PESAWAT JATUH
Disusun oleh :
kelompok 3
S1 keperawatan 4B
TP : 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan nikmatnya itu
penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini.Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada baginda Rasullulah SAW,yang telah menuntun kita pada jalan kebenaran dan semoga
kita selalu menjadi pengikutnya hingga akhir zaman,Amin.Makalah ini berisikan tentang
“mitigasi bencana pesawat jatuh dan kajian dari resiko pesawat jatuh”
Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah pemahaman bagi
pemakalah ataupun pembacanya.Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhir harapan dari penulis agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 LatarBelakang..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
PENDAHULUAN
Secara garis besar, hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sektor penerbanganterkait
kualitas dari sumber daya manusia operator penerbangan dan pembuatregulasi sangat rendah.
Lemahnya kualitas sumber daya manusia itu menjadi bahaya laten dalam industri
penerbangan. Kelemahan itu diduga merupakan tindakanmelanggar hukum dan atau tidak
sesuai dengan norma etika kerja dari industri penerbangan secara mayoritas. Kondisi kritis
pada sektor penerbangan terjadi karena para pengelola di tingkat regulator dan operator
bukanlah merupakan orang-orang profesional yang lebih mengutamakan keselamatan dan
keamanan umum daripadakepentingan kelompok-kelompok tertentu yang sangat diuntungkan
oleh regulasi penerbangan yang ada.
PEMBAHASAN
Dalam dunia penerbangan dikenal 2 macam pengertian kecelakaan pesawat udara yaitu :
1. Kecelakaan ( acident )
Merupakan suatu peristiwa yang terjadi di luar dugaan manusia yang berhubungan
dengan pengoperasian pesawat udara yang berlangsung sejak penumpang naik
pesawatudara ( boarding ) dengan maksud melakukan penerbangan sampai waktu
semua penumpang turun dari pesawat udara ( debarcasi) : jenis kecelakaan ini
menimbukan korban manusia.
2. kecelakaan ( incident )
merupakan kecelakaan yang berhubungan dengan operasi pesawat dan tidak
menimbulkan korban.
Pesawat jatuh adalah salah satu peristiwa yang berhubungan dengan pengoperasian
pesawat yang terjadi sejak seseorang memasuki pesawat untuk melakukan penerbangan
sampai dengan saat semua orang meningggalkan pesawat yang mengakibatkan seseorang
meninggal dunia, luka parah karena berada di dalam pesawat, karna tersentuh langsung oleh
bagian pesawat, termasuk bagian pesawat yang terlepas atau terkena langsung semburan
mesin jet. kecuali luka parah atau meninggal dunia karena sebab sebab alami seperti melukai
diri sendiri, dilukai oleh orang lain, atau berada di dalam pesawat dan di luar daerah yang
diperuntukkan bagi peumpang yang dimana pesawat mengalami kerusakan, kegagalan
struktur, kinerja terbang pesawat sehingga memerlukan perbaikan besar atau penggantian
komponen.
Untuk kegagalan atas kerusakan mesin dimana kerusakan hanya terbatas pada
penutup mesin, perlngkapan mesin dan kerusakan yang terbatas pada propeller ujung sayap,
antena, ban, rem, penutup, kerusakan kecil pada kulit pesawat dan bagian pesawat yang
hilang.
2.2 Faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat jatuh dan mitigasi bencana pesawat jatuh
1. Faktor Cuaca
Meliputi hujan badai, topan, angin kencang, awan tebal, sambaran petir, dll.
Mitigasi risiko:
a. Meningkatkan standar keamanan dan keselamatan pesawat agar lebih tangguh
(resilent) dari kondisi cuaca ekstrem
b. Meninjau kembali SOP (Standard Operating Procedure) untuk pesawat yang akan
lepas landas (take-off) dalam cuaca tidak bersahabat dengan menyesuaikan kembali
(meng-adjust) batasan-batasan keadaan cuaca seperti kecepatan angin, tingkat curah
hujan, ketebalan awan, potensi petir, dll.
c. Dalam kondisi cuaca ekstrem, pesawat dizinkan untuk dapat parkir lebih lama di
bandara tanpa dikenakan biaya tambahan oleh pengelola bandara.
2. Faktor Kerusakan Mesin (technical error)
Meliputi rusaknya atau tidak berfungsinya secara normal sistem piranti lunak dan
piranti keras pesawat, malfunction mesin pesawat, dan gangguan teknis lainnya.
Mitigasi risiko:
a. Pemeliharaan berkala, menyeluruh dan berkelanjutan
b. Pembaruan SOP (Standard Operating Procedure) pemeliharaan pesawat secara lebih
rinci jika pesawat tidak terbang dalam kurun waktu tertentu, seperti karena adanya
pandemi Covid19 atau alasan lainnya
c. Mengawasi dan mengaudit maskapai penerbangan secara konsisten dan
berkesinambungan terkait kelayakan terbang pesawat, terutama terkait pesawat-
pesawat yang usianya sudah tua
d. Meminta rekomendasi dari pabrikan pesawat terkait upgrade system software jika
software versi sebelumnya ditemukan adanya bug atau celah kerentanan
e. Memastikan sistem baru (jika ada) yang akan diimplementasikan ke sistem pesawat
telah memenuhi prosedur pengujian yang ketat yang ditetapkan oleh otoritas
penerbangan sipil nasional maupun internasional.
3. Faktor Kesalahan Manusia (human factor)
Meliputi segala hal yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan oleh pilot,
kopilot, dan awak kabin lainnya sehingga membahayakan penerbangan, termasuk
namun tidak terbatas pada menurunnya skill set pilot/kopilot karena jarang terbang,
kondisi fisik yang kurang memadai termasuk pendengaran dan penglihatan,
miskomunikasi dengan ATC atau sesama awak cockpit, gangguan psikis pilot/kopilot
yang menyebabkan stres, depresi, dll.
Mitigasi risiko:
a. Secara rutin dan berkesinambungan mengadakan pelatihan-pelatihan dan hands on
kepada pilot/kopilot menggunakan alat simulasi pesawat terbang agar pilot/kopolit
tidak kehilangan 'sentuhan' saat menerbangkan pesawat kembali setelah off cukup
lama karena suatu hal termasuk karena pandemi Covid19 ini
b. Secara berkala dan berkelanjutan pilot/kopilot menjalani medical/general check up
untuk memastikan kesehatan fisik dan psikis mereka prima dan layak menerbangkan
pesawat
4. Faktor Kecelakaan di Udara
Meliputi kecelakaan antar pesawat di udara (meskipun cukup jarang terjadi),
masuknya benda vulkanik dan benda-benda lainnya, seperti layang-layang, balon
udara, drone bahkan burung yang masuk ke dalam mesin pesawat serta gangguan
frekuensi kerja karena ada penumpang yang mengoperasikan perangkat elektronik
yang memancarkan gelombang elektromagnetik sehingga menginterferensi sistem
radio pesawat.
Mitigasi risiko:
a. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap jadwal dan jalur penerbangan terutama
jika jadwal penerbangan sangat sibuk (peak season) atau kondisi jalur penerbangan
dilalui oleh debu vulkanik. Jika jalur penerbangan normal dilalui debu vulkanik maka
penerbangan bisa ditunda atau dialihkan ke jalur lainnya yang lebih aman
b. Melakukan penegakan hukum (law enforcement) terhadap para pelanggar
keselamatan penerbangan khususnya di lingkungan sekitar bandara, seperti kepada
warga yang menaikkan layang-layang ukuran besar, balon udara, drone serta
melakukan pengawasan yang ketat terhadap penumpang yang mengoperasikan
perangkat elektronik yang berpotensi mengganggu komunikasi radio antara pilot
dengan ATC terutama saat lepas landas dan mendarat.
5. Kegiatan Sabotase
Meliputi pembajakan pesawat (fisik maupun non fisik/jarak jauh), tindakan terorisme,
serangan senjata rudal, dll.
Mitigasi risiko:
a. Pemeriksaan lebih ketat dan berlapis di bandara asal terhadap kemungkinan
penumpang membawa barang-barang berbahaya. Jika ada kasus dimana
penumpang/teroris bersenjata bisa lolos ke pesawat maka harus dilakukan audit secara
keseluruhan terhadap keamanan dan keselamatan di bandara asal
b. Terhadap pembajakan jarak jauh (remote hijacking), perlu dilakukan audit
menyeluruh terhadap sistem keamanan pesawat. Beberapa piranti lunak yang
memiliki celah kerentanan sebagai pintu masuk untuk membajak pesawat dari jarak
jauh harus benar-benar dipastikan aman.
Meskipun kasus ini sangat jarang terjadi bahkan kecil kemungkinan terjadi, namun
bukan tidak mungkin di waktu mendatang ancaman ini akan ada. Kasus hilangnya
pesawat Malaysia Airlines MH370 tahun 2014 lalu yang hingga kini belum diketahui
keberadaannya - sehingga memunculkan dugaan adanya aksi kriminal - bisa jadi (ada
kemungkinan) adalah kasus remote hijacking pertama yang pernah terjadi meskipun
otoritas penerbangan Malaysia dan internasional tidak penah menyatakan demikian;
a. untuk mengurangi jumlah kecelakaan dan kematian di seluruh dunia terlepas dari
volume lalu lintas udara
b. untuk mencapai penurunan yang signifikan tingkat kecelakaan, terutama di daerah di
mana tetap tinggi.
a. Pesawat Udara yang jatuh pada saat tinggal landas, lepas landas, atau selama
penerbangan
b. tabrakan antar Pesawat Udara atau antar Pesawat Udara dengan fasilitas di bandar
udara
c. Pesawat Udara yang hilang atau tidak dapat diketemukan
d. Pesawat Udara yang mengalami Kejadian Serius (serious incident).
Ada beberapa metode untuk investigasi kecelakaan yang didasarkan pada prinsip yang
beragam. Pemilihan metode yang tepat dan pendekatan tergantung pada alasan untuk
penyelidikan. Contoh tujuan dan situasi adalah:
a. Mencari tahu apa yang terjadi dengan penyelidikan cepat dan sederhana.
b. Menentukan tanggung jawab untuk kecelakaan yang mungkin menyangkut peraturan,
kompensasi finansial kepada orang yang terluka dan sebagainya.
c. Dalam kasus kecelakaan besar, memperoleh pemahaman yang memuaskan dan
penjelasan dan mengejar penyelidikan secara menyeluruh dan rinci.
d. Melakukan penelitian sebagai bagian dari rencana untuk mengumpulkan informasi
tentang kelemahan dalam sistem.
e. Dalam sistem yang direncanakan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi, dianggap
kecelakaan sebagai kegagalan sistem. Penyelidikan akan memberikan kesempatan
untuk meningkatkan sistem.
Saat ini Dirjen Perhubungan Udara mempunyai State Safety Program (SSP) yaitu
sebuah program yang bertujuan untuk mempromosikan pencegahan kecelakaan dengan
analisis data kecelakaan dan insiden dan didukung oleh pertukaran informasi yang cepat.
Program ini juga telah disahkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan. Tetapi sangat disayangkan, program ini belum berjalan optimal, karena tidak
bersifat aktif dalam penyampaian informasi, baik informasi tentang keselamatan dan
keamanan pada industri penerbangan.
Salah satu alasan kepasifan sistem SSP adalah kurangnya integrasi data dari
pemangku kepentingan terdekat dengan pengguna yaitu operator. Operator dapat bertindak
sebagai data collector tetapi proses integrasi data rentan terhadap isu interoperabilitas sistem
dan keamanan data. Proses integrasi ya ng dilakukan mempertimbangkan faktor heterogenitas
sistem. Operator mengembangkan aplikasi pada platform yang berbeda-beda dan bahasa
pemrograman yang berbeda-beda pula, sehingga sangat perlu untuk membuat kesepakatan
(standar) yang diterima dari provider ke consumer. Standar ini tertuang dalam sebuah
protokol web service baik Simple Object Access Protocol (SOAP) atau Restfull.
Hazard (bahaya)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 217 ayat (3) huruf d
menyatakan bahwa salah satu persyaratan teknis untuk memperoleh sertifikat bandar udara
adalah diterapkannya sistem manajemen keselamatan operasi bandar udara. Oleh karena itu
setiap penyelenggara bandar udara wajib membuat, melaksanakan, mengevaluasi dan
menyempumakan secara berkelanjutan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management
System) dengan berpedoman pada program keselamatan penerbangan nasional (State Safety
Program).
Proses proaktif merupakan proses metode yang secara aktif mencari tanda-tanda
resiko keselamatan melalui analisis kegiatan organisasi. Sedangkan proses prediktif
merupakan proses melihat kinerja sistem pada saat beroperasi secara normal untuk mencari
kemungkinan/ identifikasi potensi masalah di masa yang akan datang, pelaksanaannya
mengacu pada resiko keselamatan yang proaktif dan proses yang bersifat prediksi. Untuk
indikator SMS - identifikasi bahaya dan manajemen resiko keselamatan di Bandar Udara
Supadio-Pontianak, dilakukan penilaian berdasarkan pilihan jawaban dari variabel-variabel
dengan memanfaatkan skala likert dari probabilitas kejadian dan keparahan resiko suatu
peristiwa.
Variabel yang digunakan untuk menilai probabilitas kejadian dan keparahan resiko
adalah sebagi berikut :
1) Kebisingan (noise)
2) Cuaca yang sering berubah menjadi buruk
3) Padatnya lalu lintas udara yang beresiko terhadap nearmiss collision
4) Missed Aproach
5) Kegagalan komunikasi (Communication Failure)
6) Jarak dua pesawat yang melampaui batas minimal (Redu ced Separation Minimal)
7) Sistem yang tidak berfungsi (System Malfunction)
8) Obyek asing yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada pesawat udara (Foreign
Object Damage)
9) Hal-hal yang dapat mengganggu penerbangan (obstacle)
10) Ketinggian bangunan di sekitar bandar udara
11) Kendaraan di Apron (Vehicle in apron)
12) Issue keamanan (security Issues)
13) Kehidupan liar di area bandar udara (Wild life)
a. Catastrophic adalah akibat dari suatu, mengalami keparahan resiko dalam bentuk
peralatan hancur dan banyak kematian.
b. Hazardous adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam
bentuk penurunan besar dari batas keselamatan, tekanan fisik, atau beban kerja
sedemikian rupa sehingga penyelenggara tidak dapat diandalkan untuk dapat
melaksanakan tugas dengan akurat atau paripurna. Cedera serius atau kematian bagi
sejumlah orang, kerusakan besar pada peralatan
c. Major adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam bentuk
penurunan signifikan dari batas keselamatan, berkurangnya kemampuan penye-
lenggara dalam menghadapi kondisi operasi yang sulit sebagai akibat dari
peningkatan beban ketja, atau sebagai akibat dari kondisi yang mempengaruhi
efisiensi penyelenggara tersebut, insiden serius, cidera pada manusia.
d. Minorr adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam bentuk
gangguan, keterbatasan operasi, penggunaan prosedur darurat, insiden kecil.
e. Negligible adalah akibat dari suatu peristiwa, mengalami keparahan resiko dalam
bentuk konsekuensi kecil.
LITERATURE RIVEW JURNAL
PENERAPAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAN MANAJEMEN RESIKO KESELAMATAN DI BANDAR UDARA SUPADIO -
PONTIANAK
PENUTUP
Kesimpulan
Pada setiap terjadinya kecelakaan pesawat terbang, semua orang akan segera
bertanya, apa gerangan yang menjadi penyebabnya./? Sebagai produk dari sebuahhasil
teknologi mutakhir, konon pesawat terbang adalah moda transportasi yang paling aman di
dunia.
Mungkin tidak begitu banyak yang memahami bahwa pada setiap produkteknologi
mutakhir ada sebuah mekanisme yang harus dikerjakan dalam pengoperasiannya.Itu
sebabnya maka dalam dunia penerbangan tuntutan akankepatuhan terhadap aturan ketentuan
regulasi dan prosedur tidak mengenalkompromi.
Saran
https://id.scribd.com/document/403201275/MAKALAH-KECELAKAAN-PESAWAT-docx
https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/ins.saputra/60196702d8da79062416
4822/kecelakaan-pesawat-indentifikasi-dan-mitigasi-risiko?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16336600853138&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari
%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fins.saputra
%2F60196702d8da790624164822%2Fkecelakaan-pesawat-indentifikasi-dan-mitigasi-risiko
https://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/warlit/article/view/1059
https://ejournals.itda.ac.id/index.php/angkasa/article/view/115