1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak
memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam menggunakannya
(WHO, 2016). Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (Kemenkes, 2019).
Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.
Ketoasidosis diabetik adalah suatu kondisi dari komplikasi diabetes mematikan,
akibat tingginya produksi asam darah tubuh yang disebut keton. Kondisi ini timbul ketika
tubuh tidak menghasilkan hormon yang cukup untuk menyerap glukosa ke dalam sel-sel
tubuh untuk mengubah glukosa menjadi tenaga (Harvard Health, 2019).
Ketoasidosis diabetikum (bahasa Inggris: Diabetic ketoacidosis, DKA) adalah
sindrom dari sinergi simtoma hiperglisemia, ketosis, asidemia dan ketonemia dengan
parameter klinis menurut Asosiasi Diabetes Amerika berupa rasio gula darah >13.8
mmol/l (250 mg/dl), pH <7.30, serum bikarbonat <18 mmol/l, anion gap >10. Umumnya
DKA merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus tipe 1 dan 2 (Wikipedia,2020).
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
tingginya kadar keton di dalam tubuh. Ketoasidosis diabetik merupakan kondisi gawat
darurat yang perlu segera mendapat penanganan medis (Alodokter,2020).
2. Etiologi
Gula atau glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Insulin akan
membantu glukosa yang ada untuk masuk ke dalam sel untuk selanjutnya diolah menjadi
energi. Saat menderita diabetes melitus, seseorang akan mengalami kekurangan insulin
atau insulin yang diproduksi tidak bisa bekerja dengan normal (resistensi insulin). Hal ini
menyebabkan glukosa yang ada di dalam darah menumpuk dan tidak bisa digunakan,
sementara sel-sel tubuh tetap membutuhkan bahan makanan untuk menghasilkan energi.
Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan energi, sel-sel tubuh akhirnya mengolah lemak
menjadi energi. Salah satu zat sisa hasil pengolahan lemak adalah zat yang bersifat asam,
yaitu keton. Jika hal ini terus berlanjut, keton akan menumpuk di dalam tubuh. Akibatnya,
tubuh menjadi lebih asam (asidosis).Jadi penyebab ketoasidosis diabetik adalah
terhentinya penyerapan gula darah ke dalam sel-sel untuk menghasilkan tenaga yang
disebabkan oleh kurangnya hormon dalam tubuh. Beberapa pemicu kondisi ini, antara
lain:
1) Tidak menjalani terapi insulin dengan baik
2) Mengalami infeksi atau penyakit lain yang menyebabkan tubuh memproduksi hormon
tingkat tinggi seperti adrenalin
3) Penyalahgunaan obat dan zat terlarang, terutama kokain
4) Kehamilan
5) Obat-obatan seperti steroid
6) Kecanduan alkohol
7) Trauma fisik atau emosional
8) Serangan jantung
9) Stres
4. Patofisiologis
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1) Glukosa darah : meningkat 300 –1000 mg/dl atau lebih
2) Aseton plasma (keton) : positif
3) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
4) Elektrolit : Natrium : mungkin normal , meningkat atau menurun
5) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan selular), selanjutnya akan
menurun
6) Fosfor : lebih sering menurun
7) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
8) Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
9) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat atau normal (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi sebagai respons terhadap stress atau infeksi
10) Ureum / kreatinin : Mungkn meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan
fungsi ginjal)
11) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis
akut sebagai penyebab DKA
12) Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat
13) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
14) Kultur dan sensitifitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, pernafasan
dan pada luka
6. Penatalaksanaan Medis
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.Pengawasan
ketat, KU jelek masuk HCU/ICU.
Tujuan penatalaksanaan :
1) Memperbaiki dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi)
2) Menghentikan ketogenesisi
3) Koreksi gangguan elektrolit
4) Mencegah komplikasi
5) Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus
Fase I / Gawat :
1) AIRWAY dan BREATHING
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika pasien kesadaran menurun /
GCS < 8 pertimbangkan intubasi dan ventilasi. Atau sementara dapat dipasang guedel
pada saluran napas dan pemasangan masker oksigen.
2) REHIDRASI
NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu
30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
3) INSULIN
4-8 U/jam sampai GDR 250 mg/dl atau reduksi minimal
4) Infus K (TIDAK BOLEH BOLUS)
a) Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
b) Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
c) Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L
d) Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
5) Infus Bicarbonat
a) Bila pH<7,0 atau bicarbonat < 12mEq/L
b) Berikan 44-132 mEq dalam 500cc NaCl 0.9%, 30-80 tpm
Pemberian Bicnat = [ 25 -HCO3 TERUKUR ] x BB x 0.4
6) Antibiotik dosis tinggi.
Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase II / maintenance :
1) Cairan maintenance
a) Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
b) Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4U
2) Kalium
a) Perenteral bila K+ <4mEq
b) Peroral (air tomat/kaldu 1-2 gelas, 12 jam)
3) Insulin reguler 4-6U / 4-6jam sc
4) Makanan / diit dengan kalori yang telah dihitung
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH
Identitas
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 47 tahun
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Tenggilis Kp Ciketing rt02/09 Mustika Jaya
Sumber biaya : BPJS 3
Keluhan utama
Keluhan utama : klien ditemukan tidak sadar dikamar tidur jam 7 pagi, napas sesak
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segment anterior dan posterior
OD OS
- Visus -
tidak edema Palpebra tidak edema
ananemi Conjungtiva ananemis
perdarahan(-) Kornea tidak ada perdarahan
tdk diperiksa BMD tdk diperiksa
isokor Pupil isokor
cokelat Iris cokelat
jernih Lensa jernih
tdk diperiksa TIO tidak diperiksa
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segment poterior dan anterior (tidak dikaji karena klien tidak sadar)
OD OS
Aircicula
MAE
membran
Tympani
Rinne
Weber
Swabach
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah: sebelum sakit (kadang-kadang), sesudah sakit (kadang-kadang)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lekosit 18.000 /uL
Hemoglobin 15,1 g/dL
Hematokrit 48,3 %
Trombosit 431.000 /uL
Ureum 63 mg/dL
Kreatinin 0,6 mL/mnt/1
GDS 752 mg/dL
Natrium 137 mmol/L
Kalium 3,7 mmol/L
Clorida 99 mmol/L
Urine lengkap
Warna kuning tua
Kejernihan keruh
pH 6,0
Berat jenis 1010
Albumin urine positif 3
Glukosa positif 3
Keton positif 1
Urobilinogen 0.2
Bilirubin negatif
Darah samar positif 3
Lekosit esterase negatif
Nitrit negatif
Eritrosit 20-40 /lpb
Lekosit 0-5 /lpb
Silinder granular cast
Epitel gepeng +
Kristal negatif
Bakteri negatif
Lain-lain negatif
Analisa gas darah
PH 7,23
PCO2 22
PO2 85
HCO3 9
BE -12
Sat 99
TERAPI
Infus NaCL 0,9% :RL=4 : 2= 3 liter dalam 4 jam selanjutnya NaCL 0,9 % 2000 cc dlm 4 jam
OMZ 2 x 40 mg
Ceftriaxone 3 x 1 gr
Insulin drip 4-6 ui/jam s/d target GDS 200-300 mg/dL
Cek gds / 2 jam
Cek ulang AGD 4 jam lagi
DO :
Ronkhi dikedua paru
Produksi sputum berlebih
Gelisah
Nadi 138 x/mnt
RR 38 x/mnt
Thorax poto : cor normal, tampak infiltrat
kedua paru
DO :
PH 7,23
PCO2 22
PO2 85
Nadi 138 x/mnt
Gelisah
napas cuping hidung
pola napas kussmaul
kesadaran Somnolen
DS : - hambatan upaya napas Pola napas tidak efektif
DO :
Klien tampak menggunakan otot bantu
pernapasan
RR 38 x/menit
Nadi 138 x/mnt
Pola napas Kusmaull
Pernapasan cuping hidung
Klien tampak sesak
Gelisah
Thorax poto : cor normal, tampak infiltrat
kedua paru
DS : - kehilangan cairan aktif Hipovolemia
DO :
GDS 534 mg/dL
Nadi 138 x/mnt
Suhu 37,6° C
TD 139/96 mmHg
Mukosa bibir kering
Turgor kulit menurun
Ht 48,1 %
Warna urin keruh, pekat
DS : - disfungsi pankreas Ketidakstabilan kadar glukosa darah
DO :
GDS 534 mg/dL
Nadi 138 x/mnt
Mukosa bibir kering
DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemantauan respirasi I. 01014
dengan ketidakseimbangan ventilasi- 1x6 jam diharapkan pertukaran gas meningkat Manajemen asam basa : Asidosis Metabolik
perfusi ditandai dengan dengan kriteria hasil : I. 03096
DS : - pH arteri 7,35-7,45
DO : PCO2 35-45 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
pH 7,23 PO2 83-108 usaha napas
PCO2 22 Nadi 60-120 x/mnt 2. Monitor pola napas
PO2 85 gelisah menurun 3. Identifikasi penyebab terjadinya asidosis
HCO3 9 napas cuping hidung menurun metabolik
Nadi 138 x/mnt pola napas membaik 4. Monitor intake dan output cairan
Gelisah tingkat kesadaran Somnolen s/d Apatis 5. Monitor dampak pada susunan saraf
pusat (gelisah, kejang, koma)
napas cuping hidung
6. Monitor dampak pada sirkulasi
pola napas kussmaul
pernapasan (hipoksia, kussmaul)
kesadaran Somnolen 7. Monitor dampak pada saluran pencernaan
(mual, muntah)
8. Monitor hasil AGD
9. Pertahankan kepatenan jalan napas
10. Berikan posisi semifowler
11. Pertahankan akses intravena
12. Pertahankan hidrasi sesuai kebutuhan
13. Berikan oksigen sesuai indikasi
14. Kolaborasi pemberian bikarbonat, jika
perlu
3. Pola napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pemantauan respirasi I.01014
dengan hambatan upaya napas ditandai 1x8 jam diharapkan pola napas membaik dengan Dukungan ventilasi I.01002
dengan kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
DS : - Penggunaan otot bantu pernapasan cukup usaha napas
menurun 2. Monitor pola napas (bradipnes, takipnea,
DO : Frekuensi napas membaik (RR 12-24 x/mnt) hiperventilasi, kussmaul)
Klien tampak menggunakan otot Nadi 60-120 x/mnt 3. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu
bantu pernapasan Pola napas kussmaul menurun pernapasan
RR 38 x/menit Pernapasan cuping hidung menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
Nadi 138 x/mnt Sesak berkurang 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
Pola napas Kusmaull Gelisah berkurang
6. Pertahankan kepatenan jalan napas
Pernapasan cuping hidung 7. Berikan posisi semifowler-fowler
Klien tampak sesak 8. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Gelisah 9. Auskultasi bunyi napas
Thorax poto : cor normal, tampak 10. Monitor saturasi oksigen
infiltrat di kedua paru 11. Monitor nilai AGD
12. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien.
13. Dokumentasikan hasil pemantauan
14. Kolaborasi pemberian bronkodilator
4. Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen hipovolemia I.03116
kehilangan cairan aktif ditandai dengan 2x8 jam diharapkan status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
DS : - dengan kriteria hasil : (frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
GDS menurun ( 200-300 mg/dl) lemah, TD menurun, turgor kulit
DO : Frekuensi nadi membaik (60-120 x/menit) menurun, mukosa bibir kering, volume
GDS 534 mg/dL Suhu tubuh membaik (36,5 – 37,5° C) urin menurun,dll)
Nadi 138 x/mnt Tekanan darah membaik (sistole 120-130 2. Monitor intake dan output cairan
Suhu 37,6° C mmHg) 3. Hitung kebutuhan cairan
TD 139/96 mmHg Mukosa bibir membaik 4. Berikan asupan cairan oral
Mukosa bibir kering Turgor kulit meningkat 5. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
Turgor kulit menurun (NaCl, RL)
Ht membaik (37-45%)
Ht 48,1 % Kepekatan urin berkurang
Warna urin pekat Output urine meningkat
Output urine 1800 cc
Daftar Pustaka
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.