SD BIOSENSOR HEALTHCARE
KELOMPOK 7
Merupakan suatu perusahaan diagnostik in-vitro yang bergerak dalam inovasi teknologi
berkelanjutan. SD BIOSENSOR memiliki tujuan untuk ikut andil dalam meningkatkan kualitas
hidup yang lebih baik dengan mendiagnosis penyakit secara akurat dan cepat. Melalui penelitian
dan pengembangan produk-produk diagnostik dapat memungkinkan untuk menganalisis suatu
penyakit secara kualitatif maupun kuantitatif.
Visi SD BIOSENSOR :
Berkontribusi dalam kesehatan manusia melalui teknologi inovasi.
Misi SD BIOSENSOR :
Sebagai perusahaan global terkemuka dalam diagnostik in-vitro, SD BIOSENSOR mampu
menyediakan reagen diagnostik yang cepat dan akurat.
- Untuk menghadirkan inovatif produk IVD melalui suatu tantangan.
- Untuk manajemen yang efisien adalah kunci keberhasilan.
- Untuk mengejar harmoni pertumbuhan.
2. Standar F
Berisi produk imunodiagnostik fluoresensi yang memanfaatkan cahaya untuk melakukan
berbagai diagnosis secara kualitatif dan kuantitatif serta memberikan hasil diagnosis yang akurat.
Contoh alatnya yaitu STANDARD F COVID-19 Ag FIA sebagai immunoassay fluoresensi yang
dikombinasikan dengan STANDAR F100/F200/F2400 Analyzer sebagai pengukurnya
3. Standar M
Berisi produk immunoassay enzim yang bekerja berdasarkan interaksi antara antigen terhadap
antibodinya yang spesifik dengan enzim sebagai reporter label (memberikan warna saat ada
interaksi antara antibodi-antigen) yang kemudian dapat dideteksi dengan sensitivitas dan
spesifisitas tinggi. Contoh alatnya yaitu TB-Feron ELISA & TB-Feron Tubes 300 sebagai alat
yang membantu mendiagnosis TBC menggunakan metode IGRA (Interferon Gamma Releasing
Assay)
4. Standar M
Berisi produk sistem diagnosis molekuler yang memungkinkan diagnosis penyakit menular,
resistensi obat, serta pengujian genetik secara sederhana, cepat, & akurat. Contoh alatnya yaitu
M10 Analyzer, RT PCR, reagen qPCR, NA Extraction Kit
5. BGMS
Berisi produk pengukur gula dalam darah (Glukometer).Prinsip kerja glukometer menggunakan
metode glukosaoksidase biosensor. Glukosa dalam darah akan bereaksi dengan enzim glukosa-
oksidase yang ada pada strip tes. Reaksi enzimatik tersebut menghasilkan elektron yang akan
ditangkap oleh elektroda yang ada pada glukometer. Banyaknya elektron yang ditangkap
sebanding dengan kadar glukosa dalam darah. Contoh alatnya SD CodeFree.
3. R&D
R&D SD BIOSENSOR terdiri dari Research Planning Department, di mana perencanaan
teknologi baru dan bidang penelitian dilakukan melalui pekerja profesional dan teknologi, Sensor
Development Department di mana biosensor dan reagen diagnostik dikembangkan, Molecular
Diagnostics Development yang bertanggung jawab atas penelitian teknologi MDx, dan
Instrument Development Department yang mengembangkan platform.
A. Research Planning Department
Meneliti dan merencanakan kelayakan riset produk dan spesifikasi produk.
B. Sensor Development Department
Bertujuan untuk memperluas jangkauan produk yang dicakup dengan mengembangkan
berbagai produk mulai dari produk perawatan hingga produk imunodiagnostik. Ini berusaha
untuk menjadi kompetitif dengan mengembangkan produk yang nyaman dan akurat.
1. Teknologi pembuatan reagen imunodiagnostik
Pengembangan berbagai produk IVD dan reagen diagnostik.
Termasuk: Rapid, ELISA, FIA, dan reagen penyakit yang ditularkan melalui darah,
penyakit menular seksual, penyakit kardiovaskular, penyakit demam, penyakit
pernapasan, dan penyakit terkait hormon seksual.
Penerapan bahan sumber dan sistem pengukuran melalui jaringan R&D.
Pengembangan strip uji yang sangat akurat dan sensitif dengan teknologi produksi
massal.
2. Teknologi biosensor
Memahami prinsip pengoperasian biotarget utama, dan mengembangkan teknologi
yang mengukur tingkat penanda fisiologis yang menunjukkan reaksi khusus terhadap
biomaterial yang memiliki fungsi pengenalan molekuler seperti antigen-antibodi
Teknologi yang menggunakan prinsip elektrokimia atau optik atau penanda, seperti
emas dan nanopartikel fluoresensi, untuk menandakan reaksi tertentu dari biomaterial.
3. Pengembangan produk yang mudah digunakan
Teknologi POCT (Point of care test) yang secara sederhana dan cepat mendiagnosis
penyakit
Fungsi pengenalan otomatis perangkat uji dan item dengan menggunakan barcode 2D
dan tidak memerlukan teknologi coding.
C. Molecular Diagnostic Development Department
Bertujuan untuk R&D Teknologi Amplifikasi Asam Nukleat, Teknologi Ekstraksi Asam
Nukleat, dan POC cartridge technology untuk mengembangkan produk diagnostik molekuler
untuk uji titik perawatan. Penyakit menular pada manusia, penyakit yang resistan terhadap
obat adalah beberapa area yang dicakup untuk penelitian teknologi diagnostik molekuler dan
pengembangan produk yang memungkinkan diagnostik awal di tempat kejadian.
1. Teknologi Amplifikasi Asam Nukleat
Pengembangan teknik analisis kualitatif, kuantitatif, dan mutasi canggih dengan
menganalisis teknologi amplifikasi asam nukleat untuk diagnosis di tempat.
2. POC cartridge technology
Pengembangan teknologi yang mengintegrasikan semua proses seperti sample infusion,
fluid flow, micro-mixer, micro-pump, micro-valve, fluorescence detection, dll ke dalam
satu cartridge berbasis teknologi Microfluidics dan Bio-MEMS.
3. Teknologi Ekstraksi Asam Nukleat
Penelitian dan pengembangan teknologi yang menerapkan proses seperti sample
preprocessing, lysis, binding, washing dan elution, serta teknologi amplifikasi asam
nukleat dan teknologi cartridge POC
4. Product Development
Pengembangan produk diagnostik untuk virus berisiko tinggi, penyakit tropis, dan
penyakit pernapasan dengan menggunakan teknologi amplifikasi asam nukleat isotermal
potensial untuk memastikan penggunaan ekstraksi dan amplifikasi asam nukleat di
tempat dalam satu kartrid untuk mendeteksi asam nukleat target dari sampel dalam waktu
yang singkat.
D. Instrument Development Department
Terdiri dari profesional engineers yang dapat melakukan proses pengembangan tanpa henti
dari tingkat H/W sistem diagnosis In-Vitro hingga aplikasi layanan TI.
Kualifikasi:
1. Kandidat harus memiliki setidaknya Diploma, Gelar Sarjana di Teknik
(Bioteknologi/Biomedis), Bioteknologi, Farmasi/Farmakologi atau setara.
2. Setidaknya 3 Tahun pengalaman kerja di bidang terkait diperlukan untuk posisi ini,
3. Lebih disukai Supervisor/Koordinator khusus dalam Perawatan Kesehatan - Apotek atau
setara.
4. Berpengalaman dalam menerapkan praktik pembuatan alat kesehatan.
5. Pengalaman dalam melakukan audit internal dan eksternal.
6. Memahami QA/QC di pabrik (khususnya alat kesehatan).
7. Memiliki kemampuan/pengetahuan tentang konsep Quality Assurance.
8. Memahami ISO 9001, ISO 14001 dan 13485 (memiliki sertifikasi ISO merupakan nilai
tambah).
9. Mampu bekerja secara mandiri, kerjasama tim, pekerja keras, tegas, teliti, disiplin,
percaya diri tinggi, antusias dan pendekatan energik dengan sikap fokus pada tujuan.
10. Memiliki kemampuan komunikasi, presentasi dan negosiasi yang baik.
11. Familiar dengan Ms. Office (Ms Office, esp. Excel & Power Point).
12. Lancar berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan.
13. Dapat bekerja di bawah tekanan baik secara mandiri maupun dalam tim.
Tanggung Jawab:
1. Memastikan produk memenuhi standar kualitas umum yang ditetapkan perusahaan
(manajemen mutu, sertifikasi ISO & sistem manajemen audit), meminimalkan
penyimpangan kualitas, melakukan perbaikan sistem dan membangun kesadaran kualitas.
2. Berkolaborasi dengan divisi lain untuk memastikan kualitas produk.
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pencatatan dokumen pelanggan dan atau
departemen / ISO.
4. Mendistribusikan dokumen ke departemen terkait dan membuat catatan yang diperlukan
untuk dokumen terkontrol seperti: gambar, standar kualitas, dll.
5. Kontrol dokumen internal / WI dan catatan.
6. Melakukan perbaikan terus-menerus (countinous improvement) di semua aspek
manajemen mutu sesuai dengan regulasi.
7. Kumpulkan analisis kebutuhan pelatihan semua karyawan, buat program pelatihan, dan
tinjau efektivitas pelatihan
8. Memastikan kesesuaian dokumen yang digunakan dalam hasil produksi sesuai dengan
izin edar.
9. Tinjau catatan batch, hasil laporan pengujian produk jadi dan siapkan sertifikat analisis
(CoA)
10. Membuat, mereview dan mengarsipkan dokumen sesuai dengan kebutuhan pemenuhan
sistem mutu industri farmasi (penilaian mutu produk, tinjauan manajemen, pengendalian
perubahan, penanganan penyimpangan, audit, pengendalian perubahan, penilaian risiko
dll)
11. Menyiapkan data tinjauan manajemen dan mengatur koordinasi untuk audit internal &
eksternal dan memastikan audit dilakukan sesuai jadwal.
12. Memastikan kualitas kinerja dan kegiatan operasional berjalan sesuai standar kualitas
yang ditetapkan.
13. Pastikan analisis sesuai dengan metode yang telah divalidasi.
14. Menangani keluhan dan mengantisipasi krisis.
15. Pelaporan & tindak lanjut terkait dengan kualitas masalah.
Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab, antara
lain adalah:
1. membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
2. menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk,
3. memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk,
4. memastikan pelaksanaan peman- tauan stabilitas dari produk,
5. ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk,
6. dll.
Setiap personel yang bekerja di laboratorium QC wajib memiliki beberapa kompetensi tertentu
agar mampu melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh daftar kompetensi umum yang harus
dimiliki personel yang bekerja di laboratorium QC di sebuah industri farmasi:
1. Memahami GMP (Good Manufacturing Product) atau CPOB (Cara Pembuatan Obat
yang Baik)
2. Uji stabilitas sampel
3. Penggunaan alat HPLC
4. Penggunaan alat Spektrofotometri Uv/Vis
5. Penggunaan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
6. Metode analisis untuk mengidentifikasi suatu zat
7. Metode analisis untuk mengetahui kadar suatu zat
8. Penggolongan dan penanganan pereaksi
Berikut Stertifikat Uji kelulusan spesifikasi Standar Q Covid-19 Ag test SD Biosensor oleh QC
dan telah disetujui oleh QA
6. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB)
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 13 TAHUN
2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG
PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
- Manfaat CPOB
Produsen : Mendapatkan mutu obat yang konsisten
Konsumen/masyarakat : mendapatkan obat yang bermutu karena pembuatan sudah sesuai
pedoman yang ditentukan
Pemerintah : Sebagai pedoman dalam melakukan pengawasan/audit
- UMUM
a. Obat harus dikendalikan secara untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat
yang bermutu tinggi.
b. Mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan
awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai dan personil yang terlibat
c. Obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat
d. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunannya
e. Pedoman ini sebagai acuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Pemerintah) dalam
penilaian penerapan CPOB
f. Pedoman CPOB digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan
internal sesuai kebutuhan
g. Pedoman CPOB dapat digabungkan dengan pedoman tambahan lainnya untuk aspek
tertentu yang hanya berlaku untuk industri farmasi yang aktivitasnya berkaitan
h. Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat dan produk sejenis yang digunakan
manusia
i. Pada pedoman ini istilah “pembuatan” mencakup seluruh kegiatan penerimaan bahan,
produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu,
pelulusan, penyimpanan dan distribusi dari obat serta pengawasan terkait
j. Cara lain selain tercantum di dalam Pedoman ini dapat diterima sepanjang memenuhi
prinsip Pedoman ini
k. Pada pedoman ini istilah “hendaklah” menyatakan rekomendasi untuk dilaksanakan
kecuali jika tidak dapat diterapkan, dimodifikasi menurut pedoman lain yang relevan
dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik atau digantikan dengan petunjuk
alternatif untuk memperoleh tingkat pemastian mutu minimal yang setara
Manajemen Industri
Kegiatan operasi pokok dari industri farmasi, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
pengadaaan bahan baku,
pelaksanaan proses produksi, dan
pemasaran hasil produksi.
Kegiatan produksi industri farmasi di Indonesia diawasi oleh Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan. Instansi tersebut menerapkan standar Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau dikenal sebagai Good Manufacturing Practices (GMP).
Setiap perusahan farmasi akan dinilai kelayakan proses produksinya sesuai standar tersebut dan
diberikan sertifikasi sesuai hasil penilaian.
2. Proses Produksi
Proses produksi yang digunakan biasanya menggunakan ban berjalan dan telah dilakukan secara
otomatis mulai dari penyiapan bahan baku, proses produksi itu sendiri, sampai dengan packing
atau pembungkusan.