Anda di halaman 1dari 16

PORTOFOLIO

KASUS MEDIK
Morbili

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT DALAM


MENEMPUH
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
DI RUMKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
KABUPATEN JEMBER

Oleh:
dr. Natalia Fajar Indah

Pembimbing:
dr. M. Ali Shodikin, Sp.A

Pendamping:
dr. Crystalia

RUMKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA


KABUPATEN JEMBER
2019

2|Page
Portofolio Kasus Medik
Nama Peserta : Natalia Fajar Indah
Nama Wahana : Rumkit Tk. III Baladhika Husada Jember
Topik : Morbili
Tanggal Kasus: 1 September Nama Presenter:
2019 dr. Natalia Fajar Indah
Tanggal Presentasi : Nama Pembimbing :
dr. M. Ali Shodikin, Sp.A
Nama Pendamping :
dr. Crystalia
Tempat Presentasi :
Obyektif Presentasi :
■ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
■ Diagnostik □ Manajemen ■ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi ■ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Deskripsi : Seorang anak perempuan usia 13 tahun datang di antar ibunya
dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam selalu tinggi diatas 38 C,
demam naik turun. 3 hari ini sudah berobat dan diberi obat Paracetamol dan
Cefixime, namun keluhan masih tetap. Pasien juga mengalami batuk dan pilek.
Mata terasa panas dan berair. Tidak ada mual dan muntah, nafsu makan normal,
BAB BAK dalam batas normal. Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada
yang mengalami keluhan yang sama.
Tujuan : Mempelajari cara mendiagnosis dan memberikan terapi pada kasus
morbili
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset ■ Kasus □ Audit
Cara Membahas : ■ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ Email □ Pos
Data Pasien :
Nama : An. RS No. Register : 04.04.73
Nama RS : Rumkit Tk. III Telp : - Terdaftar sejak :
Baladhika Husada Jember 1 September 2019
Data Utama Untuk Bahan Diskusi :
3|Page
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang anak perempuan usia 13 tahun datang di antar ibunya dengan keluhan
demam sejak 4 hari SMRS. Demam selalu tinggi diatas 38 C, demam naik
turun. 3 hari ini sudah berobat dan diberi obat Paracetamol dan Cefixime,
namun keluhan masih tetap. Pasien juga mengalami batuk dan pilek. Mata
terasa panas dan berair. Tidak ada mual dan muntah, nafsu makan normal,
BAB BAK dalam batas normal. Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada
yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah mendapat obat Paracetamol dan Cefixime
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 1 September 2019
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Compos Mentis
Berat badan: 63 kg
Tanda-tanda vital: Nadi = 120x/menit
RR = 20x/menit; suhu = 39,6° C
Kepala/leher: anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea = -/-/-/-
Faring hiperemi (+), Tonsil T1/T1, hiperemi (-)
Thorak: Cor = S1S2 tunggal, tidak ada extrasistole, gallop, maupun murmur
Pulmo = vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-

4|Page
Abdomen: cembung, BU normal, tympani, soepel
Extremitas: akral hangat-kering-merah, tidak ada edema,

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah lengkap
Hematokrit 34,6 % 37-49
Hemoglobin 12,6 g/dl 13-18
Leukosit 6.790 /mm3 4000-11000
Trombosit 199.000 /mm3 150.000-450.000
Eritrosit 5.6 juta/µL 4.5-5.3

Widal
Sh Typus O 1/80
Sh Typus H Negatif
Sh Para Typus A Negatif
Sh Para Typus B Negatif

DIAGNOSIS
Obs. Febris H4

TERAPI
Infus D5 ¼ NS 20 tpm
Injeksi Santagesic 4x600mg
PO : Sanadryl DMP 3x 1 ½ cth

Follow up
Tanggal 2 September 2019
Subyektif: demam masih tinggi (+), batuk pilek (+), mual (+) muntah (-), muncul
ruam kemerahan dari belakang telinga, leher dan semakin banyak hingga seluruh

5|Page
tubuh.
Obyektif:
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Compos Mentis
Berat badan: 63kg
Tanda-tanda vital: Nadi = 101/menit
RR = 22x/menit; suhu = 39,1° C
Kepala/leher: anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea = -/-/-/-
Faring hiperemi (+), Tonsil T1/T1, hiperemi (-)
Thorak: Cor = S1S2 tunggal, tidak ada extrasistole, gallop, maupun murmur
Pulmo = vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen: cembung, BU normal, tympani, soepel
Extremitas: akral hangat-kering-merah, tidak ada edema,
vesikel pada telapak tangan dan telapak kaki
Status lokalis : Ruam morbili form (+)

Assesment: Morbili

Planning:
Infus D5 ¼ NS 20 tpm
Injeksi Santagesic 4x600mg
Injeksi Ranitidin 2x50mg
Injeksi Dexametason 2x5mg
PO : Sanadryl DMP 3x 1 ½ cth

Tanggal 3 September 2019


Subyektif: demam (+) naik turun, batuk pilek (+), ruam kemerahan (+) tambah
banyak.
Obyektif:
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Compos Mentis

6|Page
Berat badan: 63kg
Tanda-tanda vital: Nadi = 101/menit
RR = 22x/menit; suhu = 37,3° C
Kepala/leher: anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea = -/-/-/-
Faring hiperemi (+), Tonsil T1/T1, hiperemi (-)
Thorak: Cor = S1S2 tunggal, tidak ada extrasistole, gallop, maupun murmur
Pulmo = vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen: cembung, BU normal, tympani, soepel
Extremitas: akral hangat-kering-merah, tidak ada edema,
vesikel pada telapak tangan dan telapak kaki
Status lokalis : Ruam morbili form (+)

Assesment: Morbili

Planning:
Infus D5 ¼ NS 20 tpm
Injeksi Santagesic 4x600mg
Injeksi Ranitidin 2x50mg
Injeksi Dexametason 2x5mg (stop)
PO : Sanadryl DMP 3x 1 ½ cth

Tanggal 4 September 2019


Subyektif: demam (+), mual (+), muntah (-), batuk pilek (+) berkurang, ruam
kemerahan (+).
Obyektif:
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Compos Mentis
Berat badan: 63kg
Tanda-tanda vital: Nadi = 103/menit
RR = 22x/menit; suhu = 37,9° C
Kepala/leher: anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea = -/-/-/-

7|Page
Faring hiperemi (+), Tonsil T1/T1, hiperemi (-)
Thorak: Cor = S1S2 tunggal, tidak ada extrasistole, gallop, maupun murmur
Pulmo = vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen: cembung, BU normal, tympani, soepel, nyeri tekan epigastrium
Extremitas: akral hangat-kering-merah, tidak ada edema,
Status lokalis : Ruam morbili form (+)

Assesment: Morbili

Planning:
Infus D5 ¼ NS 20 tpm
Injeksi Santagesic 4x600mg
Injeksi Ranitidin 2x50mg
PO : Sanadryl DMP 3x 1 ½ cth
Sucralfat syr 3x 1 cth

Tanggal 5 September 2019


Subyektif: demam (-), mual (-), muntah (-) batuk pilek (+) berkurang, ruam
kemerahan (+)
Obyektif:
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Compos Mentis
Berat badan: 63kg
Tanda-tanda vital: Nadi = 100/menit
RR = 22x/menit; suhu = 36,5° C
Kepala/leher: anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea = -/-/-/-
Faring hiperemi (-), Tonsil T1/T1, hiperemi (-)
Thorak: Cor = S1S2 tunggal, tidak ada extrasistole, gallop, maupun murmur
Pulmo = vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen: cembung, BU normal, tympani, soepel
Extremitas: akral hangat-kering-merah, tidak ada edema,

8|Page
Status lokalis : Ruam morbili form (+)

Assesment: Morbili

Planning:
KRS  aff infus
P/o
Paracetamol 3x1tab (k/p demam)
Elkana syrup 1xcth1
Sanadryl DMP 3x 1 ½ cth

Hasil Pembelajaran :
1. Manifestasi klinis morbili
2. Pemeriksaan dan diagnosis morbili secara cepat, tepat, dan akurat
3. Penanganan kasus morbili secara tepat.
Daftar Pustaka:
Cherry JD. Measles Virus. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ,
Steinbach WJ, editors. Feigin & Cherry’s textbook of pediatric infectious
diseases. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.; 2014 (Vol 2.). p. 2373-94.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Profil
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tahun 2014. Jakarta;
2015. p. 25-7.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I.
Jakarta: IDAI, 2004.
Info Imunisasi. Campak bisa dicegah dengan imunisasi. 2012. Available from:
http://infoimunisasi.com/headline/campak-bisadicegah-dengan-imunisasi/
Maldonado YA. Rubeola virus (measles and subacute sclerosing panencephalitis).
In: Long SS, Pickering LK, Prober CG, editors. Principles and practice of
pediatric infectious diseases. 4th ed. Churchill Livingstone: Elsevier Inc.;
2012. p. 1137-44.
Mariz, Donna Rozalia. Diagnosa dan Tatalaksana Morbili. Lampung : Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. 2016.
Soegijanto S, Salimo H. Campak. In: Ranuh IGNG, Suyitno H, Hadinegoro SRS,
Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman imunisasi di
Indonesia. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011. p. 341-5.

9|Page
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio Kasus Medik

Subjektif:
Seorang anak perempuan usia 13 tahun datang di antar ibunya dengan
keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam selalu tinggi diatas 38 C, demam
naik turun. 3 hari ini sudah berobat dan diberi obat Paracetamol dan Cefixime,
namun keluhan masih tetap. Pasien juga mengalami batuk dan pilek. Mata terasa
panas dan berair. Tidak ada mual dan muntah, nafsu makan normal, BAB BAK
dalam batas normal. Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami
keluhan yang sama.

Objektif:
Menurut hasil pemeriksaan fisik awal didapatkan pasien mengalami demam
mencapai suhu 39,6 C, keluhan batuk pilek, kemudian muncul ruam kemerahan di
tubuhnya, menunjukkan gejala dari morbili.

Assessment:
Campak atau morbili atau rubeola merupakan infeksi yang umum terjadi
pada anak dan menyebar melalui droplet. Morbili merupakan salah satu penyebab
kematian pada anak-anak meskipun telah ditemukan vaksin terhadap virus
campak. Penyakit ini di karakteristikan dengan gejala prodromal seperti demam,
batuk, pilek dan konjungtivitis diikuti dengan ruam makulopapular (Mariz,2016).
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus
Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan
virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human metapneumovirus,
dan RSV (Respiratory Syncytial Virus) (Maldonado, 2012).
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak
kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014,

10 | P a g e
masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan
mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104
kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia
SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok
umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus)
(Direktorat Jenderal P3L, 2015).
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh
terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus
ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag (Cherry, 2014).

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak (Cherry, 2014)

Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada
permukaan epitel nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi terjadi
di sel epitel dan virus bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat
pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial regional dan
kemudian menyebar.
5-7 Viremia sekunder
7-11 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas
11-14 Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ
tubuh lain.
15-17 Viremia berkurang dan menghilang.

11 | P a g e
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).
Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif,
penderita tidak menampakkan gejala sakit (Cherry, 2014).

Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:
 Stadium prodromal: berlangsung kira-kira 3 hari (kisaran 2-4 hari),
ditandai dengan demam yang dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain
demam, dapat timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut
membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk.
Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat
disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda
patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots
yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk tidak
teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan noda
putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih
12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan
klinis (Cherry, 2014 ; Soegijanto, 2011).
 Stadium eksantem : timbul ruam makulopapular dengan penyebaran
sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian
menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya
ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam
umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah
munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4
umumnya mengindikasikan adanya komplikasi (Cherry, 2014).
 Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam
berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit
menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam
7-10 hari (Cherry, 2014).

12 | P a g e
Gambar 1. Karakter Campak (Info imunisasi, 2012)

Diagnosis:
Diagnosa dari Morbili dapat dilakukan dari anamnesa, hasil pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata
merah, dan ruam yang mulai timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh
tubuh. Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan
ruam makulopapular. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa
leukopenia dan limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga
dapat membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama
dan ke-2 setelah timbulnya ruam.5-7 IgM campak ini dapat tetap terdeteksi
setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi (Maldonado, 2012).

Pengobatan:
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang,
asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan
dengan penyulit yang timbul.11

13 | P a g e
 Medikamentosa.
Untuk pengobatan simptomatik dapat diberikan antipiretik
seperti paracetamol 10-15 mg/kgBB, ekspectoran dan antikonvulsan
dapat diberikan bila perlu.
Perawatan mata. Untuk konjungtivitis ringan dengan cairan
mata yang jernih, tidak diperlukan pengobatan. Jika mata bernanah,
bersihkan mata dengan kain katun yang telah direbus dalam air
mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih. Oleskan
salep mata kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari.
Jangan menggunakan salep steroid.
Perawatan mulut. Jaga kebersihan mulut, beri obat kumur
antiseptik bila pasien dapat berkumur.
Untuk bronkopneumonia dapat diberikan antibiotik seperti
ampicilin 100 mg/kgBB/hari dapat dikombinasikan dengan
kloramfenikol 75 mg/KgBB/hari sampai gejala sesak berkurang dan
pasien dapat minum obat per-oral. Antibiotik diberikan sampai tiga
hari bebas demam.
Vitamin A diberikan untuk mempercepat penyembuhan dan
mencegah komplikasi. Untuk anak usia 6 bulan- 11 bulan diberikan
dosis 100.000 Unit dosis tunggal p.o, usia > 1 tahun 200.000 Unit
dosis tunggal p.o. dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 2 minggu
kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin A.
 Nonmedikamentosa (suportif)
- Istirahat cukup
- Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi
- Perawatan kulit dan mata
- Perawatan lain sesuai penyulit infeksi sekunder.

14 | P a g e
Komplikasi (Maldonado, 2012; Cherry, 2014):
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:
 Usia muda, terutama di bawah 1 tahun
 Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
 Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
 Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan
 Anak dengan defisiensi vitamin

Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:


 Saluran pernapasan: bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup)
 Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi
 Telinga: otitis media
 Susunan saraf pusat:
- Ensefalitis akut: timbul pada 0,01 – 0,1% kasus campak. Gejala berupa
demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang biasanya
muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya ruam.
Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar 15%
kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa dapat
berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan, kelumpuhan,
dan kejang berulang.
- Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif
susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak,
timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita
mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik,
dan gangguan motorik.
 Mata: keratitis
 Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder

15 | P a g e
Prognosis:
Prognosis baik apabila pada anak dengan keadaan umum yang baik, tapi
menjadi buruk pada anak dengan keadaan menderita penyakit kronis atau bila ada
komplikasi. Pada pasien ini tidak didapatkan gejala dan tanda terjadinya
komplikasi sehingga memiliki prognosis baik.

KIE:
- Hindari kontak (mencium, memeluk, menggunakan bersama berbagai peralatan)
dengan penderita morbili
- Menutup mulut saat bersin dan batuk
- Anak sebaiknya tidak masuk sekolah terlebih dahulu untuk mencegah perluasan
infeksi, bila MRS di rumah sakit sebaiknya di ruang isolasi.

Konsultasi: Konsultasi kepada dokter spesialis penyakit anak.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai