Klinik
Shafa Qotrunnada W
(1910631210050)
Kasus 1
Tn Rara usia 55 tahun seorang pensiunan PNS
dia dibawa ke unit gawat darurat di RS,
dengan hasil SARS Cov-2 nucleic acid test (RT-
PCR) positive dengan nilai CT 15. Dari hasil
pemeriksaan hasil laboratorium di dapat
Glukosa puasa = 200 mg/dL, Trigliserida = 165
mg/dL, LDL kolesterol = 170 mg/dL, Kolesterol
total = 210 mg/dL Asam urat = 9 mg/ dan hasil
pemeriksaan saturasi oksigen 89%
Problem Medik
Pasien positif covid dan komorbid DM tipe 2
Subject
- Nama : Tn. Rara
- Usia : 55 Tahun
- Pekerjaan : PNS
Object
Pemeriksaan Lab Nilai Nilai Normal Kesimpulan
Sars Cov 2 + - Virus penyebab covid 19
CT ▪ <29: positif kuat (jumlah virus banyak) Berpotensi reaksi kuat yang artinya jumlah partikel
15 ▪ 30-37: positif (jumlah virus sedang) virus yang ada di dalam tubuh terdeteksi
▪ 38-40: positif lemah (jumlah virus sedikit) mempunyai jumlah yang cukup banyak.
Glukosa Puasa 200 mg/dl GDP : 80 – 125 mg/dl Tinggi
Trigliserida Normal <150 mg/dl Kadar cukup tinggi
Cukup Tinggi 150 – 199 mg/dl
165 mg/dl
Tinggi 200 – 499 mg/dl
Sangat Tinggi 500 mg/dl
LDL Kolestro Sangat tinggi >190 mg/dl Tinggi
(Kolestrol Jahat) Tinggi 160 – 189 mg/dl
170 mg/dl Agak tinggi 130 – 159 mg/l
Mendekati optimal 100 – 129 mg/dl
Optimal <100 mg/dl
Kolestrol total Tinggi >240 mg/dl Cukup tinggi
210 mg/dl
Baik <200 mg/dl
Asam urat Laki – Laki : 3,5 – 7 mg/dl Tinggi
9 mg/dl
Perempuan : 2,6 – 6 mg/dl
Saturasi oksigen Normal 95 – 100% Rendah
89% Rendah <95%
Analisa
Pasien terkonfirmasi covid 19 🡪
Alasan : hasil lab menunjukan pasien + Sars Cov 2
(Penyebab Covid 19) dengan nilai CT 15 (Positif Kuat)
(Sumber : PERKENI)
Pengobatan Lini
Pertama
2. Asam Urat
Statin terbukti dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular, maka obat ini adalah
pilihan pertama bagi pasien dengan tingkat risiko tinggi dan sangat tinggi yang mempunyai
konsentrasi TG moderat. Statin potensi tinggi seperti atorvastatin dan rosuvastatin, terutama pada
dosis tinggi, terbukti mampu menurunkan konsentrasi TG.
(https://ppid.sumbarprov.go.id/images/2019/04/file/SPO_Pemasangan_Oksigen_REVISI.docx)
PIO Terapi Farmakologi
2. Insulin IV (Glargine Lantus)
- Dosis penggunaan : 0.2 – 10 unit/kg, satu kali sehari
- Waktu pemberian : sebelum makan
- Efek samping : hipoglikemik, reaksi local terhadap suntikan insulin, edema
insulin
- Cara pakai : 1. Mencuci tangan terlebih dahulu, 2. Siapkan insulin pen, jarum,
kapas alkohol dan tempat sampah, 3. Sebelum digunakan, periksa tanggal
kadaluarsa, warna dan kejernihan insulin, 4. Persiapkan insulin pen dan lepaskan
penutup insulin pen Pastikan insulin tidak menggumpal dengan memutar mutar
insulin pen sampai gumpalan hilang secara perlahan (jangan dikocok), 5.
Lepaskan kertas pembungkus dan tutup jarum, 6. Pastikan insulin pen siap
digunakan, 7. Atur dosis sesuai anjuran dokter, 8. Pilih lokasi bagian tubuh yang
akan disuntik, 9. Suntikan insulin, 10. Persiapkan insulin pen untuk penggunaan
berikutnya, 11. Simpan kembali insulin pen untuk digunakan ke pemakaian
selanjutnya, 12. Cuci tangan setelah selesai menggunakan insulin pen.
(https://ppid.sumbarprov.go.id/images/2019/04/file/SPO_Pemasangan_Oksigen_REVISI.docx)
PIO Terapi Farmakologi
3. Atorvastatin
- Dosis penggunaan: 40mg/2x sehari
- Dosis maksimal: 80 mg/hari
- Waktu penggunaan: sebaiknya selalu sama setiap malam hari sebelum tidur setelah
makan.
- Tablet harus ditelan utuh dan diminum dengan segelas penuh air.
- Tidak boleh berhenti minum obat secara mendadak tanpa bertanya kepada dokter.
- Bila anda lupa minum obat, segera gunakan dosis obat yang terlupakan ketika ingat.
Tetapi jika waktunya mendekati dosis berikutnya, lewati dosis tersebut, kemudian
lanjutkan menggunakan obat sesuai jadwal berikutnya. JANGAN minum dua
dosissekaligus.
- Penyimpanan: Simpan obat dalam kemasannya, tertutup rapat dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak. Simpan tablet pada suhu 20 - 250 C.
- Efek samping: sakit atau kelemahan pada otot, demam, mual, sakit pada daerah dada,
nafsu makan berkurang, rasa gatal dengan bintik merah, warna air kencing gelap, kulit
dan mata berwarna kuning, nafsu makan berkurang
(https://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/wpcontent/uploads/2022/08/ATORVASTATIN.pdf)
PIO Terapi Farmakologi
5. Vitamin C
- Dosis pemakaian : 500 mg/1x sehari
- Dosis maksimal : 2000 mg/hari
- Waktu pemakaian : sesudah makan
- Tablet harus ditelan utuh dan diminum dengan segelas air putih.
- Bila anda lupa minum obat, segera minum dosis obat yang terlupakan ketika
ingat, tetapi jika waktunya mendekati dosis berikutnya, lewati dosis tersebut.
Kemudian dilanjutkan menggunakan obat sesuai jadwal berikutnya, JANGAN
minum dua obat sekaligus
- Efek samping: sakit pinggang, sakit kepala, diare, mual, muntah, dispepsia,
hiperoksaluria, fotosensitif
- Penyimpanan: Simpan obat dalam kemasannya, tertutup rapat dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak. Simpan tablet, kapsul, dan sirup pada suhu kamar di
tempat yang sejuk dan kering, lindungi dari cahaya jangan di simpan di lemari
pendingin atau freezer
https://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2022/09/Vitamin-C.pdf
PIO Terapi Farmakologi
6. Vitamin D 1000 IU
- Dosis pemakaian : 1000 IU/1x sehari
- Dosis maksimal : 4000 IU/hari sampai mencapai kadar
serum 25(OH)D yang optimum (40 – 60 ng/ml) selama
maksimal 30 hari penggunaan
- Waktu pemakaian : setelah makan
https://asrot.pom.go.id/asrot/index.php/download/dataannounce2/344/Keputusan%20Kepala
%20BPOM%20HK.02.02.1.2.12.21.468%20Tahun%202020.pdf
Mekanisme
1. Insulin
Mekanisme kerja insulin terjadi di hepar dan jaringan perifer. Pada hepar, glukosa
dalam darah dan hepar tidak ada barier sehingga dapat keluar-masuk. Namun
glukosa tidak dapat langsung diolah, tapi harus melalui pemotongan enzim
glukokinase yang diaktifkan oleh insulin. Sehingga glukosa dapat dirubah menjadi
glukosa 6-fosfat, kemudian baru dapat dimetbolisme selanjutnya, melalui antara
lain HMP shunt, glikolisis, glikogenesis. Upaya ini untuk menurunkan kadar glukosa
darah.
Mekanisme
2. Atorvastatin
Cara kerja statin adalah dengan menghambat kerja HMG-CoA reduktase. Efeknya
dalam regulasi CETP menyebabkan penurunan konsentrasi kolesterol LDL dan
VLDL. Di hepar, statin meningkatkan regulasi reseptor kolesterol LDL sehingga
meningkatkan pembersihan kolesterol LDL. Dalam keadaan hipertrigliseridemia
(tidak berlaku bagi normotrigliseridemia), statin membersihkan kolesterol VLDL.
Mekanisme
3. Allopurinol
Allopurinol sebagai inhibitor xanthine oksidase bekerja dengan cara
menghambat pusat molybdenum pterin dimana itu adalah tempat aktif
dari xanthine oksidase. Xanthine oksidase dalam hal ini butuh untuk
membantu proses oksidasi hipoxanthine dan xanthine sehingga berubah
menjadi asam urat yang berada dalam tubuh.
Mekanisme
4. Vitamin C
Pada manusia, sumber eksogen asam askorbat diperlukan
untuk pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan dengan
bertindak sebagai kofaktor dalam pembentukan pascatranslasi
4-hidroksiprolin dalam urutan -Xaa-Pro-Gly- dalam kolagen dan
protein lainnya. Asam askorbat dioksidasi secara reversibel
menjadi asam dehidroaskorbat dalam tubuh. Kedua bentuk
vitamin ini diyakini penting dalam reaksi oksidasi-reduksi.
Vitamin ini terlibat dalam metabolisme tirosin, konversi asam
folat menjadi asam folinat, metabolisme karbohidrat, sintesis
lipid dan protein, metabolisme zat besi, resistensi terhadap
infeksi, dan respirasi sel.
Mekanisme
5. Vitamin D
Bentuk hormonal vitamin D, 1,25(OH)2D, adalah ligan untuk faktor
transkripsi, reseptor vitamin D (VDR). Sebagian besar jika tidak semua
efek 1,25(OH)2D dimediasi oleh VDR yang bertindak terutama dengan
mengatur ekspresi gen yang promotornya mengandung sekuens DNA
spesifik yang dikenal sebagai elemen respons vitamin D (VDRE). Ada
ribuan VDRE di seluruh gen, seringkali ribuan pasangan basa jauh dari
bagian pengkodean dari gen yang diatur. Namun, beberapa tindakan
1,25(OH)2D lebih cepat, dan mungkin dimediasi oleh reseptor vitamin
D terikat membran yang memiliki karakteristik yang kurang baik
dibandingkan VDR nuklir atau oleh VDR yang bekerja di luar nukleus.
Di sisi lain, beberapa aksi VDR tidak memerlukan ligan 1,25(OH)2D.
Pemahaman kami tentang mekanisme di mana VDR mengatur
ekspresi gen telah meningkat pesat selama beberapa tahun terakhir.
Mekanisme
6. Vitamin B1
Thiamin adalah vitamin yang larut dalam air dan diserap ke dalam
darah dari saluran pencernaan. Kemudian beredar dalam darah dan
akhirnya dikeluarkan melalui urin. Sejumlah kecil thiamin disimpan di
hati, jantung, ginjal, dan otak, tetapi hanya untuk jangka waktu yang
singkat. Dalam darah, enzim thiamin diphosphokinase mengubah
thiamin menjadi bentuk aktifnya, thiamin pyrophosphate (TPP). TPP
memainkan peran yang berbeda selama berbagai langkah
metabolisme, glikolisis, siklus Krebs, dan jalur pentosa fosfat.
Kehadiran TPP diperlukan oleh enzim transketolase eritrosit selama
jalur pentosa fosfat sintesis nukleotida dan menyediakan nikotinamida
adenin dinukleotida fosfat tereduksi untuk beberapa jalur sintetis
Mekanisme
7. Remdesivir
Remdesivir adalah analog nukleotida adenin dengan aktivitas antivirus spektrum
luas terhadap berbagai virus RNA, seperti SARS, MERS, dan Ebola. Remdesivir
mengalami konversi metabolik yang efisien dalam sel dan jaringan menjadi
metabolit nukleosida trifosfat aktif yang menghambat virus RNA-dependent RNA
polimerase (RdRp), tetapi tidak menghambat RdRp pasien. Dengan demikian,
remdesivir menghambat COVID19 pada tahap awal replikasi virus.
Mekanisme
8. Deksametason
Deksametason adalah glukokortikoid kuat dengan aktivitas mineralokortikoid yang sangat sedikit, jika ada. Efek
deksametason pada tubuh terjadi dalam berbagai cara. Ia bekerja dengan menekan migrasi neutrofil dan mengurangi
proliferasi koloni limfosit. Membran kapiler juga menjadi kurang permeabel. Membran lisosom telah meningkatkan
stabilitas. Ada konsentrasi yang lebih tinggi dari senyawa vitamin A dalam serum, prostaglandin, dan beberapa sitokin
(interleukin-1, interleukin-12, interleukin-18, faktor nekrosis tumor, interferon-gamma, dan faktor perangsang koloni
granulosit-makrofag) menjadi terhambat. Peningkatan kadar surfaktan dan peningkatan sirkulasi paru juga telah
ditunjukkan dengan deksametason. Deksametason dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan terutama dalam urin.
COVID-19 menghasilkan keadaan hiperinflamasi. Oleh karena itu efektivitas terapi deksametason kemungkinan karena
aktivitas anti-inflamasi glukokortikoid yang luas. Dalam uji klinis pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit,
penggunaan deksametason menghasilkan angka kematian 28 hari yang lebih rendah di antara mereka yang menerima
ventilasi mekanis atau oksigen.
Mekanisme
9. Actemra
Sebagai pemicu inflamasi, IL-6 sangat diekspresikan pada pasien COVID-19, dan dapat menginduksi diferensiasi limfosit B
dan produksi antibodi, dan juga berpartisipasi dalam respons imun tubuh dengan menginduksi proliferasi dan
diferensiasi limfosit T. Setelah infeksi SARS-CoV-2, limfosit CD4+T dengan cepat diaktifkan menjadi sel Th 1 patogen dan
menghasilkan GM-CSF, dll. Lingkungan sitokin menginduksi monosit CD14+CD16+ inflamasi dengan ekspresi tinggi IL-6
dan mempercepat peradangan. Sel-sel kekebalan yang menyimpang dan berlebihan ini dapat memasuki sirkulasi paru
dalam jumlah besar dan memainkan peran merusak kekebalan dalam menyebabkan kecacatan fungsional paru-paru dan
kematian yang cepat. IL-6 juga dianggap sebagai mediator utama CRS. Dengan demikian, obat target yang menghambat
IL-6 dapat memblokir CRS atau badai sitokin.
Sebagai antibodi monoklonal yang dapat memusuhi reseptor IL-6, tocilizumab memiliki prospek yang menjanjikan.
Berdasarkan kemanjuran beberapa penelitian tentang CRS, tocilizumab saat ini disetujui oleh FDA AS untuk pengobatan
CRS parah selain arthritis idiopatik, rheumatoid arthritis, dan arteritis sel raksasa. Secara signifikan, “Diagnosis dan
Rencana Perawatan Novel Coronavirus Pneumonia (edisi percobaan ketujuh)” di Cina merekomendasikan bahwa
tocilizumab dapat digunakan pada pasien dengan lesi paru bilateral yang luas dan penyakit paru-paru parah, yang
mengalami peningkatan kadar IL-6 dalam tes laboratorium .
Mekanisme
9. Actemra
Mekanisme tocilizumab dalam pengobatan COVID-19 masih belum jelas. Menurut penelitian sebelumnya, IL-6
disekresikan oleh hampir semua sel stroma dan sel sistem kekebalan tubuh, seperti limfosit B, limfosit T, makrofag,
monosit, sel dendritik, sel mast dan non-limfosit lainnya, seperti fibroblas, sel endotel, keratinosit, sel mesangial
glomerulus dan sel tumor. Dalam keadaan normal, kadar IL-6 dalam tubuh sangat rendah, dan dapat dengan cepat
disintesis untuk memperkuat fungsi pertahanan tubuh ketika terjadi infeksi atau cedera. Pelepasan IL-6 yang berlebihan
dapat menyebabkan CRS, dan semakin parah CRS, semakin tinggi konsentrasi puncak serum IL-6.
Mekanisme
10. Enoxaparin
Enoxaparin adalah jenis heparin berat molekul rendah
(LMWHs) dengan berat molekul rata-rata 4000 hingga 5000.
Ini memiliki onset kerja segera ketika diberikan dalam bentuk
intravena. Ini mengikat dan mempotensiasi antitrombin III,
inhibitor protease serin, untuk membentuk kompleks yang
secara ireversibel menonaktifkan faktor Xa.[4] Enoxaparin
memiliki aktivitas yang lebih kecil terhadap faktor IIa
(trombin) dibandingkan dengan heparin tidak terfraksi.
Alasan Pemilihan Obat
1. Facemask reservoir 15 liter/menit
Dikerenakan pasien memiliki saturasi oksigen <93% yaitu 89%
sehingga masuk kedalam kategori kritis. Berdasarkan literatur
pedoman tatalaksana Covid-19, Inisiasi terapi oksigen dalam
kasus tersebut menggunakan NRM 15L/menit. Selain itu pasien
juga mengalami hipoksia sedang-berat.
Alasan Pemilihan Obat
2. Insulin IV (Glargine: Lantus)
Pemilihan Lantus yang merupakan Long-Acting Insulin
dikarenakan pada penderita diabetes tipe 2, tubuh masih
bisa memproduksi insulin secara alami meski jumlahnya
tidak mencukupi atau sel-sel di dalam tubuh tidak sensitif
terhadap efek hormon tersebut. Insulin basal merupakan
formulasi insulin inisial untuk pasien dengan DMT2. Dosis
awal bergantung pada berat badan (5 → 10 IU perhari atau
0,1 → 0,2 IU/kgBB/hari) dan episode hiperglikemia, selain
itu insulin ini memerlukan penyesuaian.
Alasan Pemilihan Obat
3. Atorvastatin
Dikarenakan pasien memiliki kadar LDL (kolesterol jahat)
sebesar 170mg/dl dengan kategori tinggi maka dipilih lini
pertama yaitu Atorvastatin dengan dosis 40 mg untuk
sekali minum dalam sehari. Dosis maksimal 80 mg perhari.
Alasan Pemilihan Obat
4. Allopurinol
Karena pasien memiliki kadar asam urat melebihi normal
(6 mg/dL) yaitu 9 mg/dL sehingga dapat ditanyakan pasien
mengalami gout sehingga dipilih allopurinol 100 mg tab
yang merupakan lini pertama dari pengobatan gout
Alasan Pemilihan Obat
5. Vitamin C, Vitamin D, Vitamin
B1
Dalam penanganan Covid pasti diberikan
vitamin dan suplemen untuk membantu
proses penyembuhan. Pada kasus ini pasien
ditanyakan dalam klasifikasi berat-kritis
dengan komorbid DMT2 sehingga diperlukan
untuk memberi vitamin C, D, dan B1.
Alasan Pemilihan Obat
6. Remdesivir (Antiviral)
Dipilih remdesivir sebagai antiviral karena merupakan
lini pertama pengobatan antiviral pada pasien covid-
19. Remdesivir juga direkomendasikan untuk diberikan
kepada pasien dengan kasus berat-kritis.
Alasan Pemilihan Obat
7. Deksametason
Deksametason merupakan obat golongan
kortikosteroid sebagai antiradang. Pada kasus Covid-
19, deksametason masuk kedalam lini pengobatan
yang penggunaannya sebagai antiinflamasi. Dalam hal
ini deksametason dipilih untuk melengkapi
Tocilizumab yang merupakan Anti-IL6 yang mana
penggunaannya harus dibersamai dengan
kortikosteroid.
Alasan Pemilihan Obat
8. Actemra (Tocilizumab: Anti-IL6)
Tocilizumab merupakan antibodi monoklonal yang
berperan sebagai imunosupresor yang memblokir
reseptor IL-6 sehingga dapat mencegah terjadinya
badai sitokin sebagai penyebab terjadinya ARDS,
meningkatkan status klinis, dan menurunkan angka
kematian pada pasien COVID-19. Actemra dengan
dosis 20 mg/ml merupakan suatu merek dagang yang
mengandung tocilizumab.
Alasan Pemilihan Obat
9. Enoxaparin
Infeksi COVID-19 dikaitkan dengan inflamasi dan keadaan
protrombotik, yang ditandai dengan peningkatan fibrin, produk
degradasi fibrin, fibrinogen, dan D-dimer. Antikoagulan
parenteral yang bekerja cepat, seperti UFH, LMWH atau
fondaparinuks. Penggunaan LMWH dan fondaparinuks lebih
diutamakan karena memiliki risiko perdarahan yang lebih
rendah dibandingkan UFH. Enoksaparin yang termasuk dalam
low molecular weight heparin (LMWH) dapat dipertimbangkan
untuk tromboprofilaksis.
DRPs
1. Dexamethasone x insulin (moderate)
Dilakukan monitoring kemanjuran insulin dan agen antidiabetes lainnya dapat dikurangi dengan obat-obatan tertentu,
termasuk antipsikotik atipikal, kortikosteroid, diuretik, isoniazid, megestrol, omacetaxine, karena Obat ini dapat
mengganggu kontrol glukosa darah karena dapat menyebabkan hiperglikemia, intoleransi glukosa, diabetes mellitus onset
baru, dan/atau eksaserbasi diabetes yang sudah ada sebelumnya.
Saran : disarankan dilakukan pemantauan atau perhatian ketika obat yang dapat mengganggu metabolisme glukosa
diresepkan untuk pasien diabetes.
2. Atorvastatin x Deksametason (moderate)
Dilakukan monitoring karena pemberian secara bersamaan akan menurunkan konsentrasi plasma atorvastatin dan
metabolit aktifnya yang semuanya merupakan subtract isoenzim.
Saran : jika digunakan seccara bersamaan dan terjadi penurunan efek farmakologis dari atorvastatin atau salah satu obat,
maka penggunaan bersamaan dipertimbangkan.
3. Atorvastatin x tocilizumab (moderate)
Dilakukan monitoring konsentrasi plasma obat dapat menurun setelah inisiasi penghambat interleukin (IL), penghambat
faktor nekrosis tumor (TNF), atau penghambat interferon (IFN) pada pasien dengan penyakit inflamasi kronis.
Saran : dilakukan perhatian khusus terhadap pasien yang menerima resep obat bersamaan dengan pemantauan klinis
dan/atau laboratorium harus dipertimbangkan setelah inisiasi atau penghentian pengobatan tersebut.
DRPs
4. Atorvastatin x remdesivir (moderate)
Hindari Penggunaan remdesivir secara bersamaan dengan agen lain yang diketahui menyebabkan
hepatotoksisitas secara teoritis dapat meningkatkan risiko cedera hati.
Saran : Sampai informasi lebih lanjut tersedia, penggunaan remdesivir bersamaan dengan obat
hepatotoksik yang diketahui harus dihindari jika memungkinkan.
5. Tocilizumab x remdesivir (moderate)
Hindari Penggunaan remdesivir secara bersamaan dengan agen lain yang diketahui menyebabkan
hepatotoksisitas secara teoritis dapat meningkatkan risiko cedera hati.
Saran: Sampai informasi lebih lanjut tersedia, penggunaan remdesivir bersamaan dengan obat
hepatotoksik yang diketahui harus dihindari jika memungkinkan. Fungsi hati harus dievaluasi sebelum
memulai remdesivir dan dipantau selama pengobatan yang sesuai secara klinis.
6. Dexamethasone x vitamin d (minor)
Monitoring Plan Asuhan
Pasien dibawa ke
Kefarmasian
Pemberian perhatian
terhadap pengobatan
1 1
ICU pada pasien
Pemantauan gula
darah, kolesterol, Dilakukan
2 2
asam urat pemantauan obat
Mengevaluasi
3 Cek tanda vital 3
penggunaan obat
Monitoring Plan
Lakukan pemeriksaan rutin terhadap suhu tubuh, kadar gula darah, saturasi
oksigen, kadar asam urat dan parameter kolesterol. Pasien dianjurkan
untuk mengonsumsi makanan rendah lemak dan latihan fisik secara
teratur. Konsumsi obat komorbid tetap dilakukan disertai obat Covid-19.
Selain itu periksa penggunaan obat apakah tepat penggunaannya,
regimen dosis, keamanannya, terdapat reaksi alergi atau tidak, terdapat
efek samping yang tidak diinginkan atau tidak, dan lain-lain.
Kasus 2
Ny. Wigati , berusia 35 tahun yang dirujuk ke Unit Gawat
Darurat di rumah sakit dengan riwayat 3-4 minggu batuk
produktif yang awalnya berupa sputum kuning, tetapi
sekarang disertai dengan adanya darah dalam dahak
selama 3 hari terakhir. Seiring dengan batuk, pasien juga
mengeluh demam subyektif, menggigil, berkeringat di
malam hari, sesak napas, nyeri dada pleuritis, kelelahan,
dan berat badan turun yang tidak disengaja selama
beberapa minggu terakhir. Tanda Vital : tekanan darah :
131/70 mmHg, denyut nadi : 94, laju pernafasan : 24, suhu :
38,8 C, Berat Badan : 68 kg, Tinggi badan : 160 cm
Berdasarkan ujinya, hasilnya positif basil tuberkel.
Problem medik
Batuk berdarah, demam, TBC, prehipertensi
Subject
- Nama : Ny. Wigati
- Usia : 35 tahun
- Berat Badan : 68 Kg
- Tinggi Badan : 160 cm
Object
Keluhan :
•3-4 minggu batuk produktif berawal sputum
kuning Objek Nilai Normal
•Tiga hari terakhir terdapat darah dalam dahak. Tekanan darah 131/70 mmHg (Pra- 120/80 mmHg
•Batuk disertai demam subyektif, menggigil, Hipertensi)
berkeringat di malam hari Denyut nadi 94 kali/menit (Normal) 60-100kali/menit
•Sesak napas
Laju 24kali/menit (Normal) ≤ 28 x per menit
•Nyeri dada pleuritis
•Kelelahan, pernafasan
•Berat badan turun yang tidak disengaja selama Suhu 38,8 C (Tinggi) 36,5 – 37,2 C
beberapa minggu terakhir
Analisa
Pasien mengalami batuk produktif atau batuk berdahak lebih dari 3-4
minggu, disertai darah dalam 3 hari terakhir yang artinya menunjukan
adanya infeksi dan peradangan pada saluran pernapasan. (Ringel E, 2009).
Dengan keluhan dan tanda vital pasien yang telah diketahui, dilakukanlah
tes lab dan menunjukan hasil positif tuberkel. Oleh karena itu, pasien
didiagnosis menderita TBC. (Infodatin, 2018)
Guideline
Guideline
Lini 2 (Permenkes n0 67, 2016, hal 94)
Penanganan Pasien TB-RO (TB-Resistensi Obat)/TB-RR (TB- Resisten Rifampisin)
TB-RO : Keadaan M. tuberculosis sudah tidak dapat dibunuh dengan obat anti TB (OAT) lini pertama.
1. Prinsip Pengobatan TB-RO ~ Strategi DOTS
a. Semua pasien yang sudah terbukti TB RO/TB-RR berdasarkan uji kepekaan M. tuberculosis baik dengan TCM TB atau
metode konvensional ~ dilakukan pengobatan TB RO yang baku dan bermutu.
b. persiapan awal, serta pemeriksaan penunjang.
c. Paduan standar OAT TB RO mengandung OAT lini kedua dan lini pertama. *Paduan OAT tersebut dapat disesuaikan
bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan M. tuberculosis dengan paduan baru
d. Penetapan pengobatan dan perubahan dosis dan frekuensi pemberian OAT MDR diputuskan oleh dokter dan/TAK
yang sudah dilatih, *dengan masukan dari tim terapik jika diperlukan.
e. Inisiasi pengobatan TB RO : di Puskesmas ~ Pemeriksaan Laboratorium penunjang *dapat dilakukan dengan
melakukan jejaring rujukan ke RS Rujukan.
f. Jika disertai penyulit yang tidak dapat ditangani di Puskesmas, rujukan ke RS harus dilakukan
g. Prinsip ambulatory :. Hanya pasien dengan kondisi dan atau komplikasi khusus yang memerlukan rawat inap di RS
atau fasyankes.
h. Pengawasan menelan obat dilakukan oleh petugas kesehatan di fasyankes. Jika OAT MDR diberikan dirumah,
pengawasan menelan obat dapat dilakukan oleh petugas kesehatan/kader/keluarga pasien dengan sebelumnya sudah
disepakati oleh petugas kesehatan dan pasien.
i. Pasien TB RO yang memulai pengobatan TB MDR di RS Rujukan dapat dilanjutkan pengobatannya di
Puskesmas/fasyankes terdekat dengan tempat tinggal pasien. Proses desentralisasi (perpindahan) pasien dari RS
Rujukan ke Puskesmas/Fasyankes dilakukan dengan persiapan sebelumnya.
Guideline
1) Pengobatan TB-RO Standar Konvensional (20-26 bulan)
Florokuinolon ~ Levofloxacin/Moksifloksasin
Kanamisin ~ Kapreomisin
2) Pengobatan TB-RO Jangka Pendek (9-11 bulan)
Subject
- Nama :-
- Usia :-
- Pekerjaan :-
- Berat Badan :-
- Tinggi Badan :-
Object
Hasil Pemeriksaan Lab :
Keluhan :
o Demam sejak 3 hari sebelum Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
masuk rumah sakit, demam terus Hemoglobin 12,0 g/dl ∙ Laki laki 14– Jika pasien wanita, maka normal.
menerus. 18 g/dL
Jika pasien laki-laki, Hbnya
o ∙ Wanita 12–
Menggigil masuk kategori rendah.
o 16 g/dL
Mual dan muntah, muntah sudah 2
Leukosit 3.100 /µL 3.500–10.500 Rendah
hari ini, tiap hari muntah 3x/hari.
(sel/µL darah)
Muntahnya berisi makanan, satu Hematokrit 35% ∙ Laki laki Jika pasien wanita, maka normal.
kali muntah 1⁄4 gelas, warnanya 38,8–50%
Jika pasien laki-laki,
kuning. ∙ Perempuan
Hematokritnya nya masuk
o Nafsu makan pasien menurun sejak dewasa 34,9–
katgori rendah
satu minggu sebelum masuk rumah 44,5%
Trombosit 78.000 /µL 150.000 – 450.000 / Rendah
sakit.
o µL
Badan pasien terasa lemas dan Glukosa sewaktu 200 mg/dl < 200 mg/dl Tinggi
terasa sakit. Na 128 mmol/L 136 – 145 mmol/L Rendah
K 3,64 mmol/L 3.5 – 5.1 mmol/L Rendah
Cl 99 mmol/L 96 – 106 mmol/L Normal
IgG dengue Positif
IgM dengue Negative
S. Typhi Positif 1:80
S. Paratyphi CO Positif 1:60
Analisa Pasien diduga mengalami DBD dengan gejala yang ditunjukannya
yaitu, demam, menggigil terus menerus dan dalam pemeriksaan lab
nilai Hb, leukosit, hematokrit dan trombosit dibawah batas nilai
normal. Hasil dengue IgG positif dan IgM negatif yang menandakan
pasien terinfeksi atau pernah terinfeksi virus sebelumnya. Sedangkan,
S.typhi positif 1:80 dan S. Paratyphi 1:60 menunjukan bahwa pasien
bukan mengalami tyfus dikarenakan S.typhi dan S.paratyphi
menunjukan hasil negative.
- Antiemetik :
Metokloperamid : Karena metokloperamid digunakan untuk sifat
antiemetiknya pada pasien dengan diabetesgastroparesis sehingga cocok
dengan pasien yang memiliki nilai gula sewaktunya cukup tinggi.
Mekanisme
1.Paracetamol
b. Dalam kasus yang jarang terjadi, acetaminophen dapat menyebabkan reaksi kulit yang parah yang bisa berakibat
fatal, bahkan jika Anda menggunakan acetaminophen di masa lalu dan tidak ada reaksi. Berhenti minum obat ini
dan hubungi dokter Anda segera jika Anda memiliki kulit kemerahan atau ruam yang menyebar dan menyebabkan
terik dan mengelupas.
c. Berhenti minum acetaminophen dan hubungi dokter Anda segera jika Anda memiliki tanda-tanda masalah hati:
• sakit perut (sisi kanan atas);
• kehilangan selera makan;
• kelelahan, gatal;
• urin gelap, tinja berwarna tanah liat; atau
• penyakit kuning (menguningnya kulit atau mata).
Efek samping acetaminophen yang kurang serius mungkin lebih mungkin terjadi, dan Anda mungkin tidak
memilikinya sama sekali.
Efek Samping
Metokloperamid
∙ Reaksi alergi terhadap metoklopramid: gatal-gatal; sulit bernapas; pembengkakan pada wajah, bibir, lidah,
atau tenggorokan.
∙ Berhenti minum metoclopramide dan hubungi dokter Anda segera jika Anda memiliki salah satu dari TANDA
GANGGUAN GERAKAN SERIUS ini, yang mungkin terjadi dalam 2 hari pertama pengobatan:
1. tremor atau gemetar di lengan atau kaki Anda;
2. gerakan otot yang tidak terkendali di wajah Anda (mengunyah, menampar bibir, mengerutkan kening,
gerakan lidah, berkedip atau gerakan mata); atau
3. setiap gerakan otot baru atau tidak biasa yang tidak dapat Anda kendalikan.
Efek Samping
NaCl:
Periksa dengan dokter Anda segera jika salah satu dari efek samping berikut terjadi:
Sumber :
- Katzung
- drugs.com
- drugbank.com
- pedoman tatalaksana dbd
- Isola, Sasank. Hussain, Azhar. Dua, Anterpreet.
Metoclopramide. 2022. National library of Medicine
Daftar Pustaka
Candrawati., N, Cassidy W., R. (2021). Interpretasi nilai Cycle Threshold (CT) Reverse
Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) SARS-CoV-2 pada pasien hamil dengan uji
antibodi SARS-CoV-2 positif dan COVID-19 asimtomatik. Jurnal Intisari Sains Medis, Volume 12,
Number 3: 822-827
Tonglolangi., O, Pratiningrum., R, Yadi. (2021). Hubungan Gejala Klinis Dengan Nilai Ct Pada
Pemeriksaan Realtimepcr Sars-Cov-2. Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol. 8 (3) ; hal 89 – 99
Fahmi., N, Firdaus., N, Putris., N. (2020). Pengaruh Waktu Penundaan Terhadap Kadar Glukosa
Darah Sewaktu Dengan Metode Poct Pada Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, Vol 11
(2) ; Hal 1 – 11
Mirwan., D, Margo., E. (2020). Hubungan Saturasi Oksigen dengan Risiko Terjadinya Obstructive
Sleep Apnea Pada Pria Usia 30 – 60 Tahun. Jurnal Biomedika dan Kesehatan. Vol. 3 No. 2 ; 58 –
62
PERKENI
WHO
P2PTM KEMENKES RI
Ringel E. Pendekatan terhadap pasien dengan penyakit paru. In: Onion DK, editor. Buku Saku
Hitam Kedokteran Paru. Alih Bahasa,Melfiawati. Jakarta: PT Indeks,2009; p. 10
InfoDatin.Tuberkulosis.2018. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
Aini, Ira. 2016. Gambaran Penyakit dan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Warta
(48); 1829-7463