Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN BENCANA

PESAWAT JATUH

Disusun oleh :

kelompok 3

1. Aldi kurniawan efendi


2. Anisa meysi
3. Endah putri
4. Gusti a rana ghinaya
5. Jihan fadilla
6. Sandra nofita
7. Windi velya melati

S1 keperawatan 4B

Dosen pembimbing : Ns. Juanaidi Suparman Rustam, S.Kep, MNS

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR

YARSI SUMATERA BARAT

TP : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan nikmatnya itu
penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini.Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada baginda Rasullulah SAW,yang telah menuntun kita pada jalan kebenaran dan semoga
kita selalu menjadi pengikutnya hingga akhir zaman,Amin.Makalah ini berisikan tentang
“mitigasi bencana pesawat jatuh dan kajian dari resiko pesawat jatuh”

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah pemahaman bagi
pemakalah ataupun pembacanya.Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir harapan dari penulis agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Bukittinggi, 08 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 LatarBelakang..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

1. Apa itu kecelakaan pesawat.....................................................................................


2. Apa saja Faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat jatuh dan mitigasi bencana
pesawat jatuh...........................................................................................................
3. Bagaimana kajian dari resiko bencana peswat jatuh...............................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

3.2 Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi telah menyita perhatianmasyarakat


luas, karena selain interval waktu yang berdekatan dan melanda hampirseluruh maskapai
penerbangan, juga yang paling menyorot perhatian publik adalahtimbulnya korban jiwadalam
kecelakaan tersebut. Kepercayaan masyarakat ataskenyamanan dan keselamatan dalam
penggunaan moda transportasi udara tersebutsemakin berkurang, meskipun kebutuhan atas
penggunaannya sangat tinggi.

Perusahaan penerbangan selaku operator, oleh masyarakat dianggap lalai dantidak


profesional dalam pengelolaan perusahaan, disisi lain Pemerintah selakuregulator juga
dianggap lamban dalam mengambil tindakan atas kondisi yang terjadi di lapangan serta tidak
memiliki ketegasan dalam Pengaturan atas perusahaan-perusahaan penerbangan yang tidak
memenuhi standar keselamatan .

Secara garis besar, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sektor penerbanganterkait
kualitas dari sumber daya manusia operator penerbangan dan pembuatregulasi sangat rendah.
Lemahnya kualitas sumber daya manusia itu menjadi bahaya laten dalam industri
penerbangan. Kelemahan itu diduga merupakan tindakanmelanggar hukum dan atau tidak
sesuai dengan norma etika kerja dari industri penerbangan secara mayoritas. Kondisi kritis
pada sektor penerbangan terjadi karena para pengelola di tingkat regulator dan operator
bukanlah merupakan orang-orang profesional yang lebih mengutamakan keselamatan dan
keamanan umum daripadakepentingan kelompok-kelompok tertentu yang sangat diuntungkan
oleh regulasi penerbangan yang ada.

Pelanggaran hampir terjadi di semua level, baik di tingkat manajemen perusahaan


maskapai, regulator, awak pesawat, maupun operator di lapangan. Kurangnya sikap
profesionalisme tersebut membahayakan keselamatan pengguna jasa penerbangan, rendahnya
sumber daya manusia industri penerbangan itu sebagai akibat dari penyederhanaan kebijakan
(deregulasi) industri penerbangan. Pemerintahdiharapkan dapat merespon kondisi tersebut
dengan membentuk dan/ataumelakukan pembenahan atas regulasi yang berkaitan dengan
penerbangan sehingga moda transportasi tersebut dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan
1.2 Rumusan masalah

4. Apa itu kecelakaan pesawat?


5. Apa saja Faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat jatuh dan mitigasi bencana
pesawat jatuh?
6. Bagaimana kajian dari resiko bencana peswat jatuh?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kecelakaan pesawat


2. Untuk mengetahui Faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat jatuh dan mitigasi
bencana pesawat jatuh
3. Untuk mengetahui kajian dari resiko bencana peswat jatuh
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kecelakaan Pesawat

Dalam dunia penerbangan dikenal 2 macam pengertian kecelakaan pesawat udara yaitu :

1. Kecelakaan ( acident )
Merupakan suatu peristiwa yang terjadi di luar dugaan manusia yang berhubungan
dengan pengoperasian pesawat udara yang berlangsung sejak penumpang naik
pesawatudara ( boarding ) dengan maksud melakukan penerbangan sampai waktu
semua penumpang turun dari pesawat udara ( debarcasi) : jenis kecelakaan ini
menimbukan korban manusia.
2. kecelakaan ( incident )
merupakan kecelakaan yang berhubungan dengan operasi pesawat dan tidak
menimbulkan korban.

Pesawat jatuh adalah salah satu peristiwa yang berhubungan dengan pengoperasian
pesawat yang terjadi sejak seseorang memasuki pesawat untuk melakukan penerbangan
sampai dengan saat semua orang meningggalkan pesawat yang mengakibatkan seseorang
meninggal dunia, luka parah karena berada di dalam pesawat, karna tersentuh langsung oleh
bagian pesawat, termasuk bagian pesawat yang terlepas atau terkena langsung semburan
mesin jet. kecuali luka parah atau meninggal dunia karena sebab sebab alami seperti melukai
diri sendiri, dilukai oleh orang lain, atau berada di dalam pesawat dan di luar daerah yang
diperuntukkan bagi peumpang yang dimana pesawat mengalami kerusakan, kegagalan
struktur, kinerja terbang pesawat sehingga memerlukan perbaikan besar atau penggantian
komponen.

Untuk kegagalan atas kerusakan mesin dimana kerusakan hanya terbatas pada
penutup mesin, perlngkapan mesin dan kerusakan yang terbatas pada propeller ujung sayap,
antena, ban, rem, penutup, kerusakan kecil pada kulit pesawat dan bagian pesawat yang
hilang.
2.2 Faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat jatuh dan mitigasi bencana pesawat jatuh

1. Faktor Cuaca
Meliputi hujan badai, topan, angin kencang, awan tebal, sambaran petir, dll.
Mitigasi risiko:
a. Meningkatkan standar keamanan dan keselamatan pesawat agar lebih tangguh
(resilent) dari kondisi cuaca ekstrem
b. Meninjau kembali SOP (Standard Operating Procedure) untuk pesawat yang akan
lepas landas (take-off) dalam cuaca tidak bersahabat dengan menyesuaikan kembali
(meng-adjust) batasan-batasan keadaan cuaca seperti kecepatan angin, tingkat curah
hujan, ketebalan awan, potensi petir, dll.
c. Dalam kondisi cuaca ekstrem, pesawat dizinkan untuk dapat parkir lebih lama di
bandara tanpa dikenakan biaya tambahan oleh pengelola bandara.
2. Faktor Kerusakan Mesin (technical error)
Meliputi rusaknya atau tidak berfungsinya secara normal sistem piranti lunak dan
piranti keras pesawat, malfunction mesin pesawat, dan gangguan teknis lainnya.
Mitigasi risiko:
a. Pemeliharaan berkala, menyeluruh dan berkelanjutan
b. Pembaruan SOP (Standard Operating Procedure) pemeliharaan pesawat secara lebih
rinci jika pesawat tidak terbang dalam kurun waktu tertentu, seperti karena adanya
pandemi Covid19 atau alasan lainnya
c. Mengawasi dan mengaudit maskapai penerbangan secara konsisten dan
berkesinambungan terkait kelayakan terbang pesawat, terutama terkait pesawat-
pesawat yang usianya sudah tua
d. Meminta rekomendasi dari pabrikan pesawat terkait upgrade system software jika
software versi sebelumnya ditemukan adanya bug atau celah kerentanan
e. Memastikan sistem baru (jika ada) yang akan diimplementasikan ke sistem pesawat
telah memenuhi prosedur pengujian yang ketat yang ditetapkan oleh otoritas
penerbangan sipil nasional maupun internasional.
3. Faktor Kesalahan Manusia (human factor)
Meliputi segala hal yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan oleh pilot,
kopilot, dan awak kabin lainnya sehingga membahayakan penerbangan, termasuk
namun tidak terbatas pada menurunnya skill set pilot/kopilot karena jarang terbang,
kondisi fisik yang kurang memadai termasuk pendengaran dan penglihatan,
miskomunikasi dengan ATC atau sesama awak cockpit, gangguan psikis pilot/kopilot
yang menyebabkan stres, depresi, dll.
Mitigasi risiko:
a. Secara rutin dan berkesinambungan mengadakan pelatihan-pelatihan dan hands on
kepada pilot/kopilot menggunakan alat simulasi pesawat terbang agar pilot/kopolit
tidak kehilangan 'sentuhan' saat menerbangkan pesawat kembali setelah off cukup
lama karena suatu hal termasuk karena pandemi Covid19 ini
b. Secara berkala dan berkelanjutan pilot/kopilot menjalani medical/general check up
untuk memastikan kesehatan fisik dan psikis mereka prima dan layak menerbangkan
pesawat
4. Faktor Kecelakaan di Udara
Meliputi kecelakaan antar pesawat di udara (meskipun cukup jarang terjadi),
masuknya benda vulkanik dan benda-benda lainnya, seperti layang-layang, balon
udara, drone bahkan burung yang masuk ke dalam mesin pesawat serta gangguan
frekuensi kerja karena ada penumpang yang mengoperasikan perangkat elektronik
yang memancarkan gelombang elektromagnetik sehingga menginterferensi sistem
radio pesawat.
Mitigasi risiko:
a. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap jadwal dan jalur penerbangan terutama
jika jadwal penerbangan sangat sibuk (peak season) atau kondisi jalur penerbangan
dilalui oleh debu vulkanik. Jika jalur penerbangan normal dilalui debu vulkanik maka
penerbangan bisa ditunda atau dialihkan ke jalur lainnya yang lebih aman
b. Melakukan penegakan hukum (law enforcement) terhadap para pelanggar
keselamatan penerbangan khususnya di lingkungan sekitar bandara, seperti kepada
warga yang menaikkan layang-layang ukuran besar, balon udara, drone serta
melakukan pengawasan yang ketat terhadap penumpang yang mengoperasikan
perangkat elektronik yang berpotensi mengganggu komunikasi radio antara pilot
dengan ATC terutama saat lepas landas dan mendarat.
5. Kegiatan Sabotase
Meliputi pembajakan pesawat (fisik maupun non fisik/jarak jauh), tindakan terorisme,
serangan senjata rudal, dll.
Mitigasi risiko:
a. Pemeriksaan lebih ketat dan berlapis di bandara asal terhadap kemungkinan
penumpang membawa barang-barang berbahaya. Jika ada kasus dimana
penumpang/teroris bersenjata bisa lolos ke pesawat maka harus dilakukan audit secara
keseluruhan terhadap keamanan dan keselamatan di bandara asal
b. Terhadap pembajakan jarak jauh (remote hijacking), perlu dilakukan audit
menyeluruh terhadap sistem keamanan pesawat. Beberapa piranti lunak yang
memiliki celah kerentanan sebagai pintu masuk untuk membajak pesawat dari jarak
jauh harus benar-benar dipastikan aman.
Meskipun kasus ini sangat jarang terjadi bahkan kecil kemungkinan terjadi, namun
bukan tidak mungkin di waktu mendatang ancaman ini akan ada. Kasus hilangnya
pesawat Malaysia Airlines MH370 tahun 2014 lalu yang hingga kini belum diketahui
keberadaannya  - sehingga memunculkan dugaan adanya aksi kriminal - bisa jadi (ada
kemungkinan) adalah kasus remote hijacking pertama yang pernah terjadi meskipun
otoritas penerbangan Malaysia dan internasional tidak penah menyatakan demikian;

2.3 Kajian dari resiko bencana pesawat jatuh

International Civil Aviation Organization (ICAO) telah menetapkan target kinerja


keselamatan global di tujuan dari Rencana Keselamatan Penerbangan Global (GASP). Ini
adalah:

a. untuk mengurangi jumlah kecelakaan dan kematian di seluruh dunia terlepas dari
volume lalu lintas udara
b. untuk mencapai penurunan yang signifikan tingkat kecelakaan, terutama di daerah di
mana tetap tinggi.

Berdasarkan International Investigation Standards Annex 13-Aircraft Accident and


Incident Investigation, tenth Edition-July 2010, incorporating Amendment 14 and
supplement, Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 62 Tahun 2013, tentang Investigasi Kecelakaan
Transportasi, Pasal 9 menyatakan bahwa Kecelakaan Pesawat Udara dapat terdiri atas:

a. Pesawat Udara yang jatuh pada saat tinggal landas, lepas landas, atau selama
penerbangan
b. tabrakan antar Pesawat Udara atau antar Pesawat Udara dengan fasilitas di bandar
udara
c. Pesawat Udara yang hilang atau tidak dapat diketemukan
d. Pesawat Udara yang mengalami Kejadian Serius (serious incident).
Ada beberapa metode untuk investigasi kecelakaan yang didasarkan pada prinsip yang
beragam. Pemilihan metode yang tepat dan pendekatan tergantung pada alasan untuk
penyelidikan. Contoh tujuan dan situasi adalah:

a. Mencari tahu apa yang terjadi dengan penyelidikan cepat dan sederhana.
b. Menentukan tanggung jawab untuk kecelakaan yang mungkin menyangkut peraturan,
kompensasi finansial kepada orang yang terluka dan sebagainya.
c. Dalam kasus kecelakaan besar, memperoleh pemahaman yang memuaskan dan
penjelasan dan mengejar penyelidikan secara menyeluruh dan rinci.
d. Melakukan penelitian sebagai bagian dari rencana untuk mengumpulkan informasi
tentang kelemahan dalam sistem.
e. Dalam sistem yang direncanakan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi, dianggap
kecelakaan sebagai kegagalan sistem. Penyelidikan akan memberikan kesempatan
untuk meningkatkan sistem.

Saat ini Dirjen Perhubungan Udara mempunyai State Safety Program (SSP) yaitu
sebuah program yang bertujuan untuk mempromosikan pencegahan kecelakaan dengan
analisis data kecelakaan dan insiden dan didukung oleh pertukaran informasi yang cepat.
Program ini juga telah disahkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan. Tetapi sangat disayangkan, program ini belum berjalan optimal, karena tidak
bersifat aktif dalam penyampaian informasi, baik informasi tentang keselamatan dan
keamanan pada industri penerbangan.

Salah satu alasan kepasifan sistem SSP adalah kurangnya integrasi data dari
pemangku kepentingan terdekat dengan pengguna yaitu operator. Operator dapat bertindak
sebagai data collector tetapi proses integrasi data rentan terhadap isu interoperabilitas sistem
dan keamanan data. Proses integrasi ya ng dilakukan mempertimbangkan faktor heterogenitas
sistem. Operator mengembangkan aplikasi pada platform yang berbeda-beda dan bahasa
pemrograman yang berbeda-beda pula, sehingga sangat perlu untuk membuat kesepakatan
(standar) yang diterima dari provider ke consumer. Standar ini tertuang dalam sebuah
protokol web service baik Simple Object Access Protocol (SOAP) atau Restfull.
Hazard (bahaya)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 217 ayat (3) huruf d
menyatakan bahwa salah satu persyaratan teknis untuk memperoleh sertifikat bandar udara
adalah diterapkannya sistem manajemen keselamatan operasi bandar udara. Oleh karena itu
setiap penyelenggara bandar udara wajib membuat, melaksanakan, mengevaluasi dan
menyempumakan secara berkelanjutan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management
System) dengan berpedoman pada program keselamatan penerbangan nasional (State Safety
Program).

Di dalam kerangka sistem manajemen keselamatan yang meliputi beberapa kegiatan,


diantaranya adalah manajemen resiko keselamatan yang terdiri dari identifikasi bahaya/
gangguan (hazard identifacation), dan penilaian dan mitigasi resiko. Selanjutnya pelaksanaan
manajemen resiko keselamatan tersebut berupa proses reaktif merupakan proses atau metoda
untuk merespon kejadian yang sudah terjadi seperti kecelakaan atau insiden.

Proses proaktif merupakan proses metode yang secara aktif mencari tanda-tanda
resiko keselamatan melalui analisis kegiatan organisasi. Sedangkan proses prediktif
merupakan proses melihat kinerja sistem pada saat beroperasi secara normal untuk mencari
kemungkinan/ identifikasi potensi masalah di masa yang akan datang, pelaksanaannya
mengacu pada resiko keselamatan yang proaktif dan proses yang bersifat prediksi. Untuk
indikator SMS - identifikasi bahaya dan manajemen resiko keselamatan di Bandar Udara
Supadio-Pontianak, dilakukan penilaian berdasarkan pilihan jawaban dari variabel-variabel
dengan memanfaatkan skala likert dari probabilitas kejadian dan keparahan resiko suatu
peristiwa.

Variabel yang digunakan untuk menilai probabilitas kejadian dan keparahan resiko
adalah sebagi berikut :

1) Kebisingan (noise)
2) Cuaca yang sering berubah menjadi buruk
3) Padatnya lalu lintas udara yang beresiko terhadap nearmiss collision
4) Missed Aproach
5) Kegagalan komunikasi (Communication Failure)
6) Jarak dua pesawat yang melampaui batas minimal (Redu ced Separation Minimal)
7) Sistem yang tidak berfungsi (System Malfunction)
8) Obyek asing yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada pesawat udara (Foreign
Object Damage)
9) Hal-hal yang dapat mengganggu penerbangan (obstacle)
10) Ketinggian bangunan di sekitar bandar udara
11) Kendaraan di Apron (Vehicle in apron)
12) Issue keamanan (security Issues)
13) Kehidupan liar di area bandar udara (Wild life)

Keparahan resiko dari suatu peristiwa di bandar udara:

a. Catastrophic adalah akibat dari suatu, mengalami keparahan resiko dalam bentuk
peralatan hancur dan banyak kematian.
b. Hazardous adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam
bentuk penurunan besar dari batas keselamatan, tekanan fisik, atau beban kerja
sedemikian rupa sehingga penyelenggara tidak dapat diandalkan untuk dapat
melaksanakan tugas dengan akurat atau paripurna. Cedera serius atau kematian bagi
sejumlah orang, kerusakan besar pada peralatan
c. Major adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam bentuk
penurunan signifikan dari batas keselamatan, berkurangnya kemampuan penye-
lenggara dalam menghadapi kondisi operasi yang sulit sebagai akibat dari
peningkatan beban ketja, atau sebagai akibat dari kondisi yang mempengaruhi
efisiensi penyelenggara tersebut, insiden serius, cidera pada manusia.
d. Minorr adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam bentuk
gangguan, keterbatasan operasi, penggunaan prosedur darurat, insiden kecil.
e. Negligible adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam
bentuk konsekuensi kecil.
LITERATURE RIVEW JURNAL

PENERAPAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAN MANAJEMEN RESIKO KESELAMATAN DI BANDAR UDARA SUPADIO -
PONTIANAK

Penulis Tingkat bukti Populasi Hipotesis Metode Hasil Kesimpulan Komentar


M.N. Peneliti Di Bandar Adannya Metode Dari hasil analisis dari 13 variabel Kepada
Nurrasjid Badan Udara penerapan pengumpulan terhadap jawaban identifikasi bahaya penyelenggara
Litbang Supadio- identifikasi data primer dan responden dan Bandar udara
Perhubungan Pontianak bahaya dan sekunder (penyelenggara manajemen resiko Supadio-Pontianak
Volume 23, manajemen menggunakan Bandara terdapat 3 variabel agar membentuk
Nomor 2, resiko kuesioner, skala Supadio ), yang penting untuk pusat krisis (crisis
Februari 201J keselamatan likert dari menunjukkan menjadi target center) untuk
dibadar udara probabilitas bahwa dari 13 penurunan resiko memantau
supadio- kejadian dan variabel yang yaitu : obyek asing seluruh kegiatan di
pontianak keparahan dinilai, terdapat 3 yang berpotensi bandar udara secara
resiko suatu variabel menimbulkan rutin sehingga
peristiwa dan yang usulan kerusakan pada setiap saat dapat
wawancara kriterianya tidak pesawat udara memberi kan
ditujukan dapat (foreign objec t masukan dalam
kepada diterima pada damage), hal-hal menghadapi
pengelola kondisi yang ada yang dapat keadaan
bandar udara. yaitu: mengganggu darurat serta
1. Obyek asing penerbangan meningkatkan
yang berpotensi (obstacle), budaya
menimbulkan dan kendaraan di selamat bagi
kerusakan pada apron (vechicle in seluruh karyawan
pesawat udara apron). Dan 2 mulai dari
(Foreign Object variabel yang pimpinan sampai
Damage) kriterianya staf.
(4B), pengendalian
2. Hal-hal yang resiko/ mitigasi
dapat menganggu memperoleh
penerbangan keputusan
(Obstacle) (4B), manajemen yaitu :
3. Kendaran di kebisingan (noise),
Apron (Vehicle in dan isu keamanan
Apron) (security issues)
(SC).

ANALISIS KECELAKAAN PENERBANGAN DI INDONESIA UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PENERBANGAN


Penulis Tingkat bukti Populasi Hipotesis Metode Hasil Kesimpulan Komentar
Eko Jurnal Sistem Adannya Penelitian ini Hasil penelitian 1. Klasifikasi yang 1. Penelitian dapat
Poerwanto1, angkasa penerbangan peningkatan merupakan menunjukkan perlu diperhatikan dilanjutkan dengan
Uyuunul volume viii, di indonesia keselamatan analisis bahwa penyebab pada analisis mengoptimalkan
Mauidzoh2 nomor 2, penerbangan deskriptif kecelakaan kecelakaan state safety
november setelah dengan metode penerbangan di penerbangan programme (SSP)
2016 dianalisa kualitatif Indonesia yang adalah sesuai dengan
dominan adalah “Serious Incident program dari
faktor manusia dan Accident". ICAO, sehingga
persentasenya Ada jaminan
mencapai 60%. kecenderungan keselamatan
Jumlah penurunan penerbangan dapat
rekomendasi “Accident" dalam ditingkatkan.
yang terbanyak satu 2. Mengingat
diberikan oleh sisi, tetapi dalam human factor
KNKT kepada sisi yang lain ada merupakan
Ditjen kecenderungan kontribusi dominan
Perhubungan naiknya “Serious terjadinya
Udara yaitu Incident" yang kecelakaan
sebanyak 208 merupakan pesawat
rekomendasi potensial menjadi udara. Penelitian
selama “Accident". dapat
periode tahun 2. Perkiraan dikembangkan
2007-2014 tetapi penyebab mengamati hal
kecenderungan kecelakaan tersebut untuk
trennya menurun. penerbangan yang peningkatan
Pada sisi yang paling dominan keselamatan
lain tren adalah faktor penerbangan di
rekomendasi manusia Indonesia.
yang diberikan ke persentasenya
operator mencapai 60%.
penerbangan Hal ini
menunjukkan menunjukkan tugas
kenaikan. Hal ini yang berat pada
menunjukkan Ditjen
peningkatan Perhubungan
tugas pada Ditjen Udara untuk selalu
Perhubungan mengawasi, dan
Udara untuk menetapkan
selalu mengawasi standar operasional
standar penerbangan yang
operasional dilaksanakan oleh
penerbangan pada beberapa operator
beberapa operator di Indonesia
penerbangan di
Indonesia.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyebab kecelakaan pesawat biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor ,diantaranya


yaitu: faktor manusia dan faktor cuaca .kecelakaan penerbangan diIndonesiayang masuk
kelompok serius insiden lebih tinggi dari pada kelompokaccident.

Pada setiap terjadinya kecelakaan pesawat terbang, semua orang akan segera
bertanya, apa gerangan yang menjadi penyebabnya./? Sebagai produk dari sebuahhasil
teknologi mutakhir, konon pesawat terbang adalah moda transportasi yang paling aman di
dunia.

Mungkin tidak begitu banyak yang memahami bahwa pada setiap produkteknologi
mutakhir ada sebuah mekanisme yang harus dikerjakan dalam pengoperasiannya.Itu
sebabnya maka dalam dunia penerbangan tuntutan akankepatuhan terhadap aturan ketentuan
regulasi dan prosedur tidak mengenalkompromi.

Saran

Meningkatkan kapasitas sistem pemandu lalu lintas udara. Salah satunyaadalah


dengan melakukan pemasangan peralatan radar, sehingga dalam pelayananlalu lintas udara
menggunakan prosedur radar.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/403201275/MAKALAH-KECELAKAAN-PESAWAT-docx

https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/ins.saputra/60196702d8da79062416
4822/kecelakaan-pesawat-indentifikasi-dan-mitigasi-risiko?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16336600853138&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fins.saputra
%2F60196702d8da790624164822%2Fkecelakaan-pesawat-indentifikasi-dan-mitigasi-risiko

https://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/warlit/article/view/1059

https://ejournals.itda.ac.id/index.php/angkasa/article/view/115

Anda mungkin juga menyukai