi)
Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya sisa plasenta dalam rongga uterus atau massa intra
abdomen-pelvik
Periksa suhu pada grafik (pengukuran suhu setiap 4 jam) yang
digantungkan pada tempat tidur pasien.
Periksa kondisi umum: tanda vital, malaise, nyeri perut dan cairan
per vaginam setiap 4 jam.
Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit per
48 jam. Terima, catat dan tindak lanjuti hasil kultur.Perbolehkan
pasien pulang jika suhu < 37,5C selama minimal 48 jam dan hasil
pemeriksaan leukosit < 11.000/mm3.

Contoh Kasus Mastitis


SOAP
Ny M 28 tahun G2P1A0 pada tanggal 17 maret 2016 dengan
keluhan demam, payudara kanan nyeri , bengkak dan merah meradang .
Ibu merasa cemas dan kurang beristirahat .

21
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Data Subjektif :
- Ibu mengatakan demam, payudara kanan nyeri
- Ibu mengatakan bengkak dan merah meradang

Data Objektif
Keadaan Umum : Sedang
Keadaan Emosional : Composmentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
RR : 24x/menit
Suhu : 38c
Nadi :85 x/menit
Assesment :
Ny. M P1A0 post partum dengan Mastitis

Penatalaksanaan :
a. Beritahu kan ibu keadaan Ibu
b. Jelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami mastitisyaitu bengkak
keras dan nyeri merah meradang .
c. Ajarkan pada ibu cara mencegah terjadinya mastitis
d. Jelaskan pada ibu perawatan payudara
e. Jelaskan pada ibu tekhnik menyusui yang benar
f. Berikan antipiuretik dan anti vitamin untuk mengurangi nyeri

Evaluasi
1. Ibu telah mengerti keadaan saat ini
2. Ibu telah mengerti penjelasan yang diberiakan Bidan
3. Ibu telah mengerti ajarkan pada ibu cara mencegah terjadinya mastitis
4. Ibu telah mengerti jelaskan pada ibu perawatan payudara
5. Ibu telah mengerti jelaskan pada ibu tekhnik menyusui yang benar
6. Ibu telah mengerti berikan antipiuretik dan anti vitamin untuk
mengurangi nyeri

2. PERINTONITIS

22
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

A. DEFENISI

Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian


atau seluruh selaput peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga
abdomen4,5,6. Peritonitis seringkali disebabkan dari infeksi yang berasal
dari organ-organ di cavum abdomen.Penyebab tersering adalah perforasi
dari organ lambung, colon, kandung empedu atau apendiks. Infeksi dapat
juga menyebar dari organ lain yang menjalar melalui darah.

B. ETIOLOGI

Penyebab yang paling serius dari peritonitis adalah terjadinya suatu


hubungan (viskus) ke dalam rongga peritoneal dari organ-organ intra-
abdominal (esofagus, lambung, duodenum, intestinal, colon, rektum,
kandung empedu, apendiks, dan saluran kemih), yang dapat disebabkan oleh
trauma, darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus
yang mengalami strangulasi, pankreatitis, PID (Pelvic Inflammatory
Disease) dan bencana vaskular (trombosis dari mesenterium/emboli).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya
apendisitis, salpingitis), ruptur saluran cerna, atau dari luka tembus
abdomen.Organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup
dalam kolon pada kasus ruptur apendiks, sedangkan stafilokokus dan
stretokokus sering masuk dari luar.

C. KLASIFIKASI

Infeksi peritoneal diklasifikasikan menjadi primer (spontan), sekunder


(berhubungan dengan proses patologi yang berlangsung di organ dalam),
atau tersier (infeksi berulang yang terjadi setelah terapi yang adekuat).

23
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Infeksi intaabdomen dapat dibagi menjadi lokal (localized) atau umum


(generalized), dengan atau tanpa pembentukan abses.
Penyebab terbanyak dari peritonitis primer adalah peritonitis yang
disebabkan karena bakteri yang muncul secara spontan (Spontaneus
Bacterial Peritonitis) yang sering terjadi karena penyakit hati kronis.
Nyeri perut yang terjadi merupakan nyeri yang somatik.Nyeri somatik
terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi,
misalnya rangsangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding
perut.Nyeri yang timbul dapat lokal, dan dapat pula merata pada seluruh
perut tergantung luasnya rangsangan pada peritoneum.Karena rangsangan
tersebut berlangsung terus pada peritoneum, rasa nyeri dirasakan terus
menerus.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat
menunjukkan secara tepat letaknya dengan jari. Rangsang yang
menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi,
atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsangan
peritoneum dan menyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun
gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas
nyeri. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerak tubuh maupun gerak
napas yang dalam atau batuk, juga akan menambah rasa nyeri sehingga
penderita gawat perut yang disertai rangsang peritoneum berusaha untuk
tidak bergerak, bernapas dangkal, dan menahan batuk.
D. DIAGNOSIS

Menegakkan diagnosis peritonitis secara cepat adalah penting


sekali.Diagnosis peritonitis didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.Diagnosis peritonitis biasanya ditegakkan
secara klinis. Kebanyakan pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen.
Nyeri ini bisa timbul tiba-tiba atau tersembunyi. Pada awalnya, nyeri
abdomen yang timbul sifatnya tumpul dan tidak spesifik (peritoneum
viseral) dan kemudian infeksi berlangsung secara progresif, menetap, nyeri
hebat dan semakin terlokalisasi (peritoneum parietale). Dalam beberapa

24
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

kasus (misal: perforasi lambung, pankreatitis akut, iskemia intestinal) nyeri


abdomen akan timbul langsung secara umum/general sejak dari awal.
Mual dan muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan
peritonitis.Muntah dapat terjadi karena gesekan organ patologi atau iritasi
peritoneal sekunder.Anamnesis mengandung data kunci yang dapat
mengarahkan diagnosis gawat abdomen.Sifat, letak dan perpindahan nyeri
merupakan gejala yang penting.Demikian juga muntah, kelainan defekasi
dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut
kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri,
cara timbulnya dan perjalanan selanjutnya sangat penting untuk
menegakkan diagnosis.
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah,
denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum
melakukan pemeriksaan abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan,
syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya
tidak baik.Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien
dengan sepsis hebat akan muncul gejala hipotermia. Takikardia disebabkan
karena dilepaskannya mediator inflamasi dan hipovolemia intravaskuler
yang disebabkan karena mual damuntah, demam, kehilangan cairan yang
banyak dari rongga abdomen.Dengan adanya dehidrasi yang berlangsung
secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi.Hal ini bisa
menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat
bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.
Pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan yang dilakukan akan sangat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen
ini harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang akan
dilakukan. Pada inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas
operasi menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit
dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan
pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan
tegang atau distended.

25
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling
terasa sakit di abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang berlawanan dari
yang ditunjuik pasien.Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi
penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus
akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena
peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak
bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat
terdengar normal.
Palpasi Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan
viseral yang sangat sensitif. Bagian anterir dari peritoneum parietale adalah
yang paling sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari
abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri.Hal ini berguna sebagai pembanding
antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan
defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang
mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni adalah
proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi
kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan
setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks
untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau
tekanan setempat. Perkusi Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada
peritoneum, adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan
dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada
pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi
abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.Pada pasien dengan
keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok dubur dan
pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan diagnosis.
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum doglasi kurang
memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi
menunjukkan adanya kelainan di daeah panggul, seperti apendisitis, abses,
atau adneksitis.Nyeri pada semua arah menunjukkan general peritonitis.
Colok dubur dapat pula membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis

26
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

usus, karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan
pada obstruksi usus ampula biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina
menambah informasi untuk kemungkinan kelainan pada alat kelamin dalam
perempuan.
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah
mengambil keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses.Kadang
perlu juga dilakukan pemeriksaan Roentgen dan endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai hemoglobin
dan hemotokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau
dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
Hitung trombosit dan dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk
persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan demam berdarah yang
memberikan gejala mirip gawat perut.
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen 3
posisi (supine, upright and lateral decubitus position) untuk memastikan
adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis
usus.Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis kelainan hati, saluran empedu, dan pankreas.

Dalam mengevaluasi pasien dengan kecurigaan iritasi peritoneal,


pemeriksaan fisik secara komplit, adalah penting. Proses penyakit di thoraks
dengan iritasi diafragma (misal: emyema), proses ekstra peritoneal (misal:
pyelonefritis, cystitis, retensi urin) dan proses pada dinding abdomen (misal:
infeksi, hematoma dari rektus abdominis) dapat menimbulkan gejala dan
tanda yang serupa dengan peritonitis. Selalu periksa pasien dengan hati-hati
untuk menyingkirkan hernia inkarserat yang juga menimbulkan gejala
serupa.

E. PENATALAKSANAAN

27
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna


dengan memuasakan pasien, pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal, penggantian
cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena,
pembuangan fokus septik (apendiks) atau penyebab radang lainnya, bila
mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan
menghilangkan nyeri.
Prinsip umum dalam menangani infeksi intraabdominal ada 4, antara
lain: (1) kontrol infeksi yang terjadi, (2) membersihkan bakteri dan racun,
(3) memperbaiki fungsi organ, dan (4) mengontrol proses inflamasi.
Eksplorasi laparatomi segera perlu dilakukan pada pasien dengan akut
peritonitis. Penatalaksanaan peritonis meliputi, antara lain:
1. Pre Operasi
Resusitasi cairan
Oksigenasi
NGT, DC
Antibiotik
Pengendalian suhu tubuh

2. Durante Operasi
Kontrol sumber infeksi
Pencucian rongga peritoneum
Debridement radikal
Ettapen lavase/stage abdominal repair
3. Pasca Operasi
Balance cairan
Perhitungan nutrisi
Monitor vital Sign
Pemeriksaan laboratorium
Antibiotika

F. PROGNOSIS
Angka mortalitas umumnya adalah 40%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prognosis, antara lain:
1. Jenis infeksinya/penyakit primer

28
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

2. Durasi/lama sakit sebelum infeksi


3. Keganasan
4. Gagal organ sebelum terapi
5. Gangguan imunologis
6. Usia dan keadaan umum penderita

Keterlambatan penanganan 6 jam meningkatkan angka mortalitas


sebanyak 10-30%. Pasien dengan multipel trauma 80% pasien berakhir
dengan kematian.Peritonitis yang berlanjut, abses abdomen yang
persisten, anstomosis yang bocor, fistula intestinal mengakibatkan
prognosis yang jelek.

Contoh Kasus Peritonitis


SOAP
Ny. M 28 tahun datang ke BPS pada tanggal 17 maret 2016 pukul
19.30 . Ibu mengatakan merasa sakit pada daerah perut kanan bagian
bawah dan masih merasakan mulas , ibu mengaku tidak nafsu makan ,
mulut terasa pahit, letih , kurang tidur dan cemas, ibu merasa cemas
dengan kondisinya , ibu takut jika mau cebok , ibu kurang istirahat

Data subjektif :
- Ibu mengatakan merasa sakit pada daerah perut kanan bagian bawah
dan masih merasakan mulas
- Ibu mengatakan tidak nafsu makan, mulut terasa pahit, letih , kurang
tidur dan cemas
- Ibu mengatakan dia merasa cemas dengan kondisinya , ibu takut jika
mau cebok , ibu kurang istirahat

Data objektif
Keadaan umum : Kurang baik
TD : 120/70mmHg
Kesadaran : Composmentis

29
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

RR : 28x/menit
Suhu : 38c
Nadi : 100x/menit

Assesment :
Ny. M P1A0 postpartum 7 hari dengan infeksi nifas ( peritonitis)

Penatalaksanaan :
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan .
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Keadaan umum : Kurang baik
TD : 120/70mmHg
Kesadaran : Composmentis
RR : 28x/menit
Suhu : 38c
Nadi : 100x/menit
2. Lakukan informed consent dan inform choise untuk melakukan
pembedahan local untuk menangani abses.
3. Keluarga setuju menandatangani surat
4. Lakukan pemberian terapi cairan IV .
5. Melaukan pemerian terapi cairan infis RL.
6. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan membebaskan
pikiran dan melakukan pola istirahat tidur malam
8. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan banyak vitamin , serta
mengatur pola makan seimbang .
9. Menganjurkan ibu untuk makan yang cukup dengan makanan yang
mengandung gizi dan vitamin untuk menjaa kondisi dan
mengembalikan kondisi ibu
10. Mengingatkan ibu untuk melakukan mobilisasi di sekitar rumah
11. Anjurkan ibu tetap untuk melakukan personal hygiene yaitu selalu
menjaga perawatan payudara .
12. Anjurkan ibu tetap memberi ASI kepada bayinya selama 6 bulan
eksklusif.

30
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

13. Beritahu cara mengatasi rasa nyeri tekan pada perut.


14. Kolaborasi dengan SPOG dalam pemberian obat antibiotik ,
analgetik serta vitamin.
15. Berikan pengertian untuk melakukan pemeriksaan USG

Evaluasi
a. Ibu telah mengerti hasil pemeriksaaannya .
b. Ibu telah mengerti informed consent dan inform choise dalam
melakukan pembedahan local untuk menangani abses.
c. Ibu telah mengerti pemberian terapi cairan IV . .
d. Ibu telah mengerti untuk banyak beristirahat
e. Ibu telah mengerti mengkonsumsi makanan banyak vitamin , serta
mengatur pola makan seimbang .
f. Ibu telah mengerti mengingatkan ibu untuk melakukan mobilisasi di
sekitar rumah
g. Ibu telah mengerti tetap untuk melakukan personal hygiene yaitu
selalu menjaga perawatan payudara
h. Ibu telah mengerti ibu tetap memberi ASI kepada bayinya selama 6
bulan eksklusif
i. Ibu telah mengerti cara mengatasi rasa nyeri tekan pada perut
j. Ibu telah mengerti kolaborasi dengan SPOG dalam pemberian obat
antibiotik , analgetik serta vitamin
k. Ibu telah mengerti pemberiaan pengertian untuk melakukan
pemeriksaan USG

3. INFEKSI PAYUDARA

A. PENGERTIAN

Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae
terutama pada primipara.Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas
dingin disertai kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu
makan.Penyebab infeksi adalah staphilococcus aereus.Mammae membesar
dan nyeri dan pada suau tempat, kulit merah, membengkak sedikit dan nyeri
pada perabaan.Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.

31
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

B. PENYEBAB

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak


ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus).Bakteri
seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu
melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).Mastitis
biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadidalam
waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui
mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan
saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini
menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

C. GEJALA

Adapun gejalanya sebagai berikut :


Bengkak dan nyeri
Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu
Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol
Ada demam dan rasa sakit umum.

Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi :


Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses
ditempat itu
Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.

D. PENCEGAHAN

32
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk


mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu
dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga
memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi
dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting sebaiknya bayi
jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat
dikeluarkan dengan pijitan.

E. PENGOBATAN

Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan
diberikan pengobatan sebagai berikut :
Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin
pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah
abses, agar nanah bisa keluar.Untuk mencegah kerusakan pada duktus
laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika
terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan :
Berikan antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari.
Drain abses :
a. Anestesi umum dianjurkan
b. Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari
cidera atau duktus
c. Gunakan sarung tangan steril
d. Tampon longgar dengan kasa
e. Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil
f. Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka
tepinya
g. Yakinkan ibu tetap menggunakan kutang
h. Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
i. Evaluasi 3 hari

33
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

D. PENANGANAN DAN PERAN BIDAN


Payudara dikompres dengan air hangat
Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika
Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
istirahat cukup

BENDUNGAN ASI
A. PENGERTIAN

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan


duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).

B. FAKTOR PENYEBAB BENDUNGAN ASI

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:


1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang
produksi ASI-nya berlebihan.apabila bayi sudah kenyang dan selesai
menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI
di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif.
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin
atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan
ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI
4. Puting susu terbenam

34
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.


Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI.

C. GEJALA BENDUNGAN ASI

Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :


1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras
3. Payudara terasa panas dan nyeri

D. PENCEGAHAN

Pencegahan yang dapat dilakukan,yaitu :


Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30
menit) setelah dilahirkan.
Susui bayi tanpa dijadwal (on demand).
Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayI.
Perawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169).
Menyusui yang sering.
Memakai kantong yang memadai.
Hindari tekanan local pada payudara

E. PENATALAKSANAAN
Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek
Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih
mudah ditangkap dan di isap oleh bayi
Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin

Contoh Kasus Infeksi pada Mammae


SOAP

35
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Ny. M 24 tahun G2P1A0 datang ke BPS pada tanggal 17 maret 2016 pukul
19.30. Ibu datang bersama suami .Ibu nifas hari ke 2 mengeluh payudaranya
terasa panas, bengkak, dan nyeri serta ASI belum keluar sejak bayi
dilahirkan.

Data Subjektif
- Ibu mengatakan merasa payudaranya terasa panas, bengkak, dan
nyeri
- Ibu mengatakan tidak keluar ASI sejak bayi dilahirkan

Data Objektif
- Keadaan umum : Baik
- Tekanan Darah : 120/70
- Kesadaran : Composmentis
- RR : 28 x/menit
- Suhu tubuh : 37, 8 c
- Nadi : 80 x/menit

Pada pemeriksaan mammae yang dilakukan oleh Bidan : Mammae


terlihat merah mengkilap, membesar dan keras juga adanya nyeri tekan
pada palpasi .

Assesment
Ny.M P1A0 postpartum 2 hari dengan bendungan ASI .

Penatalaksanaan
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan .
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu yaitu keadaan ibu sedikit
lemah , payudara terlihat bengkak , merah mengkilap, terasa keras , panas
, dan terdapat nyeri tekan .
- Keadaan umum : Baik
- Tekanan Darah : 120/70
- Kesadaran : Composmentis
- RR : 28 x/menit
- Suhu tubuh : 37, 8 c
- Nadi : 80 x/menit.
2. Jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami.

36
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak
keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI
membesar atau membengkak dan menyebabkan refleks nyeri serta ASI
tidak keluar.
3. Beritahu Ibu terjadinya bendungan ASI .
Memberitahu ibu bahwa keluhan yang dirasakan sekarang ini adalah
pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan Ibu akan diberikan pengobatan
untuk mengurangi keluhan yang Ibu rasakan .
4. Berikan Ibu pengobatan .
Memberikan Ibu pengobatan , yaitu
a. Paracetamol 500mg sebanyak 9 tablet dengan dosis 3 kali sehari
untuk mengurangi keluhan demam dan nyeri pada payudara.
b. Amoxilin 500mg sebanyak 9 tablet dengan dosis 3 kali sehari untuk
mencegah infeksi lebih lanjut. ( Mastitis dan Abses)
c. Vit C 3 x 1 untuk menjaga dan memperbaiki daya tahan tubuh ibu .
d. Lactavit 500 mg sebanyak 6 tablet dengan dosis 2x1 untuk
memperlancar produksi ASI.
5. Beritahu Ibu cara melakukan perawatan payudara.
6. Ajarkan Ibu teknik menyusui yang baik dan benar.
7. Ajarkan Ibu cara memeras ASI untu mengosongkan payudara.
8. Anjurkan Ibu mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan bergizi .

Evaluasi
1. Ibu telah mengerti hasil pemeriksaannya
2. Ibu telah mengerti tentang bendungan ASI yang dialami
3. Ibu telah mengerti terjadinya bendungan ASI
4. Ibu telah diberi pengobatan
5. Ibu telah mengerti cara melakukan perawatan payudara.
6. Ibu telah mengerti teknik menyusui yang baik dan benar.
7. Ibu telah mengerti cara memeras ASI untu mengosongkan payudara.
8. Ibu telah mengerti mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan bergizi .
9. Ibu telah mengerti bahwa ibu harus banyak beristirahat.

4. TROMBOPLEBITIS

A. PENGERTIAN

37
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang


mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya.Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada
kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.

B. PENYEBAB

Ada beberapa penyebab tromboflebitis,antara lain :


Perubahan susunan darah
Perubahan laju peredaran darah
Perlukaan lapisan intema pembuluh darah

Pada masa hamil dan khususnya persalinan saat terlepasnya plasenta


kadar fibrinogen yang memegang peranan penting dalam pembekuan darah
meningkat sehingga memudahkan timbulnya pembekuan.
Faktor predisposisi
Riwayat bedah kebidanan
Multi paritas
Varices
Infeksi nifas

Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena


panggul.Trombosis pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya
disertai peradangan, sehingga merupakan tromboflebitis.Adanya
septikhema, dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah.

C. KLASIFIKASI

Ada 2 macam tromboflebitis, yaitu :


Pelvio tromboflebitis

Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum


latum yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastika.Vena yang
paling sering terkena adalah vena ovarika dextra perluasan infeksi dari vena

38
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

ovarika sinistra ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena


ovarika dextra adalah ke vena cava inferior.
Gejala
Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas
Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai
berikut :
o Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40
menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-
kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak
panas.
o Suhu badan naik turun secara tajam (36C-40C)
o Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan.
o Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama
ke paru-paru
o Gambaran darah
Terdapat leukositosis
Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat
sebelum mulai menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat
karena bakterinya adalah anaerob.
Pada pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa
karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika.

Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat di timbulkan, yaitu :


1. Komplikasi pada paru-paru infark, abses, pneumonia
2. Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti
dengan proteinuria dan hematuria.
3. Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan.

Penanganan

Adapun penanganan yang dapat dilakukan, yaitu :


1. Rawat inap, penderita tirah baring untuk pemantauan gejala
penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonal.
2. Therapi medik, pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika
terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonal

39
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

3. herapi operati , peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika
emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru
meskipun sedang dilakukan heparisasi
4. Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba dolens)
5. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai
misalnya pada vena femoralis, vena poplitea dan vena safena.
6. Edema pada salah satu tungkai kebanyakan disebabkan oleh suatu
trombosis yaitu suatu pembekuan darah balik dengan kemungkinan
timbulnya komplikasi emboli paru-paru yang biasanya
mengakibatkan kematian.

Penilaian klinik
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris 7-10 hari kemudian
suhu mendadak baik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki yang lain.
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas.
c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak, tegang, dan nyeri
e) Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada
umumnya terdapat pada paha bagian atas tetapi lebih sering
dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas
dari bawah keatas
f) Nyeri pada betis
g) Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat
paha

Penanganan Perawatan
1) Kaki ditinggikan untuk mengurangi oedema lakukan kompres
pada kaki
2) Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau
memakai kaos kaki yang panjang elastik selama mungkin

40
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

3) Jangan menyusui bayinya, mengingat kondisi ibu yang sangat


jelek
4) Terapi pemberian antibiotik dan anti analgesik

Contoh Kasus pada Tromboflebitis


SOAP
Ny . M 30 tahun G2P1A0 datang ke BPS pada tanggal 17 maret 2016 pukul
18.00 . Ibu mengeluh badannya terasa panas , nyeri pada betis , kaki kiri
bengkak dan kemerahan
Data subjektif :
- Ibu mengatakan badannay terasa panas
- Ibu mengatakan ada terasa nyeri pada betis, kaki kiri bengkak dan
kemerahan.
Data Objektif :
Keadaan Umum : Tampak letih
TD : 120/ 70 mmHg
Kesadaran : Composmentis
RR : 22 x/menit
Suhu : 37,5c
Nadi : 82x/menit
Assesment :
Ny. M P1A0 postpartum 4 hari dengan Tromboflebitis femoris
Penatalaksanaan
1. Beritahu pada Ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
Memberitahu pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini yaitu
mengalami tromboflebitis femoralis sehingga kaki ibu bengkak dan
tegang dan terasa nyeri.
2. Anjurkan pada ibu untuk melakukan ambulasi dini.
Menganjurkan pada ibu untuk melakukan ambulasi dini agar dapat
meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembekuan darah .
3. Jelaskan pada ibu tenang cara mengurangi nyeri .
Menjelaskan pada ibu tentang cara mengurangi nyri yaitu tirah baring
dan mengangkat bagian kaki yang terkena , kaki di kompres dengan air
hangat
4. Anjurkan keluarga untuk mendukung dan melibatkan diri dalam
kegiatanibu

41
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan melibatkan diri dalam


kegiatan ibu untuk mengatasi tromboflebitis
5. Jelaskan pada Ibu tentang pentingnya pemenuhan keutuhan nutrisi bagi
ibu.
6. Anjurkan ibu untuk minum 3 liter setiap hari.
7. Berikan terapik antipiuretik paracetaml 3x1 mg/hari.

Evaluasi
1. Ibu telah mengerti keadaannya.
2. Ibu telah mengerti untuk melakukan ambulasi dini
3. Ibu telah mengerti tenang cara mengurangi nyeri .
4. Ibu telah mengerti keluarga untuk mendukung dan melibatkan diri dalam
kegiatan ibu
5. Ibu telah mengerti pada Ibu tentang pentingnya pemenuhan keutuhan
nutrisi bagi ibu
6. Ibu telah mengerti untuk minum 3 liter setiap hari
7. Ibu telah mengerti dalam pemberian terapik antipiuretik paracetaml 3x1
mg/hari.

42
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Pengkajian adalah tahap awal dari proses dan merupakan suatu


proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nur salam,
2001: 17).
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses
keperwatan berdasarkan masalah aktual dari klien.
Pada pelaksanaaan asuhan kebidanan, rencana asuhan menyeluruh
dilaksanakan secara efisien dan aman
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses manajemen kebidanan
yang berupa tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana serta
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang
dilakukan

Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan. Keterlambatan


terapi akan menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis vena,
emboli paru, infeksi panggul kronik, sumbatan tuba, infertilitas.

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput serosa yang


melapisi bagian dari rongga perut.
Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada
kantung empedu, ureter, kandung kemih, atau usus selama
pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut.
Trauma tembus dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis
bila mengenai organ yang berongga intra peritoneal. Usus merupakan
organ yang paling sering terkena pada luka tembus abdomen, sebab
usus mengisi sebagian besar rongga abdomen
Peritonitis mekonium dapat terjadi jika ada defek pada dinding usus
pada masa antenatal

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan


duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

43
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya.Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi
pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.

Ada beberapa penyebab tromboflebitis,antara lain :


Perubahan susunan darah
Perubahan laju peredaran darah
Perlukaan lapisan intema pembuluh darah

44
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Kasus II
Ny.C umur 29 tahun, dua minggu yang lalu melahirkan ditolong oleh dukun,
belum pernah abortus, melahirkan anak kedua, datang ke BPM dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah dan sering muntah. Hasil pemeriksaan
bising usus tidak ada, perut kembung dan teraba tegang, TD : 130/80
mmHg, N : 76x/menit, S : 39 OC, P : 18x/menit.
1. Berdasarkan kasus yang dialami Ny.C kemungkinan mengalami .....
a. Metritis
b. Peritonitis
c. Abses pelvis
d. Tromboflebitis
e. Pelviotromboflebitis

2. Infeksi dari kasus diatas desebabkan karena adanya mikroorganisme ...


a. Gonococcus
b. Eschericia coli
c. Streptococcus aureus
d. Toksoplasma gondii
e. Streptococcus haemolyticus

3. Faktor penyebab pada kasus Ny.C adalah ....


a. Umur
b. Paritas
c. Makanan
d. Persalinan lama
e. Persalinan yang tidak aman

4. Tindakan bidan pada Ny.C adalah ....


a. Konseling
b. Merawat ibu
c. Memberikan terapi
d. Kolaborasi dengan dokter
e. Mengevaluasi 1 minggu lagi

5. Untuk menegakkan diagnosa Ny.C perlu dilakukan .....


a. USG
b. CTG
c. EEG
d. VCT

45
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

e. Rontgen

6. Gejala yang sering menyertai infeksi payudarah adalah .....


a. Nyeri pada payudara dan suhu meningkat
b. Payudarah bengkak
c. Demam dan menggigil
d. TD meningkat dan suhu tubuh tinggi

7. Infeksi ini disebabkan organisme patogen yaitu ......


a. Gonococcus
b. Eschericia coli
c. Stafilokokus koagulase
d. Toksoplasma gondii
e. Streptococcus haemolyticus

8. Infeksi pada uterus setelah persalinan disebut dengan .....


a. Peritonitis
b. Metritis
c. Tromboflebitis
d. Abses pelvis
e. Trombosis vena

9. Faktor predisposisi pada kasus metritis yang tepat yaitu ....


a. PI yang tidak benar
b. Pasien kurang menjaga kebersihan diri
c. Penolong yang tidak teliti
d. Kurangnya nutrisi
e. PI yang tidak benar, kurangnya higien pasien, kurang nutrisi, dll

10. Tanda dan gejala metritis yaitu .....


a. Payudara membengkak dan suhu tinggi
b. Nyeri perut serta nyeri tekan pada betis
c. Demam dan nyeri tekan pada betis
d. Perdarahan
e. Suhu diatas 38 %, nyeri perut bawah, lokea berbau, dll.

46
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

KUNCI JAWABAN

1. B
2. E
3. E
4. D
5. A
6. C
7. E
8. B
9. E
10. E

47
MATA KULIAH: ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA MASA

Maryunani anik, 2013, Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal, Jakarta,


TIM
Prawirohardjo, sarwono, 2014, llmu Kebidanan, Jakarta, P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saleha, Sitti, 2013, Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta, Salemba Medika

48

Anda mungkin juga menyukai