I DENGAN
FRAKTUR CRURIS DI RUANG INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Fraktur Cruris di Ruang Instalasi Bedah
Sentral telah disetujui dan disahkan pada:
Hari, tanggal : , Oktober 2016
Tempat : Ruang Instalasi Bedah Sentral RSD dr. Soebandi Jember
Pembimbing Akademik
Konsep Teori
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi jika tulang dikenal stress yang lebih besar dari yang besar dan dari
yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price & Wilson, 2006). Cruris
berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah yang terdiri
dari tulang tibia dan fibula. Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula.
Fraktur terjadi jika tulang mendapatkan stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya.
2. Patofisiologi
Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks,
sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini
merupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi menimbulkan
pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila di tekan atau di
gerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkn syok neurogenik.
Sedangkan kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan kehilangan
sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi
keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah cidera.
Sewaktu tulang patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah,
kedalam jaringan lemak tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan.Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.Sel darah putih
dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat
tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa – sisa sel mati di mulai. Di tempat
patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
membentukan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru umatur yg disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalmi remodelling untuk membentuk tulang sejati.
I. Identitas Pasien
Nama : An.I No. RM : 1419**
Umur : 8 tahun Pekerjaan : Pelajar
Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS : 10 Oktober 2016
Pendidikan : Belum Tamat SD Tgl Pengkajian : 11 Oktober 2016
Alamat : Tempurejo, Sumber Informasi : Pasien dan Rekam
Jember Medis
An.I
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
- Biomedical sign :
Tanda biomedis yang dapat dilihat pada pasien adalah dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu:
Hemoglobin: 13,4 gr/dL (Pria: 14-18 gr/dL), (Wanita: 12-16 gr/dL)
Hematokrit: 38,2 % (Pria: 40-50%), (Wanita, 35%-35%)
SGOT : 46 U/L (5-35 U/L)
SGPT : 23 U/L (5-35 U/L)
BUN : 8 mg/dL (6-20 mg/dL)
Serum Creatinin : 0,6 mg/dL (0,6-1.3 mg/dL)
Interpretasi:
Berdasarkan hasil biomedical sign, pasien mengalami peningkatan pada
SGOT .
- Clinical Sign :
Kulit lembab, tidak ada distensi kandung kemih, rambut tidak rontok
dan tebal, rambut berwarna hitam, sklera ikterik, konjungtiva tidak
anemis, tidak ada edema, tidak ada anoreksia, tampak lemah, terlihat
lemas, mukosa bibir kering, dan tampak nyeri.
Interpretasi:
Tanda klinis pasien menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
penurunan nutrisi sebelum dan saat di rumah sakit.
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
No Pola nutrisi Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1. Frekuensi makan 3 kali/hari 2 kali/hari
2 Porsi makan 1 piring/makan 1 porsi sesuai diit
makanan di rumah sakit
3 Varian makanan Nasi putih, ikan laut, Sesuai diit makanan
daging, telur, sayur- yang diberikan di rumah
sayuran dan daging. sakit.
4 Nafsu makan Baik Baik
5 Lain-lain - -
Interpretasi :
Terdapat perubahan pola nutrisi pada pasien jika dibandingkan sebelum
sakit dan saat sakit yaitu terkait frekuensi makan.
3. Pola eliminasi:
BAK
No Pola eliminasi Sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1 Frekuensi 3-4 kali/hari 2-3 kali/hari
2 Jumlah - -
3 Warna Kuning jernih Kuning jernih
4 Bau Bau khas urin : amoniak Bau khas urin : amoniak
5 Karakter - -
6 Bj - -
7 Alat bantu - -
8 Kemandirian Mandiri Dibantu
9 Lain-lain - -
BAB
No Pola eliminasi Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1 Frekuensi 1-2 kali/hari 1 kali/hari (kadang-
kadang)
2 Jumlah - -
3 Konsistensi Padat Padat
4 Warna Kuning Kuning kecoklatan
5 Bau Bau khas BAB Bau khas BAB
6 Karakter - -
7 Bj - -
8 Alat bantu - -
9 Kemandirian Mandiri Dibantu
10 Lain-lain - -
Interpretasi:
Balance cairan:
Input :
Infus RL 1500 cc/24 jam
Minum 1000 cc/24 jam
Water Metabolism (WM) menggunakan luas permukaan tubuh dengan
rumus du bois. Diketahui BB pasien 25 Kg dengan TB 115 cm
ditemukan luas permukaan tubuh (LPT)
𝑇𝐵 (𝑐𝑚)𝑥 𝐵𝐵 (𝐾𝑔)
LPT = √
3600
115 𝑥 25
=√ 3600
= √0,798
= 0,89 m2
WM = 350 x LPT
= 350 x 0,89
= 311,5 cc
Total input = 1500 + 1000 + 311,5 = 2811,5 cc/24 jam
Output
Urine 1500 cc/24 jam
IWL (Insensible Water Loss) = 2xWM = 2 x 311,5 = 623 cc
Total ouput = 1500 + 623 = 2123 cc
Balance cairan = input – output
= 2811,5 – 2123 cc
= + 688,5 cc
4. Pola aktivitas & latihan
Sebelum masuk rumah sakit, aktivitas sehari-hari pasien lebih banyak di luar
rumah yaitu di sekolah.
c.1. Akrivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ ROM √
Interpretasi:
Dilihat dari pola aktivitas harian pasien, kondisi pasien saat ini dikatakan
memerlukan bantuan petugas atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-harinya.
Status oksigenasi: pasien bernapas spontan, tidak tampak penggunaan otot-
otot bantu pernapasan, pasien mengatakan tidak sesak napas, pasien tidak
menggunakan alat bantu pernapasan.
Fungsi kardiovaskuler:
Tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi = 88 x/menit, RR = 20 x/menit.
Terapi oksigen:
Pasien bernapas spontan dan tidak sesak napas sehingga tidak dibantu dengan
pemberian oksigen.
Interpretasi:
Pasien susah melakukan aktivitas karena mengalami fraktur.
5. Pola tidur & istirahat
No Pola tidur/istirahat Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
1 Durasi Tidur siang: jarang tidur Tidur siang : tidak tidur
siang, jika tidur siang ± 1 siang
jam Tidur malam = ± 8
Tidur malam : ± 8 jam/hari.
jam/hari.
2 Gangguan tidur Tidak ada gangguan tidur, Sering terbangun saat tidur,
tidur selalu nyenyak. baik tidur siang maupun
malam karena nyeri yang
dirasakan pada kaki kanan.
3 Keadaan bangun Lebih segar Pasien merasa badannya
tidur sakit semua terutama pada
kaki kanan.
4 Lain-lain - -
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan pada pola tidur dan istirahat saat hari pengkajian
6. Pola kognitif & perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Pasien mampu berhitung, mampu mengingat kejadian masa lalu.
Fungsi dan keadaan indera :
Mata : tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis, mampu melihat dengan
jelas.
Hidung : normal dapat mencium bau, tampak bersih.
Telinga : pasien mampu mendengar suara mahasiswa saat dilakukan
pengkajian, tidak terdapat pembengkakan, telinga simetris, tampak bersih.
Pengecap : simetris, tampak bersih.
Peraba : pasien dapat merasakan suhu panas dan dingin, mampu
merasakan perabaan dan nyeri.
Interpretasi :
Pasien tidak mengalami gangguan pola kognitif dan perseptual.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri : pasien menyukai semua bagian tubuhnya.
Identitas diri : identitas diri pasien mengalami penurunan karena sakit yang
dialaminya
Harga diri : pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Ideal diri : pasien ingin memiliki kaki yang normal agar mampu bersekolah
kembali.
Peran diri : peran diri pasien sebagai pelajar terganggu karena tidak bisa pergi
ke sekolah.
Interpretasi:
Pola persepsi diri pasien mengalami gangguan.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pasien baru berumur 8 tahun.
Interpretasi :
Berdasarkan teori perkembangan psikososial erickson, pasien berada pada
tahap industri vs inferiority.
9. Pola peran & hubungan
Peran pasien sebagai seorang pelajar terganggu.
Interpretasi :
Pada mengalami gangguan peran saat sakit, hubungan pasien dengan keluarga
baik.
10. Pola manajemen koping-stess
Pasien menceritakan pada ibu dan ayahnya apa yang dirasakan.
Interpretasi:
Manajemen dan koping stress pasien maladaptif karena pasien mengganggap
kecelakaan yang dialaminya merupakan hal yang buruk. Pasien menganggap
karena kecelakaan yang dialaminya ia tidak bisa bersekolah.
11. Sistem nilai & keyakinan
Pasien mengatakan tidak dapat melakukan shalat 5 waktu seperti biasanya
karena kesulitan untuk berwudhu. Pasien juga mengatakan tidak dapat shalat
karena kakinya sangat nyeri jika dibuat untuk bergerak.
Interpretasi :
Terdapat gangguan dalam pemenuhan kebutuhan ibadah pasien. Pasien tidak
dapat melakukan ibadah sesuai keyakinannya seperti sebelum pasien sakit.
RR 20x/menit
2. DS: Pergeseran fragmen Nyeri akut
a. Pasien mengeluh kakinya sakit tulang
b. Pasien mengatakan “aduh aduh, ↓
kaki saya sakit sekali” Keterbatasan gerak
DO: dan merasakan nyeri
Nadi 88x/menit ↓
Provokatif (P): fraktur pada kaki Nyeri pada bagian
Kualitas (Q): nyeri tajam dan kaki kanan
tertusuk
Regio (R): cruris 1/3 distal dekstra
Skala nyeri 5 (dari skala (S): tidak
nyeri nyeri (0) – nyeri berat (10))
Waktu (T): setiap saat dan nyeri
bertambah setelah aktivitas seperti
berpindah di atas tempat tidur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal
No Diagnosa Tanggal perumusan
pencapaian
1 Ansietas berhubungan dengan 11 Oktober 2016 11 Oktober 2016
krisis situasional ditandai dengan
pasien mengeluh takut untuk
operasi dan mengatakan takut
kalau operasi nanti disuntik
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Pre Operasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan
berhubungan keperawatan selama ... x 24 a. Identitikasi pada saat
dengan krisis jam, ansietas berkurang terjadi perubahan
situasional ditandai dengan kriteria hasil: kecemasan
dengan pasien a. Mengurangi penyebab b. Berikan informasi faktual
mengeluh takut kecemasan terkait diagnosis,
untuk operasi dan b. Menggunakan strategi perawatan, dan prognosis
mengatakan takut koping yang efektif c. Berada di sisi klien untuk
kalau operasi nanti c. Menggunakan teknik meningkatkan rasa aman
disuntik relaksasi untuk mengurangi dan mengurangi
kecemasan ketakutan
d. Anjurkan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi napas dalam dan
distraksi
e. Ciptakan atmosfer rasa
aman untuk
meningkatkan
kepercayaan
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama... x 24 a. Lakukan pengkajian
dengan agen injuri jam pasien dapat mengontrol nyeri secara
biologi (pergeseran nyeri dengan kriteria hasil : komprehensif termasuk
fragmen tulang) a. Melaporkan nyeri sudah lokasi, karakteristik,
ditandai dengan terkontrol atau berkurang durasi, frekuensi,
pasien mengatakan b. Ekspresi pasien rileks kualitas, dan faktor
“aduh aduh, kaki presipitasi.
saya sakit sekali”. b. Observasi reaksi non
verbal dan
ketidaknyamanan.
c. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengatasi nyeri
Intra Operasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
1. Risiko trauma Setelah dilakukan tindakan Terapi trauma : anak
keperawatan selama 1 x 24 a. Ajarkan teknik
jam dapat mengontro risiko manajemen stress tertentu
trauma dengan kriteria hasil: sebelum eksplorasi
a. Mengidentifikasi faktor trauma
risiko trauma b. Eksplorasi trauma dan
b. Mengembangkan strategi maknanya bagi anak
yang efektif untuk c. Gunakan bahasa yang
mengontrol risiko trauma sesuai dengan tahapan
perkembangan untuk
bertanya mengenai
trauma
d. Bantu anak untuk
mengintegrasikan
peristiwa trauma secara
terstruktur
Post Operasi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC)
1. Nyeri akut (cruris) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama... x 24 a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen injuri jam pasien dapat mengontrol secara komprehensif
fisik (pasca operasi nyeri dengan kriteria hasil : termasuk lokasi,
pembedahan) a. Melaporkan nyeri sudah karakteristik, durasi,
ditandai dengan terkontrol atau berkurang frekuensi, kualitas, dan
pasien tampak b. Ekspresi pasien rileks faktor presipitasi.
meneteskan air c. Menggunakan metode b. Observasi reaksi non
mata non analgetik untuk verbal dan
mengurangi nyeri ketidaknyamanan.
d. Menggunakan analgetik c. Diskusikan bersama
sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
terkait hal-hal yang
mengurangi dan
memperburuk nyeri
d. Berikan informasi terkait
nyeri seperti penyebab,
lamanya nyeri, dan
antisipasi
ketidaknyamanan dan
prosedur tindakan
e. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengatasi nyeri
f. Kolaborasi pemberian
obat-obatan analgetik
2. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik
berhubungan keperawatan selama ... x 24 aseptik
dengan prosedur jam pasien tidak mengalami 2. Batasi pengunjung bila
pembedahan infeksi dengan kriteria hasil: perlu
Klien bebas dari tanda dan 3. Cuci tangan setiap
gejala infeksi sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
4. Ganti letak IV perifer dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
5. Tingkatkan intake nutrisi
6. Berikan terapi antibiotik
7. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
8. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
9. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
CATATAN PERKEMBANGAN
Pre Operasi
Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
pasien mengeluh takut untuk operasi dan mengatakan takut kalau operasi
nanti disuntik
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Menciptakan atmosfer S: Pasien mengatakan merasa
11 Oktober masih cemas dan takut
2016 rasa aman untuk disuntik
meningkatkan Fakhrun O: Pasien mampu melakukan
kepercayaan napas dalam
2. Mengidentifikasi pada A: Masalah teratasi sebagian
saat terjadi perubahan P: Intervensi dilanjutkan
kecemasan
3. Berada di sisi klien untuk
meningkatkan rasa aman
dan mengurangi
ketakutan
4. Menganjurkan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi napas
dalam
Post Operasi
Diagnosa : Nyeri akut (cruris) berhubungan dengan agen injuri fisik (pasca
operasi pembedahan) ditandai dengan pasien tampak meneteskan air mata
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Melakukan pengkajian S: Pasien mengatakan sakit
11 Oktober nyeri pada kaki
2016 2. Mengajak pasien Fakhrun O: Pasien tampak
berbicara menetaskan air mata
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Diagnosa : Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
Waktu Implementasi Paraf Evaluasi
Selasa, 1. Mencuci tangan setiap S: -
11 Oktober sebelum dan sesudah O: Belum tampak tanda
2016 tindakan keperawatan Fakhrun kemerahan pada kulit
2. Memonitor tanda dan pasien
gejala infeksi A: Masalah belum teratasi
3. Inspeksi kulit dan P: Lanjutkan intervensi
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase