Anda di halaman 1dari 26

K E PUTU SAN

KONGRES NASIONAL III (KONAS III)


HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA
NOMOR : 02 /KEP/KONAS-III/HIPGABI/X/2018

Tentang

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)


HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

KONGRES NASIONAL III


HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA
TAHUN 2018

Menimbang : a. Bahwa Kongres Nasional Himpunan Perawat Gawat Darurat dan


Bencana Indonesia sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
organisasi dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali
b. Bahwa Kongres Nasional II Himpunan Perawat Gawat Darurat dan
Bencana Indonesia telah dihasilkan AD/ART HIPGABI
c. BahwaAD/ART tersebut perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan
Mengingat: a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Perawat
Gawat Darurat dan Bencana Indonesia
b. Rapat-rapat Pelaksanaan KONAS III dan Pembentukan Pengurus
Pusat Masa Bhakti 2018 – 2023 yang telah disepakati oleh Panitia
Pelaksana dan Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana
Indonesia.
Memperhatikan : Saran-saran dan pendapat-pendapat yang berkembang dalam Sidang
Kongres Nasional Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana
Indonesia tanggal 20 Oktober 2018.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL III HIMPUNAN PERAWAT
GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA NOMOR: 02
/KEP/KONAS-III/HIPGABI/X/2018 TENTANG AD/ART KONAS
III HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA
INDONESIA
PERTAMA : AD/ART HIPGABI tanggal 20 OKTOBER 2018 sebagaimana
tercantum dalam lampiran merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dari keputusan ini
KEDUA : AD/ART sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA keputusan
ini merupakan pedoman dalam pembentukan dan penyelenggaraan
kepengurusan HIPGABI Masa Bhakti 2018 - 2023

1
KETIGA : AD/ART sebagaimana dimaksud dalam lampiran keputusan ini dapat
diubah dengan persetujuan peserta Kongres Nasional HIPGABI
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan
penutupan acara KONAS III dan Pembentukan Pengurus Pusat
HIPGABI.

Ditetapkan di : Kota Manado


Tanggal : 20 Oktober 2018

PIMPINAN SIDANG

KETUA : Dr. Budhi Mulyadi, M.Kep., Ns., Sp. Kep. Kom.


SEKRETARIS : Audi, S.C. Tumiwa, SST.
ANGGOTA: Ruslan Mukhtar, S.Kep., Ns., M.Kep.

Lampiran. :
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

2
Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia

ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA
(HIPGABI)

MUKADIMAH

Kami Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia dibawah naungan organisasi profesi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), menyadari bahwa saat ini belum ada
organisasi profesi perawat gawat darurat di Indonesia. Kami menyakini bahwa kami
memerlukan suatu wadah bagi perjuangan dan pengembangan profesi dalam rangka
mengurangi dan menekan dampak buruk gawat darurat dan bencana di Indonesia demi
tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

Berkat Rahmat Allah Yang Maha Esa disertai dengan munculnya keinginan bersama dari
perawat gawat darurat dan bencana di Indonesia untuk menyatukan diri dan membentuk
wadah atau organisasi yang selanjutnya dinamakan Himpunan Perawat gawat darurat dan
bencana Indonesia yang merupakan organisasi dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI).

Bahwa untuk membentuk suatu organisasi yang melindungi, mengayomi, membina dan
mengembangkan pelayanan keperawatan gawat darurat di Indonesia melalui kepengurusan
yang berada di tingkat pusat, dan provinsi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan yang profesional dalam departemen gawat darurat dan bencana di Indonesia,
dan ikut serta dalam peningkatan kesejahteraan anggota Himpunan Perawat Gawat Darurat
dan Bencana Indonesia.

Sebagai landasan untuk mencapai keinginan tersebut, disusunlah pedoman organisasi dalam
bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Perawat Gawat Darurat dan
Bencana Indonesia.

BAB I

3
IDENTITAS ORGANISASI
Pasal 1
Nama Organisasi
Organisasi ini bernama Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia yang
selanjutnya disingkat dengan HIPGABI.

Pasal 2
Bentuk Organisasi
Organisasi ini berbentuk himpunan, kedaulatan tertinggi di tangan anggota melalui Kongres
Nasional disingkat dengan KONAS.

Pasal 3
Waktu Pendirian
Organisasi didirikan pada MUNAS I pada tanggal 03 Maret 2008. Organisasi Himpunan
Perawat gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) disahkan kepengurusannya
tanggal 17 Juni 2008 di Jakarta.

Pasal 4
Kedudukan
Organisasi ini berkedudukan di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
Sekretariat Pusat berada di Ibukota Negara, Sekretariat Provinsi di Ibukota Provinsi sebagai
badan perwakilan HIPGABI Pusat.

Pasal 5
Lambang dan Mars Organisasi
Lambang dan mars organisasi mencerminkan bahwa sebagai perawat gawat darurat dan
bencana selalu siap bekerja dalam keadaan apapun dengan penuh tanggung jawab dan
tanggung gugat serta senantiasa mengembangkan diri dalam ilmu keperawatan.

BAB II
SIFAT, AZAS DAN TUJUAN

Pasal 6
Sifat
HIPGABI adalah organisasi profesi perawat yang berorientasi pada kebutuhan pelayanan
keperawatan gawat darurat dan bencana di Indonesia untuk masyarakat melalui praktik
keperawatan profesional.

Pasal 7
Azas
Organisasi ini berazaskan kaidah organisasi profesi, nilai-nilai profesi dan kode etik
keperawatan Indonesia.
Pasal 8
Tujuan

4
1) Menghimpun dan menyatukan seluruh perawat Indonesia yang bekerja dalam
areakeperawatan gawat darurat dan bencana baik dari institusi pelayanan dan pendidikan
di Indonesia.
2) Meningkatkan mutu pendidikan, penelitian, pelayanan keperawatan gawat darurat dan
bencana dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3) Mengembangkan karier dan prestasi kerja perawat gawat darurat dan bencana
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan perawat gawat darurat dan bencana di
Indonesia.
4) Memfasilitasi dan melindungi anggota dalam menggunakan hak politik dan hukum.
5) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan organisasi, lembaga, dan institusi lain
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

BAB III
PERAN DAN FUNGSI

Pasal 9

1) HIPGABI berperan sebagai wadah perawat gawat darurat dan bencana dalam
merespon pelayanan, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat dan pengembangan
ilmu pengetahuan serta teknologi tentang kegawatdaruratan dan bencana yang mendorong
peran serta aktif profesi keperawatan di Indonesia.

2) HIPGABI berperan sebagai monitoring evaluasi pelayanan, pelatihan, sertifikasi,


fellowship inhouse training terkait kegawatdaruratan dan bencana dan menetapkan
kompetensi perawat gawatdaruratdan bencana.

3) HIPGABI berfungsi sebagai regulator, fasilitator, advokator dan verifikator dalam


kompetensi, peningkatan kualitas perawat gawat darurat dan bencana serta lembaga
pendidikan berkelanjutan, pelatihan, dan pelayanan terkait keperawatan gawat darurat dan
bencana.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 10
Jenis Keanggotaan
Anggota HIPGABI terdiri dari :
1) Anggota biasa
2) Anggota khusus
3) Anggota kehormatan

BAB V

5
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 11
1) Susunan organisasi terdiri dari tingkat pusat dan tingkat provinsi
2) Susunan organisasi pada tingkat Provinsi mempertimbangkan perwakilan dari
masing-masing kabupaten/kota

Pasal 12
Struktur organisasi terdiri dari:
1) Dewan Pengurus
2) Dewan Pertimbangan

Pasal 13
Dewan Pengurus
Dewan Pengurus sebagaimana yang dimaksud pada pasal 13 ayat 1 terdiri dari :
1) Dewan Pengurus Pusat
2) Dewan Pengurus Provinsi

Pasal 14
Wewenang dan Kewajiban Dewan Pengurus
1) Dewan Pengurus Pusat adalah pelaksana tertinggi organisasi
a. Dalam melaksanakan tugasnya dewan pengurus pusat memiliki kewenangan :
(1) Menentukan kebijakan organisasi berdasarkan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, program kerja serta peraturan organisasi lainnya berdasarkan
keputusan kongres nasional dan rapat kerja nasional
(2) Mengangkat dan atau memberhentikan perawat anggota PPNI sebagai
anggota HIPGABI berdasarkan hasil rapat pengurus pleno pusat.
(3) Mengelola kekayaan dan atau asset bergerak dan atau tidak bergerak milik
HIPGABI Pusat.
(4) Mengangkat dan atau memberhentikan karyawan harian organisasi di Pusat
(5) Melantik dan memberhentikan dewan pengurus provinsi berdasarkan
keputusan rapat pengurus harian pusat.
(6) Mengganti antar waktu dewan pengurus pusat berdasarkan keputusan rapat
pengurus harian pusat
(7) Mendapat pelaporan tahunan dewan pengurus provinsi tentang
perkembangan dan kegiatan HIPGABI provinsi
(8) Memberikan penghargaan kepada orang, Badan, dan atau Lembaga yang
berjasa terhadap keperawatan gawat darurat dan bencana
(9) Menerima dana dari hasil usaha, hibah , sumbangan yang bersifat tidak
mengikat dari berbagai pihak perorangan, badan, dan atau lembaga yang
disetujui oleh rapat pengurus harian
b. Dewan Pengurus Pusat Berkewajiban :
(1) Memberikan pertanggungjawaban organisasi melalui Kongres Nasional
HIPGABI

6
(2) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi berdasarkan
AD/ART
(3) Melaksanakan Kongres Nasional Periode berikutnya.
2) Dewan Pengurus Provinsi adalah pelaksana organisasi ditingkat provinsi
a. Dalam melaksanakan tugasnya pengurus provinsi memiliki kewenangan
1) Menentukan kebijakan organisasi ditingkat provinsi berdasarkan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, program kerja serta peraturan
organisasi yang lainnya.
2) Mengganti antar waktu pengurus propinsi berdasarkan keputusan
rapat pengurus harian propinsi
3) Mengelola kekayaan dan atau aset bergerak dan atau tidak bergerak
milik HIPGABI Propinsi.
4) Mengangkat dan atau memberhentikan karyawan harian organisasi di
Propinsi
5) Mendapat pelaporan secara periodik dari bidang-bidang pengurus
propinsi tentang perkembangan dan kegiatan HIPGABI propinsi
6) Merekomendasikan ke pengurus pusat untuk penghargaan kepada
orang, badan, dan atau Lembaga yang berjasa terhadap keperawatan gawat
darurat dan bencana
7) Menerima dana dari hasil usaha , hibah , sumbangan yang bersifat
tidak mengikat dari berbagai pihak perorangan, badan, dan atau Lembaga
yang disetujui oleh rapat pengurus harian propinsi dan rapat pengurus harian
pusat.

b. Dewan Pengurus Propinsi Berkewajiban :


1) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi berdasarkan
AD/ART
2) Melaksanakan keputusan Dewan Pengurus Pusat HIPGABI
3) Memberikan pertanggungjawaban organisasi melalui Kongres HIPGABI
provinsi
4) Membuat laporan kegiatan organisasi kepada pengurus pusat secara periodik

Pasal 15
1) Komposisi Pengurus terdiri dari Pengurus Harian dan Pengurus Pleno.
2) Pengurus harian pusat terdiri dari ketua umum, sekretaris umum, sekretaris 1, sekretaris
2, bendahara umum, bendahara 1, Ketua-ketua bidang.
3) Pengurus pleno pusat terdiri dari : ketua umum, ketua 1, ketua 2, sekretaris umum,
sekretaris 1, sekretaris 2, bendahara umum, bendahara 1, ketua-ketua dan anggota-
anggota bidang, koordinator-koordinator wilayah, dan Dewan Pertimbangan Pusat
4) Pengurus harian provinsi terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua-ketua bidang
5) Pengurus pleno provinsi terdiri dari : ketua, sekretaris, bendahara, ketua-ketua dan
anggota bidang dan Dewan Pertimbangan Provinsi.
6) Kepengurusan bersifat kolektif kolegial

7
Pasal 16
Masa Kepengurusan
1. Pengurus dipilih untuk masa bakti 5 (lima) tahun
2. Ketua umum Dewan Pengurus Pusat dapat dipilih maksimal dua kali masa
kepengurusan melalui Kongres Nasional.
3. Ketua umum Dewan Pengurus Provinsi dapat dipilih maksimal dua kali masa
kepengurusan melalui Kongres Provinsi.

Pasal 17
Dewan Pertimbangan
1) Dewan Pertimbangan merupakan dewan yang berwenang memberikan arahan,
petunjuk, pertimbangan, saran dan nasehat kepada pengurus HIPGABI sesuai dengan
tingkatannya.
2) Dewan Pertimbangan dibentuk melalui keputusan Kongres Nasional/ Kongres
Provinsi
3) Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari :
a. Dewan Pertimbangan tingkat Pusat
b. Dewan Pertimbangan tingkat Provinsi

BAB VI
KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 18
Sumber Keuangan

1) Hibah dan Sumbangan


2) Usaha-usaha lain yang sah dan bersifat tidak mengikat

Pasal 19
Kekayaan organisasi terdiri dari benda bergerak dan benda yang tidak bergerak yang dapat
digunakan untuk kegiatan organisasi.

BAB VII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 20
Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat dilakukan melalui Kongres Nasional (KONAS)
atau Kongres Nasional Luar Biasa(KONASLUB)

8
BAB IX
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 21
1) Organisasi dapat dibubarkan hanya melalui Kongres nasional atau kongres nasional luar
biasa dengan usulan dari pengurus provinsi minimum 50% + 1 dari total pengurus
provinsi yang ada.
2) Dalam hal organisasi dibubarkan, maka kekayaan organisasi dihibahkan kepada
Pengurus Pusat PPNI.

BAB IX
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 22
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
dan aturan tambahan yang lain.

BAB X
ATURAN PERALIHAN
Pasal 23
1. Pada saat AD/ART ini ditetapkan dan berlaku, maka AD/ART 2013-2018 dinyatakan
tidak berlaku
2. Peraturan organisasi yang telah ditetapkan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan AD/ART yang ditetapkan

Ditetapkan di : Kota Manado


Tanggal : 20 Oktober 2018

9
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA
(HIPGABI)

BAB I
PENJELASAN UMUM

Pasal 1
1) Yang dimaksud dengan perawat gawat darurat dan bencana adalah seluruh tenaga perawat
yang terdaftar sebaagai anggota PPNI bekerja di rumah sakit, luar rumah sakit baik
pemerintah maupun swasta dengan memegang teguh kode etik keperawatan serta mampu
memberikan asuhan keperawatan gawat darurat dan bencana secara profesional
2) Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) merupakan
organisasi yang menekankan kepada profesionalisme pelayanan keperawatan gawat
darurat dan bencana serta peningkatan keilmuan di departemen keperawatan gawat
darurat dan bencana
3) Ruang lingkup keanggotaannya adalah seluruh perawat gawat darurat dan bencana
Indonesia

BAB II
VISI DAN MISI

Pasal 2
1) Visi HIPGABI menjadikan Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia
terdepan dalam pelayanan keperawatan gawat darurat dan bencana yang profesional baik
nacional maupun Internasional dan terjamin kesejahteraannya
2) Misi HIPGABI adalah :
a. Meningkatkan persatuan dan kesatuan antar perawat gawat darurat dan bencana
b. Melindungi anggota perawat gawat darurat dan bencana pada saat
memberikan pelayanan keperawatan gawat darurat dan bencana.
c. Berperan aktif dalam meningkatkan kualitas pelayanan gawat darurat sehari-hari
maupun bencana
d. Berperan aktif meningkatkan kualitas keilmuan gawat darurat dan bencana
e. Berperan aktif meningkatkan kualitas pendidikan gawat darurat dan bencana
f. Meningkatkan peran dan kekuatan organisasi keperawatan gawat darurat dan
bencana serta menghimpun kekuatan organisasi dibawahnya
g. Bekerja sama dengan intra sektoral, lintas sektoral dan stakeholder untuk
meningkatkan gawat darurat terpadu

10
BAB III
LANDASAN ORGANISASI

Pasal 3
1) HIPGABI berpedoman kepada prinsip dasar organisasi sebagaimana diatur dalam
anggaran dasar HIPGABI.
2) Operasional organisasi berprinsip dasar untuk memberikan pelayanan gawat darurat
dan bencana yang profesional

BAB IV
PENDANAAN

Pasal 4
1) Dana operasional organisasi berasal dari iuran awal, hibah dan sumbangan serta usaha-
usaha lain yang sah dan tidak mengikat.
2) Dana Operasional yang memerlukan dana melebihi anggaran rutin organisasi dapat
ditentukan berdasarkan rapat pengurus organisasi.

Pasal 5
1) Iuran awal adalah uang yang berasal dari anggota saat melakukan registrasi sebagai
anggota HIPGABI, besarnya adalah Rp. 50.000,- dan iuran perpanjangan Kartu anggota
HIPGABI setiap 5 tahun sebesar 50.000,-
2) Sumbangan dan hibah adalah uang, barang dan jasa dalam bentuk apapun yang
diserahkan oleh orang, lembaga pemerintah maupun swasta dan pihak-pihak lain kepada
organisasi yang bersifat tidak mengikat dan disepakati dalam rapat harian pengurus.
3) Usaha-usaha lain yang tidak mengikat adalah kegiatan yang dilakukan organisasi
untuk mendapatkan keuntungan yang digunakan untuk menjalankan organisasi dan
disepakati dalam rapat harian pengurus.

BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 6
1) Anggota HIPGABI adalah semua perawat yang terdaftar sebagai anggota PPNI bekerja
di area gawat darurat dan/atau bencana Indonesia yang telah terdaftar sebagai anggota
HIPGABI.
2) Yang dimaksud anggota biasa adalah perawat yang bekerja di area pelayanan gawat
darurat, Dosen/pendidik kegawat-daruratan dan bencana.
3) Yang dimaksud dengan anggota khusus adalah perawat asing yang bekerja di Indonesia
dan terdaftar sebagai anggota khusus PPNI.
4) Yang dimaksud dengan anggota kehormatan adalah orang yang bukan perawat
mempunyai perhatian serta kepedulian untuk meningkatkan dan mengembangkan
profesionalisme perawat gawat darurat dan bencana.

11
Pasal 7
Persyaratan Anggota
Persyaratan untuk menjadi Anggota Biasa HIPGABI sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat 2 meliputi:
a) Warga Negara Indonesia;
b) Memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di Iuar
negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;atau memiliki ijazah pendidikan SPK atau SPR dalam
jangka waktu selambat-lambatnya tahun 2020
c) Perawat yang bekerja di departemen gawat darurat dan bencana,Dosen/ pendidik
di departemen keperawatan gawat darurat dan bencana
d) Perawat yang mempunyai peminatan di departemen gawat darurat dan bencana
e) Menyatakan diri untuk menjadi anggota HIPGABI melalui proses pendaftaran
anggota padaPengurus Provinsi.
f) Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan
mentaatiAnggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HIPGABI
g) Bersedia aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan HIPGABI

Pasal 8
Persyaratan untuk menjadi Anggota Khusus HIPGABI sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat 3, meliputi:
a) Perawat warga negara asing yang bekerja di Indonesia dan telah memenuhi
ketentuan
b) Pemerintah RI dan telah mengikuti proses adapatasi sesuai peraturan
perundangan.
c) Memiliki surat pernyataan diri untuk menjadi angota HIPGABI melalui proses
pendaftaran anggota padaPengurus Provinsi
d) Mengisi dan menandatangani surat persetujuan bersedia mengikuti dan
mentaatiAD/ART HIPGABI
e) Aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dilaksanakan HIPGABI

Pasal 8
Persyaratan untuk menjadi Anggota Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
Ayat 4 diberikan kepada setiap Warga Negara Indonesia yang telah berjasa terhadap
perkembangan keperawatan dan organisasi HIPGABI dan diatur dalam peraturan
organisasi.

Pasal 9
Tata cara penerimaan Anggota Biasa dan Anggota Khusus HIPGABI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat 2dan ayat 3, antara lain:
a) Perawat yang sudah terdaftar PPNI dan mempunyai Nomor Induk Registrasi
Anggota (NIRA) mendaftarkan diri untuk menjadi anggota HIPGABI Provinsi
domisili atau tempat kerja.
b) Mengisi dan menandatangani: formulir pendaftaran anggota, formulir
kesediaanmengikuti kegiatan HIPGABI dan mentaati AD/ART HIPGABI
c) DPW HIPGABI Provinsi dapat menerima calon anggota tersebut apabilatelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan berdasarkan Peraturan Organisasi
HIPGABI.
d) DPW HIPGABI Provinsi mengusulkan diterbitkannya Nomor IndukAnggota
dan kartu anggota bagi anggotayang telah diterima kepada DPP.HIPGABI; dan

12
e) Keanggotaan HIPGABI selanjutnya diatur dalam Pedoman Sistem Informasi
KeanggotaanHIPGABI secara Nasional.

Pasal 10
Tata cara pengangkatan Anggota Kehormatan PPNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
Ayat 4 antara lain:
a) Diusulkan oleh DPW HIPGABI Provinsi dengan persetujuan DPW PPNI Provinsi
kepada DPPHIPGABI atau diusulkan langsung oleh DPP HIPGABI, dan wajib
dilengkapi dengan data pondukung bahwa yang bersangkutan berjasa bagi Profesi
keperawatan gawat darurat dan bencana di Indonesia.
b) DPP HIPGABI mengadakan rapat pleno khusus untuk membahas usulan calon
anggota kehormatan yang diusulkan DPW HIPGABI Provinsi dan melampirkan
lembar persetujuan dari DPW PPNI Provinsi.
c) DPP HIPGABI memutuskan dapat menerima atau menolak usulan tersebut.
d) DPP HIPGABI wajib mengundang calon anggota kehormatan tersebut untuk
mengikutiacara pengesahan dalam forum Kongres Nasional dan atau Rapat Kerja
Nasional,apabila usulan diterima
e) Anggota kehorrnatan yang telah disahkan diberikan nomor induk Anggota
Kehormatan dan Kartu Anggota kehormatan oleh DPP HIPGABI

Pasal 11
Setiap Anggota HIPGABI wajib:
a) Menjunjung tinggi, menaati dan mengamalkan Sumpah perawat, Kode Etik Perawat
b) Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan semua peraturan serta
c) Keputusan HIPGABI
d) Membayar uang pangkal, kecuali anggota kehormatan;
e) Menghadiri rapat-rapat atas undangan Pengurus HIPGABI; dan
f) Anggota wajib memberikan inforrnasi yang benar sesuai kebutuhan kepada pengurus
keangotaannya.

Pasal 12
Setiap Anggota HIPGABI berhak:
a) Mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) HIPGABI
b) Mengajukan pendapat, usulan atau pertanyaan baik lisan maupun tertulis kepada
pengurus
c) HIPGABI, mengikuti seluruh kegiatan organisasi, memilih dan dipilih sesuai jenjang
d) kepengurusan organisasi.
e) Mendapatkan kesempatan menambah atau mengembangkan ilmu dan keterampilan
f) keperawatan yang diselenggarakan organisasi sesuai program dan kemampuan
g) organisasi serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan
h) Mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas organisasi dan
profesi, apabila memenuhi :
1. AD/ART;
2. Kode Etik Perawat Indonesia;
3. Standar Kompetensi;
4. Standar Praktik;
5. Peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; dan
6. Ketentuan organisasi.

13
i) Mendapatkan pembelaan terhadap kasus yang terkait dengan masalah hukum dalam
lingkup praktik keperawatan, apabila anggota tersebut telah memenuhi kewajiban
sebagai anggota.
j) Anggota Khusus dan anggota Kehormatan tidak dapat memilih dan dipilih.

Pasal 13
Anggota HIPGABI berhenti keanggotaannya apabila:
a) Meninggal dunia
b) Permintaan sendiri secura tertulis, setelah melakukan konsultasi dengan DPW
HIPGABI Provinsi yang membidangi organisasi
c) Diberhentikan oleh DPP PPNI atas usul Dewan Pertimbangan dan atau Majelis
Kehormatan Etik Keperawatan setempat setelah terbukti berbuat hal-hal yang
merugikan organisasi
d) Diberhentikan oleh DPP HIPGABI atas usul Dewan Pertimbangan setelah terbukti
berbuat hal-hal yang merugikan organisasi
e) Bagi perawat warga negara asing yang kembali ke negara asal dan atau telah berakhir
masa tugasnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14
Tata Cara Pemberhentian Anggota, adalah :
a) Pemberhentian atas permintaan sendiri harus dilakukan dengan pemberitahuan secara
tertulis kepada DPW HIPGABI Provinsi di tempat ia terdaftar, dalam jangka waktu 30
hari sebelum tanggal diberhentikan
b) Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh DPW HIPGABI
Provinsi setelah didahului dengan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan
jarak waktu masing-masing 1 (satu) bulan dengan tembusan kepada DPP HIPGABI,
apabila tidak melakukan kewajiban sebagai anggota selama 2 (dua) tahun berturut-
turut.
c) Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian langsung oleh DPP HIPGABI tanpa
pemberitahuan sebelumnya, setelah mendapat surat pemberhentian resmi oleh DPP
PPNI atau dari tim penilai DPP HIPGABI.
d) Apabila yang bersangkutan telah terbukti melakukan tindakan kriminal yang memiliki
kekuatan hukum tetap (inkrah), kemudian memberitahukan kepada DPW HIPGABI
Provinsi
e) Paling lama 6 (enam) bulan setelah penetapan pemberhentian sementara, DPW
HIPGABI Provinsi dapat merehabilitasi kembali apabila sudah ada perubahan ke arah
perbaikan
f) Paling lambat 6 (enam) bulan setelah penetapan pemberhentian sementara, DPW
HIPGABI Provinsi mengusulkan pemberhentian tetap dengan persetujuan DPW PPNI
Provinsidan diusulkan penetapan kepada DPP HIPGABI, apabila tidak menunjukkan
perbaikan.
g) Dalam kondisi luar biasa yang mengancam organisasi, DPP HIPGABI dapat
melakukan pemberhentian langsung melalui rapat pengurus harian, kemudian
memberitahukan kepada DPW HIPGABI Provinsi

Pasal 15
1) Anggota yang diberhentikan sementara dapat membela diri di hadapan rapat pleno
DPW HIPGABI Provinsi atau DPP HIPGABI
2) Rapat pleno DPW HIPGABI Provinsi atau DPP HIPGABI, memutuskan pembelaan
anggota yang diberhentikan sementara pada ayat (1) dapat diterima atau ditolak.

14
3) Khusus untuk Keputusan pemberhentian langsung oleh DPP HIPGABI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (6) bersifat final dan mengikat.

Pasal 17
Kaderisasi
Dalam menjaga kesinambungan organisasi perlu dibina kader kepemimpinan organisasi
disesuaikan dengan kebutuhan.

BAB VI
KEGIATAN KEGIATAN
Pasal 18
Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan HIPGABI antara lain:
1. Kegiatan ilmiah:
2. Kegiatan sosial
3. Kegiatan usaha

Pasal 19
1) Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) adalah pelatihan,
workshop, penelitian, semiloka
2) Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) adalah santunan,
kegiatan pengabdian masyarakat, bakti sosial
3) Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) adalah perbanyakan
modul, aksesoris HIPGABI, seperti : jaket, logo,kaos,dll.

BAB VII
SUSUNAN DAN KEPENGURUSAN ORGANISASI
Pasal 20
Susunan Organisasi
1) Pengurus pusat yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, berkedudukan di Ibukota
Negara Republik Indonesia
2) Pengurus Provinsi meliputi wilayah provinsi berkedudukan di ibukota provinsi

15
Pasal 21
Dewan Pengurus Pusat
Komposisi Dewan Pengurus Pusat terdiri dari:
a. Ketua Umum;
b. Ketua DPP terdiri dari: 1. Ketua DPP bidang Organisasi dan Kaderisasi; 2. Ketua DPP
bidang Hukum dan Pemberdayaan Politik; 3. Ketua DPP bidang Hubungan Dalam
Negeri/antar Lembaga; 4. Ketua DPP bidang Hubungan Luar Negeri; 5. Ketua DPP bidang
Pendidikan dan Pelatihan; 6. Ketua DPP bidang Penelitian; 7. Ketua DPP bidang Sistem
Informasi dan Komunikasi; 8. Ketua DPP bidang Pelayanan gawat darurat; 9. Ketua bidang
penanganan bencana; dan 10. Ketua DPP bidang Kesejahteraan. Serta anggota masing-
masing bidang.
c. Sekretaris Umum terdiri dari: 1. Sekretaris I; 2. Sekretaris II
d. Bendahara Umum terdiri dari: 1. Bendahara I
e. Koordinator Wilayah disingkat KORWIL meliputi: 1. Wilayah 1: Sumatera 2. Wilayah 2:
Jawa 3. Wilayah 3: Bali, Nusa Tenggara Barat,Nusa Tenggara Timur 4. Wilayah 4:
Kalimantan 5. Wilayah 5: Sulawesi 6. Wilayah 6: Maluku dan Maluku Utara, Papua, dan
Papua Barat

Pasal 22
Dewan Pengurus Provinsi
Komposisi Dewan Pengurus Wilayah Provinsi terdiri dari
a. Ketua;
b. Wakil Ketua, yang terdiri dari: 1. Wakil Ketua divisi Organisasi dan Kaderisasi; 2. Wakil
Ketua divisi Hukum dan Pemberdayaan Politik; 3. Wakil Ketua divisi Hubungan antar
Lembaga; 4. Wakil Ketua divisi Pendidikan dan Pelatihan; 5. Wakil Ketua divisi Penelitian
dan Sistem Informasi dan Komunikasi; 6. Wakil Ketua divisi Pelayanan gawat darurat; 7.
Ketua divisi penanganan bencana; dan 8. Wakil Ketua divisi Kesejahteraan. Serta anggota
masing-masing divisi
c. Sekretaris yang dibantu oleh seorang wakil sekretaris.
d. Bendahara yang dibantu oleh seorang wakil bendahara.

Pasal 23
Pembentukan Pengurus
(1) Dewan Pengurus Pusat dibentuk melalui Kongres Nasional (KONAS)
(2) Dewan Pengurus Wilayah Provinsi dibentuk melalui Kongres Provinsi (KOPROV)

BAB VIII
PELANTIKAN PENGURUS
Pasal 24
(1) Syarat Pelantikan Ketua Umum DPP/ Ketua DPW Provinsi terdiri dari:
a. Surat Keputusan KONAS/KOPROV
b. Rapat Anggota;
c. Pataka;
d. Meja dan Alat Tulis;

16
e. Naskah Pelantikan; dan
f. Berita Acara Pelantikan
g. Pelantikan Pengurus lengkap dan Dewan Pertimbangan

(2) Pelantikan Dewan Pengurus Pusat: Ketua Umum DPP.HIPGABI dilantik oleh Ketua
Umum DPP PPNI dalam Sidang Paripuma KONAS pelantikan Ketua Umum terpilih.
(3) Ketua DPW Provinsi dilantik oleh Ketua Umum DPP HIPGABI yang disaksikan oleh
Ketua Umum DPW PPNI dalam Paripurna KOPROV pelantikan Ketua Umum terpilih.
(4) Pengurus Harian dan Pengurus Pleno DPP HIPGABI, Dewan Pertimbangan, dan Ketua
Badan Kelengkapan DPP HIPGABI dilantik oleh Ketua Umum DPP HIPGABI
disaksikan oleh Ketua Umum DPP PPNI.
(5) Pengurus Harian dan Pengurus Pleno DPW HIPGABI, Dewan Pertimbangan, dan Ketua
Badan Kelengkapan DPW HIPGABI dilantik oleh Ketua Umum DPW HIPGABI
disaksikan utusan DPP HIPGABI dan DPW PPNI setempat.
(6) Naskah pelantikan Ketua Umum DPP HIPGABI adalah sebagai berikut :
Bismillaahir rahmaanir rahiim Pada hari. .tanggal.....bulan.......tahun..............bertempat
di..... Saya atas nama Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia melantik
Saudara ....... (sebutkan nama lengkap Ketua Umum DPP HIPGABI hasil keputusan
KONAS) sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Himpunan Perawat Gawat
Darurat dan Bencana Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan DPP PPNI..... (sebutkan
SK DPP PPNI) dengan memperhatikan Surat Keputusan Pimpinan KONAS
Nomor : ............... (sebutkan nomor SK KONAS tentang hasil keputusan Ketua Umum
DPP HIPGABI). Apakah saudara bersedia? (apabila di jawab Ya, dilanjutkan). ” Ikuti
kata-kata saya, Bismillaahir rahmaanir rahiim, saya berjanji dengan sepenuh hati
sungguh sungguh dan penuh tanggung jawab melaksanakan amanah organisasi
HIPGABI sesuai AD/ART. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa memberi pentunjuk dan
RidhoNya. (sebutkan Kota tempat Pelantikan , dan tanggal pelatikan). Lalu tanda tangan
berita acara oleh Ketua Umum DPP HIPGABI yang telah dilantik dan Ketua Umum DPP
PPNI.

(7) Naskah pelantikan Ketua Umum DPW HIPGABI adalah sebagai berikut :
Bismillaahir rahmaanir rahiim Pada hari. .tanggal.....bulan.......tahun..............bertempat
di..... Saya atas nama Ketua Umum Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana
Indonesia melantik Saudara ....... (sebutkan nama lengkap Ketua Umum DPW HIPGABI
hasil keputusan KOPROV) sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah Himpunan
Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia Provinsi.....(sebutkan Provinsi yang
bersangkutan) sesuai dengan Surat Keputusan DPP HIPGABI ...... (sebutkan nomor SK
DPP HIPGABI) dengan memperhatikan surat keputusan Pimpinan KOPROV
Nomor : ............... (sebutkan nomor SK KOPROV tentang hasil keputusan Ketua Umum
DPP HIPGABI). Apakah saudara bersedia? (apabila di jawab Ya, dilanjutkan). ” Ikuti
kata-kata saya, Bismillaahir rahmaanir rahiim, saya berjanji dengan sepenuh hati
sungguh sungguh dan penuh tanggung jawab melaksanakan amanah organisasi

17
HIPGABI sesuai AD/ART. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa memberi pentunjuk dan
RidhoNya. (sebutkan Kota tempat Pelantikan , dan tanggal pelatikan). Lalu tanda tangan
berita acara oleh Ketua Umum DPW HIPGABI yang telah dilantik dan Ketua Umum
DPP HIPGABI disaksikan oleh Ketua Umum DPW PPNI setempat.

Pasal 24
Syarat-syarat Pengurus
1) Terdaftar sebagai anggota HIPGABI aktif
2) Mampu dan mau bekerja
3) Sanggup bekerja aktif dan bekerja sama dalam organisasi

Pasal 25
Penggantian Pengurus Antar Waktu
Penggantian kepengurusan organisasi dalam satu masa jabatan dapat dilakukan apabila
pengurus:
a. meninggal dunia;
b. berhenti atas permintaan sendiri;
c. pindah ke tempat lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat aktif dalam
waktu 6 bulan;
d. tidak menghadiri rapat 6 kali berturut-turut dengan alasan yang dapat diterima forum rapat
pleno;
e. tidak melaksanakan uraian tugas yang ditetapkan; dan
f. tidak aktif mengikuti kegiatan organisasi yang dinilai oleh rapat pleno pengurus
diberhentikan.

Pasal 26
Pemberhentian Pengurus
Pengurus HIPGABI dapat diberhentikan oleh:
a. pengurus Pusat dilakukan oleh Rapat Pleno DPP HIPGABI setelah berkonsultasi dengan
Dewan Pertimbangan
b. pengurus Provinsi dilakukan oleh rapat pengurus harian DPP HIPGABI atas usulan hasil
Rapat Pleno DPW Provinsi.

Pasal 27
Pengisian Lowongan Kepengurusan
1) Pengisian lowongan melalui rapat pengurus
2) Pelaksana tugas (Plt) adalah orang yang ditunjuk sebagai pengurus oleh Pengurus Pusat
karena sudah habis masa jabatan pengurus sebelumnya sampai dilantik pengurus definitif.
3) Pelaksana harian (Plh) adalah orang yang ditunjuk sebagai pengurus oleh pengurus satu
tingkat langsung diatasnya karena tugas atau berhalangan (sep.pendidikan, penugasan,
ibadah, dll)
4) Ketentuan diatas selanjutnya dibahas didalam peraturan organisasi.

18
Pasal 28
Kongres Nasional
1) Kongres nasional kekuasaan tertinggi
2) Kongres nasional dilaksanakan tiap 5 tahun sekali
3) Dalam keadaan luar biasa, dapat dilakukan Kongres Nasional luar biasa
4) Kongres Nasional memiliki kewenangan:
a. Mengesahkan jadwal acara dan tata tertib
b. Memiliih dan mengesahkan pimpinan musyawarah
c. Menyempurnakan AD/ART, pedoman garis besar program kerja, pernyataan sikap
d. Menilai pertanggung jawaban pengurus
e. Memilih dan mensyahkan pengurus terpilih
f. Menunjuk ketua terpilih sebagai ketua tim formatur
g. Memandatkan kepada formatur untuk memilih pengurus
h. Memandatkan kepada ketua untuk melantik pengurus
i. Menetapkan tempat Kongres Nasional berikutnya
5) Pedoman Kongres Nasional:
a. Kongres Nasional diselenggarakan oleh pengurus pusat, dengan panitia terdiri dari
panitia pengarah dan panitia pelaksana
b. Tempat Kongres Nasional berikutnya ditetapkan dalam kongres
c. Kongres Nasional diikuti oleh peserta, peninjau dan undangan.
d. Peserta kongres terdiri dari 5 orang utusan pengurus pusat dan 3 orang utusan
pengurus Provinsi
e. Peninjau terdiri dari anggota biasa yang terdaftar pada panitia kongres
f. Undangan terdiri dari anggota kehormatan dan orang yang diundang panitia kongres
g. Kongres sah apabila dihadiri oleh 50 % +1 dari jumlah provinsi yang ada
h. Apabila ada yang tidak memungkinkan, kongres dapat diundur sampai dengan 2 (dua)
bulan dari jadwal
i. Peserta memiliki hak bersuara, memilih dan hak dipilih
j. Peninjau memiliki hak bersuara dan dipilih
k. Undangan hanya mempunyai hak bersuara
l. Sidang dipimpin oleh pimpinan sidang
m. Tempat penyelenggaraan kongres ditetapkan bergilir

Pasal 28
Kongres Provinsi
1) Kongres provinsi kekuasaan tertinggi di Provinsi
2) Kongres provinsi dilaksanakan tiap 5 tahun sekali
3) Dalam keadaan luar biasa, dapat dilakukan kongres luar biasa
4) Kongres provinsi memiliki kewenangan:
a. Mengesahkan jadwal acara
b. Memiliih dan mengesahkan pimpinan kongres
c. Memilih ketua dan pengurus lain
d. Menilai pertanggung jawaban pengurus

19
e. Memilih dan melantik pengurus terpilih
f. Menunjuk ketua terpilih sebagai ketua tim formatur
g. Memandatkan kepada formatur untuk memilih pengurus
h. Memandatkan kepada ketua untuk melantik pengurus
i. Menetapkan tempat kongres provinsi berikutnya
5) Pedoman kongres:
a. Kongres diselenggarakan oleh pengurus provinsi, dengan panitia kongres terdiri dari
panitia pengarah dan panitia pelaksana
b. Tempat kongres berikutnya ditetapkan dalam musyawarah
c. Peserta kongres terdiri dari anggota, pengurus dan peninjau
d. Peserta memiliki KTA (Kartu Tanda Anggota) terdiri dari 5 orang utusan Pengurus
Provinsi dan 3 orang perwakilan setiap kabupaten dan kota di wilayah provinsi yang
bersangkutan.
e. Kongres sah apabila dihadiri oleh 50% +1 dari jumlah provinsi yang ada
f. Apabila ada yang tidak memungkinkan, Kongres dapat diundur sampai dengan 2
(dua) bulan dari jadwal
g. Peserta memiliki hak suara dan hak pilih
h. Sidang dipimpin oleh pimpinan sidang
i. Tempat penyelenggaraan musyawarah ditetapkan bergilir
j. Kongres provinsi dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum habis periode
kepengurusan berjalan.

BAB VIII
Sekretariat
Pasal 28
Sekretariat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas organisasi

BAB IX
Rapat-Rapat

Pasal 29
Jenis-jenis rapat pengurus yang diselenggarakan oleh HIPGABI :
1) Rapat Pengurus
2) Rapat Kerja Nasional
3) Rapat Kerja Provinsi
4) Rapat Khusus

Pasal 30
Rapat Pengurus
1) Rapat pengurus terdiri dari rapat pengurus harian pusat/provinsi dan rapat pleno pengurus
pusat/ provinsi

20
2) Rapat pengurus harian pusat adalah rapat pengurus yang dihadiri oleh Ketua umum, para
Ketua Bidang, Sekretaris Umum, Sekretaris1, sekretaris 2, Bendahara umum, bendahara
1.
3) Rapat pengurus harian provinsi adalah rapat pengurus yang dihadiri oleh Ketua,wakil
ketua para Ketua divisi, Sekretaris, wakil sekretaris, Bendahara,wakil bendahara dan staf
sekretariat
4) Rapat pengurus harian minimal 1 (satu) kali rapat dalam 2 (dua) bulan
5) Rapat pengurus harian dapat dilakukan sewaktu-waktu apabila diperlukan
6) Rapat pleno pengurus pusat adalah Pengurus Harian Pusat, Dewaan pertimbangan pusat,
Koordinator wilayah, dan anggota-anggota bidang
7) Rapat pleno pengurus provinsi adalah Pengurus Harian Provinsi, dewan pertimbangan
provinsi, dan anggota-anggota divisi

Pasal 31
Rapat Kerja Nasional
Rapat Kerja nasional adalah rapat yang dilaksanakan oleh Pengurus Pusat dalam rangka
mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi garis-garis besar program
kerja organisasi sesuai dengan amanat KONAS, meliputi:
(1) Rapat kerja nasional disingkat Rakernas adalah rapat kerja DPP.HIPGABI yang dihadiri
oleh DPP HIPGABI dan DPW Provinsi.
(2) Rakernas diadakan sekurang-kurangnya setiap dua kali dalam satu periode kepengurusan.
(3) Dalam keadaan luar biasa rapat kerja nasional dapat dilakukan sewaktu-waktu atas usul
DPP.HIPGABI atau DPW Propinsi dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah
jumlah DPW Propinsi yang ada.
(4) Kewenangan Rapat Kerja Nasional terdiri dari:
a) Menilai pelaksananan program kerja amanat KONAS, menyempurnakan dan
memperbaiki untuk diaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya;
b) Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi;
c) Membahas materi yang akan didiskusikan pada KONAS yang akan datang;
dan
d) Mengambil Keputusan Organisasi secara nasional yang harus diikuti oleh
seluruh pengurus dan anggota HIPGABI.

(3) Tata tertib Rapat Kerja Nasional terdiri dari:


a) Rakernas diselenggarakan oleh DPP.HIPGABI dengan Panitia Pelaksana DPW
Provinsi yang ditunjuk;
b) Panitia Pelaksana Rakernas bertanggung jawab mengenai teknis
penyelengaraan rapat kerja nasional;
c) Rakernas dihadiri oleh DPP.HIPGABI, DPW Provinsi, Dewan pertimbangan,
dan peninjau serta undangan dari DPP.HIPGABI
d) Rakernas dipimpin oleh DPP.HIPGABI; dan

21
e) hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ART.

Pasal 32
Bagian Ketiga Pembentukan Panitia Kongres Nasional dan Rapat Kerja Nasional (l)
Pembentukan Panitia Kongres Nasional, Rapat Kerja Nasional dilaksanakan oleh rapat Pleno
DPP.HIPGABI yang dipimpin oleh Ketua Umum DPP.HIPGABI.
(2) Rapat Pleno DPP.HIPGABI yang membahas pembentukan Panitia Kongres Nasional dan
atau Panitia Rapat Kerja Nasional dianggap sah apabila dihadiri 50% (lima puluh persen)
tambah satu dari jumlah Pengurus DPP.HIPGABI.
(3) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi, maka rapat ditunda sampai dengan 15 (lima
belas) hari kalender dan pongurus mengirimkan undangan untuk rapat berikutnya paling
lambat I (satu) minggu sebelum rapat dilaksanakan
(4) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi sampai 2 (dua) kali penundaan dengan jeda
waktu yang sama, maka rapat dianggap sah dengan jumlah peserta yang hadir dan disetujui
mayoritas peserta rapat.
(5) Dalam hal Ketua Umum DPP.HIPGABI berhalangan, tetap rapat dapat dipimpin oleh
Sekretaris Umum bersama dengan Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisari.
(6) Panitia Rapat Kerja Nasional disahkan dan ditetapkan dengan Surat Keputusan
DPP.HIPGABI
(7) Panitia Kerja Nasional dan Panitia Rapat Kerja Nasional bertanggungjawab kepada
Ketua Umum DPP.HIPGABI.

Pasal 33
Rapat Kerja Provinsi
Rapat Kerja Provinsi adalah rapat yang dilaksanakan oleh Pengurus Provinsi dalam rangka
mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi garis-garis besar program
kerja organisasi sesuai dengan amanat KOPROV, meliputi:
(1) Rapat kerja Provinsi disingkat Rakerprov adalah rapat kerja DPW.HIPGABI yang dihadiri
oleh utusan DPP HIPGABI dan DPW Provinsi.
(2) Rakerprov diadakan sekurang-kurangnya setiap dua kali dalam satu periode
kepengurusan.
(3) Dalam keadaan luar biasa rapat kerja nasional dapat dilakukan sewaktu-waktu atas usul
DPP.HIPGABI atau DPW Propinsi dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah
jumlah pengurus DPW Propinsi yang ada.
(4) Kewenangan Rakerprov terdiri dari:
e) Menilai pelaksananan program kerja amanat KOPROV, menyempurnakan dan
memperbaiki untuk diaksanakan pada sisa periode kepengurusan selanjutnya;
f) Membahas isu-isu yang dianggap penting untuk kelangsungan atau
perkembangan organisasi;
g) Membahas materi yang akan didiskusikan pada KOPROV yang akan datang;
dan

22
h) Mengambil Keputusan Organisasi secara provinsi yang harus diikuti oleh
seluruh pengurus dan anggota HIPGABI di provinsi setempat.

(3) Tata tertib Rapat Kerja Provinsi terdiri dari:


f) Rakerprov diselenggarakan oleh DPW.HIPGABI dengan Panitia Pelaksana
DPW Provinsi yang ditunjuk;
g) Panitia Pelaksana Rakerprov bertanggung jawab mengenai teknis
penyelengaraan rapat kerja provinsi;
h) Rakerprov dihadiri oleh utusan DPP.HIPGABI, DPW Provinsi, Dewan
pertimbangan, dan peninjau serta undangan dari DPW.HIPGABI
i) Rakerprov dipimpin oleh DPP.HIPGABI; dan
j) hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dalam peraturan
tersendiri, selama tidak bertentangan dengan AD/ART.

Pasal 34
Bagian Ketiga Pembentukan Panitia Kongres Provinsi dan Rapat Kerja Provinsi
(l) Pembentukan Panitia KOPROV, Rapat Kerja Provinsi dilaksanakan oleh rapat Pleno
DPW.HIPGABI yang dipimpin oleh Ketua Umum DPW.HIPGABI.
(2) Rapat Pleno DPW.HIPGABI yang membahas pembentukan Panitia KOPROV dan atau
Panitia Rapat Kerja Provinsi dianggap sah apabila dihadiri 50% (lima puluh persen) tambah
satu dari jumlah Pengurus DPW.HIPGABI.
(3) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi, maka rapat ditunda sampai dengan 15 (lima
belas) hari kalender dan pongurus mengirimkan undangan untuk rapat berikutnya paling
lambat I (satu) minggu sebelum rapat dilaksanakan
(4) Apabila kourum tersebut tidak terpenuhi sampai 2 (dua) kali penundaan dengan jeda
waktu yang sama, maka rapat dianggap sah dengan jumlah peserta yang hadir dan disetujui
mayoritas peserta rapat.
(5) Dalam hal Ketua Umum DPW.HIPGABI berhalangan, tetap rapat dapat dipimpin oleh
Sekretaris Umum bersama dengan Ketua Bidang Organisasi dan Kaderisari.
(6) Panitia Rapat Kerja Provinsi disahkan dan ditetapkan dengan Surat Keputusan
DPW.HIPGABI
(7) Panitia KOPROV dan Panitia Rapat Kerja Provinsi bertanggungjawab kepada Ketua
Umum DPW.HIPGABI.

Pasal 35
Rapat Khusus
1) Rapat Khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pengurus HIPGABI di luar
Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja Provinsi dan tidak berwewenang menerbitkan
surat keputusan yang bersifat mengikat.
2) Rapat khusus hanya melahirkan rekomendasi.

Pasal 36
1) Pengurus pusat berhak mengikuti rapat-rapat yang dilaksanakan
oleh pengurus di bawahnya.

23
2) Jika diperlukan, pengurus yang lebih tinggi dapat diundang untuk
mengikuti rapat dengan mengajukan permohonan secara resmi.

Bagian X
Surat-Menyurat
Pasal 37
(1) semua surat yang bersifat formal, baik surat masuk maupun keluar, untuk masing-masing;
(2) bidang/departemen/divisi, harus dicatat oleh Staf Sekretariat, setelah berkoordinasi
dengan Sekretaris Umum/ Sekretaris sesuai tingkatan di organsiasi HIPGABI. Surat masuk
yang telah diterima dan dicatat, diberi lembar disposisi dan dilaporkan kepada;
(3) Sekretaris Umum/ Sekretaris, kemudian didisposisikan dan diteruskan kepada Ketua
Umum/I(ketua untuk mendapatkan disposisi lebih lanjut atau dilaksanakan, sesuai dengan
tingkatan HIPGABI;
(4) semua surat keluar pada prinsipnya ditandatangani oleh Ketua Umum/I(Ketua dan
Sekretaris Umum/Sekretaris, terutama yang bersifat keluar dan pernyataan sikap untuk dan
atas nama organisasi, setelah mendapat paraf dari Ketua yang terkait dengan perihal
surat/permasalahan yang ditanggapi, sesuai tingkatan di organisasi HIPGABI ;
(5) surat keluar yang menyangkut pelaksanaan kegiatan/Program Kerja, dapat ditandatangani
oleh salah seorang Ketua dan atau bersama Sekretaris Umum/ Sekretaris, yang;
(6) bersangkutan dengan Kegiatan/Program Kerja tersebut, yang tembusan surat ditujukan
kepada Ketua Umum/I(Ketua, sesuai tingkatan di organisasi HIPGABI; dan
(7) surat yang bersifat teknis administratif dan rutin semata, dapat ditandatangani Sekretaris
Umum/Sekretaris dengan tembusan kepada Ketua Umum/Ketua, sesuai tingkatan organisasi
HIPGABI.

BAB XI
LAMBANG DAN MARS

Pasal 38
Arti Lambang HIPGABI
1. Star of life dengan dasar warna biru melambangkan kehidupan yang saling
ketergantungan
2. Ular, tongkat dan lentera melambangkan kemitraan dalam menjalankan tugas
3. Tulisan HIPGABI yang melingkari star of life dengan warna dasar merah
melambangkan keharmonisan sirkulasi kehidupan

Pasal 39
Mars HIPGABI

Ciptaan: I Made Rantiasa dan Suwandi Luneto

Himpunan Perawat
Gawat Darurat dan Bencana Indonesia

24
Peduli sesama
Tergabung dalam wadah HIPGABI,
Wujud bakti anak negeri
Cobalah simak
Panggilan ibunda pertiwi telah bergema
Rindu karyamu
Penuhi panggilan suci
Tuk insan dalam bencana
Satu visi satu misi, satu hati tuk melangkah
Jawab tantangan
Bersatu berkualitas sejahtera jiwa raga
Singkirkan halangan
Gemakanlah didalam dada
Semangat selalu mengabdi pada sesama
Sebagai panggilan jiwa,
Tingkatkan mampumu
Tuk kawal kibar hipgabi
Satu visi satu misi satu hati tuk melangkah
Jawab tantangan
Siap jiwa, siap raga, siap ilmu tuk berkiprah
Buka mata dunia
Kerja keras
Kreatif, inovatif dan mawas diri
Dalam langkahmu
Wahai insan HIPGABI
Kiprahmu selalu dinanti

BAB XII
SANKSI-SANKSI

Pasal 40
Dalam hal menghadapi anggota yang melakukan pelanggaran, pengurus dapat mengambil
tindakan peringatan dan atau memberhentikan dari keanggotaan yang akan dapat
dipertanggungjawabkan pada rapat pengurus.

BAB XIII
PENGGUNAAN DANA

Pasal 41
1) Pengalokasian iuran awal regitrasi dan perpanjangan KTA anggota sepenuhnya dikelola
DPP HIPGABI.

25
2) Pembagian uang hasil usaha sebesar 10% dari total biaya setelah dipotong biaya
operasional yang disepakati oleh kedua belah pihak antara Organisasi dan badan usaha
dengan pembagian 70% provinsi dan 30% pusat.

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 42
1) Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah tangga ini akan diatur dalam pola
kebijakan dan atau peraturan khusus.
2) Untuk mengantisipasi perkembangan HIPGABI di masa mendatang, anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga ditinjau ulang setiap 5 (lima) tahun sekali pada saat pelaksanaan
KONAS.
3) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan dan disahkan oleh
HIPGABI sejak disahkan.

Ditetapkan di : Manado
Tanggal : 20 Oktober2018

26

Anda mungkin juga menyukai