Disusun oleh :
Pembimbing :
Diajukan oleh :
Disahkan oleh :
Pembimbing,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengetahui
PENDAHULUAN
normal. Pada umumnya kadar glukosa puasa pada orang normal yaitu antara 70-126
mg/dl. Risiko hipoglikemia timbul akibat mekanisme dalam tubuh yang tidak sempurna
dimana kadar insulin pada malam hari meningkat secara tidak proporsional dan
kemampuan fisiologis tubuh gagal melindungi batas penurunan glukosa darah yang
aman9 . Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Karena
otak hanya menyimpan glukosa dalam jumlah yang sangat sedikit, fungsi otak yang
normal sangat tergantung asupan glukosa dari sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa
yang berlangsung lebih dari beberapa menit dapat menimbulkan disfungsi system saraf
faktor penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau
mendekati normal. Pengendalian glukosa darah yang baik dan lengkap didasarkan pada
kondisi bebas dari hipoglikemia. Semakin intensif pengendalian kadar glukosa darah,
resiko hipoglikemi semakin meningkat. Fenomena ini pula yang menyebabkan kenapa
persentase pengendalian kadar glukosa darah yang benar-benar optimal hanya sedikit
saja. Namun demikian, sebagian kecil dari hipoglikemia dapat disebabkan oleh
penyebab lainnya. Termasuk di dalam ini misalnya tumor pancreas, penyakit hati
tertentu selain obat diabetes dan beberapa kelainan yang jarang ditemukan4.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Umur : 72 Tahun 7 Bulan
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Olaya
Tanggal MRS : 25 Mei 2022
No.RM : 096389
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Lemas sejak tadi pagi dikarenakan tidak makan tapi masih minum obat
glibenclamide tadi pagi. Pasien juga mengeluh keringat dingin tadi sore
tapi tidak ada keluhan tangan gemetar, demam (-) mual (-), muntah (-),
bak dan bab normal. Terdapat luka di jempol kaki kiri sejak 3 hari yang
lalu, luka muncul tidak tau terkena apa, tapi dilakukan perawatan oleh
bidan desa.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat HT (-)
- Riwayat DM (+) dengan metformin 500 mg diminum 2x1 setelah
makan serta glibenclamide 5 mg diminum 1x1 sebelum makan.
- Riwayat penyakit jantung tidak ada
- Riwayat merokok (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat HT, DM, Penyakit jantung, asma dalam keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
Tanda-tanda vital
TD : 137/90 mmHg
Nadi : 94x/menit
Suhu : 36,4 C
SpO2 : 98%
RR : 16x/menit
BB : 62 kg
TB : 170 cm
IMT : 21,5 (normal)
Status Generalis
Kepala
- Bentuk : normochepal
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera icteric (-/-), rcl (+/+),
rctl (+/+)
- Hidung : tidak ada perdarahan, tidak ada secret, bulu hidung
hangus tidak ada
- Telinga : tidak ada perdarahan, tidak ada secret, tidak ada bau
- Mulut : tidak sianosis
- Lidah : tidak kotor
Leher
- Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, simetris.
- Palpasi : pembesaran kelenjar tidak teraba
Thorax
- Inspeksi : pengembangan dada simetris
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba, fremitus raba (+) kesan
normal
- Perkusi : batas jantung normal, sonor +/+
- Auskultasi : suara jantung i/ii regular, murmur (-), gallop (-), ronkhi
-/-, weezing -/-
Abdomen
- Inspeksi : datar, distended (-)
- Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : timpani, hepatosplenomegaly (-)
- Auskultasi : peristaltic ada kesan normal
Ekstremitas
- Superior : akral hangat, merah +/+, edema -/-, crt <2 detik
- Inferior : akral hangat, merah +/+, crt < 2 detik
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 25 Mei 2022
Darah rutin
150.000-
PLT 167.000/Ul
400.000
Kimia Klinik
Elektrolit
EKG
5. Diagnosis
6. Penatalaksanaan
- Infus D10% 14tpm
- Bolus D40% 2 flakon
- Ca glukonas 10% 1 amp/ 24 jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- OAD stop
- cek GDS post 15 menit 155 mg/dL
7. Follow Up
Tanggal Subjective (S), Instruksi/Implementasi
Objective (O), Assestment (A),
Planning (P)
26/05/2022 S: Lemas (-) - Pusing (-) /mata
P : Obs keluhan dan TTV, GDS
Hari 2 berkunang-kunang (-) - Mual (-),
muntah (-), nyeri perut (-) - BAB Tx:
(+)/BAK normal, nyeri BAK (-) -
Makan minum (+) • IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
- TTV : mg 2x1
TD : 120/80
T : 36,8oC
N : 89x/menit
RR : 24x/Menit
- Status Generalis
K/L : dbn
Thorax : dbn
Abdomen :
I : soepel, distensi (-)
A :bising usus (+) normal
P : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
P : tympani
Ekstremitas : AHKM crt < 2detik
Lab : GDS : 170 mg/dL
A : DM tipe II post hipoglikemi
dengan post hipokalsemi
- TTV : mg 2x1
K/L : dbn
Thorax : dbn
Abdomen :
I : soepel, distensi (-)
A :bising usus (+) normal
P : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
P : tympani
Ekstremitas : AHKM crt < 2detik
Lab : GDS : 139 mg/dL
A : DM tipe II post hipoglikemi
dengan post hipokalsemi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum < 70 mg/dl dengan
atau tanpa adanya gejala system otonom 2,11. Kadar glukosa plasma kirakira 10% lebih
mengandung kadar glukosa yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi
dibandingkan dengan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri
Sebagian pasien dapat menunjukkan gejala glukosa darah rendah tetapi tidak
menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah dibawah normal. Di lain pihak,
tidak semua pasien mengalami gejala hipoglikemia meskipun pada pemeriksaan kadar
3.2 Epidemiologi
dari semua pasien yang menerima insulin mengalami episode hipoglikemia 4. Menurut
Kingdom pada tahun 2015 mengenai prevalensi dan insiden hipoglikemia, dari 46 studi
yang memenuhi kriteria inklusi, prevalensi hipoglikemia sebesar 45% untuk derajat
mereka yang menggunakan insulin yaitu untuk episode ringan / sedang prevalensinya
adalah 50% dan terdapat 23 peristiwa per orang-tahun. Hipoglikemia episode berat
prevalensinya adalah 21% dan kejadian 1 4 peristiwa per orang-tahun. Pada pasien yang
0,01 kejadian per orangtahun. Prevalensi serupa ditemukan sebesar 5% pada pasien
Menurut studi retrospektif di India pada tahun 2017, Sebanyak 1.196 kasus
hipoglikemik yang ditemui di UGD selama periode penelitian, terdapat 772 dengan data
diabetes (535 kasus ) terkait penggunaan obat yaitu 320 (59,81%), infeksi 108
(20,19%), dan penyakit ginjal kronis 61 (11,40%). Penyebab hipoglikemia yang pada
kelompok nondiabetes (237 kasus) termasuk infeksi 107 (45,15%), penyakit hati akut /
kronis 42 (17,72%), dan keganasan 22 (9,28%). Insiden hipoglikemia dan kematian per
1000 kunjungan dalam IGD adalah 16,41 dan 0,73 pada tahun 2011, 16,19 dan 0,78
pada 2012, 17,20 dan 1,22 pada 2013 dengan rata-rata 16,51 dan 0,917.
Data studi kohort Indonesia tahun 2018, secara umum, 36,4 persen pasien tidak
memahami mengenai hipoglikemia ketika gejala awal terjadi. Sebanyak 25,7 persen
hipoglikemia berat pasien pertahun. Ada 83 persen dari penderita diabetes tipe 1
satu bulan1.
Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan Non diabetes dengan
a. Pada Diabetes
Terapi DM secara agresif, yang terlihat dari rendahnya target terapi, baik
Aktivitas Berlebihan
Pasien yang sakit kritis (gagal ginjal , hati dan jantung, sepsis termasuk malaria,
pentamidin)
sekretogog)
3.5 Patofisiologi
fisiologi. Otak tidak dapat mensintesis glukosa ataupun menyimpan glukosa lebih dari
beberapa menit, sehingga otak membutuhkan glukosa yang terus menerus dan berlanjut
dari sirkulasi arteri. Jika glukosa plasma arteri turun di bawah batas fisiologis, transport
regulator dapat menjaga dan memperbaiki keadaan hipoglikemia secara tepat 10.
prekusor dari otot dan jaringan lemak ke hati dan ginjal. Otot menghasilkan lactate,
pyruvate, alanine, glutamine, dan asam amino lainnya. Trigliserida pada jaringan lemak
akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Ini merupakan prekusor glukogenik.
Asam lemak merupakan energi oksida alternatif untuk jaringan selain dari otak 10.
dalam keadaan normal dipengaruhi oleh hubungan dari hormone, signal neuron, dan
efek substrat endogen yang akan meregulasi produksi glukosa dan penggunaan glukosa
oleh jaringan selain dari otak. Dalam regulasi faktor yang paling berperan adalah
insulin. Jika level plasma menurun di bawah fisiologis pada keadaan puasa maka
hormone yang disekresikan pada kejadian hipoglikemia akut. Glucagon hanya bekerja
hati, juga menyebabkan lipolisis di jaringan jaringan lemak 11 serta glikogenolisis dan
proteolisis di otot. Gliserol, hasil lipolisis, serta asam amino merupakan bahan baku
berlangsung lama, dengan cara melawan kerja insulin di jaringan perifer (lemak dan
antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan jumlah yang
meninggalkannya. Oleh karena itu, penentu utama masukan adalah dari diet; kecepatan
pemasukan ke dalam sel otot, jaringan adiposa, dan organ-organ lain; dan aktivitas
glukostatik hati. Lima persen dari glukosa yang dikonsumsi langsung dikonversi
menjadi glikogen di dalam hati, dan 30-40 % dikonversi menjadi lemak. Sisanya
dimetabolisme di otot dan jaringan-jaringan lain. Pada waktu puasa, glikogen hati
dipecah dari hati untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Jika terjadi puasa yang lebih
panjang, glikogen hati habis dan terjadi glikoneogenesis dari asam amino dan gliserol
di dalam hati.
Tahap awal hipoglikemia, respon pertama dari tubuh adalah peningkatan hormon
Tahap lanjut (Tahap II), hipoglikemia akan memberikan gejala defisiensi glukosa pada
3.7 Diagnosis
pemeriksaan kadar gula darah. Trias whipple untuk hipoglikemia secara umum4 :
1. Adanya gejala klinis hipoglikemia berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
2. Kadar glukosa plasma rendah < 70 mg/dl pada saat yang bersamaan berdasarkan
pemeriksaan penunjang/laboratorium.
3. Keadaan klinis segera membaik segera setelah kadar glukosa plasma menjadi
3.8 Tatalaksana
1. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen atau gula
murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/ gula diabetes) dan
2. Hentikan obat hipoglikemik sementara. Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2
jam.
anamnesis.
Penatalaksanaan Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia) 8 :
1. Diberikan larutan dekstrose 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL) bolus intra vena.
dekstrosa 10 %.
4. Bila GDS> 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut–turut, pemantauan GDS setiap
2 jam, dengan protokol sesuai diatas, bila GDs >200 mg/dL – pertimbangkan
5. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, protocol hipoglikemi
Kriteria Rujukan 8 :
sekunder (spesialis penyakit dalam) setelah diberikan dekstrose 40% bolus dan
2. Bila hipoglikemi tidak teratasi setelah 2 jam tahap pertama protokol penanganan
3.9 Prognosis