Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk telah
mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang pada wanita diseluruh dunia
dan jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan 75%, sedangkan wanita Eropa
yang mengalami keputihan sebesar 25%. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan
masalah reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia yang sama
dengan kaum wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa keputihan pada wanita di dunia,
harus memperoleh perhatian yang serius, salah satunya adalah keputihan yaitu masalah yang
berhubungan dengan organ seksual wanita. Keputihan biasanya disebabkan oleh jamur atau
virus bakteri yang tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita. Karena biasanya
wanita akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap dari organ intim nya1 . Menurut Depkes
RI dalam Andi keputihan merupakan gejala yang sering dialami oleh sebagian besar wanita.
Gangguan ini merupakan masalah kedua setelah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak
ditangani dengan serius oleh para remaja,padahal keputihan bisa jadi indikasi adanya
penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang
menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya
benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang
normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat
menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati. Kesehatan reproduksi di kalangan
wanita harus memperoleh perhatian yang serius. Beberapa penyakit-penyakit infeksi organ
reproduksi wanita adalah trikomoniasis, veginosis bakterial, kandidiasis vulvaginitis, gonore,
klamida, sifilis, ulkus motechncroid. Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ
reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan. Keputihan merupakan salah satu masalah
yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Keputihan (Fluor Albus) adalah cairan
berlebih yang keluar dari vagina 2 . Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin
wanita cukup baik yaitu mulai dari sistem asambasahnya. Pertahanan lain dengan
pengeluaran lendir yang selalu mengalir kearah luar menyebabkan bakteri dibuang dan dalam
bentuk menstruasi. Sekalipun demikian sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi
sering tidak dapat dibendung dan menjalar kesegala arah, menimbulkan infeksi mendadak
dan menahun dengan berbagai keluhan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak menuju dewasa. Proses
untuk mencapai kedewasaan biasanya ditandai dengan pubertas yang berhubungan erat
dengan perubahan aspek fisik dan psikis. Perubahan aspek fisik adalah yang paling penting
karena berlangsung dengan cepat, drastis dan berada pada organ reproduksi. Organ
reproduksi memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik
merupakan faktor penentu dalam menjaga kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi
remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi
yang dimiliki oleh remaja (Diananda, 2018). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah penduduk dalam kisaran usia 10-18 tahun
sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) kisaran usia
pada remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Remaja dibagi menjadi 3 fase antara
lain :

a. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun) :


Fase ini dikatakan juga fase negatif, dimana pada fase ini akan terlihat tingkah laku
yang lebih ke arah negatif. Fase yang canggung untuk hubungan komunikasi antara
anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi tubuh juga terganggu karena mengalami
perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
perubahan suasana hati yang tak terduga.
b. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun) :
Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat
keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan semakin banyak
waktu diluangkan diluar keluarga.
c. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun) :
Ingin menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjolkan dirinya; caranya lain dengan
remaja awal. Ia idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai
energi yang besar. Ia berusaha memantapkan identitas diri, dan ingin mencapai
ketidaktergantungan emosional.

2.1.2 Ciri-Ciri Remaja

Di sisi lain remaja memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Jatmika, 2010):


a. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan
pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan
perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari keluarganya.
b. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka masih
kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja
berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan
perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal mode
pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya harus mutakhir.
c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun
seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan
dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.
d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima nasihat dan
pengarahan orangtua.

2.2.3 Aspek-Aspek Perkembangan Remaja

Menurut (Zuraida, 2018) pada aspek-aspek perkembangan remaja akan mengalami


perkembangan fisik, psikis yang terdiri dari intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan
agama. :
1. Perkembangan Fisik Pada masa remaja perkembangan fisik berkembang secara cepat
yang diikuti dengan berkembangnya kapasitas reproduktif yang ada. Perkembangan
seksualitas pada masa remaja ditandai dengan seks primer dan sekunder sebagai
berikut :
a. Seks primer pada masa remaja terjadi pada matangnya organ-organ seks seperti pada
pria (usia sekitar 14-15 tahun) mengalami mimpi basah sedangkan pada remaja
wanita matangnya organ seks seperti tumbuh rahim vagina dan ovarium secara cepat
pada usia 11-15 tahun (mengalami menstruasi pertama).
b. Seks sekunder pada remaja pria ditandai dengan perubahan suara, tumbuh gondok
laki/jakun, tumbuh kumis, sedangkan pada wanita ditandai dengan tumbuh rambut
pubik disekitar kemaluan dan ketiak, buah dada bertambah besar dan pinggul besar.
2. Perkembangan Psikis Perkembangan psikis pada masa remaja ini dibagi menjadi dua
aspek yaitu :
a. Aspek intelektual : remaja pada aspek intelektual sudah mampu berfikir secara
hipotesis dan abstrak dari realita. Masa remaja dapat mengimajinasikan kemungkinan
untuk segala hal yang terjadi pada lingkungan sosial.
b. Aspek sosial : Masa remaja pada aspek sosial berhubungan dengan lingkungan sosial
atau penyesuaian diri terhadap aturan-aturan kemlompok, moral dan budaya. Dalam
aspek ini, masa remaja meliputi kepercayaan diri, penilaian objektif, berani dalam
menghadapi orang lain. Masa remaja juga memiliki kemampuan dalam memahami
orang lain seperti sifat pribadi, minat, dan dapat termotivasi dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang baik sehingga dapat lebih akrab dengan lingkungan
sosialnya melaui persahabatan dan percintaan. Pada aspek sosial ini remaja
cenderung bersikap menyerah, mengikuti pendapat, nilai, kebiasaan dan keinginan
orang lain. Remaja dalam penyesuaian sosialnya memiliki kemampuan untuk
bereaksi secara tepat terhadap realita sosial dilingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
3. Aspek Emosi (Afektif)
Masa remaja memiliki emosi yang dapat dilihat pada sikap optimisme dalam hidupnya,
bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada hidupnya. Masa remaja
juga memiliki emosi yang labil seperti rasa gembira berganti dengan rasa sedih, rasa
akrab diganti dengan permusuhan. Kematangan emosi merupakan tugas yang sulit pada
masa remaja. Kematangan emosi dipengaruhi oleh sosio-emosional lingkungan
terutama pada keluarga dan teman sebaya. Lingkungan yang kondusif akan dapat
mencapai kematangan emosional yang baik, seperti simpati, suka menolong, ramah,
menghargai dan menghormati orang lain, dapat mengendalikan emosi (tidak sensitif,
optimis dan dapat menghadapi segala situasi). Apabila remaja kurang mendapatkan
perhatian dari keluarga khusunya orangtua ataupun lingkungan seperti teman sebaya
maka remaja tersebut akan merasa tertekan dan mengalami ketidaknyamanan emosional
sehingga remaja tersebut bisa menjadi keras kepala, melawan dan berkelahi, melamun,
menyendiri dan menjadi pendiam).
4. Aspek Bahasa
Masa remaja pada aspek remaja merupakan bahasa yang berkembang seperti di
lingkungan keluarga, masyarakat maupun pada lingkungan sosial. Pada remaja akhir
biasanya memiliki kemampuan untuk meningkatkan bahasa asing tertentu, menggemari
literatur yang mengandung nilai filosofi, etnis dan religius. Masa remaja memiliki
kemampuan dalam menggunakan bahasa ilmiah dan dapat diajak berdialog seperti
ilmuwan.
5. Aspek Moral
Masa remaja pada aspek moral memiliki hubungan yang timbal balik dengan
lingkungan sosial dan masyarakat. Remaja lebih mengenal pada nilai-nilai moral,
kesopanan dan kedisiplinan. Dalam hal ini peranan orangtua sangat penting dalam
membantu meningkatkan moral remaja,dimana orang harus konsisten dalam mendidik
anak dan bersikap terbuka dan tidak memaksakan kehendak anak.
6. Aspek Agama
Masa remaja pada aspek agama dimana masa ini remaja memiliki pemahaman yang
matang, memiliki kemampuan berfikir yang abstrak

2.2 Keputihan
2.2.1 Konsep Keputihan
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau
lendir yang menyerupai nanah yang disebabkan oleh kuman. Terkadang, keputihan
tersebut dapat menimbulkan rasa gatal, bau tidak enak, dan berwarna hijau yang membuat
penderita merasa tidak nyaman (Sunyoto, 2014). Keputihan dibagi menjadi dua macam,
yaitu keputihan bersifat fisiologis (dalam keadaan normal) dan keputihan bersifat patologis
(karena penyakit) :
1. Keputihan yang fisiologis (normal) biasanya tidak berwarna / bening tidak berbau,
tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya. Namun
terkadang cairan ini berbentuk encer atau kental, kadang-kadang juga sampai
berbusa. Gejala ini merupakan proses normal yang terjadi sebelum atau sesudah
haid pada wanita tertentu. Cairan keputihan ini memiliki konsistensi yang encer
sampai kental, bukan berupa darah walaupun terkadang disertai oleh darah
(Kusmiran, 2011).
2. Keputihan patologis atau tidak normal adalah keluarnya cairan dari vagina yang
berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih kehijauan atau putih kelabu dari
saluran vagina, cairan ini dapat bertekstur encer atau kental, lengket dan kadang-
kadang berbusa, cairan ini mengeluarkan bau yang cukup menyengat, pada
penderita tertentu dapat disertai dengan rasa gatal yang dapat mengakibatkan
iritasi pada vagina, terkadang juga dapat menyebabkan sakit saat buang air kecil
(Riza, Qariati, & Asrinawati, 2019).

2.2.2 Patogenesis Keputihan


Perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi
hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan
patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti
jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu.
Bakteri ini memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina sehingga
mengakibatkan keadaan pH vagina basa dan menjadikan kuman penyakit berkembang dan
hidup subur didalam vagina (Sibagariang & dkk, 2010). Organ reproduksi wanita
merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga apabila tidak menjaga kebersihannya,
maka akan lebih mudah untuk berkeringat, lembab dan kotor. Tempat yang lembab dan
kotor merupakan tempat bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Perilaku yang tidak
baik dalam menjaga kebersihan organ reproduksi, seperti membersihkan dengan
menggunakan air yang kotor, memakai sabun kewanitaan secara berlebihan, menggunakan
celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, dan tidak
sering mengganti pembalut merupakan pencetus timbulnya infeksi yang dapat
menyebabkan keputihan patologis. Kebersihan organ reproduksi pada wanita harus dijaga
khususnya remaja, karena merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap keputihan
patologis (Kusmiran , 2012).

2.2.3 Gejala Keputihan


Menurut (Wijayanti, 2009), gejala yang timbul akibat keputihan beraneka ragam
sesuai dengan faktor penyebabnya. Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga
harus berkali-kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun dapat
pula sangat sedikit. Sebagian penderita mengeluhkan rasa gatal, hal ini dipengaruhi oleh
kondisi lembab karena banyaknya cairan yang keluar disekitar paha, sehingga kulit
dibagian itu mudah mengalami lecet. Keputihan juga berpengaruh terhadap kondisi
psikologis dikarenakan rasa malu, sedih atau rendah diri, sehingga mengakibatkan
kehilangan rasa percaya diri dan mulai menarik diri dari pergaulan. Bahkan, kondisi ini
dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut akan terkena penyakit kanker.
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir
yang menyerupai nanah yang disebabkan oleh kuman. Terkadang, keputihan tersebut dapat
menimbulkan rasa gatal, bau tidak enak, dan berwarna putih susu atau hijau yang membuat
penderita merasa tidak nyaman (Sunyoto, 2014)

2.2.4 Penyebab Keputihan


Kekurangan pengetahuan dan informasi mengenai perubahan sistem reproduksi pada
usia remaja menimbulkan kecemasan dan rasa malu karena berbeda dengan teman
sebayanya yang lain. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam masalah
yang berhubungan dengan alat reproduksi remaja. Salah satu masalah yang muncul adalah
munculnya keputihan pada remaja putri (Dhuangga & Misrawati, 2012). Pengetahuan dan
sikap remaja putri yang kurang dalam melakukan perawatan kebersihan pada daerah
genitalia eksterna (kemaluan bagian luar), serta perilaku yang kurang baik menjadi
penyebab keputihan itu sendiri (Azizah N. , 2015). Dalam kehidupan sehari-hari
kebersihan sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai
idividu dan kebiasaan. Jika sseorang sakit biasanya masalah kebersihan kurang
diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah hal yang
biasa, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehata secara umum
(Yuni , 2015).
Banyak perempuan Indonesia mengunakan produk pembersih vagina, bahkan setiap
hari bermunculan iklan yang menawarkan khasiat ampuh produk pembersih vagina.
Sedangkan membersihkan vagina dengan cairan pembersih (antiseptic) dapat membunuh
bakteri laktobacilus yang berguna untuk menjaga keasaman vagina. Pembersih kewanitaan
umumnya mengandung banyak senyawa kimia seperti kandungan Petroleum, Syntetic
Cheminal, dan Petrocheminal (chemicals hamful) yang dapat merusak kulit dan
lingkungan. Jika pemakaian sabun yang terus menerus semakin mengikis bakteri doderlyne
(bakteri baik) dan bakteri lain semakin mudah masuk ke liang vagina. Kalau hal ini terus
terjadi menyebabkan radang pinggul, infeksi genetalia bahkan salah satu pemicu kanker
serviks (Shanti & Desy, 2018). Banyak faktor yang dapat menyebabkan keputihan pada
remaja seperti faktor pendukung, faktor fisiologis dan faktor patologis. Faktor pendukung
terjadinya keputihan pada remaja adalah anemia, gizi rendah, kelelahan dan obesitas.
Faktor fisiologis keputihan yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor hormonal yang
normal seperti saat ovulasi, sebelum dan sesudah haid, rangsangan seksual, serta emosi.
faktor patologis yang sering mengakibatkan keputihan adalah infeksi bakteri, parasit,
jamur, dan virus (Pudiastuti, 2010).
Menurut Prawirohardo (2011), risiko keputihan juga bisa dipicu berdasarkan jenis
keputihannya. Seperti keputihan normal yang terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 10
hari dikarenakan pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus, pengaruh estrogen
yang meningkat pada saat menarche, rangsangan saat koitus mengakibatkan adanya
pelebaran pembuluhdarah di vagina atau vulva, adanya peningkatan produksi kelenjar-
kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi, mukus serviks yang padat pada masa
kehamilan. Keputihan yang abnormal disebabkan oleh kelainan alat kelamin sebagai akibat
cacat bawaan seperti rektovaginalis dan fistel vesikovaginalis, cedera persalinan dan
radiasi kanker genitalia, benda asing yang tertinggal di dalam vagina seperti tertinggalnya
kondom dan pesarium untuk penderita hernia, berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam
lumen, pada menopause dikarenakan vagina yang mengering sehingga sering timbul gatal
dan mudah luka, dan beberapa penyakit kelamin yang disebabkan oleh beberapa jenis
mikro organisme dan virus tertentu, diantaranya adalah:
1. Bakteri
a. Grandnerella : Keputihan yang timbul berwarna putih keruh keabu-abuan, agak
lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
Menimbulkan peradangan pada vagina yang tidak spesifik dan menghasilkan asam
amino yang akan diubah menjadi senyawa amin. Peradangan yang ditimbulkan oleh
bakteri ini disebut Vaginosis bakterial
b. Gonococcus : Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah satunya Neisseria
Gonorrhea, suatu bakteri yang dilihat dengan mikroskop tampak diplokok (berbentuk
biji) intraseluler dan ekstraseluler, bersifat tahan asam dan bersifat “gram negatif”.
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual (PHS/PMS/STD) yang
paling sering ditemukan yaitu Gonorrhea. Pada laki-laki, penyakit ini menyebabkan
kencing nanah. Sedangkan pada perempuan menyababkan keputihan.
c. Chlamydia Trachomatis : Keputihan yang ditimbulkan bakteri ini tidak begitu banyak
dan lebih encer bila dibandingkan dengan Gonorrhea. Namun, bila infeksinya terjadi
bersamaan dengan bakteri gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang
berat, kemandulan, hingga kehamilan diluar kandungan.
2. Jamur Candida
Keputihan yang timbul berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, di sertai rasa
gatal dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya. Keputihan yang disebabkan oleh
jamur candida, paling sering oleh spesies albicans. Peradangan yang ditimbulkan oleh
jamur ini disebut Kandidosis vaginalis. Pada keadaan normal jamur ini terdapat di
rongga mulut, usus besar maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada keadaan
tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan. Beberapa faktor dapat
mempermudah seseorang terinfeksi jamur ini, seperti saat haid, hamil, minum
antibiotika dalam jangka waktu lama, kontrasepsi oral (pil KB), obat kortikosteroid, dan
penyakit kencing manis (diabetes mellitus).
3. Parast
Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan, bau tak
sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan gatal. Penularan terjadi melalui
hubugan seksual. Peradangan yang ditimbulkan oleh parasit ini disebut Trichomoniasis.
4. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS)
tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV dapat meningkatkan timbulnya
kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan HPV tipe-2 dapat menjadi faktor
pendamping. HPV dapat menimbulkan penyakit Kondiloma akuminata yang disebut
juga genital warts, kutil kelamin, veneral warts ( jengger ayam).

2.2.5 Dampak Keputihan


Keputihan yang patologis dapat berdampak ke perasaan tidak nyaman dan dalam
jangka waktu lama yang dapat menyebabkan beberapa penyakit serius yang dapat
membahayakan organ reproduksi wanita, diantaranya adalah infeksi pada panggul dan juga
bisa mengakibatkan infertilitas atau kemandulan (Agustini, 2013). Dampak dari keputihan
patologis juga bisa menyebabkan infeksi oleh kuman atau bakteri yang masuk ke vagina
sehingga terjadi keputihan yang berlanjut ke tahap lebih parah dan berisiko untuk terjadi
kasus Infeksi Menular Seksual (IMS), hal ini begitu buruk bagi remaja putri yang kelak
akan menikah dan sebagai penular kepada suaminya sebagai pasangan seksual . Hasil
penelitian (Yuliasari, 2015) yang mengatakan akibat buruk dari keputihan jika tidak segera
ditangani yaitu merasa tidak nyaman dan malu apabila akan berkonsultasi merupakan
akibat dari keputihan fisiologis. Sebagian besar remaja menganggap keputihan merupakan
hal yang biasa dan wajar. Selain itu perasaan malu ketika mengalami keputihan yang
berlebih membuat remaja enggan untuk melakukan pemeriksaan dan menganggap tidak
perlu diobati.
Hal ini sejalan dengan (Prawirohardjo, 2014) yang mengatakan bahwa perempuan
yang memiliki masalah dengan genetalianya, cenderung menunjukkan gejala rasa malu
sehingga saat menghadapi seseorang terutama pada pemeriksaan pertama kali, yang sangat
diperlukan adalah pengertian (simpati), kesabaran dan sikap yang menimbulkan
kepercayaan karena keputihan cukup mengganggu penderita baik fisik maupun mental.
Salah satunya malu (Keliat, 2009). Sejumlah gejala yang dapat menandakan individu
dengan pengalaman traumatis. Beberapa gejala yang umum adalah mempunyai kenangan
menyakitkan yang tidak mudah dilupakan, mimpi buruk berulang akan kejadian
traumatis,dan timbulnya kenangan akan kejadian traumatis ketika melihat hal-hal yang
terkait dengan kejadian tersebut. Dari segi kognitif, kenangan akan kejadian traumatis
dapat memicu perasaan cemas, ketakutan berlebih, dan perasaan tertekan. Trauma
disebabkan oleh kejadian yang begitu negatif hingga menghasilkan dampak
berkepanjangan pada stabilitas mental dan emosional individu.Sumber dari kejadian
trauma sendiri dapat berupa fisik ataupun psikologis (American Psychiatric Association,
2013). Dampak dari keputihan yang tidak ditangani dan berlangsung terus-menerus akan
mengganggu fungsi organ reproduksi wanita dengan terjadinya penyakit menular seksual
(PMS) khususnya pada remaja tidak dapat diabaikan begitu saja, sehingga mengalami
trauma karena saat terjadi keputihan dapat menyebabkan sulit untuk memulai tidur, tiba-
tiba terbangun pada malam hari, merasa kurang nyaman ataupun saat tidur dan sering kali
tidur larut malam (Abiyoga, Pringgotomo, & Azizah, 2018).

2.2.6 Pencegahan Keputihan


Keputihan normal atau fisiologis tidak perlu diobati tetapi yang harus diwaspadai.
Keputihan yang harus diwaspadai yaitu keputihan patologis yang jika dirasa mulai
mengganggu seperti munculnya rasa gatal dan nyeri maka harus segera dikonsultasikan
kedokter sebab, gangguan ini dapat menyebabkan kemandulan dan kanker (Prayitno,
2014). Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya
penatalksanaan dilakukan sedini mungkin seperti melalui personal highiene yang baik dan
perawatan pada genetalia eksterna. Menjaga kebersihan saat menstruasi merupakan salah
satu cara aman untuk mencegah kuman dan infeksi pada vagina yang dapat mengakibatkan
penyakit gangguan reproduksi.
Hal ini karena keputihan berasal dari organ reproduksi, maka kondisi ini harus
ditangani dengan benar dan hati-hati sehingga kebersihan daerah pribadi menjadi hal yang
penting. Pengetahuan remaja tentang keputihan akan mempengaruhi sikap dan perilaku
hidup bersih dan sehat, karena menurut (Notoatmodjo, 2010), Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata prilaku dengan didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
prilaku dengan tidak didasari oleh pengetahuan (Komariyah, Sucipto, & Izah, 2015).
Contoh personal hygine bisa dilakukan untuk mencegah datangnya keputihan yaitu
usahakan vagina senantiasa kering dan tidak lembab, karena keadaan basah memudahkan
berjangkitnya infeksi dari luar, selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, mandi
dengan teratur dengan membasuh vagina dengan air hangat dan sabun yang lembut,
praktekkan cara menyeka yang benar yaitu dari arah depan ke belakang, hindari
penggunaan handuk milik orang lain untuk mengeringkan vagina kita, selalu gunakan
celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun, jangan menggunakan alat
pembersih kimiawi tertentu karena akan merusak keasaman vagina yang berfungsi
menumbuhkan bakteri atau kuman yang masuk. demikian juga tidak diperbolehkan
menggunakan deodorant atau spray, cairan pembasuh (douches), sabun yang keras, serta
tisu yang berwarna dan berparfum, perawatan sistem reproduksi dengan mencukur
sebagian dari rambut kemaluan secara teratur, jangan menggunakan alat-alat bantuan untuk
masturbasi, karena hal ini bisa menyebabkan robeknya selaput dara dan infeksi pada
vagina (Putri & Saputra, 2018)
Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan upaya pencegahan dini menurut
(Shadine , 2012) dilakukan dengan upaya sebagai berikut :
a. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut vagina atau
pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman. Jadi, jangan lupa
menggunting atau membersihkannya agar pemberian obat keputihan berupa salep lebih
mudah menyerap.
b. Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari
depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Jangan lupa
untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.
c. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian celana dalam
yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat.Pemakaian celana jins terlalu
ketat juga meningkatkan kelembapan daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada
waktunya.
d. Jika keputihan masih dalam taraf ringan, coba gunakan sabun atau larutan antiseptic
khusus pembilas vagina, tapi jangan gunakan berlebihan karena hanya akan mematikan
flora normal vagina dan keasaman vagina juga terganggu. Jika perlu, konsultasikan dulu
ke dokter.
e. Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, tisu harum, atau tisu toilet.
Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
f. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air yang tidak
bersih. Jadi bersihkan bak mandi, ember, ciduk, water torn, dan bibir kloset dengan
antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman.
g. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari keputihan yang
disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan seks.

2.2.7 Pemeriksaan Keputihan


Menurut (Bahari , 2012), sebelum melakukan tindakan pengobatan, perlu dilakukan
langkah-langkah pemeriksaan guna mengetahui penyebab keputihan. Berbagai langkah
pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan usia, keluahan yang dirasakan, sifat-sifat
cairan yang keluar, kaitannya dengan menstruasi, ovulasi, serta kehamilan. Pemeriksaan
bisa dilakukan secara langsung dengan melihat vagina, muara kandung kemih, anus dan
lipatan pada paha. Bisa juga dilakukan pemeriksaan di laboratorium yang memadai dengan
cara mengambil sempelcairan keputihan dan sampel darah. Adapun pemeriksaan dalam
dilakukan terhadap wanita yang sudah menikah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan speculum. Untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, bisa dilakukan tindakan
biopsi, yaitu dengan cara mengambil sel-sel yang lepas dengan cara mengeroknya dari
selaput lendir rahim.

2.2.8 Pengobatan Keputihan


Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan pengobatan yang
bertujuan untuk menyembuhkan seorang penderita dari penyakitnya, tidak hanya untuk
sementara tetapi untuk seterusnya dengan mencegah infeksi berulang. Selain itu juga perlu
dilakukan personal hygene untuk mengurangi terjadinya keputihan yang bersifat patologis.
Menurut buku (ISO, 2011) pengobatan keputihan sangat bergantung kepada penyebabnya.
Untuk keputihan akibat infeksi, mutlak diperlukan anti infeksi. Obat keputihan tersedia
dalam berbagai bentuk yaitu: gel, krim, losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral
(Sari & Amalia, 2013) Menurut (Bahari , 2012), pengobatan keputihan terdiri dari:

A. Pengobatan Moderen
Jika penyebab keputihan adalah infeksi, ada beberapa tindakan pengobatan
moderen yang bisa dilakukan. Diantaranya:
1. Obat-obatan Berikut berbagai jenis obat yang bisa digunakan mengatasi keputihan
a. Asiklovir Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh virus
herpes.
b. Podovilin 25% Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh
kondiloma.
c. Larutan asam Thrikloro-Asetat 40-50% atau salep Asam Salisilat20-40%
(digunakan dengan cara dioleskan).
d. Metronidazole Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh
bakteri Comonas Vaginalis dan Gardnerella.
e. Nistatin, mikonazole, klotrimazole, dan friconazole. Digunakan untuk mengobati
keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida Albican
2. Larutan Antiseptik : Larutan antiseptik hanya berfungsi membersihkan cairan
keputihan yang keluar dari vagina, larutan ini tidak bisa membunuh penyebab infeksi
ataupun menyembuhkan keputihan yang diakibatkan oleh penyebab lainnya.
a. Hormon Estrogen : Hormon estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet dan
krim. Pemberian hormon ini dilakukan terhadap penderita yang sudah memasuki
masamenopause atau lanjut usia.
b. Operasi Kecil Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah tumor
jinak, misalnya papilloma.
c. Pembedahan Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah
kanker serviks atau kanker kandungan lainnya. Selain itu, metode pengobatan ini
juga dilakukan dengan mengacu pada stadium kankernya.

B. Pengobatan Tradisional
Menurut (Nay, Citrawati, & Lestari , 2019) metode pengobatan tradisional
dilakukan dengan memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat ditemui
dengan mudah di alam sekitar, berikut ini:
1. Daun sirih : Nama ilmiah daun sirih adalah Piper betle L. daun sirih mengandung
minyak asiri yang terdiri dari berbagai senyawa seperti: kavikol, karvakol, sineol,
metal kavikol, eugenol, eugenol metal eter dan kavibetol. Selain itu juga daun
sirih mengandung tannin, gula dan amilun. Daun sirih mempunyai efek
farmakologi seperti meredakan batuk, anti radang, merangsang saraf pusat,
meredakan sifat mendengkur, mencegah ejakulasi premature, keputihan,
menghentikan perdarahan dan menguatkan gigi. Adapun cara yang bisa di lakukan
dengan membuat ramuan untuk keputihan yaitu siapkan daun sirih segar 10
lembar kemudian daun sirih di rebus 2,5 liter air. Dalam kondisi hangat air
rebusan daun sirih di pakai untuk memcuci liang kemaluan.
2. Kunyit : Kunyit adalah salah satu obat alami keputihan yang termasuk dalam jenis
umbi-umbian. Kunyit terdiri dari dua jenis yaitu kunyit putih dan kuning, tetapi
yang paling sering digunakan adalah kunyit kuning. Kunyit mengandung senyawa
yang berkhasiat obat, yang di sebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin,
desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat-zat manfaat lainnya.
Adapun cara yang digunakan untuk membuat ramuan untuk keputihan yaitu ambil
2rimpang kunyit, satu genggam daun beluntas, satu genggam buah asam dan satu
potong gula aren. Selanjutnya semua bahan di rebus secara bersamaan dengan
1liter air sampai mendidih kemudian di saring. Air rebusan ini dapat dikonsumsi 1
gelas per hari

Anda mungkin juga menyukai