Anda di halaman 1dari 14

TUGAS CASE BASE LEARNING (CBL) KLINIK

SD BIOSENSOR HEALTHCARE
KELOMPOK 7

Fajar Prasetyo (1910631210006)


Hasna’Nisrina (191063121007)
Hermin Marlian (1910631210007)
Siti Farikha (1910631210018)
Dhavina M (1910631210028)
Shafa Q. W (1910631210050)
Sridevi Anggraini (1910631210081)
1. Latar Belakang Pt. Sd Biosensor Healthcare

Merupakan suatu perusahaan diagnostik in-vitro yang bergerak dalam inovasi teknologi
berkelanjutan. SD BIOSENSOR memiliki tujuan untuk ikut andil dalam meningkatkan kualitas
hidup yang lebih baik dengan mendiagnosis penyakit secara akurat dan cepat. Melalui penelitian
dan pengembangan produk-produk diagnostik dapat memungkinkan untuk menganalisis suatu
penyakit secara kualitatif maupun kuantitatif.

Visi SD BIOSENSOR :
Berkontribusi dalam kesehatan manusia melalui teknologi inovasi.

Misi SD BIOSENSOR :
Sebagai perusahaan global terkemuka dalam diagnostik in-vitro, SD BIOSENSOR mampu
menyediakan reagen diagnostik yang cepat dan akurat.
- Untuk menghadirkan inovatif produk IVD melalui suatu tantangan.
- Untuk manajemen yang efisien adalah kunci keberhasilan.
- Untuk mengejar harmoni pertumbuhan.

2. Deskripsi dan Jenis Alat


Biosensor adalah instrumen analitik yang menggunakan molekul biologi seperti enzim, Antibodi,
DNA, dan sel untuk mendeteksi zat kimia tertentu. Biosensor sendiri didasari oleh 3 komponen
yaitu biologis yang sensitif, transduser, dan alat pembaca biosensor.
- Elemen Biologis yang sensitif: materi biologis yang dapat mengenali dan berinteraksi dengan
analit (komponen) yang diteliti.
- Transduser: alat yang berfungsi untuk memberikan perlakuan dan pengukuran hasil dari
interaksi antara analit dengan elemen biologis sensitif dimana mekanisne kerjanya secara
fisikokimia dengan mengubah bentuk sinyal/energi menjadi bentuk lainnya sehingga dapat
ditampilkan pada alat pembaca biosensor. Contoh transduser yaitu optik, piezoelektrik,
elektrokimia, elektrokemiluminesensi.
- Alat pembaca biosensor: alat yang berfungsi menampilkan hasil interaksi antara analit dengan
Contoh alat biosensor adalah alat pemeriksa glukosa darah (Glukometer) dimana yang bertindak
sebagai elemen biologis sensitif adalah enzim glukooksidase, transduser adalah elektrode, dan
glukometer adalah alat pembaca.
PT. Standar Biosensor Indonesia menyediakan berbagai alat bioteknologi yang terbagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
1. Standar Q
Berisi produk diagnostik cepat dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi melalui kontrol kualitas
dari pengembangan bahan baku hingga produksi. Contoh alatnya seperti COVID-19 Antigen
Home Test adalah immunoassay kromatografi cepat untuk mendeteksi SARS-CoV-2 yang ada
dalam sampel hidung manusia. Prinsip kerja dari alat rapid antigen ini adalah mendeteksi
keberadaan antigen dari virus SARS-CoV-2 yang dapat berupa nukleokapsid, fosfoprotein, dan
spike glikoprotein. Alat rapit antigen memiliki 2 tanda sebagai indikator hasil tes yaitu C
(control) dan T (Test) dimana jika mucul 2 garis dikedua tanda berarti hasil tes POSITIF
(terinfeksi virus SARS-CoV-2), jika hanya muncul 1 garis di bagian C saja berarti hasil
NEGATIF (terinfeksi virus SARS-CoV-2), serta jika hanya muncul 1 garis dibagian T saja
berarti hasil tes Invalid (karena garis di tanda C harus selalu ada) maka tes harus diulang
menggunakan alat yang baru.

2. Standar F
Berisi produk imunodiagnostik fluoresensi yang memanfaatkan cahaya untuk melakukan
berbagai diagnosis secara kualitatif dan kuantitatif serta memberikan hasil diagnosis yang akurat.
Contoh alatnya yaitu STANDARD F COVID-19 Ag FIA sebagai immunoassay fluoresensi yang
dikombinasikan dengan STANDAR F100/F200/F2400 Analyzer sebagai pengukurnya

3. Standar M
Berisi produk immunoassay enzim yang bekerja berdasarkan interaksi antara antigen terhadap
antibodinya yang spesifik dengan enzim sebagai reporter label (memberikan warna saat ada
interaksi antara antibodi-antigen) yang kemudian dapat dideteksi dengan sensitivitas dan
spesifisitas tinggi. Contoh alatnya yaitu TB-Feron ELISA & TB-Feron Tubes 300 sebagai alat
yang membantu mendiagnosis TBC menggunakan metode IGRA (Interferon Gamma Releasing
Assay)
4. Standar M
Berisi produk sistem diagnosis molekuler yang memungkinkan diagnosis penyakit menular,
resistensi obat, serta pengujian genetik secara sederhana, cepat, & akurat. Contoh alatnya yaitu
M10 Analyzer, RT PCR, reagen qPCR, NA Extraction Kit

5. BGMS
Berisi produk pengukur gula dalam darah (Glukometer).Prinsip kerja glukometer menggunakan
metode glukosaoksidase biosensor. Glukosa dalam darah akan bereaksi dengan enzim glukosa-
oksidase yang ada pada strip tes. Reaksi enzimatik tersebut menghasilkan elektron yang akan
ditangkap oleh elektroda yang ada pada glukometer. Banyaknya elektron yang ditangkap
sebanding dengan kadar glukosa dalam darah. Contoh alatnya SD CodeFree.
3. R&D
R&D SD BIOSENSOR terdiri dari Research Planning Department, di mana perencanaan
teknologi baru dan bidang penelitian dilakukan melalui pekerja profesional dan teknologi, Sensor
Development Department di mana biosensor dan reagen diagnostik dikembangkan, Molecular
Diagnostics Development yang bertanggung jawab atas penelitian teknologi MDx, dan
Instrument Development Department yang mengembangkan platform.
A. Research Planning Department
Meneliti dan merencanakan kelayakan riset produk dan spesifikasi produk.
B. Sensor Development Department
Bertujuan untuk memperluas jangkauan produk yang dicakup dengan mengembangkan
berbagai produk mulai dari produk perawatan hingga produk imunodiagnostik. Ini berusaha
untuk menjadi kompetitif dengan mengembangkan produk yang nyaman dan akurat.
1. Teknologi pembuatan reagen imunodiagnostik
 Pengembangan berbagai produk IVD dan reagen diagnostik.
 Termasuk: Rapid, ELISA, FIA, dan reagen penyakit yang ditularkan melalui darah,
penyakit menular seksual, penyakit kardiovaskular, penyakit demam, penyakit
pernapasan, dan penyakit terkait hormon seksual.
 Penerapan bahan sumber dan sistem pengukuran melalui jaringan R&D.
 Pengembangan strip uji yang sangat akurat dan sensitif dengan teknologi produksi
massal.
2. Teknologi biosensor
 Memahami prinsip pengoperasian biotarget utama, dan mengembangkan teknologi
yang mengukur tingkat penanda fisiologis yang menunjukkan reaksi khusus terhadap
biomaterial yang memiliki fungsi pengenalan molekuler seperti antigen-antibodi
 Teknologi yang menggunakan prinsip elektrokimia atau optik atau penanda, seperti
emas dan nanopartikel fluoresensi, untuk menandakan reaksi tertentu dari biomaterial.
3. Pengembangan produk yang mudah digunakan
 Teknologi POCT (Point of care test) yang secara sederhana dan cepat mendiagnosis
penyakit
 Fungsi pengenalan otomatis perangkat uji dan item dengan menggunakan barcode 2D
dan tidak memerlukan teknologi coding.
C. Molecular Diagnostic Development Department
Bertujuan untuk R&D Teknologi Amplifikasi Asam Nukleat, Teknologi Ekstraksi Asam
Nukleat, dan POC cartridge technology untuk mengembangkan produk diagnostik molekuler
untuk uji titik perawatan. Penyakit menular pada manusia, penyakit yang resistan terhadap
obat adalah beberapa area yang dicakup untuk penelitian teknologi diagnostik molekuler dan
pengembangan produk yang memungkinkan diagnostik awal di tempat kejadian.
1. Teknologi Amplifikasi Asam Nukleat
Pengembangan teknik analisis kualitatif, kuantitatif, dan mutasi canggih dengan
menganalisis teknologi amplifikasi asam nukleat untuk diagnosis di tempat.
2. POC cartridge technology
Pengembangan teknologi yang mengintegrasikan semua proses seperti sample infusion,
fluid flow, micro-mixer, micro-pump, micro-valve, fluorescence detection, dll ke dalam
satu cartridge berbasis teknologi Microfluidics dan Bio-MEMS.
3. Teknologi Ekstraksi Asam Nukleat
Penelitian dan pengembangan teknologi yang menerapkan proses seperti sample
preprocessing, lysis, binding, washing dan elution, serta teknologi amplifikasi asam
nukleat dan teknologi cartridge POC
4. Product Development
Pengembangan produk diagnostik untuk virus berisiko tinggi, penyakit tropis, dan
penyakit pernapasan dengan menggunakan teknologi amplifikasi asam nukleat isotermal
potensial untuk memastikan penggunaan ekstraksi dan amplifikasi asam nukleat di
tempat dalam satu kartrid untuk mendeteksi asam nukleat target dari sampel dalam waktu
yang singkat.
D. Instrument Development Department
Terdiri dari profesional engineers yang dapat melakukan proses pengembangan tanpa henti
dari tingkat H/W sistem diagnosis In-Vitro hingga aplikasi layanan TI.

Development of POCT Retention of LIS/HIS-applied Lab System


system technology
Pengembangan berbasis
dalam elektro-kimia, jenis perangkat diagnostik in vitro PCR dan Diagnostik
Imuno-kromatografi yang diakui untuk komunikasi Molekuler
informasi medis standarnya
oleh IHE Amerika/Eropa

4. Quality Assurance Supervisor / Manager PT Standard Biosensor Indonesia

Kualifikasi:
1. Kandidat harus memiliki setidaknya Diploma, Gelar Sarjana di Teknik
(Bioteknologi/Biomedis), Bioteknologi, Farmasi/Farmakologi atau setara.
2. Setidaknya 3 Tahun pengalaman kerja di bidang terkait diperlukan untuk posisi ini,
3. Lebih disukai Supervisor/Koordinator khusus dalam Perawatan Kesehatan - Apotek atau
setara.
4. Berpengalaman dalam menerapkan praktik pembuatan alat kesehatan.
5. Pengalaman dalam melakukan audit internal dan eksternal.
6. Memahami QA/QC di pabrik (khususnya alat kesehatan).
7. Memiliki kemampuan/pengetahuan tentang konsep Quality Assurance.
8. Memahami ISO 9001, ISO 14001 dan 13485 (memiliki sertifikasi ISO merupakan nilai
tambah).
9. Mampu bekerja secara mandiri, kerjasama tim, pekerja keras, tegas, teliti, disiplin,
percaya diri tinggi, antusias dan pendekatan energik dengan sikap fokus pada tujuan.
10. Memiliki kemampuan komunikasi, presentasi dan negosiasi yang baik.
11. Familiar dengan Ms. Office (Ms Office, esp. Excel & Power Point).
12. Lancar berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan.
13. Dapat bekerja di bawah tekanan baik secara mandiri maupun dalam tim.

Tanggung Jawab:
1. Memastikan produk memenuhi standar kualitas umum yang ditetapkan perusahaan
(manajemen mutu, sertifikasi ISO & sistem manajemen audit), meminimalkan
penyimpangan kualitas, melakukan perbaikan sistem dan membangun kesadaran kualitas.
2. Berkolaborasi dengan divisi lain untuk memastikan kualitas produk.
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pencatatan dokumen pelanggan dan atau
departemen / ISO.
4. Mendistribusikan dokumen ke departemen terkait dan membuat catatan yang diperlukan
untuk dokumen terkontrol seperti: gambar, standar kualitas, dll.
5. Kontrol dokumen internal / WI dan catatan.
6. Melakukan perbaikan terus-menerus (countinous improvement) di semua aspek
manajemen mutu sesuai dengan regulasi.
7. Kumpulkan analisis kebutuhan pelatihan semua karyawan, buat program pelatihan, dan
tinjau efektivitas pelatihan
8. Memastikan kesesuaian dokumen yang digunakan dalam hasil produksi sesuai dengan
izin edar.
9. Tinjau catatan batch, hasil laporan pengujian produk jadi dan siapkan sertifikat analisis
(CoA)
10. Membuat, mereview dan mengarsipkan dokumen sesuai dengan kebutuhan pemenuhan
sistem mutu industri farmasi (penilaian mutu produk, tinjauan manajemen, pengendalian
perubahan, penanganan penyimpangan, audit, pengendalian perubahan, penilaian risiko
dll)
11. Menyiapkan data tinjauan manajemen dan mengatur koordinasi untuk audit internal &
eksternal dan memastikan audit dilakukan sesuai jadwal.
12. Memastikan kualitas kinerja dan kegiatan operasional berjalan sesuai standar kualitas
yang ditetapkan.
13. Pastikan analisis sesuai dengan metode yang telah divalidasi.
14. Menangani keluhan dan mengantisipasi krisis.
15. Pelaporan & tindak lanjut terkait dengan kualitas masalah.

5. Quality Control (QC)


PRINSIP (CPOB 2018)
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa
bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua
tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai
kepada distribusi produk jadi.
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab
penuh dalam peng-awasan mutu, termasuk:
a) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi;
b) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
c) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel, metode
pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;
d) memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
e) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu;
f) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
g) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya
dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara
lain adalah:
1. membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
2. menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk,
3. memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk,
4. memastikan pelaksanaan peman- tauan stabilitas dari produk,
5. ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk,
6. dll.
Setiap personel yang bekerja di laboratorium QC wajib memiliki beberapa kompetensi tertentu
agar mampu melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh daftar kompetensi umum yang harus
dimiliki personel yang bekerja di laboratorium QC di sebuah industri farmasi:
1. Memahami GMP (Good Manufacturing Product) atau CPOB (Cara Pembuatan Obat
yang Baik)
2. Uji stabilitas sampel
3. Penggunaan alat HPLC
4. Penggunaan alat Spektrofotometri Uv/Vis
5. Penggunaan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
6. Metode analisis untuk mengidentifikasi suatu zat
7. Metode analisis untuk mengetahui kadar suatu zat
8. Penggolongan dan penanganan pereaksi

Berikut Stertifikat Uji kelulusan spesifikasi Standar Q Covid-19 Ag test SD Biosensor oleh QC
dan telah disetujui oleh QA
6. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 13 TAHUN
2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG
PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
- Manfaat CPOB
Produsen : Mendapatkan mutu obat yang konsisten
Konsumen/masyarakat : mendapatkan obat yang bermutu karena pembuatan sudah sesuai
pedoman yang ditentukan
Pemerintah : Sebagai pedoman dalam melakukan pengawasan/audit

- PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK


PRINSIP
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara
konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.

- PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (2018)


PENDAHULUAN
Pedoman ini merupakan perubahan terhadap Aneks 2 dari Pedoman CPOB No.
Ped-04/CPOB/2012 tahun 2012 yang mengacu pada Pedoman PIC/S Good
Manufacturing Practices for Medicinal Products PIC/S PE 009-13 (January 2017) Annex
2 dan WHO TRS 999 Tahun 2016 Annex 2 Good Manufacturing Practices for Biological
Products.

- PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (2018)


a. Ketentuan Lampiran dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik diubah sehingga berbunyi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.
b. Buku Pedoman merupakan Lampiran Peraturan Badan

- UMUM
a. Obat harus dikendalikan secara untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat
yang bermutu tinggi.
b. Mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan
awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai dan personil yang terlibat
c. Obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat
d. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunannya
e. Pedoman ini sebagai acuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Pemerintah) dalam
penilaian penerapan CPOB
f. Pedoman CPOB digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan
internal sesuai kebutuhan
g. Pedoman CPOB dapat digabungkan dengan pedoman tambahan lainnya untuk aspek
tertentu yang hanya berlaku untuk industri farmasi yang aktivitasnya berkaitan
h. Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat dan produk sejenis yang digunakan
manusia
i. Pada pedoman ini istilah “pembuatan” mencakup seluruh kegiatan penerimaan bahan,
produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu,
pelulusan, penyimpanan dan distribusi dari obat serta pengawasan terkait
j. Cara lain selain tercantum di dalam Pedoman ini dapat diterima sepanjang memenuhi
prinsip Pedoman ini
k. Pada pedoman ini istilah “hendaklah” menyatakan rekomendasi untuk dilaksanakan
kecuali jika tidak dapat diterapkan, dimodifikasi menurut pedoman lain yang relevan
dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik atau digantikan dengan petunjuk
alternatif untuk memperoleh tingkat pemastian mutu minimal yang setara

- Istilah yang digunakan dalam CPOB


- Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB, adalah cara
pembuatanobat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
denganpersyaratan dan tujuan penggunaan.
2. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan
untukmelakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
3. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan
untukmemengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangkapenetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dankontrasepsi untuk manusia.
4. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakandalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
5. Sertifikat CPOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa industri farmasi telah
memenuhi persyaratan CPOB dalam membuat satu jenis bentuk sediaan obat yang
diterbitkan oleh Kepala Badan.
6. Sertifikat Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik, yang selanjutnya disebut
Sertifikat CPBBAOB, adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa industri farmasi
telah memenuhi persyaratan CPBBAOB dalam memproduksi satu jenis bahan baku aktif
obat.
7. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut Kepala Badan
adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan
makanan

Manajemen Industri

SD BIOSENSOR berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih tinggi dengan


mempraktikkan Manajemen LST untuk masa depan yang berkelanjutan melalui kegiatan
sosial dan tata kelola yang transparan.
- Lingkungan
Berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih tinggi dengan mempertimbangkan
lingkungan saat mengembangkan produk dengan teknologi diagnostic
- Sosial
Mengejar tanggung jawab yang tinggi untuk tumbuh bersama dengan masyarakat ketika
mengelola perusahaan
- Pemerintahan
Mengelola perusahaan dengan strategi yang transparan dan efektif untuk pertumbuhan
yang berkelanjutan.

7. PROSES PRODUKSI INDUSTRI FARMASI

Kegiatan operasi pokok dari industri farmasi, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
  pengadaaan bahan baku,
 pelaksanaan proses produksi, dan
 pemasaran hasil produksi.

Kegiatan produksi industri farmasi di Indonesia diawasi oleh Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan. Instansi tersebut menerapkan standar Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau dikenal sebagai Good Manufacturing Practices (GMP).
Setiap perusahan farmasi akan dinilai kelayakan proses produksinya sesuai standar tersebut dan
diberikan sertifikasi sesuai hasil penilaian.

1.      Pengadaan Bahan Baku


Bagi perusahaan farmasi dengan penanaman modal asing, bahan baku biasanya
diperoleh/diimpor dari perusahaan induk di luar negeri. Sedangkan pengadaan bahan penolong
serta pengemasan pada umumnya dapat diperoleh dari dalam negeri.

2.      Proses Produksi
Proses produksi yang digunakan biasanya menggunakan ban berjalan dan telah dilakukan secara
otomatis mulai dari penyiapan bahan baku, proses produksi itu sendiri, sampai dengan packing
atau pembungkusan.

3.      Proses Pelaksanaan Jasa


Disamping memproduksi obat-obatan, biasanya perusahaan farmasi juga mempunyai kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :

 Mengadakan/menghasilkan/mengolah bahan kimia farmasi biologi dan lainnya yang


diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi.
 Berusaha di bidang jasa, baik yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha perusahaan
maupun jasa/upaya, dan sarana pemeliharaan/pelayanan kesehatan pada umumnya,
termasuk jasa konsultasi kesehatan dan jasa pengujian klinis.
 Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan baik yang
dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain.
Daftar Pustaka:
1. Elsa Yuniarti, dkk. Correlation of Fasting Blood Glucose With IL-6 Levels in Type 2
Diabetes Mellitus Ethnic Minangkabau.
2. Bioscience. 2018. 2(1); 11-21
3. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20220223101829-33-317571/positif-covid-
garis-1-atau-2-ini-cara-baca-hasil-tes-antigen
4. Bănică, Florinel-Gabriel (2012). Chemical Sensors and Biosensors:Fundamentals and
Applications. Chichester, UK: John Wiley & Sons. hlm. 576. ISBN 9781118354230
5. https://id.joblum.com/job/quality-assurance-supervisor-manager/110327
6. https://extranet.who.int/pqweb/sites/default/files/documents/EUL_0563-117-
00_STANDARD_Q_COVID-19_AgTest_PR_v_4.0.pdf
7. https://www.sdbiosensor.com/link/catalogue/2021%20All%20Product
%20Catalog_20210601_low.pdf
8. https://www.redcross.ca/crc/documents/SD-Biosensor-Mini-Kits.pdf

Anda mungkin juga menyukai