CVA BLEEDING
DEFINISI
Gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan aleh karena gangguan peredaran
darah otak, dimana secara mendadak (beberapa detik) atau secara cepat (beberapa
jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang
terganggu (Djunaedi W, 1992).
Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya perawatan kritis CVA hemoragik
memulai awitan yang mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat
cerebrovaskuler desease.
PATOFISIOLOGI
Ada dua bentuk CVA bleeding:
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen,
talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM
dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak,
ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,
sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-
tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan,
mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal
dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri
di ruang subarakhnoid. Vasispasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia danlain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi.
Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak
walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari
20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 %
dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh
berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
PROSES KEPERAWATAN PADA KLIEN STROKE HEMORAGIK
I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Tn. Hr.
Usia : 74 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Lasem 86 Surabaya
Status perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Purnawirawan
Suku/bangsa : bugis/Indonesia
Dx Medis : CVA Bleeding
Tgl MRS : 27-5-2001
Tgl Pengkajian : 11-6-2001
Keluhan utama :
Klien mengeluh pusing
2. Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya
Klien pernah MRS di RS Bubutan dengan hipertensi (pada usia 50
tahun). Pada tahun 1995 klien MRS dengn stroke sembuh hanya kaki
kiri berjalan agak diseret.
2.2 Riwayat penyakit sekarang
Sejak hari jum’at tagl 25/5-2001 klien panas mendadak, kemudian
muntah lebih kurang 2-3 kali, warna putih berupa riak, pasien mengeluh
pusing, dan kemudian sering mengigau. Klien dibawa ke RSUD Dr
soetomo dan MRS.
2.3 Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita kencing manis, menurut
keluarga klien anak klien yang ke 4 menderita hipertensi.
Genogram tidak terkaji karena klien menderita afasia.
3. Observasi dan pemeriksaan fisik
3.1. Keadaan umum klien : klien tampak lemah, cenderung untuk tidur.
3.2. Tanda-tanda vital :
- suhu : 37 C per axilla
- Nadi : 88 x/mnt teratur, kuat
- Tensi : 150/100x/mnt dilengan kiri, posisi tidur
- RR : 20 x/mnt teratur
3.3. Body of sistem
a. Pernafasan (B1 : Breathing )
Hidung : kebersihan cukup, tampak terpasang sonde, tidak ada
polip
Dada : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada retraksi otot bantu
pernafasan, terdapat ronchi di seluruh lapangan paru, batuk
produktif, irama pernafasan teratur, nafas dangkal.
i. Reproduksi
Klien laki-laki, mempunyai anak 6 laki-lai 4 dan perempuan 2.
j. Psikososial
Pola persepsi dan konsep diri : sulit dikaji karena klien afasia dan
kadang-kadang saat dikaji klien bicara tidak terarah (ngelantur).
Sosial/interaksi : Saat interaksi klien nampak kooperatif,
dukungan keluarga sangat besar, setiap hari klien ditunggui oleh
istrinya dan kadang-kadang bergantian dengan anak dan adik
angkatnya.
k. Spiritual
Menurut keluarga klien klien beragama kristen taat beribadah dan
menganggap bahwa penyakit yang diderita klien merupakan
cobaan yang harus dihadapi.
l. Pemeriksaan penunjang :
Rongten : tgl 7-6-2001
- Pulmo : tampak infiltrat interstisiil pada kedua lapangan paru,
dengan penebalan peri hiller.
- Kesimpulan : Cardiomegalli dengan oedem pulmonum. CTR
62 %.
CT scan :
Tampak area hiperdens dipara ventrikel lateral kiri.
Kesimpulan : ICH paraventrikel lateral kiri
IVH dan brain atropi sedang
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko peningkatan TIK mendadak b.d meningkatnya volume intrakranial
2. Gngguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kelemahan otot
menelan
3. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif b.d menurunnya reflek batuk
4. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelumpuhan anggota gerak
5. Perubahan persepsi sensorik b.d gangguan transmisi sekunder terhadap
trauma neurologis
6. Resiko perubahan eliminasi (konstipasi) b.d menurunnya tonus otot
mengejan dan tirah baring.
RENCANA TINDAKAN
1. Resiko peningkatan TIK mendadak b.d bertambahnya volume intracranial
Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK pada klien dalam waktu 3x24 jam
Kriteria : - Klien tidak gelisah, Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-
mual dan muntah, GCS : 4,5,6, tidak terdapat pupil edema.
INTERVENSI :
1. Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan keluarga tentang sebab-
akibat TIK meningkat.
R/ Meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan perawatan klien dan
mengurangi kecemasan.
2. Pertahankan posisi 30 dan kurangi manipulasi yang berlebihan
R/ Dengan posisi 30 mempengaruhi sirkulasi darah otak sehingga
dapat menghindari peningkatan TIK
3. Anjurkan klien untuk bedrest total
R/Stimulasi yang kontinyu dapat meningkatkan TIK
4. Cegah/hindarkan terjadinya valsava manuver
R/ mengurangi tekanan intratorakal dan intraabdominal sehingga
menghindari peningkatan TIK
5. Observasi status neurologi
R/ Perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna
menentukan lokaso dan perkembangan penyakit
6. Obsevasi tanda vital tiap 4 jam
R/ adanya peningkatan tensi, bradicardi dysritmia, dyspneu merupakan
tanda terjadinya peningkatan TIK
7. Kolaborasi :
- pemberian O2 sesuai indikasi
R/ hipoksia menyebabkan vasodelatasi cerebral dan meningkatkan
terbentuknya edema serebri.
4. Resiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d menurunnya reflek batuk
Tujuan : tidak terjadi gangguan pada bersihan jalan napasklien dalam
waktu 7 x 24 jam
Kriteria: RR teratur, tidak ada stridor, ronchi, whezing, RR: 16 – 20 x /
mnt, reflek batuk klien ada.
INTERVENSI:
1. observasi kecepatan, kedalaman dan suara napas klien
R/ kecepatan pernapasan menunjukkan adanya upaya tubuh untuk
memenuhi kebutuhan O2
2. lakukan suction dengan ekstra hati-hati bila terdengar stridor
R/reflek batuk yang menurun menyebabkan hambatan pengeluaran
sekret
3. pertahankan posisi ½ duduk , tidak menekan ke salah satu sisi
R/ ventilasi lebih mudah bila posisi kepala dalam posisi netral,
penekanan ke satu titik menyebabkan peningkatan TIK.
4. lakukan chest fisioterapi
R/ claping dan vibrating merangsang cilia bronkus untuk
mengeluarkan sekret
5. jelaskan pada keluarga tentang perubahan posisi tiap 2 jam sekali