Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN.

I DENGAN
FRAKTUR CRURIS DI RUANG INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSD dr. SOEBANDI JEMBER

disusun untuk menyelesaikan tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Bedah

Oleh

Fakhrun Nisa’ Fiddaroini, S.Kep


NIM 12231101064

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Fraktur Cruris di Ruang Instalasi Bedah
Sentral telah disetujui dan disahkan pada:
Hari, tanggal : , Oktober 2016
Tempat : Ruang Instalasi Bedah Sentral RSD dr. Soebandi Jember

Jember, Oktober 2016

Pembimbing Klinik Mahasiswa

H. Mustakim, S.Kep., Ns. MM.Kes Fakhrun Nisa’ Fiddaroini, S.Kep


NIP 19750225 199703 1 003 NIM 122311101064

Pembimbing Akademik

Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB


NIP 19810319 201404 1 001
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN BEDAH

Nama Mahasiswa : Fakhrun Nisa’ Fiddaroini, S.Kep


NIM : 122311101064
Tempat Pengkajian : Ruang Instalasi Bedah Sentral
Tanggal : 11 Oktober 2016

Konsep Teori
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi jika tulang dikenal stress yang lebih besar dari yang besar dan dari
yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price & Wilson, 2006). Cruris
berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah yang terdiri
dari tulang tibia dan fibula. Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula.
Fraktur terjadi jika tulang mendapatkan stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya.
2. Patofisiologi
Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks,
sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini
merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi menimbulkan
pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila di tekan atau di
gerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkn syok neurogenik.
Sedangkan kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan kehilangan
sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi
keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah cidera.
Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah,
kedalam jaringan lemak tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan.Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.Sel darah putih
dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa – sisa sel mati di mulai. Di tempat
patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
membentukan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru umatur yg disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalmi remodelling untuk membentuk tulang sejati.

I. Identitas Pasien
Nama : An.I No. RM : 1419**
Umur : 8 tahun Pekerjaan : Pelajar
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS : 10 Oktober 2016
Pendidikan : Belum Tamat SD Tgl Pengkajian : 11 Oktober 2016
Alamat : Tempurejo, Sumber Informasi : Pasien dan Rekam
Jember Medis

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa medik : Fraktur Cruris 1/3 Distal Dekstra
Tindakan Medis: ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
2. Keluhan utama : Nyeri pada kaki
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan sewaktu pulang sekolah pada tanggal 9 oktober 2016,
ketika dia berjalan tiba-tiba ada pengendara yang menabraknya. Kemudian
keluarga membawa pasien untuk dilakukan pemeriksaan di puskesmas
Tempurejo. Setelah dilakukan pemeriksaan, puskesmas merujuk pasien ke
RSD dr.Soebandi Jember. Pasien masuk ruang rawat inap pada tanggal 10
oktober 2016 dan di rawat inap di ruang seruni. Saat dilakukan pengkajian
pasien mengeluhkan nyeri pada kaki kanannya. Provokatif (P): pergeseran
fragmen tulang, kualitas (Q): nyeri tumpul dan menusuk, regio (R): crucis
1/3 distal dekstra, skala (S): pasien terlihat menahan nyeri (dari skala:
tidak nyeri (0) – nyeri berat (10): nyeri skala 5, waktu (T): nyeri setiap
saat. Pasien mengatakan takut untuk menggerakkan kakinya, kaki
kanannya terasa kaku, dan takut tidak bisa berjalan lagi.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan, obat-obatan, atau
plester.
c. Imunisasi:
Pasien mengatakan tidak tahu imunisasi yang pernah dilakukan.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien memiliki kebiasaan bermain dan berolahraga setiap di sekolah.
e. Obat-obatan yang digunakan:
Pasien mengatakan tidak tahu obat yang pernah dikonsumsi.
5. Riwayat penyakit keluarga :
Pasien berumur 8 tahun dan mengatakan tidak tahu penyakit yang pernah
dialami keluarganya.
Genogram

An.I

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa saat mengalami kecelakaan, keluarga langsung
membawa pasien ke puskesmas. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga
pasien sangat memanfaatkan pelayanan kesehatan. Keluarga juga menyadari
pentingnya pemeriksaan pada pelayanan kesehatan.
Interpretasi: Pasien dan keluarga sangat memanfaatkan pelayanan kesehatan.
persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien dan keluarga baik.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
- Antropometri
BB : 25 Kg
TB : 115 cm = 1,15 m
Interpretasi:
Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien adalah sebagai berikut:
IMT = BB/TB2
= 25 kg /(1,15 m)2
IMT = 25/1,152
= 18,93. Hal ini menunjukkan bahwa IMT pasien termasuk dalam
kategori normal.
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27,0

- Biomedical sign :
Tanda biomedis yang dapat dilihat pada pasien adalah dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu:
Hemoglobin: 13,4 gr/dL (Pria: 14-18 gr/dL), (Wanita: 12-16 gr/dL)
Hematokrit: 38,2 % (Pria: 40-50%), (Wanita, 35%-35%)
SGOT : 46 U/L (5-35 U/L)
SGPT : 23 U/L (5-35 U/L)
BUN : 8 mg/dL (6-20 mg/dL)
Serum Creatinin : 0,6 mg/dL (0,6-1.3 mg/dL)
Interpretasi:
Berdasarkan hasil biomedical sign, pasien mengalami peningkatan pada
SGOT .
- Clinical Sign :
Kulit lembab, tidak ada distensi kandung kemih, rambut tidak rontok
dan tebal, rambut berwarna hitam, sklera ikterik, konjungtiva tidak
anemis, tidak ada edema, tidak ada anoreksia, tampak lemah, terlihat
lemas, mukosa bibir kering, dan tampak nyeri.
Interpretasi:
Tanda klinis pasien menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
penurunan nutrisi sebelum dan saat di rumah sakit.
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
No Pola nutrisi Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1. Frekuensi makan 3 kali/hari 2 kali/hari
2 Porsi makan 1 piring/makan 1 porsi sesuai diit
makanan di rumah sakit
3 Varian makanan Nasi putih, ikan laut, Sesuai diit makanan
daging, telur, sayur- yang diberikan di rumah
sayuran dan daging. sakit.
4 Nafsu makan Baik Baik
5 Lain-lain - -
Interpretasi :
Terdapat perubahan pola nutrisi pada pasien jika dibandingkan sebelum
sakit dan saat sakit yaitu terkait frekuensi makan.
3. Pola eliminasi:
BAK
No Pola eliminasi Sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1 Frekuensi 3-4 kali/hari 2-3 kali/hari
2 Jumlah - -
3 Warna Kuning jernih Kuning jernih
4 Bau Bau khas urin : amoniak Bau khas urin : amoniak
5 Karakter - -
6 Bj - -
7 Alat bantu - -
8 Kemandirian Mandiri Dibantu
9 Lain-lain - -

BAB
No Pola eliminasi Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1 Frekuensi 1-2 kali/hari 1 kali/hari (kadang-
kadang)
2 Jumlah - -
3 Konsistensi Padat Padat
4 Warna Kuning Kuning kecoklatan
5 Bau Bau khas BAB Bau khas BAB
6 Karakter - -
7 Bj - -
8 Alat bantu - -
9 Kemandirian Mandiri Dibantu
10 Lain-lain - -

Interpretasi:
Balance cairan:
Input :
 Infus RL 1500 cc/24 jam
 Minum 1000 cc/24 jam
 Water Metabolism (WM) menggunakan luas permukaan tubuh dengan
rumus du bois. Diketahui BB pasien 25 Kg dengan TB 115 cm
ditemukan luas permukaan tubuh (LPT)
𝑇𝐵 (𝑐𝑚)𝑥 𝐵𝐵 (𝐾𝑔)
LPT = √
3600

115 𝑥 25
=√ 3600

= √0,798
= 0,89 m2
WM = 350 x LPT
= 350 x 0,89
= 311,5 cc
Total input = 1500 + 1000 + 311,5 = 2811,5 cc/24 jam

Output
 Urine 1500 cc/24 jam
 IWL (Insensible Water Loss) = 2xWM = 2 x 311,5 = 623 cc
Total ouput = 1500 + 623 = 2123 cc
Balance cairan = input – output
= 2811,5 – 2123 cc
= + 688,5 cc
4. Pola aktivitas & latihan
Sebelum masuk rumah sakit, aktivitas sehari-hari pasien lebih banyak di luar
rumah yaitu di sekolah.
c.1. Akrivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ ROM √
Interpretasi:
Dilihat dari pola aktivitas harian pasien, kondisi pasien saat ini dikatakan
memerlukan bantuan petugas atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-harinya.
Status oksigenasi: pasien bernapas spontan, tidak tampak penggunaan otot-
otot bantu pernapasan, pasien mengatakan tidak sesak napas, pasien tidak
menggunakan alat bantu pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler:
Tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi = 88 x/menit, RR = 20 x/menit.
Terapi oksigen:
Pasien bernapas spontan dan tidak sesak napas sehingga tidak dibantu dengan
pemberian oksigen.
Interpretasi:
Pasien susah melakukan aktivitas karena mengalami fraktur.
5. Pola tidur & istirahat
No Pola tidur/istirahat Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1 Durasi  Tidur siang: jarang tidur  Tidur siang : tidak tidur
siang, jika tidur siang ± 1 siang
jam  Tidur malam = ± 8
 Tidur malam : ± 8 jam/hari.
jam/hari. 
2 Gangguan tidur Tidak ada gangguan tidur, Sering terbangun saat tidur,
tidur selalu nyenyak. baik tidur siang maupun
malam karena nyeri yang
dirasakan pada kaki kanan.
3 Keadaan bangun Lebih segar Pasien merasa badannya
tidur sakit semua terutama pada
kaki kanan.
4 Lain-lain - -

Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat saat hari pengkajian
6. Pola kognitif & perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Pasien mampu berhitung, mampu mengingat kejadian masa lalu.
Fungsi dan keadaan indera :
 Mata : tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis, mampu melihat dengan
jelas.
 Hidung : normal dapat mencium bau, tampak bersih.
 Telinga : pasien mampu mendengar suara mahasiswa saat dilakukan
pengkajian, tidak terdapat pembengkakan, telinga simetris, tampak bersih.
 Pengecap : simetris, tampak bersih.
 Peraba : pasien dapat merasakan suhu panas dan dingin, mampu
merasakan perabaan dan nyeri.
Interpretasi :
Pasien tidak mengalami gangguan pola kognitif dan perseptual.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri : pasien menyukai semua bagian tubuhnya.
Identitas diri : identitas diri pasien mengalami penurunan karena sakit yang
dialaminya
Harga diri : pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Ideal diri : pasien ingin memiliki kaki yang normal agar mampu bersekolah
kembali.
Peran diri : peran diri pasien sebagai pelajar terganggu karena tidak bisa pergi
ke sekolah.
Interpretasi:
Pola persepsi diri pasien mengalami gangguan.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pasien baru berumur 8 tahun.
Interpretasi :
Berdasarkan teori perkembangan psikososial erickson, pasien berada pada
tahap industri vs inferiority.
9. Pola peran & hubungan
Peran pasien sebagai seorang pelajar terganggu.
Interpretasi :
Pada mengalami gangguan peran saat sakit, hubungan pasien dengan keluarga
baik.
10. Pola manajemen koping-stess
Pasien menceritakan pada ibu dan ayahnya apa yang dirasakan.
Interpretasi:
Manajemen dan koping stress pasien maladaptif karena pasien mengganggap
kecelakaan yang dialaminya merupakan hal yang buruk. Pasien menganggap
karena kecelakaan yang dialaminya ia tidak bisa bersekolah.
11. Sistem nilai & keyakinan
Pasien mengatakan tidak dapat melakukan shalat 5 waktu seperti biasanya
karena kesulitan untuk berwudhu. Pasien juga mengatakan tidak dapat shalat
karena kakinya sangat nyeri jika dibuat untuk bergerak.
Interpretasi :
Terdapat gangguan dalam pemenuhan kebutuhan ibadah pasien. Pasien tidak
dapat melakukan ibadah sesuai keyakinannya seperti sebelum pasien sakit.

IV. Pemeriksaan Fisik


Pengkajian tanggal 11 Oktober 2016.
Keadaan umum : cukup
GCS : E4 V5 M6
Tanda vital :
 Tekanan darah = 100/70 mmHg
 Nadi = 88 x/menit
 RR = 20 x/menit
Interpretasi:
Pasien dalam keadaan compos mentis
Pengkajian fisik
1. Kepala
Inspeksi : kepala bulat, simetris, rambut hitam, tidak rontok, persebaran
rambut merata, rambut bersih, tidak tampak benjolan, wajah simetris, tidak
tampak benjolan abnormal pada wajah dan pembengkakan pada wajah.
Palpasi : teraba benjolan pada kepala bagian kanan atas, terdapar nyeri
lepas tekan pada area benjolan.
2. Mata
Inspeksi : pupil isokor, reflek cahaya positif, sklera tidak ikhterik,
konjungtiva anemis, bulu mata rata dan hitam.
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal pada kedua mata, ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, tampak bersih, warna sama dengan kulit
lainnya, tidak tampak lesi.
Palpasi : tidak teraba benjolan abnromal pada kedua telinga, tidak ada
nyeri tekan.
4. Hidung
Inspeksi : tidak tampak pernapasan cuping hidung, tulang hidung simetris,
lubang hidung bersih, tidak terdapat luka/lesi, tidak terpasang alat bantu
pernapasan.
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : tidak tampak sianosis, mulut bersih, terdapat luka pada mulut
6. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, leher simetris, warna
sama seperti sekitarnya, tidak tampak pembengkakan kelenjar limfe, tidak
ada jejas
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
7. Dada
• Paru-paru
Inspeksi : pernapasan reguler dengan RR 20 x/menit, dada simetris,
tidak ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan, tidak ada jejas,
tidak tampak benjolan abnormal.
Palpasi : tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan.
• Jantung
Inspeksi : dada simetris, tidak tampak jejas, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak teraba benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan,
ictus cordis tidak teraba.
8. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen simetris, flat, tidak aada luka/jejas, tidak
tampak benjolan abnormal.
Palpasi : tidak teraba benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan
9. Urogenital
Inspeksi : tidak tampak terpasang kateter urin
10. Ekstremitas
Inspeksi : Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : simetris, sama
- Pergerakan abnormal : tidak ada pergerakan abnormal
- Kekuatan otot kanan / kiri : dapat menahan tahanan
- Tonus otot kanan / kiri : terlihat
- Koordinasi gerak : dapat berkoordinasi dengan baik
b. Sensori
- Nyeri : menghindari sumber nyeri
- Rangsang suhu : menghindari suhu tinggi
- Rasa raba : merasa nyeri
Ekstremitas bawah, pasien mengalami fraktur pada kaki kanan dan
terdapat balutan mulai dari patela sampai ankle, tampak edema cruris,
terdapat krepitasi.
a. Motorik
- Gaya berjalan : tidak kuat berjalan
- Kekuatan kanan / kiri : kaki kanan tidak dapat menahan tahanan,
kaki kiri dapat menahan tahanan
- Tonus otot kanan / kiri : terlihat
b. Sensori
- Nyeri : menghindari sumber nyeri
- Rangsang suhu : menghindari suhu tinggi
- Rasa raba : merasa geli
Pengukuran kekuatan otot dan tonus otot ektremitas
55555 55555
22222 55555
Palpasi : tidak teraba benjolan abnromal, akral hangat, tidak ada krepitasi,
ada nyeri tekan, turgor kulit baik (<2 detik), CRT <2 detik.
11. Kulit dan kuku
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, luka insisi terdapat di cruris
tertutup balutan elastic bandage.
Palpasi : ada nyeri tekan pada daerah cruris post op, CRT <2 detik.
12. Keadaan lokal
Edema dan nyeri tekan cruris, tertutup balutan, akral hangat
Keadaan umum : cukup
V. Terapi
NO Jenis terapi Farmakodinamik dan Dosis dan rute Indikasi dan Efek samping Implikasi
farmakokinetik pemberian kontraindikasi Keperawatan
1. Fentanyl Farmakodinamik: fentanil adalah Dosis 50 mcg Indikasi : nyeri sebelum Depresi pernapasan Memberikan
analgesik narkotik yang poten, Rute IV operasi, selama, dan Sistem saraf: sakit obat secara 12
bisa digunakan sebagai tambahan pasca operasi. kepala, gangguan benar
untuk general anastesi maupun Penangangan nyeri pada penglihatan, vertigo,
sebagai awalan anastetik. Fentanil kanker, sebagai depresi, rasa
menyediakan stabilitas jantung sumplemen anastesi mengantuk, koma,
dan stress yang berhubungan sebelum operasi untuk eforia, disforia,
dengan hormonal, yang berubah mencegah atau lemah, agitasi,
pada dosis tinggi. dosis 100 mg menghilangkan takipnea ketegangan, kejang.
setara dengan aktifis analgesik 10 dan delirium pasca Pencernaan : mual,
mg morfin. Fentanil memiliki operasi. muntah, konstipasi
kerja cepat dan efek durasi kerja Kontraindikasi: Kardiovaskuler :
kurang lebih 30 menit setelah hipersensitifitas, depresi aritmia, hipotensi
dosis tunggal IV 100 mg. pernapasan yang parah, postural
Farmakokinetik : sebagai dosis sediaan transdermal
tunggal, fentanil memiliki onset tidak direkomendasikan
kerja yang cepat dan durasi yang pada nyeri akut atau
lebih singkat dibanding morfin. pasca operasi, nyeri
kronis ringan atau
intermitten
2. Atracurium Farmakodinamik: atracurium Dosis 0,5 mg Indikasi : Skin flusing,
merupakan neuromuscular Rute IV Sebagai adjuvant hipotensi atau
blocking agent yang sangat terhadap anestesi umum bronkospasme ringan
selektif dan kompetitif dengan agar intubasi trakea dan sementara, yang
lama kerja sedang. dapat dilakukan dan berhubungan dengan
Farmakokinetik: untuk relaksasi otot pelepasan histamine
eliminasi atracurium tidak rangka selama
tergantung pada fungsi ginjal atau pembahan atau ventilasi
hati. Produk urai yang utama terkendali
adalah laudanosine dan alkohol Kontraindikasi:
monoquatenary yang tidak Penderita yang
memiliki aktivitas blokade hipersensitif terhadap
neuromuscular. obat ini
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
No Jenis Nilai normal Hasil
pemeriksaan (rujukan) (hari/tanggal)
1. Faal ginjal nilai Satuan 11-10-2016
Kreatinin serum 0,6-1,3 mg/dL 0,6
BUN 6-20 mg/dL 8
2. Darah lengkap nilai Satuan 11-10-2016
Hemoglobin 14-18 gr/dL 13,4
Leukosit 4000-11.000 mm3 22.000
Trombosit 200.000 mm3 45.000
Hematokrit 40-50 % 38,2%

3. Faal Hati nilai Satuan 11-10-2016


SGOT 5-35 U/L 46
SGPT 5-35 U/L 23

Jember, 11 Oktober 2016


Pengambil Data,

(Fakhrun Nisa’ Fiddaroini, S.Kep)


NIM 122311101064
ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Trauma Ansietas
a. Pasien mengeluh takut untuk ↓
operasi Operasi untuk
b. Pasien mengatakan saya takut dilakukan
kalau operasi nanti disuntik pembedahan
DO: ↓
a. Pasien terlihat gelisah Krisis situasional

b. Tekanan darah = 100/70 ↓

Nadi 88x/menit Ansietas

RR 20x/menit
2. DS: Pergeseran fragmen Nyeri akut
a. Pasien mengeluh kakinya sakit tulang
b. Pasien mengatakan “aduh aduh, ↓
kaki saya sakit sekali” Keterbatasan gerak
DO: dan merasakan nyeri
Nadi 88x/menit ↓
Provokatif (P): fraktur pada kaki Nyeri pada bagian
Kualitas (Q): nyeri tajam dan kaki kanan
tertusuk
Regio (R): cruris 1/3 distal dekstra
Skala nyeri 5 (dari skala (S): tidak
nyeri nyeri (0) – nyeri berat (10))
Waktu (T): setiap saat dan nyeri
bertambah setelah aktivitas seperti
berpindah di atas tempat tidur.

DO: Prosedur Risiko trauma


a. terdapat penggunaan elastik pembedahan
bandage untuk luka post operasi ↓
Pemberian posisi
yang salah post
operasi

Risiko trauma

3. DO: Prosedur Risiko infeksi


a. Terdapat luka insisi post operasi pembedahan
tertutup kassa steril ↓
b. ADL terbatas, personal hygiene Jaringan terbuka
kurang ↓
Port the entry

Jika Proteksi kurang,
imun menurun,
invasi bakteri

Risiko infeksi

4. DS: Operasi Nyeri akut (cruris)


a. Pasien mengeluh kakinya sakit ↓
b. Pasien mengatakan “aduh aduh” Jaringan terputus
c. Pengkajian yang didapatkan: ↓
Provokatif (P): fraktur pada kaki Merangsang saraf
Kualitas (Q): nyeri tajam dan sensori
tertusuk ↓
Regio (R): Cruris 1/3 distal Nyeri akut
dekstra
Skala nyeri 7 ( dari skala (S) :
tidak nyeri (0) – nyeri berat
(10))
Waktu (T): setiap saat dan nyeri
bertambah setelah berusaha
untuk digerakkan
DO:
Pasien tampak meneteskan air mata

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal
No Diagnosa Tanggal perumusan
pencapaian
1 Ansietas berhubungan dengan 11 Oktober 2016 11 Oktober 2016
krisis situasional ditandai dengan
pasien mengeluh takut untuk
operasi dan mengatakan takut
kalau operasi nanti disuntik

2 Nyeri akut berhubungan dengan 11 Oktober 2016


agen injuri biologi (pergeseran 11 Oktober 2016
fragmen tulang) ditandai dengan
pasien mengatakan “aduh aduh,
kaki saya sakit sekali”.

Nyeri akut (cruris) berhubungan


dengan agen injuri fisik (pasca
operasi pembedahan) ditandai
dengan pasien tampak meneteskan
air mata.
3 Risiko trauma 11 Oktober 2016 11 Oktober 2016

4 Risiko infeksi berhubungan 11 Oktober 2016 11 Oktober 2016


dengan prosedur pembedahan
Diagnosa Keperawatan Perioperatif
1. Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan pasien mengeluh
takut untuk operasi dan mengatakan takut kalau operasi nanti disuntik
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (pergeseran fragmen tulang)
ditandai dengan pasien mengatakan “aduh aduh, kaki saya sakit sekali”.
2. Intra Operasi
a. Risiko trauma
3. Post Operasi
a. Nyeri akut (cruris) berhubungan dengan agen injuri fisik (pasca operasi
pembedahan) ditandai dengan pasien tampak meneteskan air mata.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

PERENCANAAN KEPERAWATAN
Pre Operasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan
berhubungan keperawatan selama ... x 24 a. Identitikasi pada saat
dengan krisis jam, ansietas berkurang terjadi perubahan
situasional ditandai dengan kriteria hasil: kecemasan
dengan pasien a. Mengurangi penyebab b. Berikan informasi faktual
mengeluh takut kecemasan terkait diagnosis,
untuk operasi dan b. Menggunakan strategi perawatan, dan prognosis
mengatakan takut koping yang efektif c. Berada di sisi klien untuk
kalau operasi nanti c. Menggunakan teknik meningkatkan rasa aman
disuntik relaksasi untuk mengurangi dan mengurangi
kecemasan ketakutan
d. Anjurkan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi napas dalam dan
distraksi
e. Ciptakan atmosfer rasa
aman untuk
meningkatkan
kepercayaan
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama... x 24 a. Lakukan pengkajian
dengan agen injuri jam pasien dapat mengontrol nyeri secara
biologi (pergeseran nyeri dengan kriteria hasil : komprehensif termasuk
fragmen tulang) a. Melaporkan nyeri sudah lokasi, karakteristik,
ditandai dengan terkontrol atau berkurang durasi, frekuensi,
pasien mengatakan b. Ekspresi pasien rileks kualitas, dan faktor
“aduh aduh, kaki presipitasi.
saya sakit sekali”. b. Observasi reaksi non
verbal dan
ketidaknyamanan.
c. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengatasi nyeri

Intra Operasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
1. Risiko trauma Setelah dilakukan tindakan Terapi trauma : anak
keperawatan selama 1 x 24 a. Ajarkan teknik
jam dapat mengontro risiko manajemen stress tertentu
trauma dengan kriteria hasil: sebelum eksplorasi
a. Mengidentifikasi faktor trauma
risiko trauma b. Eksplorasi trauma dan
b. Mengembangkan strategi maknanya bagi anak
yang efektif untuk c. Gunakan bahasa yang
mengontrol risiko trauma sesuai dengan tahapan
perkembangan untuk
bertanya mengenai
trauma
d. Bantu anak untuk
mengintegrasikan
peristiwa trauma secara
terstruktur

Post Operasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
1. Nyeri akut (cruris) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama... x 24 a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen injuri jam pasien dapat mengontrol secara komprehensif
fisik (pasca operasi nyeri dengan kriteria hasil : termasuk lokasi,
pembedahan) a. Melaporkan nyeri sudah karakteristik, durasi,
ditandai dengan terkontrol atau berkurang frekuensi, kualitas, dan
pasien tampak b. Ekspresi pasien rileks faktor presipitasi.
meneteskan air c. Menggunakan metode b. Observasi reaksi non
mata non analgetik untuk verbal dan
mengurangi nyeri ketidaknyamanan.
d. Menggunakan analgetik c. Diskusikan bersama
sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
terkait hal-hal yang
mengurangi dan
memperburuk nyeri
d. Berikan informasi terkait
nyeri seperti penyebab,
lamanya nyeri, dan
antisipasi
ketidaknyamanan dan
prosedur tindakan
e. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengatasi nyeri
f. Kolaborasi pemberian
obat-obatan analgetik
2. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik
berhubungan keperawatan selama ... x 24 aseptik
dengan prosedur jam pasien tidak mengalami 2. Batasi pengunjung bila
pembedahan infeksi dengan kriteria hasil: perlu
Klien bebas dari tanda dan 3. Cuci tangan setiap
gejala infeksi sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
4. Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
5. Tingkatkan intake nutrisi
6. Berikan terapi antibiotik
7. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
8. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
9. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi

CATATAN PERKEMBANGAN
Pre Operasi
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
pasien mengeluh takut untuk operasi dan mengatakan takut kalau operasi
nanti disuntik
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Menciptakan atmosfer S: Pasien mengatakan merasa
11 Oktober masih cemas dan takut
2016 rasa aman untuk disuntik
meningkatkan Fakhrun O: Pasien mampu melakukan
kepercayaan napas dalam
2. Mengidentifikasi pada A: Masalah teratasi sebagian
saat terjadi perubahan P: Intervensi dilanjutkan
kecemasan
3. Berada di sisi klien untuk
meningkatkan rasa aman
dan mengurangi
ketakutan
4. Menganjurkan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi napas
dalam

Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (pergeseran


fragmen tulang) ditandai dengan pasien mengatakan “aduh aduh, kaki saya
sakit sekali”.
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Melakukan pengkajian S: Pasien mengatakan kaki
11 Oktober nyeri secara kanannya sakit sekali
2016 komprehensif termasuk Fakhrun O: Pasien cukup mampu
lokasi, karakteristik, untuk melakukan napas
durasi, frekuensi, dalam
kualitas. A: Masalah belum teratasi
2. Mengobservasi reaksi P: Lanjutkan Intervensi
non verbal dari
ketidaknyamanan
3. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri
4. Mengkolaborasikan
pemberian ketamine 10
mg
Intra Operasi
Diagnosa : Risiko trauma
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Mengajarkan teknik S : Pasien mengatakan
11 Oktober manajemen stress tertentu masih takut karena
2016 sebelum eksplorasi Fakhrun kakinya belum dapat
trauma bergerak
2. Mengeksplorasi trauma O: Terlihat balutan elastic
dan maknanya bagi anak
bandage pada kaki
3. Menggunakan bahasa
kanan pasien
yang sesuai dengan
A: Masalah belum teratasi
tahapan perkembangan
P : Lanjutkan intervensi
untuk bertanya mengenai
trauma

Post Operasi
Diagnosa : Nyeri akut (cruris) berhubungan dengan agen injuri fisik (pasca
operasi pembedahan) ditandai dengan pasien tampak meneteskan air mata
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Melakukan pengkajian S: Pasien mengatakan sakit
11 Oktober nyeri pada kaki
2016 2. Mengajak pasien Fakhrun O: Pasien tampak
berbicara menetaskan air mata
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Diagnosa : Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Mencuci tangan setiap S: -
11 Oktober sebelum dan sesudah O: Belum tampak tanda
2016 tindakan keperawatan Fakhrun kemerahan pada kulit
2. Memonitor tanda dan pasien
gejala infeksi A: Masalah belum teratasi
3. Inspeksi kulit dan P: Lanjutkan intervensi
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase

Anda mungkin juga menyukai