KASUS KASDIOVASKULAR
Kelompok D
1. Fidella Regina 2443015020
2. Venna Laurensia 2443015044
3. Retno Puspita 2443015082
4. Ramadhona Dwi 2443015106
5. Resi Anugrah 2443015132
6. Norma Ayu 2443015149
7. Dwi Indah 2443015164
8. Astuti Handayani 2443015187
9. Hajar Alia 2443015207
10. Fitra Cahayaning 2443015231
11. Viona Elsha 2443015248
12. Angelina Teti 2443015264
13. Riszan Rizky 2443015283
PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2018
BAB 1
SKENARIO PEMICU
STATUS MEDIK
3.1 Definisi
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien
harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal saat
istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan); tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan
struktur atau fungsi jantung saat istrahat.
Pustaka : PERKI.2015 hal 1
3.2.2 Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian kriteria yang dipakai pada gagal jantung,
diantaranya klassifikasi menurut New York Heart Association (NYHA), dan
pembagian stage menurut American Heart Association.
Klasifikasi fungsional yang biasanya dipakai menurut NYHA (2011) adalah :
Kelas I : Tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktifitas apapun, tidak muncul gejala
dalam aktivitas apapun.
Kelas II : Mulai ada keterbatasan dalam aktivitas, pasien masih bisa melakukan
aktivitas ringan dan keluhan berkurang saat istirahat
Kelas III : Terdapat keterbatasan dalam melaksanakan berbagai aktivitas, pasien
merasa keluhan berkurang dengan istirahat.
Kelas IV : Keluhan muncul dalam berbagai aktivitas, dan tidak berkurang meskipun
dengan istirahat.
Sedangkan pada tahun 2001, the American College of Cardiology/American Heart
Association working group membagi kegagalan jantung ini menjadi empat stage yaitu:
Stage A : memiliki resiko tinggi untuk terkena CHF tapi belum ditemukan adanya
kelainan struktural pada jantung
Stage B : sudah terdapat kelainan struktural pada jantung, akan tetapi belum
menimbulkan gejala.
Stage C : adanya kelainan struktural pada jantung, dan sudah muncul manifestasi gejala
awal jantung, masih dapat diterapi dengan pengobatan standard.
Stage D : pasien dengan gejala tahap akhir jantung, dan sulit diterapi dengan
pengobatan standard.
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
infark miokard, obesitas, diabetes.
3.5.1 Tanda
a. Tekanan darah : 150/80
b. Nadi : 125 kali/menit
c. Laju nafas : 24 kali/ menit
d. Suhu : 36,2 C
3.5.2 Gejala
a. Sesak nafas
b. Merasa kepayahan saat bangun dari tempat tidur
c. Kelelahan saat berjalan cepat dan memburuk 2 hari terakhir
d. Nafsu makan pasien menurun
e. Sering bersendawa
f. Edema pada pergelangan kaki
3.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan digunakan untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki
kualitas hidup. Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki prognosis serta penurunan
angka rawat. Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi
penatalaksanaan secara non farmakologi dan secara farmakologi.
3.6.1 Terapi non farmakologi
Berdasarkan PERKI tahun 2015 tentang pedoman tatalaksana gagal jantung
dapat dilakukan dengan manajemen perawatan mandiri, yaitu tindakan tindakan yang
bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ketaatan pasien berobat
Berdasarkan literatur hanya 20-60% pasien yang taat pada terapi farmakologi
maupun non-farmakologi.
2. Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setiap hari, jika terdapat kenaikan berat
badan > 2 kg dalam 3 h
ari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertimbangan dokter (kelas
rekomendasi 1, tingkatan bukti C).
3. Pembatasan asupan cairan, asupan garam dan konsumsi alkohol
Restriksi cairan 1,5 -2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien dengan
gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien
dengan gejala ringan sampai sedang tidak memberikan keuntungan klinis (kelas
rekomendasi IIb, tingkatan bukti C).
4. Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung
dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala
dan meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti C).
5. Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal jantung berat. Kaheksia
jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka kelangsungan
hidup. Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil
sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia.
Status nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-hati (kelas rekomendasi I, tingkatan
bukti C).
6. Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit
atau di rumah (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti A).
7. Aktivitas seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil) mengurangi tekanan
pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada gagal jantung lanjut dan tidak boleh
dikombinasikan dengan preparat nitrat (kelas rekomendasi III, tingkatan bukti B).
3.6.2 Terapi farmakologi
Tabel 3.1 Tujuan pengobatan gagal jantung (PERKI, 2015).
Gambar 3.1 Strategi pengobatan pada pasien gagal jantung kronik simptomatik
(NYHA fc II-IV). Disadur dari ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of
acute and chronic heart failure 2012 (PERKI, 2015).
Berdasarkan guideline dan kondisi medis pasien yang memiliki diagnosa gagal
jantung stadium III/C dengan riwayat penyakit jantung koroner dan diabetes melitus,
serta obat yang digunakan sampai sekarang, maka terapi yang perlu ditambahkan
adalah obat golongan ACE-I.
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACE-I)
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.ACEI memperbaiki fungsi ventrikel
dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup (kelas rekomendasi I, tingkatan
bukti A). ACEI kadang-kadang menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia,
hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh sebab itu ACEI hanya
diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan kadar kalium normal (PERKI,
2015).
a. Mekanisme kerja
Gambar 3.3 Skema hubungan jalur bradikinin dan jalur renin-angiotensin dengan
ACE (Rajeev Kumar dkk, 2010).
•
Cincin heterosiklik (N-ring) meningkatkan potensi dan mengubah
farmakokinetik.
•
N-ring yang mengandung asam karboksilat dapat meniru C terminal
dari substrat ACE.
•
Ester etil dapat membentuk kompleks dengan seng (Zn++) sehingga
dapat memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester adalah pra-
obat, dimana di dalam tubuh akan terhidrolisis menjadi bentuk asam
aktif.
• Gugus-gugus lain berfungsi untuk meningkatkan lipofilitas
senyawa, sehingga distribusi obat menjadi lebih baik.
b. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Bioavailabilitas absolut dari perindopril adalah 75%; rata-rata
bioavailabilitas perindoprilat adalah 25%. Puncak konsentrasi
plasma perindopril dan perindoprilat dicapai dalam 1 dan 3-7 jam.
• Onset
Efek antihipertensi terjadi dengan cepat, dengan efek yang
meningkat sedikit selama beberapa minggu.
• Durasi
Efek antihipertensi maksimal (penghambatan 80-90% aktivitas
ACE) berlangsung selama sekitar 10-12 jam; pada 24 jam, hanya
60% aktivitas ACE yang diblokir.
• Makanan
Makanan tidak mempengaruhi tingkat penyerapan perindopril tetapi
mengurangi bioavailabilitas perindoprilat sekitar 35%.
2. Distribusi
Tampaknya melintasi sawar darah-otak. Disalurkan melalui plasenta
dan didistribusikan ke dalam susu. Pengikatan protein plasma
perindopril (60%) dan perindoprilat (10-20%).
3. Metabolisme
Secara ekstensif dimetabolisme di hati menjadi 6 metabolit, termasuk
metabolit aktif yaitu perindoprilat.
4. Eliminasi
• Rute eliminasi
Dieliminasi terutama dalam urin (sebagai metabolit). Dihilangkan
dengan dialisis ginjal.
• T½
Perindopril: 0,8-1 jam.
Perindoprilat: 3-10 jam.
c. Dosis (Yancy dkk, 2017)
Dosis awal: 2 mg/ hari
Dosis maksimum: 8-16 mg/hari
d. Efek samping
Batuk, proteinuria, palpitasi, sinusitis, infeksi virus, dispepsia, demam,
hipertonia (AHFS, 2011).
e. Interaksi obat
Interaksi dengan diuretik hemat kalium (spironolakton, amiloride,
triamteren) dapat menyebabkan hiperkalemia sehingga harus digunakan
dengan hati-hati dan dilakukan monitoring konsentrasi serum kalium secara
berkala (AHFS, 2011).
f. Farmakoekonomi
Prexum (Perindopril 4 mg): Rp 10.950,-/tablet
Dosis yang digunakan pada terapi 2 mg/hari. Sehingga biaya yang
diperlukan untuk 1 hari adalah Rp 5.500,-
2.Quinapril
a. Hubungan Struktur dan Aktivitas
1. Struktur
•
Cincin heterosiklik (N-ring) meningkatkan potensi dan mengubah
farmakokinetik.
•
N-ring yang mengandung asam karboksilat dapat meniru C terminal
dari substrat ACE.
•
Ester etil dapat membentuk kompleks dengan seng (Zn++) sehingga
dapat memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester adalah pra-
obat, dimana di dalam tubuh akan terhidrolisis menjadi bentuk asam
aktif.
• Gugus-gugus lain (benzena, fenil, dll) berfungsi untuk
meningkatkan lipofilitas senyawa, sehingga distribusi obat menjadi
lebih baik. Lipofilitas quinapril lebih tinggi dibandingkan dengan
obat ACE-I lainnya, sehingga aktivitasnya juga meningkat.
b. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Sekitar 60% dari dosis oral diserap. Konsentrasi plasma puncak
quinapril dan quinaprilat dicapai dalam 1 dan 2 jam.
• Onset
Setelah dosis oral tunggal, efek antihipertensi dicapai setelah 1 jam.
Selama terapi kronis, efek antihipertensi maksimum dicapai setelah
1-2 minggu.
• Durasi
Penghambatan > 80% aktivitas ACE berlangsung selama 24 jam.
Penghambatan 75% dari respon terhadap angiotensin I berlangsung
selama sekitar 4 jam.
• Makanan
Makanan tinggi lemak menghasilkan penurunan tingkat penyerapan
quinapril yang moderat (25-30%). Ketika kombinasi
quinapril/hydrochlorothiazide diberikan dengan makanan tinggi
lemak, tingkat penyerapan quinapril berkurang sebesar 14%.
2. Distribusi
Quinapril dan quinaprilat tidak melintasi sawar darah-otak. Disalurkan
melalui plasenta dan didistribusikan ke dalam susu. Pengikatan protein
plasma quinapril dan quinaprilat sekitar 97%.
3. Metabolisme
Metabolisasi terutama untuk metabolit aktif, quinaprilat (sekitar 38%
dari dosis oral).
4. Eliminasi
• Rute eliminasi
Dieliminasi terutama dalam urin (sebagai metabolit). Tidak
dihilangkan melalui hemodialisis atau dialisis peritoneal.
• T½
Quinaprilat: 2 jam; fase terminal berkepanjangan 25 jam.
c. Dosis (Yancy dkk, 2017)
Dosis awal: 5 mg 2x/hari
Dosis maksimum: 20 mg 2x/hari
d. Efek samping
Pusing, batuk, kelelahan, mual, muntah, nyeri dada, hipotensi, dyspnea,
diare, sakit kepala, ruam, nyeri punggung, peningkatan konsentrasi
kreatinin serum, peningkatan BUN (AHFS, 2011).
e. Interaksi obat
Interaksi dengan diuretik hemat kalium (spironolakton, amiloride,
triamteren) dapat menyebabkan hiperkalemia sehingga harus digunakan
dengan hati-hati dan dilakukan monitoring konsentrasi serum kalium secara
berkala (AHFS, 2011).
f. Farmakoekonomi
Accupril (Quinapril 5 mg): Rp 6.850,-/tablet
Dosis yang digunakan pada terapi 5 mg 2x/hari. Sehingga biaya yang
diperlukan untuk 1 hari adalah Rp 13.700,-
3. Fosinopril
a. Hubungan Struktur dan Aktivitas
1. Struktur
•
Cincin heterosiklik (N-ring) hidrofobik besar meningkatkan potensi
dan mengubah farmakokinetik.
•
N-ring yang mengandung asam karboksilat dapat meniru C terminal
dari substrat ACE.
•
COOH mengikat seng melalui karboksilat memicu transisi
hidrolisis peptida.
b. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Sekitar 36% dari dosis diabsorbsi. Puncak konsentrasi plasma 3 jam.
• Onset
Efek antihipertensi dicapai setelah 1 jam, dengan pengurangan
puncak BP 2-3 jam.
• Durasi
Aktivitas ACE berlangsung selama 24 jam.
• Makanan
Tidak berpengaruh pada absorbsi.
2. Distribusi
Tidak tampak melalui sawar darah otak, melalui placenta dan di
distribusi ke dalam ASI manusia.
3. Metabolisme
Dimetabolisme di dinding hati dan usus, terutama untuk metabolit aktif
(fosinoprilat).
4. Eliminasi
• Rute eliminasi
Dieliminasi terutama dalam urin (sebagai metabolit). Tidak
dihilangkan melalui hemodialisis atau dialisis peritoneal.
• T½
Fosinoprilat: 12 jam.
c. Dosis (AHFS 2011)
Dosis awal: 10 mg 1x/hari
Dosis maksimum: 20-40 mg 1x/hari
d. Efek samping
Batuk, hiperkalemia dan peningkatan BUN (AHFS, 2011).
e. Interaksi obat
Interaksi dengan diuretik hemat kalium (spironolakton, amiloride,
triamteren) dapat menyebabkan hiperkalemia sehingga harus digunakan
dengan hati-hati dan dilakukan monitoring konsentrasi serum kalium secara
berkala (AHFS, 2011).
f. Farmakoekonomi
Kelemahan : Tidak diproduksi di Indonesia.
4. Lisinopril
a. Hubungan Struktur dan Aktivitas
1. Struktur
•
Cincin heterosiklik (N-ring) hidrofobik besar meningkatkan potensi
dan mengubah farmakokinetik.
•
N-ring yang mengandung asam karboksilat dapat meniru C terminal
dari substrat ACE.
•
COOH mengikat seng melalui karboksilat memicu transisi
hidrolisis peptida.
b. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Sekitar 25% dari dosis diabsorbsi, 16% pada pasien CHP. Puncak
konsentrasi plasma 7 jam.
• Onset
Efek antihipertensi dicapai setelah 1 jam dengan pengurangan
puncak TD ±6 jam. Pada terapi kronis antihipertensi efek mencapai
setelah 2-4 minggu.
• Durasi
Penghambatan> 80% aktivitas ACE berlangsung selama 24 jam.
• Makanan
Tidak berpengaruh pada absorbsi.
2. Distribusi
Melalui BBB, melalui placenta dan di distribusi ke dalam ASI manusia.
3. Metabolisme
Tidak dimetabolisme.
4. Eliminasi
• Rute eliminasi
Dieliminasi terutama dalam urin (sebagai metabolit). Tidak
dihilangkan melalui hemodialisis atau dialisis peritoneal.
• T½
12 jam.
c. Dosis (ACC AHA)
Dosis awal: 2,5-5 mg 1x/hari
Dosis maksimum: 20-40 mg 1x/hari
d. Efek samping
Batuk, aortic stenosis, hypertrophic cardiomyopathy, hiperkalemia dan
peningkatan BUN (AHFS, 2011).
e. Interaksi obat
Interaksi dengan diuretik hemat kalium (spironolakton, amiloride,
triamteren) dapat menyebabkan hiperkalemia sehingga harus digunakan
dengan hati-hati dan dilakukan monitoring konsentrasi serum kalium secara
berkala (AHFS, 2011).
f. Farmakoekonomi
Lisinopril 5 mg: Rp 451,-/tablet
Dosis yang digunakan pada terapi 5 mg 1x/hari. Sehingga biaya yang
diperlukan untuk 1 hari adalah Rp 451,-
5. Ramipril
a. Hubungan Struktur dan Aktivitas
1. Struktur
•
Cincin heterosiklik (N-ring) meningkatkan potensi dan mengubah
farmakokinetik.
•
N-ring yang mengandung asam karboksilat dapat meniru C terminal
dari substrat ACE.
• Gugus-gugus lain berfungsi untuk meningkatkan lipofilitas
senyawa, sehingga distribusi obat menjadi lebih baik.
b. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Bioavailibilitasnya 50-60%, tidak terpengaruh oleh makanan,
puncak waktu plasma : 1 jam (ramipril), 2-4 jam ramiprilat
• Onset
Efek antihipertensi terjadi dengan cepat
• Durasi
puncak waktu plasma : 1 jam (ramipril), 2-4 jam ramiprilat
• Makanan
Tidak dipengaruhi oleh makanan
2. Distribusi
Protein terikat :73% (ramipril), 56% (ramiprilat)
3. Metabolisme
Metabolisme oleh hatimelalui pembelahan kelompok ester
4. Eliminasi
Half-life : 13-17 hari(ramiprilat)
c. Dosis (Yancy dkk, 2017)
Dosis awal: 2,5mg/ hari
Dosis maksimum: 5 mg/hari
d. Efek samping
Mual, muntah, vertigogangguan fungsi ginjal,diare (AHFS, 2011).
e. Interaksi obat
Aspirin, celecoxib, digoxin dapat meningkatkan toxicitas ramipril(AHFS,
2011).
f. Farmakoekonomi
Ramipril : 820,-/tablet
5. Trandolapril
Tradolapril adalah prodrug yang mengalami deesterifikasi menjadi trandolapril.
Feel antihipertensi melalui sistem RAAS, Trandolapril memiliki waktu paru
sekitar 6 jam, dan trandolapriat memilikiwaktu paruh sekitar 10 jam.
Trandolaprilat memiliki sekitar 8 kali lipat aktivitas obat induknya. Sekitar 1/3
dari trandolapril dan metabolitnya diekskresikan dalam urin, dan sekitar 2/3
dari trandolapril dan metabolitnya diekskresikan dalam feses. Protein serum
pengikatan trandolapril sekitar 80%. Tololapril bersifat teratogenic dan dapat
menyebabkan cacat lahir dan bahkan kematian janin yang sedang berkembang.
a. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Plasma puncak : 1 hari
• Onset
1-2 hari.
• Durasi
72 hari setelah dosis tunggal
2. Distribusi
Protein bound : 80% (trandolapril) 65-94% (trandolaprilat)
3. Metabolisme
Dimetabolisme di hati
4. Eliminasi
Half-life : 6 hari (trandolapril), 22.5 hari (trandolaprilat)
b. Dosis (Yancy dkk, 2017)
Dosis awal: 1 mg/hari
Dosis maksimum: 4 mg /hari
c. Efek samping
Batuk,hypotensi, hyperkalemia,strock, bradikardia (AHFS, 2011).
d. Interaksi obat
Aspirin ,celecoxib, diklofenac,calcium carbonat, dapat meningkatkan
toksisitas trandolapril (AHFS, 2011).
e. Farmakoekonomi
Obat ini sudah jarang ditemukan diapotek karena sudah jarang digunakan.
8. Captopril
a. Hubungan Struktur dan Aktivitas
1. Struktur
•
Cincin heterosiklik (N-ring) hidrofobik besar meningkatkan potensi
dan mengubah farmakokinetik.
•
N-ring yang mengandung asam karboksilat dapat meniru C terminal
dari substrat ACE.
•
Pengikatan superior terhadap seng, memberikan efek samping ruam
kuliat dan gangguan rasa, kemudian senyawa yang mengandung
sulfida dapat membentuk dimer dan disulfida yang dapat memendek
durasi aksi.
b. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Cepat di absorbsi melalui oral, puncak konsentrasi dalam darah
dicapai 1 jam. Kurang lebih 60 – 75 % diabsorpsi.
• Onset
Maksimal 1 – 2 jam setelah penggunaan.
• Durasi
Umumnya 2 – 6 jam tergantung dengan peningkatan dosis.
• Makanan
Menurunkan absorpsi hingga 25 – 40 %.
2. Distribusi
Didistribusikan ke dalam jaringan tubuh, kecuali CNS distribusi melalui
plasenta dan ke dalam ASI.
3. Metabolisme
Kurang lebih setengah dosis cepat di metabolisme.
4. Eliminasi
• Diekskresi melalui urine sebagai obat tak berubah dan metabolit
• T½
< 2 jam.
c. Dosis (ACC AHA)
Dosis awal: 6,25 mg 3x/hari
Dosis maksimum: 50 mg 3x/hari
d. Efek samping
Pusing, hipotensi, diare, nyeri dada, mual, nyeri perut, ruam, dan gangguan
saluran pernapasan (AHFS, 2011).
e. Interaksi obat
Melakukan monitoring
f. Farmakoekonomi
Captopril 12,5 mg: Rp 151,-/tablet
Captopril 25 mg: Rp 177,-/tablet
9. Enalapril
a. Hubungan Struktur dan Aktivitas
1. Struktur
•
Cincin heterosiklik (N-ring) hidrofobik besar meningkatkan potensi
dan mengubah farmakokinetik.
•
N-ring yang mengandung asam karboksilat dapat meniru C terminal
dari substrat ACE.
b. Farmakokinetika (AHFS, 2011)
1. Absorpsi
• Bioavailabilitas
Sekitar 55 – 75 % dari dosis oral cepat diabsorbsi, pada saluran
cerna kurang di serap.
• Onset
Efek diamati dalam 1 jam, dengan pengurangan puncak BP pada 4
– 8 jam.
• Durasi
Berlangsung selama 12 -24 jam.
• Makanan
Tidak berpengaruh pada absorbsi.
2. Distribusi
Tidak bagus melalui BBB.
3. Metabolisme
Hati terutama untuk metabolit aktif.
4. Eliminasi
• Rute eliminasi
Dieliminasi terutama dalam urin (sebagai metabolit). Tidak
dihilangkan melalui hemodialisis atau dialisis peritoneal.
• T½
< 2 jam.
c. Dosis
Dosis awal: 2,5-5 mg 1x/hari
Dosis maksimum: 20-40 mg 1x/hari (AHFS, 2011)
d. Efek samping
Sakit kepala, kelelahan, dan pusing (AHFS, 2011).
e. Interaksi obat
Obat antidiabetes, diuretika, dan NSAIDs (AHFS, 2011).
f. Farmakoekonomi
Enalapril 5 mg (Tenace) : Rp 3.696,-/tablet
f. Pemilihan terapi
Lisinopril
Alasan : karena bersifat hidrofilik, memiliki waktu paruh dan jaringan
penetrasi yang panjang, tidak di metabolisme oleh hati dan satu-satunya
ACE Inhibitor yang menunjukkan kurva dosis respon linier.