TRAUMA KAPITIS
Disusun Oleh:
dr. Bianca Theodeanna
Dokter Pembimbing:
dr. Kenny Merryn, Sp.S
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah
ruda paksa tumpul / tajam pada kepala atau wajah yang
berakibat disfungsi cerebral sementara.
Tindakan pemberian
oksigen yang adekuat
Cedera kepala merupakan dan mempertahankan
keadaan yang serius, tekanan darah yang
sehingga diharapkan para cukup untuk perfusi
dokter mempunyai otak dan
pengetahuan praktis untuk menghindarkan
melakukan pertolongan terjadinya cedera otak
pertama pada penderita. sekunder
CEDERA KEPALA
• SINONIM: Trauma kapitis = cedera kepala =
head injury = trauma kranioserebral
=Traumatic Brain Injury.
Definisi
Di Amerika mencapai
500.000 kasus. 10%
nya meninggal
sebelum sampai di
rumah sakit
Di Indonesia terjadi
55.498 kecelakaan
lalu lintas setiap
harinya
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
a. Trauma kapitis dengan/tanpa gangguan
kesadaran atau dengan interval lucid
b. Perdarahan/otorrhea/rhinorrhea
c. Amnesia traumatika (retrograd/anterograd)
2. Hasil pemeriksaan klinis neurologis
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial
4. Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto
servikal
5. CT scan otak: untuk melihat kelainan yang
mungkin terjadi.
Tumpul
• Klasifikasi
Tembus EDH
Mekanisme
Fraktur cranium
SDH
Fraktur Basis Craniii
Klasifikasi
Morfologi
Lesi intracranial ICH
M • Medication
P • Past ilness/Pregnancy
L • Last Meal
E • Event/Environment
Pemeriksaan Fisik pada Secondary Survey dilakukan berurutan
dari kepala ke ekstremitas hingga status neurologis.
Tindakan tata laksana:
• Menghentikan sumber perdarahan
• Restorasi volume darah dengan cairan
isotonik, yaitu NaCl 0,9% atau ringer laktat per
infus
• Mengganti darah yang hilang dengan plasma,
hydroxyethyl starch atau darah.
• Pemeriksaan fisik CKS/CKB
Dilakukan setelah resusitasi ABC, meliputi:
- Kesadaran
- Tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan
- Pupil
- Defisit fokal serebral
- Cedera ekstrakranial (dengan konsultasi dan
kerjasama tim).
• Pemeriksaan Penunjang CKS/CKB
Lihat pemeriksaan radiologi dan laboratorium.
• Tekanan Intra Kranial meninggi
Bila ada fasilitas, untuk mengukur naik-
turunnya TIK sebaiknya dipasang monitor TIK.
TIK normal adalah 0-15 mmHg. Di atas 20
mmHg, sudah harus diturunkan dengan cara:
- Hiperventilasi:
• Lakukan hiperventilasi dengan ventilasi
terkontrol, sasaran pCO2 dipertahankan antara
30-35 mmHg selama 48 sampai 72 jam, lalu
dicoba dilepas dengan mengurangi
hiperventilasi, bila TIK naik lagi, hiperventilasi
diteruskan 24-48 jam. Bila TIK tidak menurun
dengan hiperventilasi periksa gas darah dan
lakukan CT Scan ulang.
- Terapi diuretik:
• Diuretik osmotik (manitol 20%)
• Loop diuretik (furosemid)
Identitas Pasien
• Nama : Tn. RA
• Umur : 20 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. Punai II No. 18 Bukit Sangkal
• Pekerjaan : Karyawan Swasta
• Agama : Islam
• Pendidikan: SMA
• St. Perkawinan : Belum/Tidak kawin
Anamnesis
Tanggal 12 Februari 2020 Pukul 09.30
Keluhan • Penurunan
Utama kesadaran
Sekarang
kejadian, muntah (-), kejang (-), kelemahan (-).
Pasien lalu dibawa ke IGD RS Myria.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum : Tampak sakit berat
• GCS : E3M5V4 (Somnolen)
• Tekanan Darah : 120/90 mmHg
• Nadi : 90x/menit, reguler
• Respirasi : 20x/menit
• Suhu : 36°C
• VAS score :4
Pemeriksaan Fisik
Kepala-Leher
• Mata : hematoma palpebra superior et inferior OD. Vulnus laceratum
multipel pelipis mata kanan dan mandibulla. Patah gigi. konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya langsung +/+, pupil isokor 3
mm
• THT faring hiperemis (-), atrofi papil lidah (-)
• Leher pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
• kelenjar tiroid (-), JVP meningkat (-)
Mekanisme trauma
yang berbahaya
ANALISIS KASUS
Tatalaksana • Manajemen ABCDE
Awal
Tatalaksana
• O2 sungkup 3 liter/menit
non • Perawatan luka multiple vulnus laceratum
farmakologis • Pantau GCS, tanda vital, urine output