Anda di halaman 1dari 51

Laporan Kasus

HIPOGLIKEMIA
Disusun Oleh:
dr. Bianca Theodeanna

Dokter Pembimbing:
dr. Posma Budianto Siahaan, Sp.PD, FINASIM
Laporan Kasus
Identitas Pasien

 Nama : Tn. S
 Umur : 70 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Desa Karang Rejo
Betung
 Pekerjaan : Pensiun
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Status Perkawinan : Kawin
Anamnesis
Tanggal 4 Maret 2020 Pukul 10.01
Keluhan Utama

• Tidak sadar

Riwayat Penyakit Sekarang

• Sejak 4 jam SMRS pasien ditemukan tidak sadar oleh


istrinya dan terdengar suara mengorok. Sebelumnya
pasien beraktivitas seperti biasa, tidak ada keluhan
gemetar dan keringat dingin. Keluhan demam, mual,
muntah disangkal. Makan dan minum seperti biasa.
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa
sebelumnya. Pasien lalu dibawa ke IGD RS Myria.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)


• Riwayat hipertensi (+),
• Riwayat diabetes melitus (+)
• Riwayat stroke (+) 3 tahun yang lalu
• Riwayat alergi (-)
Anamnesis

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan serupa dialami oleh keluarga (-)
Riwayat hipertensi pada keluarga (-)
Riwayat diabetes mellitus pada keluarga (-)
Anamnesis

Riwayat Pengobatan
- Konsumsi Metformin 2 x 500 mg
- Obat hipertensi (keluarga pasien lupa)
Anamnesis

Riwayat Kebiasaan

Merokok (- )
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Tampak sakit berat


 GCS : E1M1V2
 Tekanan Darah : 180/100 mmHg
 Nadi : 100x/menit, reguler
 Respirasi : 26x/menit
 Suhu : 36˚C
 SpO2 : 98%
Pemeriksaan Fisik
Mata konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks
cahaya langsung +/+, pupil isokor 3 mm
THT faring hiperemis (-), atrofi papil lidah (-) mengorok
(+)
Leher pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), JVP meningkat (-)
Pulmo Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : fremitus normal/normal
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, murmur (-) gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen Inspeksi : distensi (-), caput meducae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas Kuku tangan: koilonychia -/-
Telapak tangan: eritema palmaris -/-
Akral dingin pada ke-4 ekstremitas
Edema (-) pada ke-4 ekstremitas
CRT < 2 detik
Gula Darah Sewaktu (GDS) IGD

Parameter Hasil Nilai Normal Unit

GDS
4/3/2020 24 mg/dL
10.10 70 – 180
Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Nilai Rujukan Unit

Leukosit 8.0 4.6 – 10.2 10e3/uL


Creatinine Serum 0.9 0.6-1.1 Mg/dl

CK-MB 10.5 14 U/L


SEDIMEN URIN
Bakteri Negatif Negatif
Eritrosit 1-2 0-2 /LPB
Leukosit 2-3 1-4/LPB
Epitel Positif Positif
Jamur Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Rontgen Thorax AP
(Tanggal 4/3/2020)

Kesan:
Cardiomegali (mild)
Pulmo tak tampak kelainan
EKG
Diagnosis

• Penurunan kesadaran ec
Hipoglikemia + Hipertensi

Tatalaksana
Kegawatdaruratan

• Dekstrose 40% 2 flakon, bolus IV


• IVFD D10% gtt xx/menit
Prognosis

 Quo ad Vitam : dubia ad bonam


 Quo ad Functionan: dubia ad bonam
 Quo ad Sanationam: dubia ad bonam
Tatalaksana Rawat Inap

• IVFD D10% gtt xx/menit


• Ceftriaxon @ 1g, inj 1x1 inj.
• Fartison @ 100 mg, 1x1 inj.
• Herbeser CD (diltiazem) @ 100 mg, 1x1
tab
• Rebamipide @ 100 mg, 3x1 tab
• Furosemide @ 40 mg, 1x1 tab
• Lansoprazole @ 30 mg, 1x1 tab
• Metformin @ 500 mg, 2x1 tab
Follow Up
4 MARET 2020
Pukul 19.05 Pukul 23.30
S Pasien mengatakan masih S Pasien mencret kurang lebih
lemas, namun sudah 3x dari jam 20.00
membaik

O KU: baik, kesadaran compos O KU: baik, kesadaran compos


mentis mentis
GCS E4V5M6 GCS E4V5M6
TD: 130/80 mmHg TD: 130/70 mmHg
N: 94x/menit N: 96x/menit
R: 20x/menit R: 19x/menit
S: 36,3C S: 37 C
GDS: 42 mg/dl GDS: 91 mg/dl
A Uncontrolled DM Tipe II A Uncontrolled DM Tipe II
dengan Hipoglikemia akut dengan Hipoglikemia akut
P Lanjutkan terapi P Loperamide tab prn
Observasi BSS/4 jam Observasi TTV dan KU
D40% 2 fls bolus pelan
(Ekstra)
Follow Up
5 MARET 2020
Pukul 08.00 Pukul 13.00
S Pasien dalam keadaan S Pasien tidak ada keluhan
baik

O KU: baik, kesadaran compos O KU: baik, kesadaran compos


mentis mentis
GCS E4V5M6 GCS E4V5M6
TD: 110/80 mmHg TD: 150/90 mmHg
N: 98x/menit N: 96x/menit
R: 20x/menit R: 19x/menit
S: 36,3C S: 37 C
GDS: 102 mg/dl
A Uncontrolled DM Tipe II A Uncontrolled DM Tipe II
dengan Hipoglikemia akut dengan Hipoglikemia akut
P Terapi dilanjutkan P Terapi dilanjutkan
GDS > 100mg/dl BSN
diperiksa pagi saja
Follow Up
5 MARET 2020
Pukul 18.00 Pukul 00.00
S Pasien tidak ada keluhan S Pasien tidak ada keluhan

O KU: baik, kesadaran compos O KU: baik, kesadaran compos


mentis mentis
GCS E4V5M6 GCS E4V5M6
TD: 130/70 mmHg TD: 130/90 mmHg
N: 95x/menit N: 90x/menit
R: 18x/menit R: 20x/menit
S: 36 C S: 36.2 C

A Uncontrolled DM Tipe II A Uncontrolled DM Tipe II


dengan Hipoglikemia akut dengan Hipoglikemia akut
P Terapi dilanjutkan P Terapi dilanjutkan
Follow Up
6 MARET 2020
Pukul 06.00
S Pasien tidak ada keluhan

O KU: baik, kesadaran compos mentis


GCS E4V5M6
TD: 130/80 mmHg
N: 95x/menit
R: 18x/menit
S: 36 C

A Hipoglikemia Perbaikan

P Pulang
Pemeriksaan Penunjang
Gula Darah Sewaktu (GDS) di Ruangan

Parameter Hasil Nilai Normal Unit

GDS
4/3/2020 mg/dL
14.48 WIB 181* 70 – 180
15.47 WIB 123
23.05 WIB 42*

GDS mg/dL
5/3/2020 70 - 180
00.27 WIB 91
05.58 WIB 102

GDP 149 70-180 Mg/dl


6/3/2020
06.00
Tinjauan Pustaka
Definisi

Keadaan dengan kadar glukosa darah


< 60 mg/dL, atau kadar glukosa darah
< 80 mg/dL dengan gejala klinis

Paling banyak dijumpai pada


penderita diabetes

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Pada penderita diabetes dapat terjadi
karena:

Kebutuhan tubuh akan


Kelebihan obat atau
insulin yang relatif
dosis obat: terutama
menurun: gagal ginjal
insulin, atau obat
kronik, pasca
hipoglikemia oral
persalinan

Asupan makan tidak


adekuat:
Kegiatan jasmani
jumlah kalori atau berlebihan
waktu makan tidak
tepat

Sumber: Budianto A. KONSENSUS Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. 2015. Jakarta. PB PERKENI.
Etiologi
Pada pasien DM Pada pasien non-DM
Defisiensi insulin endogen  penurunan Pasien yang sakit atau dalam pengobatan
respon glukagon
Terapi DM agresif Obat, alkohol
Riwayat hipoglikemia Penyakit kritis (gagal hati, ginjal atau
jantung, sepsis)
Latihan jasmani intensitas menengah Defisiensi hormon kortisol, glukagon dan
hingga berat epinefrin
Tidur Tumor non-sel islet
Gagal ginjal Hiperinsulinisme endogen
• Insulinoma
Gagal hati • Gangguan sel-B fungsional
Pasca persalinan pada ibu yang • Hipoglikemia akibat insulin autoimun
menggunakan terapi insulin saat hamil • Insulin sekretagog
Asupan makan tidak adekuat

Sumber: Prianonto D, Sulistianingsih DP. Hipoglikemia. Kapita Selekta Kedokteran Essentials of Medicine. 2016;790-
Etiologi

Sumber: Masharani U. Diabetes Mellitus and Hypoglycemia. CURRENT Medical Diagnosis and
Treatment. 54th Edition. 2015;1229-35.
Patofisiologi

86 mg/dL 68 mg/dL 50-58 mg/dL


• Inhibisi sekresi insulin • Pelepasan hormon • Awitan gejala:
endogen counterregulatory: • Otonom
glukagon & epinefrin • Neuroglikopenik
(keringat dingin, lapar,
gemetar)

43-54 mg/dL 50 mg/dL <27 mg/dL


• Perubahan luas pada • Gangguan kognitif • Neuroglikopenia berat
EEG • Penurunan kesadaran
• Disfungsi neurofisiologis • Kejang
(evoked responses) • Koma

Sumber: Prianonto D, Sulistianingsih DP. Hipoglikemia. Kapita Selekta Kedokteran Essentials of Medicine. 2016;790-
2.
Faktor Predisposisi

Alkohol, obat-
Asupan obatan yang
karbohidrat meningkatkan
berkurang kerja
sulfonilurea
Peningkatan
sensitivitas
insulin

Kadar insulin
berlebihan

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Klasifikasi

Ringan
• Gejala ringan atau tidak ada gejala

Sedang
• Terdapat gejala tetapi dapat diatasi oleh pasien sendiri

Berat
• Gejala yang timbul sangat berat sehingga membutuhkan bantuan
orang lain untuk mengatasinya

Sumber: Prianonto D, Sulistianingsih DP. Hipoglikemia. Kapita Selekta Kedokteran Essentials of Medicine. 2016;790-
2.
Manifestasi Klinis
Neurogenik (otonom) Neuroglikopenik
Gemetar Kesulitan berkonsentrasi
Palpitasi Kebingungan
Berkeringat Kelemahan
Gelisah Kantuk
Kelaparan Gangguan penglihatan
Mual Kesulitan berbicara
Perasaan tersengat Sakit kepala
Pusing

Sumber: Budianto A. KONSENSUS Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. 2015. Jakarta. PB PERKENI.
Diagnosis
Gejala yang
konsisten dengan
hipoglikemia

Kadar glukosa
Whipple's Triad
plasma rendah

Gejala mereda
setelah kadar
glukosa plasma
meningkat

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Anamnesis

 Penggunaan preparat insulin atau obat


hipoglikemik oral: dosis terakhir, waktu
pemakaian terakhir, perubahan dosis
 Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
 Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
 Lama menderita DM, komplikasi DM
 Penyakit penyerta: ginjal, hati, dll
 Penggunaan obat sistemik lainnya: penghambat
adrenergik beta, dll.

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Pemeriksaan Fisik

Pucat Diaforesis Tekanan darah

Frekuensi Defisit
Penurunan
denyut jantung neurologis
kesadaran
meningkat fokal transien

Penurunan
kesadaran

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Pemeriksaan Penunjang

Kadar Tes Tes C-


gula fungsi fungsi Peptid
darah ginjal hati e

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Diagnosis Banding
Obat: sering: alkohol; kadang: kinin,
pentamidine; jarang: salisilat, sulfonamid

Hiperinsulinisme endogen: insulinoma,


autoimun, sekresi insulin ektopik

Gagal ginjal, sepsis, starvasi, gagal hati, gagal


jantung

Defisiensi endokrin: kortisol, growth hormone,


glukagon, epinefrin

Tumor non-sel: sarkoma, tumor adenokortikal,


hepatoma, leukemia, limfoma, melanoma

Pasca-prandial: reaktif (setelah operasi gaster),


diinduksi alkohol

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Tatalaksana
 Stadium permulaan (sadar)
 Gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau
sirup/permen atau gula murni (bukan pemanis
pengganti gula atau gula diet/gula diabetes), dan
makanan yang mengandung karbohidrat
 Hentikan obat hipoglikemik sementara
 Pantau glukosa darah sewaktu
 Pertahankan GD diatas 100 mg/dl (bila sebelumnya
tidak sadar)
 Cari penyebab

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Tatalaksana
 Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan
curiga hipoglikemia)
 Diberikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (= 50 mL)
bolus intravena
 Diberikan cairan dekstrosa 10% per infus, 8 jam per kolf bila
tanpa penyulit lain
 Periksa GD sewaktu (GDS), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
 Bila GDS < 50 mg/dL: bolus dekstrosa 40% 50 mL IV
 Bila GDS < 100 mg/dL: bolus dekstrosa 40% 25 mL IV

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Tatalaksana
 Periksa GDS setiap 15 menit setelah pemberian
dekstrosa 40%:
 Bila GDS < 50 mg/dL: bolus dekstrosa 40% 50 mL IV
 Bila GDS < 100 mg/dL: bolus dekstrosa 40% 25 mL
IV
 Bila GDS 100-200 mg/dL: tanpa bolus dekstrosa 40%
 Bila GDS > 200 mg/dL: pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip dekstrosa 10%

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Tatalaksana

 Bila GDS > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-


turut, pemantauan GDS setiap 2 jam, dengan
protokol sesuai diatas. Bila GDS > 200 mg/dL:
pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa
5% atau NaCl 0,9%
 Bila GDS > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-
turut masing-masing selang 2 jam, pemantauan
GDS setiap 4 jam, dengan protokol sesuai diatas.
Bila GDS > 200 mg/dL: pertimbangkan mengganti
infus dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Tatalaksana

 Bila GDS > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-


turut masing-masing selang 4 jam, pemeriksaan
GDS dapat diperpanjang sesuai kebutuhan sampai
efek obat penyebab hipoglikemia diperkirakan
sudah habis dan pasien sudah dapat makan seperti
biasa
 Bila hipoglikemi belum teratasi, dipertimbangkan
pemberian antagonis insulin, seperti: glukagon
0,5-1 mg IV/IM atau kortison, adrenal

Sumber: Alwi I, et al. Hipoglikemia. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Panduan Penyakit Dalam:
Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing 2015;73-6.
Pembahasan
Kasus Teori

Pada anamnesis, pasien datang Keluhan yang dialami pasien dan


dengan keluhan tidak sadar sejak 4 pemeriksaan fisik yang didapatkan
jam SMRS. Pada pemeriksaan fisik, sesuai dengan gejala hipoglikemia
didapatkan penurunan kesadaran
pada pasien dengan GCS E1M1V2,
dan didapatkan suara mengorok

Pada pemeriksaan penunjang gula GDS pasien sesuai dengan definisi


darah sewaktu (GDS), didapatkan hipoglikemia yaitu kadar gula darah
kadar GDS pasien 24 mg/dL. dibawah 60 mg/dL atau dibawah 80
mg/dL dengan gejala klinis
Kasus Teori
Menurut riwayat penyakit pasien, Sesuai dengan teori, kasus
pasien adalah penderita diabetes hipoglikemia paling sering terjadi
melitus sejak lama, tidak rutin pada pasien diabetes
mengonsumsi obat antidiabetik
Kasus Teori
Penanganan pertama pada pasien Sudah sesuai, pada penanganan
adalah pemberian dekstrose 40% hipoglikemia, dilakukan pemberian
sebanyak 2 flakon secara bolus IV larutan dekstrosa 40% sebanyak 2
flakon (= 50 mL) bolus intravena

Pasien datang dibawa keluarga Kriteria diagnosis trias Whipple


dengan penurunan kesadaran, GDS terpenuhi yaitu:
pasien 24 mg/dL, dan kesadaran • Gejala yang konsisten dengan
pasien pulih setelah dilakukan hipoglikemia
tatalaksana • Kadar glukosa plasma rendah
• Gejala mereda setelah kadar
glukosa plasma meningkat
Kasus Teori
Pada saat di ruangan pada tanggal 4 Sudah sesuai dengan penanganan
maret 2020 pukul 23.05, gula darah hipoglikemia, dilakukan pemberian
sewaktu pasien 42 mg/dl, diberi larutan dekstrosa 40% sebanyak 2
tatalakana larutan dekstrosa 40% flakon ( 50 mL) bolus intravena
sebanyak 2 flakon secara intravena

Pada saat di ruangan pada tanggal 5 Tidak sesuai, Menurut teori diberi
maret 2020 pukul 00.27, gula darah larutan dekstrosa 40% sebanyak 1
sewaktu pasien 91 mg/dl, flakon (25 ml) bolus intravena
dilanjutkan terapi IVFD D10% gtt
xx/menit
Kasus Teori
Pemeriksaan gula darah sewaktu Belum sesuai, untuk
(GDS) pada tanggal 4 maret 2020 pemeriksaan GDS dilakukan
diperiksa pukul 14.48, 15.47, 23.05. setiap 15 menit setelah
Lalu pada tanggal 5 Maret 2020
pemberian dekstrosa 40%, bila
diperiksa pukul 00.27, 05.58. dan
pada tanggal 6 Maret 2020 pukul
didapatkan kadar GDS > 100
06.00. mg/dl sebanyak 3 kali berturut,
pemeriksaan menjadi setiap 2
jam, bila didapatkan GDS > 100
mg/dl sebanyak 3 kali berturut-
turut, pemeriksaan menjadi
setiap 4 jam.
EVALUASI

 Furosemide
 Fartison

Anda mungkin juga menyukai