1102010
SKENARIO 1 : KESEHATAN IBU,ANAK DAN REMAJA
LI 1. Memahami dan Menjeaskan Perilaku Beresiko dan Perilaku
Kesehatan pada Masa Pubertas
Sehat adalah keadaan sejahtera seutuhnya baik secara fisis, jiwa maupun
sosial, bukan hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Remaja merupakan
kelompok masyarakat yang hampir selalu diasumsikan dalam keadaan sehat.
Padahal banyak remaja yang meninggal sebelum waktunya akibat kecelakaan,
percobaan bunuh diri, kekerasan, kehamilan yang mengalami komplikasi dan
penyakit lainnya yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati. Banyak juga
penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak masa remaja contohnya
merokok, penyakit menular seksual, penyalahgunaan narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Human Immunodeficiency Virus
Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), kurang gizi, dan kurang
berolahraga. Semua ini, yang akan mencetuskan penyakit atau kematian pada
usia muda.
Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisis maupun psikis yang
menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Masa ini merupakan masa terjadinya proses awal
pematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang nyata. Remaja
menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait dengan perubahan fisis,
kecukupan gizi, perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya
menimbulkan konflik dalam dirinya yang kemudian memengaruhi kesehatannya.
Remaja yang mengalami gangguan kesehatan berupaya untuk melakukan reaksi
menarik diri karena alasan-alasan tersebut. Pencegahan terhadap terjadinya
gangguan kesehatan pada remaja memerlukan pengertian dan perhatian dari
lingkungan baik orangtua, guru, teman sebayanya, dan juga pihak terkait agar
mereka dapat melalui masa transisi dari kanak menjadi dewasa dengan baik
Yang termasuk dalam kelompok remaja
Remaja dimengerti sebagai individu yang berada pada masa peralihan dari masa
kanak ke masa dewasa. Peralihan ini disebut sebagai fase pematangan
(pubertas), yang ditandai dengan perubahan fisis, psikis, dan pematangan fungsi
seksual. Pada masa pubertas, hormon yang berhubungan dengan pertumbuhan
aktif diproduksi, dan menjadikan remaja memiliki kemampuan reproduksi.
Perkembangan psikologis ditunjukkan dengan kemampuan berpikir secara logis
dan abstrak sehingga mampu berpikir secara multi-dimensi. Emosi pada masa
remaja cenderung tidak stabil, sering berubah, dan tak menentu. Remaja
berupaya melepaskan ketergantungan sosial-ekonomi, menjadi relatif lebih
mandiri. Masa remaja merupakan periode krisis dalam upaya mencari identitas
dirinya.
Ditinjau dari sisi bahwa remaja belum mampu menguasai fungsi fisis dan
psikisnya secara optimal, remaja termasuk golongan anak. Untuk hal ini, remaja
dikelompokkan menurut rentang usia sesuai dengan sasaran pelayanan
kesehatan anak. Disesuaikan dengan konvensi tentang hak-hak anak dan UU RI
no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, remaja berusia antara 10-18
11
NABIL HARIZ
1102010
tahun.
11
NABIL HARIZ
1102010
Konsekuensi medis dari perilaku berisiko dapat berdampak jangka pendek
maupun jangka panjang dari tingkah laku berisiko. Dampak jangka pendek
terlihat dalam beberapa minggu atau bulan, yaitu selama masa remaja; efek
jangka panjang akan muncul umumnya setelah masa remaja. Konsekuensi
jangka pendek dari penggunaan alkohol terlihat pada umumnya di ruang gawat
darurat yang dikaitkan dengan kecelakaan. Bahan psikoaktif delta-9-tetra
hidrokanabinol dalam mariyuana menyebabkan perubahan suasana hati. Risiko
jangka panjang tidak akan didokumentasi. Disfungsi psikologis pada umumnya
11
NABIL HARIZ
1102010
mengambil risiko tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu. Ketersediaan
akan akses terhadap informasi yang baik dan akurat, serta pengetahuan untuk
memenuhi keingintahuan mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil
keputusan untuk berperilaku. Remaja akan menjalani perilaku berisiko, bila
keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat dan selanjutnya
menerima akibat yang harus ditanggung seumur hidupnya dalam berbagai
bentuk masalah kesehatan fisis dan psikososial.
Beberapa alasan mengapa program kesehatan remaja ini perlu diperhatikan
antara lain disebabkan:
1. Jumlah remaja di Indonesia lebih kurang 20% dari populasi;
2. Remaja merupakan aset sekaligus investasi generasi mendatang;
3. Upaya pemenuhan Hak Asasi Manusia;
4. Untuk melindungi sumber daya manusia potensial.
Perokok aktif hingga saat ini: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%.
Lelaki pengguna obat dengan cara dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan
1,3%.
Perempuan pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,5%; pada yusia
12-14 tahun: 22,6%; usia 15-17 tahun: 39,5%; usia 18-19 tahun: 3,2%.
Melakukan petting pada saat pacaran: 6,5%.
11
NABIL HARIZ
1102010
Lelaki pertama kali pacaran pada usia <12 tahun: 5,0%; usia 12-14
ytahun: 18,6%; usia 15-17 tahun: 36,9%; usia 18-19 tahun: 3,2%.
Melakukan petting saat pacaran: 19,2%.
Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada usia: <15
tahun: 1,0%; usia 16 tahun : 0,8%; usia 17 tahun: 1,2%; usia 18 tahun:
0,5%; usia 19 tahun: 0,1%.
Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami KTD,
60% di antaranya mengalami atau melakukan aborsi.
Kasus AIDS sampai dengan 31 Maret 2009 dilaporkan melalui laporan triwulan
Direktorat jendral pengendalian penyakit dan pengendalian lingkungan (Ditjen
P2PL), sebagai berikut:
11
NABIL HARIZ
1102010
1. Umur 5-14 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,2%; diabetes mellitus: 0%;
tumor 1,0%.
2. Umur 15-24 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,3%; diabetes mellitus: 0,1%;
tumor: 2,4%.
3. Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor menurut
karakteristik responden yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau
dengan gejala:
4. Umur 5-14 tahun: asma: 2%, jantung: 2,2%, diabetes mellitus: 0%.
5. Umur 15-24 tahun: asma 2,2%, jantung: 4,8%, diabetes mellitus: 0,4%.
Prevalensi anemi menurut kelompok umur 5-14 tahun: 9,4%; 15-24 tahun:
6,9%.
Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas
merupakan hasil akhir dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang
kesehatan, nilai moral yang dianut, serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang
turut memengaruhi. Sebagai contoh bagaimana SPN akan menyebabkan
kehamilan dan persalinan dengan komplikasi, bayi yang dilahirkan dengan
komplikasi, atau mengakibatkan KTD yang dapat menimbulkan kejadian aborsi
yang menyebabkan kematian. Demikian halnya dengan penyalahgunaan napza
yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi HIV yang selanjutnya menjadi AIDS
dan akhirnya mengakibatkan kematian. Secara tidak langsung masalah
kesehatan remaja tersebut turut menghambat laju pembangunan manusia
(human development) di Indonesia, dan pencapaian pembangunan tujuan
millenium (millenium development goal).
Hal yang telah dilakukan
Penanganan masalah remaja dilakukan melalui kerjasama multi-sektoral dan
multidimensional, dengan intervensi pada aspek preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif yang komprehensif.
Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak satu
dekade yang lalu. Selama lebih dari 10 tahun, program ini lebih banyak bergerak
11
NABIL HARIZ
1102010
dalam pemberian informasi, berupa penyuluhan dan diskusi dengan remaja
tentang masalah kesehatan melalui wadah usaha kesehatan sekolah (UKS),
karang taruna, atau organisasi pemuda, dan kader remaja lainnya yang dibentuk
oleh puskesmas. Petugas puskesmas berperan sebagai fasilitator dan
narasumber. Pemberian pelayanan khusus kepada remaja yang disesuaikan
dengan keinginan, selera, dan kebutuhan remaja belum dilaksanakan. Remaja
yang berkunjung ke puskesmas masih diperlakukan selayaknya pasien lain
sesuai dengan keluhan atau penyakitnya.
Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas puskesmas sebagai
barisan terdepan pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat, puskesmas
sebaiknya memberikan pelayanan langsung kepada remaja sebagai salah satu
kelompok masyarakat yang dilayaninya. Pelayanan kesehatan remaja di
puskesmas amat strategis dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien
mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan jangkauan
puskesmas ke segenap penjuru Indonesia seperti halnya keberadaan remaja
sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil perdesaan. Sesuai dengan
kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis,
melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan
sosial juga dilakukan oleh puskesmas, misalnya penyaluran kepada lembaga
keterampilan kerja untuk remaja pasca penyalahgunaan napza, atau penyaluran
kepada lembaga tertentu agar mendapatkan program pendampingan dalam
upaya rehabilitasi mental korban perkosaan. Sedangkan rujukan pranata hukum
untuk memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam
menindaklanjuti suatu kasus belum banyak dilakukan. Pelayanan komprehensif
kepada remaja ini merupakan bentuk kerjasama berbagai sektor yang diawali
dengan komitmen antar institusi terkait.
Bentuk pelayanan kesehatan remaja
Beberapa tahun terakhir mulai dilaksanakan beberapa model pelayanan
kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan, hak dan selera remaja di
beberapa propinsi, dan diperkenalkan dengan sebutan pelayanan kesehatan
peduli remaja atau disingkat PKPR. Sebutan ini merupakan terjemahan dari
istilah adolescent friendly health services (AFHS), yang sebelumnya dikenal
dengan youth friendly health services (YFHS). Pelayanan kesehatan remaja
sesuai permasalahannya, lebih intensif kepada aspek promotif dan preventif
dengan cara peduli remaja. Memberi layanan pada remaja dengan model PKPR
ini merupakan salah satu strategi yang penting dalam mengupayakan kesehatan
yang optimal bagi remaja kita. Pelayanan kesehatan peduli remaja
diselenggarakan di puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya
di mana remaja berkumpul.
Hingga akhir tahun 2008, sebanyak 1611 dari 8114 puskesmas di seluruh
Indonesia (22,39%) melaporkan telah melaksanakan PKPR dengan jumlah tenaga
yang dilatih untuk menangani PKPR ini sejumlah 2866 orang. Sementara itu
beberapa rumah sakit seperti rumah sakit Kariadi, Semarang, rumah sakit
Fatmawati di Jakarta, dan rumah sakit Hasan Sadikin Bandung, telah melakukan
pengembangkan tim kesehatan remaja atau poliklinik kesehatan remaja.
Selain itu, beberapa badan donor telah memberikan dukungan bagi pendekatan
pelayanan kesehatan peduli remaja. Di propinsi Jawa Barat, remaja di sekolah
dilatih dan dibina oleh puskesmas menjadi konselor sebaya; di propinsi Papua
dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pelayanan bagi remaja dilaksanakan di luar
11
NABIL HARIZ
1102010
gedung puskesmas; Di beberapa propinsi lainnya petugas kesehatan dilatih agar
kompeten dalam menghadapai masalah kesehatan remaja.
Jenis kegiatan dalam PKPR
Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dapat
dilaksanakan di dalam atau di luar gedung. Untuk sasaran perorangan atau
kelompok, dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi
atau masyarakat, berdasarkan kemitraan.
Jenis kegiatan tersebut meliputi:
1. Pemberian informasi dan edukasi
Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah,
atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau
sepengetahuan) puskesmas.
Menggunakan
metoda
ceramah
tanya
jawab, focus
group
discussion (FGD), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu
media cetak atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline,
SMS).
2. Pelayanan
rujukannya.
klinis
medis
termasuk
pemeriksaan
penunjang
dan
Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas loket
atau petugas laboratorium, seperti halnya petugas khusus PKPR juga
harus menjaga kerahasiaan remaja tersebut, dan memenuhi kriteria peduli
remaja.
11
NABIL HARIZ
1102010
3. Konseling
Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
11
NABIL HARIZ
1102010
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya
keterampilan pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan
ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah. Berpikir kreatif terealisasi karena adanya
kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan
sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tak
menghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja
merespons secara fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.
4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan
pengalaman secara objektif. Hal ini akan membantu mengenali dan
menilai faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku, misalnya: tata-nilai,
tekanan teman sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik
secara verbal maupun non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan
situasi, dengan cara menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan
kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk meminta
nasihat atau pertolongan bilamana mereka membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain,
sehingga mereka dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan
hubungan baik sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan dukungan
sosial, dan yang terpenting adalah mereka dapat mempertahankan
hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk
kesejahteraan mental remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar
terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang
positif.
7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan
kelemahan, serta pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci.
Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan pengenalan dini akan
adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri ini harus
dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang
lain.
8. Empati
11
NABIL HARIZ
1102010
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik,
remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati
melatih remaja untuk mengerti dan menerima orang lain yang mungkin
berbeda dengan dirinya, dan juga membantu menimbulkan perilaku positif
terhadap sesama yang mengalaminya.
9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali
kemampuan merespons emosi dengan benar. Mengendalikan dan
mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau
kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
10. Mengatasi stres
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap
tubuh, membantu mengontrol stres, dan mengurangi sumber
penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar atau
merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana bersikap santai
sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak
berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.
Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan
segera untuk menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan
kemampuannya menolak ajakan tersebut, berpikir kreatif untuk mencari
cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi,
sehingga penolakan akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.
Dalam menghindari diri dari tindak kekerasan baik fisis ataupun mental,
beberapa kompetensi dari life skills ini dapat membantu remaja
mengambil keputusan agar dapat merespons ancaman atau tindak
kekerasan tersebut. Kekerasan fisis termasuk kekerasan seksual dapat
dihindari dengan berpikir kritis dan kreatif serta menggunakan komunikasi
efektif untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari ancaman tersebut.
Kekerasan mental (tekanan, pelecehan, penghinaan) tidak menimbulkan
akibat psikis apabila kompetensi life skills diterapkan seperti berpikir
kreatif, pengendalian emosi dan komunikasi efektif.
Pelaksanaan PKHS di puskesmas di samping meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi
remaja sehingga dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung kali berikut,
serta mendorong melakukan promosi tentang adanya PKPR di puskesmas
kepada temannya dan menjadi sumber penular pengetahuan dan
keterampilan hidup sehat kepada teman-temannya.
5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja
sebagai salah satu syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi
kader kesehatan remaja atau konselor sebaya dan pendidik sebaya, beberapa
keuntungan diperoleh, yaitu kelompok ini berperan sebagai agen perubahan di
11
NABIL HARIZ
1102010
antara kelompok sebayanya agar berperilaku sehat. Lebih dari itu, kelompok ini
terlibat dan siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
PKPR. Kader yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat curhat bagi
teman yang membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk
memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling.
Kesimpulan
Remaja bukanlah kelompok masyarakat yang tidak menghadapi masalah
kesehatan. Perilaku berisiko yang dijalani akibat tidak tepatnya keputusan yang
diambil pada masa remaja yang labil menghadapkan remaja kepada masalah
kesehatan. Di Indonesia, laju masalah kesehatan pada remaja sebagai akibat
perilaku berisiko jauh lebih cepat daripada penanganan yang dilakukan oleh
banyak pihak. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi menjadi esensial bagi upaya
penanganan masalah kesehatan pada remaja untuk menekan laju tersebut.
Remaja dengan sifat khasnya dilibatkan secara aktif dalam tiap upaya, selain
dididik sejak dini dan dibekali dengan pendidikan ketrampilan hidup sehat hingga
terampil dalam mengembangkan potensi dirinya untuk hidup secara kreatif dan
produktif. Remaja diberi kesempatan dan akses seluas-luasnya agar berperilaku
positif dan sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi dirinya sendiri
maupun orang lain serta mampu menghadapi tantangan secara efektif dalam
kehidupannya, sehingga pembangunan manusia dan tujuan pembangunan
milenium dapat tercapai.
LI 2. Memahami dan Menjeaskan
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Kehamilan
pada
Remaja
dan
11
NABIL HARIZ
1102010
Status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin
mencoba-coba,
kebutuhan thd perhatian)
Penggunaan dan penyalahgunaan obat obatan
Mengapa Remaja Melakukan Hubungan Seks?
Tekanan pasangan
Merasa sudah siap melakukan hubungan seks
Keinginan dicintai
Keingintahuan ttg seks
Keinginan menjadi populer
Tidak ingin diejek masih perawan
Film, tayangan TV, & media massa (termasuk internet) menampakkan
bahwa normal bagi
remaja utk melakukan hubungan seks
Tekanan dari seseorang untuk melakukan hubungan seks
Apa yang terjadi jika remaja menikah/hamil di usia muda?
Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk
kontrol kehamilan
1.Risiko kehamilan (ibu & janin)
Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko
2.Berakibat pada kematian ibu
Kehamilan usia muda dapat berisiko menderita kanker di masa yang akan datang
Gilbert, et al (2004): kehamilan remaja awal (11-15 th), remaja akhir (1619 th). Komplikasi pd kehamilan remaja: persalinan prematur, IUGR, BBLR &
kematian perinatal. Studi thd kelompok remaja hispanik & non hispanik, Afrika
Amerika & Asia; hasil kehamilan: kematian bayi & neonatal, BBLR, persalinan
prematur, PEB, eklampsia, pyelonefritis, komplikasi infeksi.
Ahmad (2004) dari laporan Save the Children: 1 dari 10 persalinan dialami
oleh ibu yang masih anak2, berusia 11-12 tahun ;komplikasi kehamilan &
persalinan membunuh 70,000 remaja puteri tiap tahun, jika pun selamat maka
akan menderita injuri permanen. Estimasi bayi yg dilahirkan pun 1 juta
meninggal dlm tahun pertama kehidupannya. Risiko kematian > tinggi 50% dp
bayi yg dilahirkan dari ibu berusia >20 th. Merekomendasikan pe biaya u/
11
NABIL HARIZ
1102010
pelayanan kesehatan, kelangsungan hidup anak
berencana yg memenuhi kebutuhan remaja puteri
dan
program
keluarga
NABIL HARIZ
1102010
Merawat kehamilan, melahirkan & membesarkan bayi/anak membutuhkan
biaya besar
Mengakhiri Kehamilan
Abortus dalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
sebelum buah
kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan, dimana
beratnya < 500 gram atau sebelum kehamilan usia 20 mgg
Abortus terbagi 2:
Abortus spontan keguguran
Abortus buatan pengguguran, aborsiImami/KRR 24
11
NABIL HARIZ
1102010
Kehilangan kesempatan meniti karir
Menjadi orangtua tunggal & pernikahan dini yg tdk terencana
Kesulitan dalam beradaptasi secara psikologis (sulit mengharapkan
adanya perasaan kasih sayang)
Kesulitan beradaptasi
kehamilannya & bayinya)
menjadi
orangtua
(tidak
bisa
mengurus
11
NABIL HARIZ
1102010
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan
akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil
mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh
fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah
merah akan menjadi anemis..
11
NABIL HARIZ
1102010
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari
persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang
salahKematian ibu.
Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi
karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
Umur
a.
Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik
sehingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit.
b.
Pada umur ini kesehatan dan rahim ibu sudah tidak baik seperti pada umur
20-35 tahun sebelumnya sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya
persalinan lama, perdarahan dan resiko cacat bawaan.
2.
Paritas
11
NABIL HARIZ
1102010
Paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai kemungkinan persalinan lama, karena
semakin banyak anak keadaan rahim ibu semakin lemah.
3.
Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang < 2 tahun, bila
jarak terlalu dekat maka rahim dan kesehatan ibu bulum pulih, keadaan ini perl
diwaspadai persalinan lama, kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik atau
perdarahan.
4.
Tinggi badan
Tinggi badan < 145 cm, pada keadaan ini paerlu diwaspadai ibu yang
mempunyai panggul sempit sehingga sulit untuk melahirkan
5.
Lila < 23,5 cm, ini berarti ibu beresiko memderita KEK (Kekurangan Energi
Kronik) atau kekurangan gizi yang lama. Pada keadaan ini perlu diwaspadai
kemungkinan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,
pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga mempengaruhi
kecerdasan anak dikemudian hari.
6.
Riwayat Keluarga menderita penyakit kencing manis (DM), Hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
7.
11
NABIL HARIZ
1102010
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah keadaan pada ibu hamil yang
mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya.
Tanda bahaya pada kehamilan adalah:
a.
Perdarahan pervaginam
b.
c.
d.
e.
f.
Penatalaksanaan
Kehamilan dengan faktor resiko dapat dicegah bila gejalanya dapat
ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
Ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya sedini mungkin dan teratur ke
petugas kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan.
Ibu hamil mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2
Bila ditemukan dengan kelainan resiko tinggi, pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif
Mengkonsumsi makanan dengan pola makan teratur dan gizi seimbang.
Kehamilan dengan faktor resiko dapat dihindari dengan mengenali tanda-tanda
kehamilan beresiko serta segera datang ke petugas kesehatan bila ditemukan
tanda-tanda bahaya kehamilan
LI 4. Memahami dan Menjeaskan AKI , AKB dan AMP
ANGKA KEMATIAN IBU
I.
Kematian Ibu
Kematian ibu menurut International Classification of Diseases (ICD) adalah
kematian wanita dalam kehamilan atau 42 hari pasca terminasi kehamilan, tanpa
memandang usia kehamilan dan kelainan kehamilan, yang disebabkan baik oleh
kehamilannya maupun tatalaksana, namun bukan akibat kecelakaan. Kematian
ini terbagi dua, yaitu kematian langsung dan tidak langsung. Kematian yang
11
NABIL HARIZ
1102010
bersifat koinsidental, terjadi selama masa kehamilan atau 42 hari pascaterminasi
kehamilan, namun tidak terkait dengan kehamilannya.
Saat ini, WHO telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem
klasifikasi kematian ibu bertujuan:
penelitian
Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas
Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap
morbiditas
maternal berat.
Hal-hal yang mendasari sebab kematian ibu, dapat diklasifikasikan
berdasarkan sejumlah variabel, yaitu sebab/kondisi yang secara langsung
mendasari kematian, gejala/tanda dari penyakit yang menyebabkan kematian,
misalnya perdarahan pascapartum, dan kondisi lain yang memperberat sebab
kematian, misalnya HIV dan Anemia. Prinsip sistem klasifikasi kematian ibu
menurut WHO, yaitu:
Penyebab kematian ibu di berbagai belahan dunia dapat dilihat pada gambar
berikut:
11
NABIL HARIZ
1102010
II.
demikian
upaya
untuk
mewujudkan
target
tujuan
pembangunan
millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015
11
NABIL HARIZ
1102010
(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)
11
NABIL HARIZ
1102010
11
NABIL HARIZ
1102010
NABIL HARIZ
1102010
meningkat dari 40,7 persen pada 1992 menjadi 68,4 persen pada 2002. Akan
tetapi, proporsi ini bervariasi antarprovinsi dengan Sulawesi Tenggara sebagai
yang terendah, yaitu 35 persen, dan DKI Jakarta yang tertinggi, yaitu 96 persen,
pada 20028 (Tabel 2 dan 3). Proporsi ini juga berbeda cukup jauh mengikuti
tingkat pendapatan. Pada ibu dengan dengan pendapatan lebih tinggi, 89,2
persen kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan, sementara pada golongan
berpendapatan
rendah
hanya
21,39 persen.
Hal
ini
menunjukkan
tidak
untuk
memutuskan
mencari
pertolongan
pada
tenaga
kesehatan
3. Terlabat untuk datang di fasilitas pelayanan kesehatan
4. Terlambat untuk mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan yang
cepat dan berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan
4T (Terlalu), yang mempunyai resiko tinggi:
11
NABIL HARIZ
1102010
1.
2.
3.
4.
IV.
Terlalu
Terlalu
Terlalu
Terlalu
muda
tua
sering
banyak
masih
rendahnya
cakupan
pertolongan
oleh
tenaga
kesehatan.
Persalinan
dan
Penolong
Persalinan
dengan
Kualifikasi
Terendah
11
NABIL HARIZ
1102010
Sementara dilihat dari latar belakang pendidikan, ibu dengan status tidak
sekolah lebih banyak ditolong oleh Dukun bayi.
11
NABIL HARIZ
1102010
Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga
kesehatan dari tahun 2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan
oleh dokter dari tahun trendnya meningkat baik di desa maupun di kota. Bahkan
di daerah perkotaan angka pertolongan persalinan oleh dokter pada tahun 2007
telah lebih dari 20%. Sedangkan cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
relatif tidak banyak bergerak bahkan apabila dibandingkan antara tahun 2007
dan 2004 secara total pertolongan persalinan oleh bidan kecenderunganya
menjadi turun.
V.
tahun
1996,
Reproduksi,
Departemen
yang
Kesehatan
mengadakan
Lokakarya
PELAYANAN
OBSTETR
menunjukkan
komitmen Indonesia
untukAMAN
ASUHAN
PERSALINAN
BERSIH
DAN
KB
MOTHERHOOD
ICPD di Kairo. Pada pertengahan tahun itu
juga,SAFE
Menperta
meluncurkan Gerakan
NATAL
Sayang Ibu, yaitu upaya advokasi dan mobilisasi social untuk mendukung upaya
percepatan penurunan AKI.
Intervensi Strategis Dalam Upaya Safe Motherhood
11
NABIL HARIZ
1102010
akses
ke
informasi
dan
pelayanan
KB
agar
dapat
merencanakan waktu
yang
untuk kehamilan, jarak kehamilan dan
Empat
pilartepat
Safe Motherhood
jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tak
diinginkan. Kehamilan yang masuk dala, kategori 4 terlalu, yaitu terlalu
muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu
banyak anak.
b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin
serta ditangani secara memadai.
c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan
pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas
kepada ibu dan bayi
d. Pelayanan obstetrik esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetrik
untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang
membutuhkannya.
Keempat intervensi strategis diatas perlu dilaksanakan lewat pelayanan
kesehatan dasar, dan bersendikan kesetaraan hak dan status bagi wanita.
Kebijaksanaan Departemen Kesehatan dalam penurunan AKI
Tingginya AKI di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup ( SDKI,
1994 ) tertinggi di ASEAN, menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program
prioritas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara
lain adalah pendarahan, infeksi, dan eklampsia. Ke dalam pendarahan dan
infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat
abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan
11
NABIL HARIZ
1102010
oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan
infeksi yang kronis.
Selain itu, keadaan ibu sejak pra-hamil dapat berpengaruh terhadap
kehamilannya. Penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah
anemia, kurang energi kronis ( KEK ) dan keadaan 4 terlalu ( terlalu muda/tua,
terlalu sering, dan terlalu banyak ). Tahun 1995, kejadian anemia ibu hamil
sekitar 51%, dan kejadian resiko KEK pada ibu hamil ( lingkar / lengan atas
kurang dari 23,5 cm ) sekitar 30%.
Lagipula, seperti dikemukakan diatas, kematian ibu diwarnai oleh hal-hal
nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti rendahnya status
wanita, ketidakberdayaannya dan tarif pendidikan yang rendah. Hal nonteknis ini
ditangani oleh sektor terkait diluar sektor kesehatan, sedangkan sector
kesehatan
lebih
memfokuskan
intervensinya
untuk
mengatasi
penyebab
dukungan
dari
sektor dan
pihak
terkait lainnya.
Kebijakan
Kesehatan
untuk
mempercepat
penurunan
AKI
adalah
11
NABIL HARIZ
1102010
Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk mencapai
keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan ditempatkan di desa
selama 1989/1990 sampai 1996/1997. Dalam pelaksanaan operasional, sejak
tahun 1994 diterapkan strategi berikut :
a. Penggerakan Tim Dati II ( Dinas Kesehatan dan seluruh jajarannya sampai ke
tingkat kecamatan dan desa, RS Dati II dan pihak terkait ) dalam upaya
mempercepat penurunan AKI sesuai dengan peran dan fungsinya masingmasing.
b. Pembinaan daerah yang intensif di setiap Dati II, sehingga pada akhir Pelita
VII :
- Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 80% atau lebih.
- Cakupan penanganan kasus obstetrik ( resiko tinggi dan komplikasi
-
NABIL HARIZ
1102010
-
Keterlambatan
di
fasilitas
pelayanan
kesehatan
untuk
mendapat
11
NABIL HARIZ
1102010
alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
( PWS-KIA ), yang mengikuti jejak program imunisasi. Dengan adanya PWS-KIA,
data cakupan layanan program kesehatan ibu dapat diperoleh setiap tahunnya
dari semua propinsi.
Walau
demikian,
disadari
bahwa
indikator
cakupan
tersebut
cukup
Indikator gabungan tersebut akan lebih banyak digunakan dalam Repelita VII,
agar pemantauan dan evaluasi terhadap upaya penurunan AKI lebih tajam.
Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta
intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10.Temu
wicara
(konseling),
termasuk
Perencanaan
Persalinan
dan
11
NABIL HARIZ
1102010
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan
di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang
dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal
disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi
standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal
adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
-
waktu
pelayanan
antenatal
tersebut
dianjurkan
untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,
bidan dan perawat.
Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan
tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga
kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
11
NABIL HARIZ
1102010
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan
bidan.
VI.
VII.
VIII.
reduksi)
Pemeriksaan pada minggu 12: Hb, AL, urine, konsultasi gizi
Pemeriksaan pada minggu ke 36: Hb, AL, CT, BT, urine
Konsultasi dokter ahli pada minggu 12, 28, 36, 40
USG:
Minggu 12: kondisi janin
Minggu 28: presentasi, kelainan plasenta
Minggu 36: presentasi, rencana persalinan
11
NABIL HARIZ
1102010
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan
sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :
1. Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat
pelayanan kesehatan
2. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara
otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluatga atau orang lain yang
mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh sebelum
penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian.
ujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA
di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan perinatal
Tujuan khusus
Tujuan khusus audit maternal adalah :
a.
11
NABIL HARIZ
1102010
Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa maupunbidan swasta untuk
merujuk kasus ibu maupun perinatal.
2.
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang
masuk kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat
2.
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta
sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit
kandungan serta bagian anak.
2.
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus
yang dirujuk ke RS kabupaten/kota
3.
Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani
oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta
tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan . laporan merupakan
rekapitulasi dari form MP dan form R,yang hendaknya diusahakan agar tidak
terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS.
Pada tahap awal ,jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling
sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi
selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi
umur penduduk.
11
NABIL HARIZ
1102010
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu
peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang
bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka kematian yang umum dipakai
adalah:
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).
Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap
1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur
penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.
Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan
pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain
angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan
kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila
dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan
pertumbuhan penduduk alamiah.
Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian
per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
CDR=
D
P
xk
Dimana:
D
: 1000
11
NABIL HARIZ
1102010
penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua data
tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.
2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)
11
NABIL HARIZ
1102010
X 1000
Dimana :
Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan
D 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu.
lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu
K = 1000
Angka kematian post neo-natal
Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian
yang terjadi pada bayiyang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus
Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun
11
NABIL HARIZ
1102010
D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai dengan
kurang dari 1 tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah
tertentu
K = konstanta (1000)
4. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)
Konsep
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir,
yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari).
Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama
satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu
(termasuk kematian bayi)
Cara Menghitung
Dimana:
Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 tahun
pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 th pada
pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000.
5. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)
Konsep
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia
satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11
bulan 29 hari.
Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang
langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan
tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan
11
NABIL HARIZ
1102010
kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau
kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama
satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu.
Jadi Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
Dimana:
Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang
belum tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan
tahun tertentu didaerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000
6. Angka Kematian IBU (AKI)
Konsep
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam
kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain
sepertikecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama
dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran
hidup.
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan
per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka
11
NABIL HARIZ
1102010
fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal
per 100.000 kelahiran.
Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan,
pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu, di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar,
mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita
umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program.
LI 5. Memahami dan Menjeaskan Resiko Hamil di Luar Nikah Menurut
Islam
Haram hukumnya seorang laki-laki menikahi seorang wanita yang sedang
mengandung anak dari orang lain. Karena hal itu akan mengakibatkan rancunya
nasab anak tersebut.
Dalilnya adalah beberapa nash berikut ini:
Nabi SAW bersabda, "Janganlah disetubuhi (dikawini) seorang wanita hamil
(karena zina)"
Nabi SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada
Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya pada tanaman orang lain." (HR
Abu Daud dan Tirmizy)
Adapun bila wanita yang hamil itu dinikahi oleh laki-laki yang menghamilinya di
luar nikah, maka umumnya para ulama membolehkannya, dengan beberapa
varisasi detail pendapat :
Pendapat Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah menyebutkan bahwa bila yang
menikahi wanita hamil itu adalah laki-laki yang menghamilinya, hukumnya boleh.
11
NABIL HARIZ
1102010
Sedangkan kalau yang menikahinya itu bukan laki-laki yang menghamilinya,
maka laki-laki itu tidak boleh menggaulinya hingga melahirkan.
Pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Malik dan Imam
Ahmad bin Hanbal mengatakan laki-laki yang tidak menghamili tidak boleh
mengawini wanita yang hamil. Kecuali setelah wanita hamil itu melahirkan dan
telah habis masa 'iddahnya. Imam Ahmad menambahkan satu syarat lagi, yaitu
wanita tersebut harus sudah tobat dari dosa zinanya. Jika belum bertobat dari
dosa zina, maka dia masih boleh menikah dengan siapa pun. Demikian
disebutkan di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhazzab karya Al-Imam AnNawawi, jus XVI halaman 253.
Pendapat Imam Asy-Syafi'i Adapun Al-Imam Asy-syafi'i, pendapat beliau adalah
bahwa baik laki-laki yang menghamili atau pun yang tidak menghamili,
dibolehkan menikahinya. Sebagaimana tercantum di dalam kitab Al-Muhazzab
karya Abu Ishaq Asy- Syairazi juz II halaman 43.
Semua pendapat yang menghalalkan wanita hamil di luar nikah dikawinkan
dengan laki-laki yang menghamilinya, berangkat dari beberapa nash berikut ini :
Dari Aisyah ra berkata,`Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang
berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau
bersabda,`Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram
tidak bisa mengharamkan yang halal`. (HR Tabarany dan Daruquthuny).
Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,`Isteriku ini seorang yang suka
berzina`. Beliau menjawab,`Ceraikan dia`. `Tapi aku takut memberatkan diriku`.
`Kalau begitu mut`ahilah dia`. (HR Abu Daud dan An- Nasa`i)
Apakah hukumnya jika wanita yang hamil diluar nikah itu ditikahkan? Kemudian
apa status anak tersebut secara humum Islam ?
Untuk masalah tersebut, tidak ada ayat Quran atau Hadits yang menegaskan
untuk masalah ini. Sehingga melahirkan 2 pendapat.
Pendapat Yang Membolehkan
Dari Imam As-SyafiI, syaratnya kedua keluarga dan pasangan tersebut tidak
mengekspos kepada yang lain, cukup mereka dan pihak Kantor Urusan Agama.
Tujuannya, supaya yang lain tidak melakukan perbuatan yang sama.
Ulama yang membolehkan juga menggambarkan, misal wanita yang dihamili
oleh si A, boleh dinikahi oleh si A walaupun belum lepas masa iddah karena masa
iddah dipandang untuk memperjelas siapa ayah biologis si anak karena selama
masa iddah, si wanita tidak disentuh oleh siapapun. Jadi, laki laki yang berzina
dengan seorang wanita, kemudian wanita tersebut hamil, maka laki-laki itu boleh
menikahi wanita itu, karena sudah jelas bahwa anak yang dikandung tersebut
adalah anak laki-laki tersebut.
11
NABIL HARIZ
1102010
11
NABIL HARIZ
1102010
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs
An Nisa : 93 )
Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud bahwasanya Rosulullah
saw bersabda :
Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam
perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua,
terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga ,
berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat
untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu
penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka,
maupun yang bahagia. ( Bukhari dan Muslim )
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi
dua bagian sebagai berikut :
1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga
pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian
dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat
Al Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali.
Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh
Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa
sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum
sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai
pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak
boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk
kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan
Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin :
6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
11
NABIL HARIZ
1102010
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa
air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita
sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan
kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi
( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah
dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati.
Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak
dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang
bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di
dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu
bentuk Abortus
Profocatus
Therapeuticum, yaitu
jika
bertujuan
untuk
kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam
katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.
2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur
empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di
atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat
itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum
ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya
akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama
berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap
haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan
keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas
Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan
kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan
sesuatu yang masih ragu., yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup
11
NABIL HARIZ
1102010
rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan
kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah
Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika
sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika
hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian.
Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan
janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan
kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausuah Fiqhiyah :
2/57 )
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan
kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syarI
hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang
diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan
jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2007,
laporan nasional 2007, badan penelitian dan pengembangan kesehatan,
Jakarta: Indonesia. 2008.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Peta%20Kesehatan
%202007.pdf
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/3-3-13.pdf
http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/material/PelatihanKesehatanReprod
uksiRemaja.pdf
Statistics Indonesia (Badan Pusat Statistik-BPS) and Macro International.
Indonesia demographic and health survey 2007. Calverton, Maryland, USA:
BPS and Macro International. 2008.
World Health Organization (WHO). Adolescent friendly health service, an
agenda for change, Geneva: Switzerland. 2002.
World Health Organization (WHO). Life skills education for children and
adolescents in schools, introduction and guidelines to facilitate the
11
NABIL HARIZ
1102010
development and implementation of life skill programme, programme on
mental health, Geneva: 1997.
11