Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA SEPANJANG

RENTANG KEHIDUPAN : SEKOLAH & REMAJA

NAMA KELOMPOK 3:

1. M.Taupik Rahman 7. Putri Hidayanti


2. Mia Khairani 8. Indriani Syahpitri
3. Miftahul Khoirani 9. Nurul Arifah Madani
4. Eka April Zuliana 10. Meutia Septiani
5. Erpri Windiastari 11. Ika Wahyu Lestari
6. Tamara Trinovita 12. Dodi Heriansah

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BAITURRAHIM JAMBI
2019/2020
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Definisi

Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan psikiatrik.


Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal anak
yang berlandaskan pada teori perkembangan fisiko-biologis, psikologis, kognitif, sosial,
sensori motoris, moral, dan filosofis.

Masa remaja ditandai dengan kematangan fungsi reproduksi atau disebut dengan masa
pubertas. Periode ini dilihat sebagai transisi masa kanak-kanak memasuki masa dewasa.
Menurut Ratrioso masa remaja adalah kelanjutan dari masa pubertas dimana ciri-ciri yang
menonjol dari masa ini adalah masa peralihan yang penuh dengan gejolak dan ruang ketidak
pastian serta ketidak jelasan. Maksudnya remaja bisa dikatakan masa yang serba nanggung,
dibilang manusia dewasa tetapi masih terlihat bersifat kekanak kanakan, dibilang masih anak-
anak tetapi ukuran tubuhnya sudah sangat besar. Sebagai masa peralihan maka dapat
dimaklumi jika masa remaja adalah masa yang penuh dengan masalah.

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Fatimah menyebutkan bahwa tugas-


tugas perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan
sosial-psikologis manusia pada posisi yang harmonis didalam lingkungan masyarakat yang
lebih luas dan kompleks. Proses tersebut merupakan tugas-tugas perkembangan fisik dan
psikis yang harus dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu.

Menurut Havighurst menjelaskan beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh
para remaja:

1. Menguasai kemampuan membina hubungan baru dan lebih matang dengan teman
sebaya yang sama ataupun berlawanan jenis. Kemampuan membina hubungan baik
baru tersebut adalah kemampuan berpikir positif, empati, altruistik dan kontrol emosi.
Remaja yang berpikir positif terhadap teman sebayanya suka menonjolkan aspek-
aspek positif dari teman sebayanya. Remaja yang memiliki kemampuan empati
mudah memahami perasaan teman sebaya, sehingga mereka cepat tanggap dan saling
mereaksi secara positif perasaan temannya. Remaja yang bertingkah laku altrustik
mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan dirinya sendiri, dan
remaja yang mempunya kontrol emosi tinggi memperlihatkan tingkah laku sabar, dan
bersikap humor ketika teman sebayanya bertingkah laku yang kurang menyenangkan.
2. Menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.
a. Sebagai laki-laki mampu melaksanakan peranan sebagai berikut:
1) Mampu membina pergaulan yang harmonis dengan teman perempuan
2) Mau melindungi wanita dan orang-orang yang lemah
3) Memiliki kemampuasn berfikir positif terhadap orang lain
4) Memiliki rasa percaya diri dalam bergaul
5) Menyukai dan menampilkan cara-cara berkomunikasi yang sopan, suka
mendengarkan atau memberi rasa penghormatan kepada orang lain
b. Sebagai perempuan, mau dan mampu melaksanakan peranan sebagai berikut:
1) Mampu membina hubungan dan bekerja sama dengan teman laki-lak sebaya.
2) Bertingkah laku lembut, ramah dan berbaik hati kepda orang lain
3) Menampakkan kasih saying terhadap anak-anak dan orang-orang yang lemah.
4) Mampu melakukan komunikasi yang sopan, suka mendengar, mengucapkan
kata-kata yang menyenangkan dan menimbulkan perasaan hormat pada orang
lain.
5) Berpikir positif terhadap orang lain.
3. Menerima keadaan fisik dan mengaktualisasikan secara efektif. Remaja yang
mencapai tugas perkembangan akan dapat menerima keadaan fisiknya sesuai dengan
jenis kelamin yang dimilikinya, apakah sebagai pria atau wanita.
4. Mencapai kemerdekaan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja
yang telah mencapai tugas perkembangan ini, mampu mengembangkan kasih saying
terhadap orang tua, perasaan hormat terhadap orang dewasa dan ikatan emosional
dengan lawan jenis.
5. Memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi. Remaja yang matang memiliki
dorongan untuk mencari biaya hidup sendiri. Mereka ingin berbuat sesuatu yang bias
menghasilkan uang, seperti dengan ikut kerja paruh waktu.
6. Memiliki kemampuan memilih dan mempersiapkan diri untuk karier. Sebagai remaja
yang berkembang, mereka sudah memiliki keyakinan nilai-nilai untuk bekal hidup
dalam karier, memiliki ketetapan karier yang akan ditekuni dan mengarahkan diri
dalam pendidikan dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan karier yang mereka
pilih.
7. Berkembangnya ketermapilan intelektual dan konsep-konsep yang perlu untuk
menjadi warga Negara yang baik. Sebagai remaja yang bekembang, maka dari aspek
intelektual ia memperlihatkan kemampuan menerapkanatau mempergunakan ilmu
yang mereka pelajari dalam menghadapi kehidupan mereka.
8. Memiliki keinginan untuk bertanggung jawab terhadap tingkah laku sosial. Sebagai
remaja yang telah mencapai tugas perkembangan ini, remaja benar-benar menjunjung
tinggi nilai-nilai sosial, mencintai dan ingin bertingkah laku sosial yang manusiawi.
9. Memiliki perangkat nilai dan sistem etika dalam bertingkah laku. Remaja telah
memiliki sikap dan nili-nilai sebagai dasar dalam bertingkah laku atau filsafat hidup.
Mereka mempedomani nilai-nilai agama, budaya dan ilmu pengetahuan dalam
bertingkah laku.

1.2 Proses Keperawatan


a. Pengkajian

Perawat mengkaji peguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibutuhkan
anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompoten. Perawat juga perlu mengkaji
data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik,
status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal keluarga.

1. Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat dan tanggal lahir anak; nama,
pendidikan, alamat, orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat
kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu
dikaji. Selain itu, aktivitas Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi
keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan, dan menat terhadap makanan
tertentu; tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur; eliminasi meliputi kebiasaan dan
masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2. fisik
Dalam pengkajian fisik perlu di periksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga,
hidung, mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskletal, dan nerologi anak.
Pemeriksaan fisik lengkap sangat di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak. Misalnya, anak yang menderita
diabetes atau asma sering berprilaku merusak dalam usahanya dalam mengendalikan
lingkungan. Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengebotan yang di perlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan
bekas penganiayaan yang pernah di alami anak.
3. status mental
Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran mengenai
fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak
dari waktu ke waktu. Oleh karena, itu status mental anak perlu di kaji setiap waktu
dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Menggunakan alat bermain sangat
bermanfaat untuk mengalihkan fokus anak ( yang menimbulkan anseatas ) kekarakter
yang di gunakan dalam permainannya. Data di catat sesuai dengan perilaku yang di
amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan, dan pendapat perawat.
Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran;
halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau
membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interversonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk mengetahui kesesuaian
perilaku dengan usia.
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting di kaji untuk
mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukungan
dan kasih saying.
4. riwayat personal dan keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi factor pencetus masalah, riwayat gejala,
tumbuh-kembang anak, yang biasanya di kumpulkan oleh tim kesehatan. Dat ini
sangat di perlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyususn tujuan
asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari
pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak sebagai indvidu kesistem keluarga tiap
anggota keluarga di beri kesempatan untuk mengidentivikasi siapa yang bermasalah
dan apa yang telah di lakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pengkajian keperawatan harus mencakup hal-hal berikut:

a. Deskripsi perilaku
b. Kapan perilaku paling sering terjadi
c. Peristiwa atau perilaku spesifik individu lain yang meningkat dan mengurangi
perilaku
d. Berapa kali dalam sehari kompulsi terlihat
e. Jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap pengulangan ritual.
f. Jumlah pengulangan pada setiap set perilaku
g. Bagaimana klien merespon ketika melakukan perilaku mengurangi kecemasan ini
h. Tindakan klien ketika sesuatu atau seseorang menggunakan pelaksanaan ritual

1.3 Masalah Keperawatan dan Diagnosa keperawatan

A. Masalah Keperawatan

a. Tidak efektifnya koping individu


b. Gangguan konsep diri: HDR
c. Isolasi social: menarik diri
d. Tidak efektifnya penata laksanaan program terapeutik
e. Tidak efektifnya koping keluarga, ketidakmampuan keluarga merawat klien
dirumah
f. Kerusakan komunikasi verbal
g. Proses pikir waham

B. Diagnosa Keperawatan

a. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu
b. Tidak efektifnya koping individu dengan harga diri rendah
c. Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham

C. Perencanaan

Setelah pengkajian selesai dan masalah untama yang di alami anak setelah
diidentivikasi, perawatan dan pengobatan yang komprehensif disusun. Tujuan umum
untuk anak yang di rawat di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai.


2. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku defensif.
3. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.
4. Membantu mengembangkan identitas dari anak.
5. Memberi anak kesempatan untuk menjalani kembali tahap perkembangan
terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.
6. Membantu anak berkomunikasi secara efektif.
7. Mencegah anak untuk menyakiti, baik darinya sendiri maupun dari orang lain.
8. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya.
9. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat.

D. Implementasi

Berbagai untuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri atas
sebagai berikut.

1. Terapi bermain
a. Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya;
b. Berkomunikasi dengan bentuk yang tidak disadari;
c. Berkomunikasi dengan orang lain;
d. Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri
sendiri, dunia luar, dan orang lain;
e. Mencocokkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas.
2. Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertaka dalam terapi keluarga. Orangtua
perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang
dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan
keluarga.
3. Terapi kelompok.
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara, terapi kelompok ini sangat bermanfaat saat untuk meningkatkan uji
realitas mengendalikan implus (dorongan internal), meningkatkan harga diri,
memfasiltasi pertumbuhan; kematangan dan keterampilan social anak.
4. Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikiater anak, tetapi
bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, implusif, dan ansietas)
dan membantu agar pengobatan lain dapat efektif.
5. Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman.
6. Pendidikan pada orangtua
Pendidikan terhadap orangtua merupakan hal yang penting untuk mencegah
gangguan kesehatan jiwa anak begitu pula untuk meningkatkan kembali
penyembuhan setelah dirawat. Orangtua diajarkan tahap tumbuh kembang anak
sehingga orangtua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak.
7. Terapi lingkungan
Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram,
memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan
dan berfokus pada modifikasi perilaku. Peran perawat sebagai orangtua yang
baik menuntun perawat mampu menciptakan lingkungan yang terbuka,
komunikasi yang juur, dan member gambaran yang jelas tentang batas hubungan
anak orang dewasa yang bebas dari keintiman yang pura-pura.

E. Evaluasi

Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa


mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawat
jangka pendek biasanya berkisar antara 2-4 minggu, dan direncanakan untuk diagnose
dan evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif. Pada umumnya
pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak. Aspek yang perlu
dievaluasi antara lain sebagai berikut:

a. Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku.


b. Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa, dan
orangtua secara wajar.
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri.
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai: rekreasi dan proses
belajar.
e. Proses terhadap peraturan dan rutinitas
f. Status mental sebagai berikut
g. Koordinasi dan rencana pemulangan
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan

pada remaja penatalaksanaan gangguan jiwa remaja diantaranya :

a. Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditunjuk untuk


menciptakan lingkunga yang meningkatkan kesehatan anak.
b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada remaja yang
mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindaka yang tepat dapat segera dilakukan.
c. Dukungan terapeutik bagi anak-anak di berikan melalui peikoterapi individu,
konseling remaja dan program konseling khusus untuk remaja yang tidak mampu
untuk berpartispasi dalam system sekolah normal.
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu keluarga
mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan
yang dapat eningkatkan fungsi saemua anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Isaac, Ann.2004.Panduan Belajar; Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Aaan,dkk.1990.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Doenges, Merilynne, dkk.2007. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatrik edisi 3.EGC

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa Ed.Revisi.Bandung:Refika Aditama.

Hamid,Achir Yani S. 1999. Askep Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta: Widya
Medika.

Ernawati,dkk.2009. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.

Jurnal.untan.ac.id.

Jurnal.konselingindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai