Anda di halaman 1dari 11

FARMAKOTERAPI PENYAKIT HIPERTENSI

1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik Modifikasi
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) (mmHg) Gaya
Hidup
Normal <120 dan <80 Dianjurkan
Prehipertensi 120-139 atau 80-89 ya
Hipertensi Tahap 1 140-159 atau 90-99 ya
Hipertensi Tahap 2 ≥160 atau ≥100 ya

2. Rekomendasi Untuk Memulai Pengobatan Hipertensi Berdasarkan Pengukuran Tekanan Darah Dewasa
Tanpa Kerusakan Organ Target (KOT)
Pengukuran Pertama Follow up yang dianjurkan
TDS TDD
(mmHg) (mmHg)
<130 <85 Periksa ulang dalam 2 tahun
130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun. Bila TD menetap, terapkan
modifikasi pola hidup.
140-159 90-99 Pastikan dalam 2 bulan.
- TDS 140-149 dan/atau TDD 90-94 tanpa faktor
risiko utama lain: terapkan modifikasi pola hidup,
dan periksa ulang setiap 3-6 bulan.
- TDS 140-149 dan/atau TDD 90-94 dengan faktor
risiko utama lain; TDS 150-159 tanpa/dengan
faktor risiko lain; terapkan dulu modifikasi pola
hidup selama 3-6 bulan, dan berikan antihipertensi
bila TD menetap.
160-179 100-109 Pastikan dan obati dalam 1 bulan
180-209 110-119 Pastikan dan obati dalam 1 minggu.

3. Golongan Antihipertensi
1) Diuretik : mengatasi udem/ mengeluarkan ciran
Efek samping : tubuh menjadi lemah, lutut kram, kelelahan, meningkatkan gula darah, disfungsi ereksi
Contoh : Diuretik tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid), diuretik loop (furosemid, bumetanid), diuretik
hemat kalium (spironolakton, amilorid, triamteren)
2) β bloker : menghambat norepinefrin dan epinefrin (adrenalin) agar tidak berikatan dengan resptor B
Efek samping : insomnia, pusing, lemah, kaki dan tangan dingin, disfungsi ereksi, batuk
Contoh : non selektif (labetalol, nadolol, propanolol, timolol, pindolol) dan selektif (atenolol, metoprolol,
acebutol)
3) ACE Inhibitor : menghambat hormone angiotensin I berubah menjadi angiotensin II (vasokontriksi
reseptor α)
Efek samping : batuk kering, kulit merah, pusing, meningkatkan kalium
Contoh : kaptopril, enalapril, benazepril, fosinopril, lisinopril, moksipril, perindopril, ramipril
4) ARB : berikatan dengan reseptor angiotensin II pada otot polos pembuluh darah, kelenjar adrenal
Efek samping : insufisiensi ginjal, hiperkalemia dan hipotensi ortostatik
Contoh : kandesartan, irbesartan, losartan, telmisartan, valsartan
5) CCB : menghambat masuknya ion Ca ekstrasel ke intrasel akan menghambat kontraksi otot polos pada
jantung
Efek samping : penurunan denyut jantung, impoten
Contoh : diltiazem, verapamil, amlodipin, felodipin, nikardipin
Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)
4. KASUS
1) Seorang pasien dengan BB 75 kg dan TB 156 cm memeriksakan kesehatannya. Hasil pemeriksaan
menunjukkan TD=190/95 mmHg. Pasien memiliki riwayat HT dan DM. Menurut JNC VIII TD yang
ditargetkan adalah....
(Kalau umur lebih dr 60th 150/90)
a. 150/90 mmHg
b. 140/80 mmHg  seharusnya 140/90 mmHg
c. 130/80 mmHg  kalua ini menurut JNE 7
d. 125/75 mmHg
e. 120/75 mmHg
2) Seorang pasien berusia 62 tahun dan diagnosis hipertensi. Pasien membutuhkan monoterapi untuk
mengurangi resistensi perifer dengan mencegah retensi NaCl dan air. Apakah terapi yang Anda sarankan?
Kalua ibu hamil  boleh pakai lebetolol (betabloker) atau metildopa (alfa agonis), tidak boleh pakai ARB
dan ACEI
Kalau CKD  boleh pakai ARB atau ACEI (kalua diberi bersamaan ARB ny tidak berfungsi )
Kalua DM tidak boleh pakai diuretic atau betabloker

a. Kaptopril  di ginjal
b. Propanolol  pembuluh darah
c. ISDN  angina mendadak
d. Nifedipin  CCB
d. Verapamil  CCB
3) Pasien pertama kali terdiagnosis hipertensi dengan TD=150/90 mmHg. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit degeneratif dan tidak ada gejala dan tanda adanya abnormalitas kerja jantung. Dokter
memutuskan untuk memberikan terapi kombinasi 2 obat. Apakah pilihan terapi farmakologi yang tepat
bagi pasien ini?
a. ISDN + thiazid
b.Bisoprolol + prazosin
c. HCT + Kaptopril  diuretic + ACEI
d. Kaptopril + irbesartan
e. Klonidin + ISDN
4) Pasien pria berumur 45 tahun MRS karena keluhan hipertensi. Pemeriksaan tekanan darah pasien 155/90
mmHg. Dokter memberikan valsartan. Bagaimana mekanisme kerja obat tersebut?
a. Menghambat reseptor angiotensin 1
b. Menghambat kanal kalsium
c. Menghambat reseptor beta
d. Transporter ion Na/K
e. Melebarkan pembuluh darah
5) Pasien perempuan berusia 40 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sakit kepala, pusing seperti melayang,
dan kesulitan menggunakan anggota gerak tubuh bagian bawah. Pasien diketahui memiliki riwayat
hipertensi, dan mengalami udem di kedua tungkai kakinya. Terapi sebelumnya furosemid. Efek samping
yang ditimbulkan dari penggunaan obat tersebut adalah:
a. Hipokalemia
b. Hipokalsemia
c. Hipofosfatemia
d. Hipnatremia
e. Hipoglikemia
6) Bp Tino mengalami tekanan darah tinggi= 160/110 mmHg. Pasien memiliki riwayat coronary vascular
disease, berakibat angina tapi tidak ada bukti CHF. Bp. Tino juga merupakan pasien asma yang
mendapatkan terbutaline aerosol inhalasi. Peresepan propanolol untuk Bp. Tino menurut anda bagaimana?
Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)
a. Sesuai karena akan menurunkan denyut nadi dan cardiac output serta menurunkan insidensi angina.
b. Tidak sesuai karena hanya efektif untuk hipertensi ringan.
c. Sesuai karena antihipertensi yang dipilih cost effective.
d. Tidak sesuai karena kontraindikasi dengan kondisi asma pasien.
7) Bu Ani 45 tahun dengan pekerjaan pengusaha katering merasa pusing 3 hari terakhir karena menerima
banyak pesanan dan terpaksa lembur. Pasien tidak ada riwayat hipertensi dan belum pernah menerima
antihipertensi. Pengukuran tekanan darah 150/100 mmHg. Apa terapi yang saudara sarankan untuk pasien
tersebut?
a. Memberi tiazid dosis rendah pada pagi hari.
b. Memberi AHT dengan ES rendah.
c. Minum jamu
d. Ubah gaya hidup.

Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)


HIPERLIPIDEMIA
1. Tujuan Pembelajaran
1) Mahasiswa dapat memprediksi Risiko ASCVD pada pasien Hiperlipidemia (PCRAE)
2) Mahasiswa dapat mengenal ketepatan pemilihan dosis statin berdasarkan American Heart Association
(AHA) tahun 2013.
2. Hiperlipidemia adalah peningkatan satu atau lebih komponen lemak yang terdiri dari:
1) Kolesterol,
2) Fosfolipid, atau
3) Trigliserida.
3. Tujuan Terapi = Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL-C untuk mencegah ASCVD (infark miokard,
angina, gagal jantung, stroke iskemik)
4. Klasifikasi Hiperlipidemia
1) Hiperlipidemia Primer (60%)
a. Faktor keturunan dan lingkungan.
b. Peningkatan LDL-C atau kombinasi LDL dgn TG.
2) Hiperlipidemia Sekunder (40%)
a. Faktor penyakit dan penggunaan obat-obat tertentu.
 DM
 Hipotiroid
 Gagal Ginjal Kronik
 Sindrom neprotik (hiperkolesterol disebabkan adanya peningkatan produksi apolipoprotein B-100
dan LDL.
 Obesitas
 Alkohol
b. Faktor penggunaan obat-obat tertentu.
 Diuretik.
 Beta bloker.
 kontrasepsi oral.
 kortikosteroid (prednisolon)  LDL
 Siklosporin  LDL, hipertensi, dan intoleransi glukosa
 Obat2 yg menginduksi enzim mikrosomal hati (karbamazepin, fenitoin, fenobarbital, rifampisin,
dan griseovulvin)

5. Obat Dan Pengaruh Lipoprotein


OBAT VLDL- LDL- HDL-
C C C
Alkohol Naik 0 Turun
Androgen, testosteron Naik Naik Turun
ACE- inhibitor 0 0 0
Beta-Blokers Naik 0 Turun
CCB 0 0 0
Siklosporin Naik Naik Naik
Estrogen, estradiol Naik Turun Turun
Glukokortikoid Naik 0 Naik
Thiazide Naik Naik Turun

Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)


6. Kadar Lemak Darah Optimal
Pemeriksaan Rentang Normal
Laboratorium (mmol/L)
Kolesterol Total (a) < 4,0
LDL (a) < 2,0
Trigliserida (b) < 1,7
> 1,0 (laki-laki)
HDL
> 1,2 (perempuan)
7. Klasifikasi Kadar Lipid Terhadap Risiko CHRONIC HEART DISEASE (CHD)
TC (mg/dl) LDL HDL TG (mg/dl)
Kondisi
(mg/dl) (mg/dl)
Optimal <150 <100 >60 -
Mendekati optimal 150-200 100-129 40-60 <150
Perbatasan 200-239 130-159 <40 150-190
Risiko tinggi >240 160-189 <35 200-499
Sangat Berisiko >190 <30 >500
Keterangan:
Perhitungan kadar LDL-C
= TC- (HDL-C + TG/5), jk TG>500 mg/dl tidak berlaku rumus tsb.
Atau
= TC- (HDL + VLDL)
Diharapkan perbandingan
= LDL/HDL < 2

8. Terapi Hiperlipidemia
1) Pengobatan Farmakologi
a. Sequestran asam empedu (ion exchange resin)
b. HMG-CoA reduktase inhibitor (STATIN)
c. asam nikotinat (NIASIN)
d. Fibrat (GEMFIBROZIL, KLOFIBRAT, dan FENOFIBRAT)
e. Dextrotiroksin (Isomer Hormon Tiroid)
2) Non Farmakologi
a. Modifikasi Gaya Hidup
b. Batasi konsumsi KH, Lemak jenuh, dan alkohol
c. Konsumsi ikan dan suplemen omega -3 PUFA
d. Perhatikan penggunaan obat2 an yang dapat menginduksi kolesterol/lemak.

9. Perangkat lunak yang digunakan untuk memprediksikan risiko ASCVD pada pasien hiperlipidemia. 
PCRAE (Pooled Cohort Risk Assesment Equation)
Risiko ASCVD  CHD, stroke, dan penyakit arteri peripheral.
10. Guideline Scope
1) Focus on treatment of blood choleserol to reduce ASCVD risk in adults.
2) Emphasize adherence to a heart healthy lifesyle as foundation of ASCVD risk reduction.
See Lifestyle Management Guideline
3) Identify individuals most likely to benefit from cholesterol-lowering herapy.
Four statin benefit groups
4) Identify safety issues

Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)


11. AHA (2013) merekomendasikan penggunaan statin untuk Pasien Hiperlipidemia
Ada 4 kelompok :
1) Pasien dgn riwayat ASCVD (infark miokard, angina, gagal jantung, stroke iskemik)

2) Pasien dengan LDL ≥ 190 mg/dl; Usia>= 21 tahun


3) Pasien dgn DM; Usia= 40-75 tahun dengan LDL-C= 70-189 mg/dl dan perkiraan 10 tahun ke depan risiko
ASCVD nya sebesar ≥ 7,5%. (++)
4) Pasien tanpa DM (40-75 tahun) dengan LDL-C= 70-189 mg/dl (+) dan perkiraan 10 tahun ke depan risiko
ASCVD nya sebesar ≥ 7,5%.(++)

12. Manajemen Penggunaan Statin (Stone et.al., 2013)


Intensitas Kemampuan Statin yang direkomendasikan
Tinggi Rata-rata LDL-C turun >50% Atorvastatin 40-80 mg/hari
dgn menggunakan statin per Rosuvastatin 20-40 mg/hari
hari
Sedang Rata-rata LDL-C turun 30%- Atorvastatin 10-20 mg/hari
50% dgn menggunakan statin Rosurvastatin 10 mg/hari
per hari. Simvastatin 20-40 mg/hari
Pravastatin 40-80 mg/hari
Lovastatin 40 mg/hari
Fluvastatin XL 80 mg/hari
Fluvastatin 40 mg/ 2 kali sehari
Pitavastatin 2-4 mg/hari
Rendah Rata-rata LDL-C turun <30% Simvastatin 10 mg/hari
dengan menggunakan statin Pravastatin 10-20 mg/hari
per hari Lovastatin 20 mg/hari
Fluvastatin 20-40 mg/ hari
13. KASUS
Tn Yahya seorang pengusaha yang sukses. Berusia 54 tahun, berat badan 75 kg, menderita DM tipe 2.
Tn Yanya termasuk orang yang tidak patuh dalam pengobatan. Selain itu, ia termasuk orang yang suka makan
enak dan merokok. Pada suatu hari, saat akan sarapan pagi tiba-tiba Tn Yahya merasakan dadanya terhimpit,
nafasnya sesak, keringat mengucur, dan wajahnya pucat, oleh istrinya dibawa ke RS.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh gula darah sewaktu 340 mg/dl, kolesterol total = 309
mg/dl; HDL = 33 mg/dl; TG = 185 mg/dl; TD = 172/100 mmHg.
Dokter menganjurkan kepada Tn Yahya untuk melakukan olah raga ringan, mengatur menu makanannya serta
memberikan obat:
Zocor 10 mg 2 x 1 tab, ceodocard 5 mg 3 x 1 tab, lasix 40 mg 2 x 1 tab, glucopage 500mg 3 x 1 tab,
ascardia 80 mg 2 x 1 tab. Setelah 5 hari minum obat, Tn Yahya melakukan pemeriksaan lab ternyata belum
memberikan hasil yang bermakna sehingga obat-obat yang diberikan perlu dilakukan evaluasi.

Jawab :
a. Subjek :
 Tn Yahya : 54 tahun
 BB : 75 Kg
 Riwayat penyakit : DM tipe 2
 Riwayat Pengobatan : tidak patuh
 Riwayat Sosial : merokok dan makan enak
 Keluhan : dadanya terhimpit, nafasnya sesak, keringat mengucur, dan wajahnya pucat
Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)
OBJEK

 gula darah sewaktu 340 mg/dl,


 kolesterol total (Tc) = 309 mg/dl;
 HDL = 33 mg/dl;  normalny 35-65
 TG = 185 mg/dl;  normalnya 10-160
 TD = 172/100 mmHg.  < 140/90
 LDL = Tc – (HDL + (TG/5)  Tidak berlaku kala TG diatas 50
LDL = 239  normalny 60-160

Aplikasi untuk menghitung ASCVD http://www.cvriskcalculator.com/

b. Assesment dan Resolution


Assesment Plan
1) Hipertensi tipe 2  kolesterol (HDL Pemberian obat HT
rendah & LDL tinggi)

2) Kolesterol (HDL rendah & LDL tinggi) Pemberian obat kolestrol


3) Katagori pengobatan statin
4) Zocor (simpastatin) 10 mg tidak efektif Ganti atorvastatin 40 mg
sebagai anti kolestrol
5) Cedocard 5 mg (ISDN) sebagai Sudah pas
antiangina
6) lasix (furosemide) 40 mg tidak boleh Ganti kaptopril 25 mg,
untuk pasien DM, dan tidak ad udem

7) glucopage (metformin) 500mg Kombinasikan dgn golongan sulfonil urea 2,5 mg


sebagai anti DM  mono terapi
kurang efektif

8) ascardia (aspirin) 80 mg sabagai Sudah pas


antikoogulan
c. Monitoring = HBA1C, EKG, SGOT, SGPT

Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)


PENYAKIT JANTUNG KORONER
1. PJK adalah penyakit yang mengalami pembentukan plak pada arteri koroner. Ketika terjadi pembentukan
plak di arteri maka kondisi ini dikenal dengan aterosklerosis. Lama kelamaan plak menjadi mengeras atau
pecah (rupture). Pengerasan plak mempersempit arteri koroner dan mengurangi aliran darah yang kaya akan
oksigen masuk ke jantung. Muncul angina atau serangan jantung (heart attack). PJK dapat melemahnya otot
jantung dan terjadinya gagal jatung dan aritmia.
2.
a. Arterosklerosis
b. Penyakit arteri koroner/ coronary arery disease (CAD)
c. Hardening of the arteries
d. Penyakit jantung (heart disease)
e. Ischemic heart disease
f. Narrowing of the arteries
3. Faktor-Faktor Yang Dapat Meningkatkan Atau Menurunkan Risiko Penyakit Jantung Koroner
Faktor Yang dapat Meningkatkan Risiko Faktor Risiko Yang dapat Menekan Risiko PJK
PJK
Merokok Konsumsi buah dan sayur secara rutin
Tingkat kadar kolesterol Olahraga teratur
Hipertensi Batasi minum alkohol
Diabetes Modifikasi faktor risiko
OW atau obesitas
Increased personal stress
4. Etiologi (McRobbie, 2012)
1) Sebagian besar PJK terjadi pada pasien dengan ateroskerosis pada areteri koroner.
2) Bentuk cedera pada lapisan endotel arteri koroner dan pembuluh lainnya.
3) Cedera diikuti dengan migrasi subendotel dari monosit dan akumulasi lemak yang mengandung makrofag
Kaya lipid dan sel-T.
4) Kehadiran plak mempersempit pembuluh darah dan mengurangi aliran darah.
5) Kemampuan pembuluh darah koroner untuk mendilatasi terjadi penurunan dan menyebabkan terjadinya
angina.
6) Plak yang pecah akan menstimulus pembentukan trombus PJK (angina unstable dan IM)
5. Gejala Klinis
1) gejala umumnya angina stabil (ciri-cirinya nyeri dada dan sesak napas pd saat beraktivitas. gejala segera
hilang dengan istirahat)
2) Gejala tambahan:
a. Tubuh bagian atas terasa tidak enak (rahang, bahu, punggung, lengan)
b. Nafas pendek
c. Mual dan muntah
d. Ngantuk, lemah, tak bertenaga
6. Penanganan angina stabi
1) Gejala klinis mucul maka dibantu dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin.
2) Penegakkan diagnosis melalui elektrokardiogram (EKG) atau coronary angiography mrp alat yg tepat
untuk menilai PJK
3) Terapi farmakologi mengikuti gambar 20.2
4) Pasien yang mengalami angina terutama pada pasien dgn diabetes, hipertensi, dan dislipidemia harus tetap
dikontrol

Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)


7. Obat yang digunakan
1) Nitrat
Nitrat digunakan untuk mengatasi angina dalam mendilatasi pembuluh darah vena dan arteri. Antioksidan
seperti vit C dpt juga digunakan sebagai relaksasi otot polos pembuluh darah melalui pelepasan NO.
Umumnya diberikan 2-3 sehari (short acting nitrat) antara jm 07 pagi sd 18.00 soreISDN)

2) Obat ANTIPLATELET
a. Pembentukan trombus disebabkan oleh peningkatan ukuran plak yang dapat menyebabkan terjadinya
IM.
b. Antiplatelet, efektif mencegah aktivasi platelet dan pembentukan trombus.
c. Aspirin memberikan manfaat utk pengobatan PJK.
d. Aksi aspirin dengan cara menghambat platelet COX-1 dan produksi tromboksan.
e. Dosis yang digunakan 75 mg/hari.
f. Dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal.
g. ES lain meliputi alergi seperti bronkopasme.
h. Perlu perhatian pada pasien yang memiliki riwayat pendarahan gastrointestinal dan asma.
i. Klopidogrel dapat digunakan sebagai pilihan bagi pasien yang alergi dengan aspirin atau tidak tolerasi
dengan aspirin.
3) ACE Inhibitor
a. ACE Inhibitor digunakan untuk mengatasi hipertensi dan gagal jantung, serta memberikan manfaat
pada pos IM.
b. ACE inhibitor tidak hanya bekerja menghambat produksi angiotensin II namun memiliki efek anti
inflamasi, antitrombotik, dan antiproliferasi.
c. ACE inhibitor dapat menekan produksi ROS.
d. Studi yang mendukung HOPE study dan EUROPA study.
4) BETA BLOKER
a. BB diberikan pada pasien yang sebelumnya menderita IM dan gagal jantung.
b. BB diberikan khusunya pada pasien exertional angina.
c. ES: dapat memperburuk pengontrolan GD pada pasien DM
d. bronkopasme dan periperal vaskular spasme (KI: Asma)
e. Kardioselektif diperlukan untuk pasien asma (atenolol, bisoprolol, metoprolol).
5) CCB
a. Aksinya pada otot polos dan jaringan jantung.
b. Aksi setiap obat golongan CCB berbeda-beda.
c. Berguna untuk mengatasi angina yang disebabkan oleh fenomena dari “ coronary steal”.
d. Aksi panjang dihidropiridin (amlodipin, felodipin) atau lebih panjang lagi (nifedipin) mengatasi gejala
seperti pada terapi BB.
e. CCB untuk mengontrol miokardial rate (vasodilator) seperti diltiazem.
6) STATIN
a. Pasien PJK perlu untuk menurunkan kolesterol terutama low density lipoprotein cholesterol (LDL-C).
b. Target LDL-C <2 mmol/L dan total kolesterol <4mmol/L.pertensi dan gagal jantung, serta
memberikan manfaat pada pos IM.
c. Statin memiliki kemampuan tambahan sebagai anti inflamasi, antitrombotic, dan antiproliferasi.
d. Statin dapat mengembalikan fungsi endotel dan menghambat produksi ROS pada dinding pembuluh
darah.
e. Studi yang mendukung HOPE study dan EUROPA study.
8. TARGET PENGOBATAN
1) Menekan risiko pembentukan gumpalan darah
2) Mencegah komplikasi PJK
3) Mengurangi faktor risiko dalam rangka menekan, memperlambat penumpukkan plak
Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)
4) Menghilangkan gejala
5) Pelebaran arteri yang tersumbat dengan Operasi (PCI dan CABG)
9. DIAGNOSIS
1) Elektrokardiogram (EKG)
2) Tradmill (stress testing)
3) Ekokardiograpi
4) Sinar X dada
5) Uji darah
6) Angiograpi koroner dan kateterisasi jantung
10. PATIENT CARe
1) Pengaturan diet
2) Olahraga
3) Hentikan merokok (risiko PJK 2-4 kali perokok/ 20 rokok per hari atau 5-21 kali dengan 25 rokok per
hari)
4) Ubah gaya hidup menjadi lebih sehat
5) Jelaskan kpd pasien ttg kondisi penyakitnya
11. KASUS
1) KASUS 1
Pasien laki-laki usia 55 tahun merasa dadanya nyeri ketika bersih-bersih dikebun. Merasakan hal tersebut
pasien istirahat. Pasien ke dokter. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien mengalami peningkatan kadar
gula darah dan baru didiagnosa mengalami DM tipe 2.
Apa pemeriksaan CVD dan obat yang harus diberikan kepada pasien?
JAWAB Kasus 1
1. Pasien harus memeriksa tekanan darah, serum lipid, dan ECG.
2. Pasien dapat diberikan GTN spray atau tablet sublingual untuk mengatasi angina.
3. Pasien dapat diberikan aspirin dan statin satu kali sehari jika diketahui kadar lipid abnormal.
4. Statin dan ACE inhibitor diberikan hampir semua pasien DM2, PJK.
Berdasarkan SOAP
S = umur 55th , nyeri dada setelah bersih2
O = pemeriksaan GD (didiaknosa DM)
A = angina stabil
P = - periksa TD, serum lipid, EKG, tredmill
- diberi GTD sublingual
- diberi aspirin dan statin
- amlodipine (atau CCB/ACEI)
- metformin

2) KASUS 2
Seorang pasien dengan penyakit rematik memiliki riwayat PJK diberikan obat naproxen? Apakah manfaat
dan bahaya jika diberikan tambahan aspirin dalam pengobatannya?
JAWAB Kasus 2
1. Naproksen jika diberikan dengan aspirin dapat menimbulkan interaksi mayor.
2. Naproksen dapat menurunkan aktivitas aspirin dalam mengatasi PJK.
3. Naproksen memblok kerja apirin dgn cara menghambat enzim cox-1 shg meningkatkan perdarahan
pada gastro intestinal.
4. Disarankan penggunaan Naproksen pct, diklofenak atau ibuprofen. Pemberian diberikan 2 jam setelah
menggunakan aspirin.

Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)


Farmakoterapi Terapan (Dr. Nurmainah, MM., Apt)

Anda mungkin juga menyukai