Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam menggunakannya
(WHO, 2016). Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (Kemenkes, 2019).
Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.
Ketoasidosis diabetik adalah suatu kondisi dari komplikasi diabetes mematikan,
akibat tingginya produksi asam darah tubuh yang disebut keton. Kondisi ini timbul ketika
tubuh tidak menghasilkan hormon yang cukup untuk menyerap glukosa ke dalam sel-sel
tubuh untuk mengubah glukosa menjadi tenaga (Harvard Health, 2019).
Ketoasidosis diabetikum (bahasa Inggris: Diabetic ketoacidosis, DKA) adalah
sindrom dari sinergi simtoma hiperglisemia, ketosis, asidemia dan ketonemia dengan
parameter klinis menurut Asosiasi Diabetes Amerika berupa rasio gula darah >13.8
mmol/l (250 mg/dl), pH <7.30, serum bikarbonat <18 mmol/l, anion gap >10. Umumnya
DKA merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus tipe 1 dan 2 (Wikipedia,2020).
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
tingginya kadar keton di dalam tubuh. Ketoasidosis diabetik merupakan kondisi gawat
darurat yang perlu segera mendapat penanganan medis (Alodokter,2020).

2. Etiologi
Gula atau glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Insulin akan
membantu glukosa yang ada untuk masuk ke dalam sel untuk selanjutnya diolah menjadi
energi. Saat menderita diabetes melitus, seseorang akan mengalami kekurangan insulin
atau insulin yang diproduksi tidak bisa bekerja dengan normal (resistensi insulin). Hal ini
menyebabkan glukosa yang ada di dalam darah menumpuk dan tidak bisa digunakan,
sementara sel-sel tubuh tetap membutuhkan bahan makanan untuk menghasilkan energi.
Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan energi, sel-sel tubuh akhirnya mengolah lemak
menjadi energi. Salah satu zat sisa hasil pengolahan lemak adalah zat yang bersifat asam,
yaitu keton. Jika hal ini terus berlanjut, keton akan menumpuk di dalam tubuh. Akibatnya,
tubuh menjadi lebih asam (asidosis).Jadi penyebab ketoasidosis diabetik adalah
terhentinya penyerapan gula darah ke dalam sel-sel untuk menghasilkan tenaga yang
disebabkan oleh kurangnya hormon dalam tubuh. Beberapa pemicu kondisi ini, antara
lain:
1) Tidak menjalani terapi insulin dengan baik
2) Mengalami infeksi atau penyakit lain yang menyebabkan tubuh memproduksi hormon
tingkat tinggi seperti adrenalin
3) Penyalahgunaan obat dan zat terlarang, terutama kokain
4) Kehamilan
5) Obat-obatan seperti steroid
6) Kecanduan alkohol
7) Trauma fisik atau emosional
8) Serangan jantung
9) Stres

3. Tanda dan Gejala


Gejala dari ketoasidosis diabetik adalah sebagai berikut :
1) Tingkat gula darah tinggi
2) Sering buang air kecil
3) Merasa haus yang berlebihan
4) Tingkat keton dalam urine tinggi
5) Mual atau muntah
6) Nafas cepat dan dalam
7) Nyeri perut
8) Linglung
9) Mulut dan kulit kering
10) Lelah
11) Bau nafas yang khas, seperti bau buah yang manis

4. Patofisiologis
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1) Glukosa darah : meningkat 300 –1000 mg/dl atau lebih
2) Aseton plasma (keton) : positif
3) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
4) Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
5) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular), selanjutnya akan
menurun
6) Fosfor : lebih sering menurun
7) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
8) Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
9) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi sebagai respons terhadap stress atau infeksi
10) Ureum / kreatinin : Mungkn meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan
fungsi ginjal)
11) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab DKA
12) Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat
13) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
14) Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, pernafasan
dan pada luka

6. Penatalaksanaan Medis
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.Pengawasan
ketat, KU jelek masuk HCU/ICU.
Tujuan penatalaksanaan :
1) Memperbaiki dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi)
2) Menghentikan ketogenesisi
3) Koreksi gangguan elektrolit
4) Mencegah komplikasi
5) Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus

Fase I / Gawat :
1) AIRWAY dan BREATHING
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika pasien kesadaran menurun /
GCS < 8 pertimbangkan intubasi dan ventilasi. Atau sementara dapat dipasang guedel
pada saluran napas dan pemasangan masker oksigen.
2) REHIDRASI
NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu
30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
3) INSULIN
4-8 U/jam sampai GDR 250 mg/dl atau reduksi minimal
4) Infus K (TIDAK BOLEH BOLUS)
a) Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
b) Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
c) Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L
d) Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
5) Infus Bicarbonat
a) Bila pH<7,0 atau bicarbonat < 12mEq/L
b) Berikan 44-132 mEq dalam 500cc NaCl 0.9%, 30-80 tpm
Pemberian Bicnat = [ 25 -HCO3 TERUKUR ] x BB x 0.4
6) Antibiotik dosis tinggi.

Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi

Fase II / maintenance :

1) Cairan maintenance
a) Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b) Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4U
2) Kalium
a) Perenteral bila K+ <4mEq
b) Peroral (air tomat/kaldu 1-2 gelas, 12 jam)
3) Insulin reguler 4-6U / 4-6jam sc
4) Makanan / diit dengan kalori yang telah dihitung
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH

Tgl MRS : 25 Mei 2021 Jam masuk : 11.20


Tgl pengkajian : 25 Mei 2021 No RM : 18259630
Jam pengkajian : 11.40 Diagnosa masuk : KAD

Identitas
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 47 tahun
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Tenggilis Kp Ciketing rt02/09 Mustika Jaya
Sumber biaya : BPJS 3

Keluhan utama
Keluhan utama : klien ditemukan tidak sadar dikamar tidur jam 7 pagi, napas sesak

Riwayat penyaki sekarang


Riwayat penyakit sekarang : klien datang ke IGD RSCAM jam 8 pagi diantar suami dan
anak. Menurut suami, istrinya ia temukan berbaring di kasur dan tidak merespon saat
dipanggil. Napasnya sesak, badan hangat. Saat tiba di ICU, kesadaran Somnolen E3M4V2,
TD 139/96 mmHg, RR 38 x/mnt, Suhu 37,6 C, HR 138 x/mnt. Klien tampak gelisah, sesak,
ronkhi dikedua paru. Napas tercium bau keton. Terpasang oksigen 10 liter/NRM, dower
cateter produksi 1800 cc warna keruh, dan selang NGT. Terpasang insulin drip 4 ui/jam,
infus NaCl 0,9 %. GDS di IGD jam 08.30 752 mg/dL. Hasil GDS saat tiba di ICU 534
mg/dL.

Riwayat penyakit terdahulu


1. Pernah dirawat : Pernah, Januari 2021 dengan diagnose Diabetes
2. Riwayat penyakit kronik : Menurut suami, istrinya menderita Diabetes ± 3 tahun
Riwayat control : Ya
Riwayat penggunaan obat : Glibenclamide 2 x 5 mg
3. Riwayat alergi : Tidak ada
4. Riwayat operasi : Tidak pernah
Riwayat kesehatan Keluarga
- Jenis : Menurut suami, ayah sang istri juga menderita diabetes
- Genogram

Keterangan
: laki-laki

: perempuan

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Pasien

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan


Alkohol : Tidak
Merokok : Tidak
Obat : Ya, klien minum Glibenclamide 2 x 5 mg
Olahraga : Klien tidak pernah olahraga

Observasi dan pemeriksaan fisik


1. Tanda – tanda vital
TD : 139/96 mmhg
Nadi : 138x/menit
Suhu : 37,6°C
RR : 38x/menit
Kesadaran kualitatif : Somnolen
Kesadaran kualitatif : jumlah GCS : 9 E:3 V: 2 M:4

2. Sistem pernafasan (B1)


a. RR : 38x/menit
b. Keluhan : menurut suami, klien riwayat batuk ± 2 minggu
c. Penggunaan otot bantu nafas : ada
d. PCH : tidak
e. Irama nafas : teratur
f. pleural fricticion : tidak ada
g. pola nafas : kussmaul
h. Suara nafas : ronkhi
i. Alat bantu nafas : tidak ada
j. Penggunaan WSD : tidak
k. Tracheostomy : tidak
l. Lain – lain : produksi sputum berlebih

3. Sistem kardiovaskuler (B2)


a. TD : 139/96 mmhg
b. Nadi : 138x/menit
c. Keluhan nyeri dada : Tidak
d. Irama jantung : reguler
e. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal)
f. Ictus cordis : tidak terlihat
g. CRT : 3 detik
h. Akral : hangat
i. Sirkulasi perifer : normal
j. JVP : belum diukur
k. CTR : < 50 %

4. Sistem persyarafan (B3)


a. GCS : E3M4V2
b. Refleks fisiologis : belum diperiksa
c. Refleks patologis : belum diperiksa
d. keluhan pusing : tidak bisa dinilai ( klien tidak sadar )
e. Pemeriksaan syaraf kranial
N1 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N2 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N3 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N4 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N5 :  normal ket : klien dapat melakukan reflek kedip
N6 :  normal ket : klien dapat menggerakkan mata ke samping
N7 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N8 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N9 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N10 : normal ket : klien dapat membuka mulut dengan lebar
N11 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
N12 : tidak bisa dinilai, klien tidak sadar
f. Pupil : isokor diameter : 2/2
g. Sklera : anikterik
h. Konjungtiva : merah
i. Istirahat / tidur : 5-6 jam perhari
j. Gangguan tidur : menurut suami, klien tidak pernah ada keluhan
sulit tidur
k. Lain – lain : tidak ada

5. Sistem perkemihan (B4)


a. Kebersihan genetalia : bersih
b. Sekret : tidak ada
c. Ulkus : tidak ada
d. Kebersihan meatus uretra : bersih
e. Keluhan kencing : tidak bisa dinilai (memakai dower cateter)
f. Kemampuan berkemih : memakai dower cateter
g. Produksi urin : 1800 cc ± 3 jam
h. Warna : keruh agak pekat
i. Bau : khas
j. Kandung kemih : tidak membesar
k. Nyeri tekan : tidak ada
l. Intake cairan : 2000 cc dalam 3 jam
m. Balance cairan : + 200 cc
n. Lain – lain :-

6. Sistem pencernaan (B5)


a. TB : 155 cm
b. BB : 60 kg
c. IMT : 24
d. Mulut : bersih
e. Membran mukosa : kering
f. Tenggorokan : pembesaran tonsil
g. Abdomen : normal
h. Nyeri tekan : tidak ada
i. Luka operasi : tidak
j. Peristaltik : 30x/menit
k. BAB : 1x/hari Terakhir tanggal : 24 mei 2021
l. Konsistensi : Lunak
m. Diet : cair via NGT
n. Diet khusus : diabetasol
o. Nafsu makan : tidak bisa dinilai (klien tidak sadar)
p. Porsi makan :-

7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segment anterior dan posterior
OD OS
- Visus -
tidak edema Palpebra tidak edema
ananemi Conjungtiva ananemis
perdarahan(-) Kornea tidak ada perdarahan
tdk diperiksa BMD tdk diperiksa
isokor Pupil isokor
cokelat Iris cokelat
jernih Lensa jernih
tdk diperiksa TIO tidak diperiksa

b. Keluhan nyeri : Tidak bisa dinilai


c. Luka operasi : tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang lainnya : Tidak ada
e. Lain – lain : Tidak ada

8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segment poterior dan anterior (tidak dikaji karena klien tidak sadar)
OD OS
Aircicula
MAE
membran
Tympani
Rinne
Weber
Swabach

b. Test audimetri : Tidak dilakukan


c. Keluhan nyeri : Tidak ada
d. Luka operasi : Tidak ada
e. Alat bantu dengar : Tidak ada
f. Lain – lain :-

9. Sistem muskuloskeletal (B6)


a. Pergerakan sendi : bebas
b. Kekuatan otot
5 5
4 4

c. kelainan ektremitas : tidak ada


d. kelainan tulang belakang : tidak ada
e. fraktur : tidak ada
f. traksi : tidak ada
g. penggunaan spalk/gips : tidak ada
h. keluhan nyeri : tidak bisa dinilai klien tidak sadar
i. Sisrkulasi perifer : baik
j. Kompartemen syndrome : tidak
k. Kulit : kemerahan
l. Turgor : menurun / jelek
m. Luka operasi : tidak
n. ROM : tidak dikaji
o. Cardinal sign : tidak terkaji
p. Lain – lain : tidak ada
10. Sistem integumen
a. Penilaian resiko decubitus
Aspek Kriteria Penilaian Nila
Yang i
Dinilai 1 2 3 4
Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak Ada 3
Sensori Sepenuhnya Terbatas Ringan Gangguan

Kelembaba Terus Sangat Kadang2 Jarang


n Menerus Lembab Basah Basah 4
Basah
Aktifitas Bedrest Chairfast Kadang2 Lebih 1
Jalan Sering jalan
Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak Ada 3
Sepenuhnya Terbatas Ringan Keterbatasan

Nutrisi Sangat Kemungkina Adekuat Sangat Baik 3


Buruk n Tidak
Adekuat
Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak 3
Pergeseran Bermasalah Menimbulkan
Masalah
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat Total Nilai 17
dikatakan bahwa pasien beresiko mengalami dekubisus
(pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or
less
= high risk)

b. Warna : tidak ada kemerahan pada area bokong


c. Piting edema : tidak
d. Eksoriasis : Tidak
e. Psoriasis : Tidak
f. Pruritus : Tidak
g. Uritkaria : Tidak

11. Sistem endokrin


a. pembesaran tyroid : tidak
b. pembesaran kelenjar getah bening : tidak
c. Hipoglikemia : tidak
d. Hiperglikemia : ya
e. Kondisi kaki DM : tidak ada luka
f. ABI :-
g. Lain – lain GDS jam 11.30 : 534 mg/dL
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Tidak dikaji karena klien dalam kondisi tidak sadar ( Somnolen )

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN


Menurut suami, klien biasa mandi 2 kali sehari. Saat dikaji klien tampak bersih. Sebelum
sakit klien mandi, keramas, ganti baju, sikat gigi, potong kuku, makan dikerjakan sendiri.
Sedangkan saat ini semua aktivitas personal hygiene dibantu sepenuhnya oleh perawat.

PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah: sebelum sakit (kadang-kadang), sesudah sakit (kadang-kadang)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lekosit 18.000 /uL
Hemoglobin 15,1 g/dL
Hematokrit 48,3 %
Trombosit 431.000 /uL
Ureum 63 mg/dL
Kreatinin 0,6 mL/mnt/1
GDS 752 mg/dL
Natrium 137 mmol/L
Kalium 3,7 mmol/L
Clorida 99 mmol/L

GDS jam 11.30 534 mg/dL


PCR SWAB negatif

Urine lengkap
Warna kuning tua
Kejernihan keruh
pH 6,0
Berat jenis 1010
Albumin urine positif 3
Glukosa positif 3
Keton positif 1
Urobilinogen 0.2
Bilirubin negatif
Darah samar positif 3
Lekosit esterase negatif
Nitrit negatif
Eritrosit 20-40 /lpb
Lekosit 0-5 /lpb
Silinder granular cast
Epitel gepeng +
Kristal negatif
Bakteri negatif
Lain-lain negatif
Analisa gas darah
PH 7,23
PCO2 22
PO2 85
HCO3 9
BE -12
Sat 99

TERAPI
Infus NaCL 0,9% :RL=4 : 2= 3 liter dalam 4 jam selanjutnya NaCL 0,9 % 2000 cc dlm 4 jam
OMZ 2 x 40 mg
Ceftriaxone 3 x 1 gr
Insulin drip 4-6 ui/jam s/d target GDS 200-300 mg/dL
Cek gds / 2 jam
Cek ulang AGD 4 jam lagi

DATA TAMBAHAN LAINNYA


Thorax cor normal, tampak infiltrat kedua paru
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : - hipersekresi jalan napas Bersihan jalan napas tidak efektif

DO :
 Ronkhi dikedua paru
 Produksi sputum berlebih
 Gelisah
 Nadi 138 x/mnt
 RR 38 x/mnt
 Thorax poto : cor normal, tampak infiltrat
kedua paru

DS : - ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Gangguan pertukaran gas

DO :
 PH 7,23
 PCO2 22
 PO2 85
 Nadi 138 x/mnt
 Gelisah
 napas cuping hidung
 pola napas kussmaul
 kesadaran Somnolen
DS : - hambatan upaya napas Pola napas tidak efektif

DO :
 Klien tampak menggunakan otot bantu
pernapasan
 RR 38 x/menit
 Nadi 138 x/mnt
 Pola napas Kusmaull
 Pernapasan cuping hidung
 Klien tampak sesak
 Gelisah
 Thorax poto : cor normal, tampak infiltrat
kedua paru
DS : - kehilangan cairan aktif Hipovolemia

DO :
 GDS 534 mg/dL
 Nadi 138 x/mnt
 Suhu 37,6° C
 TD 139/96 mmHg
 Mukosa bibir kering
 Turgor kulit menurun
 Ht 48,1 %
 Warna urin keruh, pekat
DS : - disfungsi pankreas Ketidakstabilan kadar glukosa darah

DO :
 GDS 534 mg/dL
 Nadi 138 x/mnt
 Mukosa bibir kering
DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. SDKI SLKI SIKI


1. Bersihan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen jalan napas I. 01011
berhubungan dengan hipersekresi jalan 3x24 jam diharapkan bersihan jalan napas Pemantauan respirasi I.01014
napas ditandai dengan meningkat dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola napas (frekuensi,
DS : -  Ronkhi berkurang kedalaman dan usaha napas)
 Produksi sputum menurun 2. Monitor adanya bunyi napas tambahan
DO :  Gelisah menurun (misal gurgling, wheezing, ronkhi)
 Ronkhi dikedua paru  Nadi 60-120 x/menit 3. Monitor adanya produksi sputum
 Produksi sputum berlebih  RR 12-24 x/menit 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
 Gelisah  Lekosit berkurang dengan guedel
 Nadi 138 x/mnt 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
 RR 38 x/mnt 6. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
 Lekosit 18.000 /uL 15 detik
7. Berikan oksigen sesuai hasil AGD
 Thorax poto : cor normal, tampak
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
infiltrat di kedua paru
ekspectoran, mukolitik.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemantauan respirasi I. 01014
dengan ketidakseimbangan ventilasi- 1x6 jam diharapkan pertukaran gas meningkat Manajemen asam basa : Asidosis Metabolik
perfusi ditandai dengan dengan kriteria hasil : I. 03096
DS : -  pH arteri 7,35-7,45
DO :  PCO2 35-45 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
 pH 7,23  PO2 83-108 usaha napas
 PCO2 22  Nadi 60-120 x/mnt 2. Monitor pola napas
 PO2 85  gelisah menurun 3. Identifikasi penyebab terjadinya asidosis
 HCO3 9  napas cuping hidung menurun metabolik
 Nadi 138 x/mnt  pola napas membaik 4. Monitor intake dan output cairan
 Gelisah  tingkat kesadaran Somnolen s/d Apatis 5. Monitor dampak pada susunan saraf
pusat (gelisah, kejang, koma)
 napas cuping hidung
6. Monitor dampak pada sirkulasi
 pola napas kussmaul
pernapasan (hipoksia, kussmaul)
 kesadaran Somnolen 7. Monitor dampak pada saluran pencernaan
(mual, muntah)
8. Monitor hasil AGD
9. Pertahankan kepatenan jalan napas
10. Berikan posisi semifowler
11. Pertahankan akses intravena
12. Pertahankan hidrasi sesuai kebutuhan
13. Berikan oksigen sesuai indikasi
14. Kolaborasi pemberian bikarbonat, jika
perlu
3. Pola napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemantauan respirasi I.01014
dengan hambatan upaya napas ditandai 1x8 jam diharapkan pola napas membaik dengan Dukungan ventilasi I.01002
dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
DS : -  Penggunaan otot bantu pernapasan cukup usaha napas
menurun 2. Monitor pola napas (bradipnes, takipnea,
DO :  Frekuensi napas membaik (RR 12-24 x/mnt) hiperventilasi, kussmaul)
 Klien tampak menggunakan otot  Nadi 60-120 x/mnt 3. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
bantu pernapasan  Pola napas kussmaul menurun pernapasan
 RR 38 x/menit  Pernapasan cuping hidung menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
 Nadi 138 x/mnt  Sesak berkurang 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Pola napas Kusmaull  Gelisah berkurang
6. Pertahankan kepatenan jalan napas
 Pernapasan cuping hidung 7. Berikan posisi semifowler-fowler
 Klien tampak sesak 8. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Gelisah 9. Auskultasi bunyi napas
 Thorax poto : cor normal, tampak 10. Monitor saturasi oksigen
infiltrat di kedua paru 11. Monitor nilai AGD
12. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien.
13. Dokumentasikan hasil pemantauan
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator

4. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen hipovolemia I.03116
kehilangan cairan aktif ditandai dengan 2x8 jam diharapkan status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
DS : - dengan kriteria hasil : (frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
 GDS menurun ( 200-300 mg/dl) lemah, TD menurun, turgor kulit
DO :  Frekuensi nadi membaik (60-120 x/menit) menurun, mukosa bibir kering, volume
 GDS 534 mg/dL  Suhu tubuh membaik (36,5 – 37,5° C) urin menurun,dll)
 Nadi 138 x/mnt  Tekanan darah membaik (sistole 120-130 2. Monitor intake dan output cairan
 Suhu 37,6° C mmHg) 3. Hitung kebutuhan cairan
 TD 139/96 mmHg  Mukosa bibir membaik 4. Berikan asupan cairan oral
 Mukosa bibir kering  Turgor kulit meningkat 5. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
 Turgor kulit menurun (NaCl, RL)
 Ht membaik (37-45%)
 Ht 48,1 %  Kepekatan urin berkurang
 Warna urin pekat  Output urine meningkat
 Output urine 1800 cc
Daftar Pustaka

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Harvard. (2021, 2 Februari). Ketoasidosis Diabetik. Halodoc. https : //www.halodoc.com//


kesehatan/ketoasidosis-diabetik. Di unduh tanggal 25 Mei 2021.

Kearney. (2020, 5 Januari). Ketoasidosis Diabetikum. Wikipedia. https:// id.wikipedia .org /


wiki/Ketoasidosis_diabetikum#:~:text=Ketoasidosis%20diabetikum%20(bahasa%20
//Inggris%3A%20Diabetic,l%2C. Di unduh tanggal 25 Mei 2021.

Merry, Dame. (2020, 30 Agustus). Ketoasidosis Diabetik. Alodokter. https://www .alodokter


.com/ketoasidosis-diabetik. Di unduh tanggal 25 Mei 2021.

Rachman, Abi. (2019, 20 Agustus). Ketoasidosis Diabetik. Sehatq. https://www.sehatq.com


/penyakit/ketoasidosis-diabetik. Di unduh tanggal 25 Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai