Anda di halaman 1dari 112

PEMANTAPAN MUTU DALAM BIDANG BAKTERIOLOGI

PENDAHULUAN :

Cara efisien mempertahankan standar kinerja lab diagnostik, bila perlu untuk meningkatkan standar
tsb.

Mutu harus mempertimbangkan faktor kecepatan, biaya, dan kegunaan atau relevansi klinis suatu
pemeriksaan

DEFINISI :
Supaya bermutu baik, uji diagnostic harus relevan scr klinis harus membantu pencegahan
atau pengobatan penyakit . Ukuran lain mutu suatu uji diagnostic adalah :

- ketepatan, apakah hasilnya benar ?


- Keterulangan (reproducibility) : Apakah didapatlkan hasil yang sama jika uji diulang ?
- Kecepatan : apakah uji tersebut cukup cepat untuk dapat digunakan dokter dalam
meresepkan pengobatan ?
- Rasio biaya – keuntungan : apakah biaya uji tersebut masuk akal jika dikaitkan dengan
keuntungan bagi pasien dan komunitas ?

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN DAN KETERULANGAN HASIL LABORATORIUM


Sumber – sumber kesalahan dapat mencakup hal – hal berikut ini :
1. PETUGAS
- Kinerja petugas lab. Mutu pendidikan dan pelatihan, pengalaman dan kondisi
pekerjaan
2. Faktor lingkungan .
Ruang kerja, pencahayaan, atau ventilasi yang tidak adekuat, suhu yang ekstrim, tingkat
kebisingan yang berlebihan atau kondisi kerja yang tidak aman dapat mempengaruhi hasil
3. Spesimen
cara dan waktu pengambilan, sumber specimen
Faktor lain yang dapat dikendalikan dan mempengaruhi mutu : transport, identifikasi,
penyimpanan serta persiapan specimen. Instruksi tertulis harus tersedia dan ditinjau scr
teratur bersama staf klinik dan perawat
4. Bahan – bahan laboratorium
Mutu reagen, bahan kimia, alat dari kaca, zat warna, media biakan serta hewan laboratorium
5. Metode pemeriksaan
beberapa metode lebih terpecaya dibandingkan metode lain
6. Perlengkapan
7. Pemeriksaan dan pembacaan
8. Pelaporan

MUTU INTERPRETASI HASIL UJI


Interpretasi sangat penting, pada setiap tahap pemeriksaan specimen, hasil yg ada harus
diinterpretasikan agar dapat dipilih uji yg optimum dalam hal kecepatan dan ketepatan, untuk tahap px
berikutnya.

PEMANTAPAN MUTU DALAM LAB. MIKROBIOLOGI


Pemantapan mutu adl ringkasan seluruh aktivitas yang melibatkan lab. Untuk memastikan bahwa hasil –
hasil uji bermutu baik. Pemantapan mutu haruslah :
- Menyeluruh : mencakup semua tahap dalam siklus, mulai dari pengambilan spesimen pengiriman
hasil akhir ke dokter
- Rasional : memusatkan pada tahap – tahap yang paling kritis dalam siklus tsb.
- Berkala : menyediakan pemanatauan prosedur uji secara berkesinambungan
- Sering : untuk mendeteksi dan membetulkan kesalahan jika ada
Gambar . Tahap – tahap dalam pemeriksaan laboratorium pada pasien terinfeksi

Pasien dengan infeksi

Pengambilan bahan Transpor, pemberial label

Penyimpanan Spesimen,
Spesimen,
keterangan klinis
Keterangan klinis
Pemeriksaan makroskopik bau

Laporan pendahuluan
pemeriksaan mikroskopik, interpretasi kepada dokter

Biakan : pemilihan media, suhu, atmosfir

isolasi biakan murni, antibiogram


Laporan akhir kepada
dokter
Identifikasi, interpretasi
(kontaminan, komensal atau pathogen)
Jenis – jenis pemantapan mutu

- Ada 2 jenis pemantapan mutu : internal dan eksternal

 INTERNAL

Disebut kendali mutu ( Quality Control), Setiap lab. Mempunyai program untuk memeriksa mutu
uji - ujinya sendiri

Scr ideal PMI mencakup :

- Pemantauan mutu uji secara berkesinambungan


- Pemeriksaan menyeluruh pada semua tahap, mulai dari pengambilan bahan (kalua mungkin)
sampai pengiriman laporan akhir

Laboratorium mempunyai tanggung jawab etik kepada pasien untuk memberikan hasil yang akurat
dan bermakna

Kendali mutu internal mutlak diperlukan untuk prosedur pelaksanaan yang baik

 EKSTERNAL
Disebut PENILAIAN MUTU ( Quality Assesment)

Penilaian mutu eksternal mencakup :


- Pemantauan mutu uji secara periodic
- Pemeriksaan sewaktu untuk uji identifikasi, dan kadang – kadang untuk teknik isolasi
KRITERIA MUTU DALAM MIKROBIOLOGI :

1. Relevansi klinis ( seberapa besar kontribusi pada pencegahan atau pengobatan penyakit menular),
perlu komunikasi yang baik antara klinisi dan lab.

2. Ketepatan
Untuk uji yang hasilnya kuantitatif, ketepatan diukur berdasarkan seberapa dekat hasil –hasil thd nilai
sebenarnya. Contoh : - pemeriksaan antibiotic dalam serum
- pengukuran KHM antibiotic in vitro
- titrasi antibody serum

Untuk uji yang hasilnya kualitatif, ketepatan ditentukan dengan menilai apakah hasiilnya benar. Contoh

- Identifkasi pathogen
- Uji kepekaan antibiotic isolate dengan metode cakram

3. Keterulangan
Keterulangan atau presisi suatu uji mikrobiologis berkurang krn 2 hal :
- Kurang homogeny
- kurang stabil

4. Efisiensi
kemampuan memberi diagnosis yang tepat mengenai suatu pathogen atau keadaan patologis. Ini diukur
dengan dua kriteria :

a. Sensitivitas diagnostic

Sensitivitas = jumlah total hasil positif


jumlah total pasien yang terinfeksi
b. Spesifisitas diagnostic

Spesifisitas = Jumlah total hasil negative


Jumlah total pasien yang tidak terinfeksi

Makin besar spesifisitas uji, makin sedikit jumlah hasil positif palsu

PENGENDALIAN MUTU INTERNAL (PMI)


1. Persyaratan : praktis, realistic dan ekonomis

2. Prosedur
Pelaksanaan lab. Yang benar

3. Buku pegangan operasional laboratorium


meliputi : - Pembersihan tempat kerja
- Higiene pribadi
- Peringatan keselamatan (safety precaution)
- Tempat makan dan merokok khusus di luar lab.
- Penanganan dan pembuangan bahan yang terinfeksi
- Vaksinasi yang sesuai untuk pekerja, mis : hepatitis B
- Perawatan peralatan
- Pengambilan bahan
- Pencatatan bahan
- Eliminasi bahan yang tidak sesuai
- Pengerjaan bahan
- Pencatatan hasil
- Pelaporan hasil
Buku pegangan operasi harus diikuti dengan cermat, serta direvisi dan diperbarui secara teratur
4. Perawatan peralatan
5. Media biakan
- Pemiihan media
- pemesanan dan penyimpanan media yang dikeringkan
- persiapan media
- Penyimpanan media yang sudah dibuat
- kendali mutu media jadi : - pengujian pH
- pengujian sterilitas
- pengujian kinerja
6. Pewarrnaan dan reagen
7. Antigen dan antiserum diagnostic
8. Uji kepekaaan antibiotic
9. Pemeliharaan dan penggunaan stok biakan
- Pemilihan dan asal
10. Pengawetan
- Pengawetan jangka panjang
- gliserol pada – 20 ◦ C
- Minyak mineral pada suhu ruang
- Biakan tusuk pada suhu ruang ( gunakan untuk organisme yang tidak sulit tumbuh saja,
mis Staphylococcus dan Enterobacteriaceae)
- Biakan tusuk dalam Cyatine Tripticase Agar (CTA) untuk Neisseria dan Streptococcus
- Media daging masak untuk an aerob
- Pengawetan jangka pendek
- Organisme yang tumbuh cepat : inokulasi pd TSA dalam tabung bertutup ulir, inkubasi
24 jam suhu 35◦ C, simpan dalam lemari pendingin ,pindahkan tiap 2 minggu
- Streptococcus : inokulasi pd lempeng agar darah dlm tabung bertutup ulir, inkubasi 24
jam suhu 35◦ C, simpan dalam lemari pendingin, pindahkan tiap 2 minggu
- Meningokokus dan Haemophilus : inokulasi pd lereng CA Plat CA, inkubasi 24 jam suhu
35 ◦ C, simpan pada suhu ruang, pindahkan 2 x seminggu
- Gonokokus : inokulasi pada CA, inkubasi dan simpan pd suhu 35◦ C , pindahkan setiap 2
hari
PENGGUNAAN LABORATORIUM RUJUKAN :

- Spesimen untuk uji yang jarang diminta atau sangat khusus ( mis : virologi, serodiagnosis, infeksi
parasite)
- Spesimen duplo, sebagai control bagi hasil dari lab. Pengirim
- Spesimen yg memerlukan konfirmasi lebih lanjut, spesifikasi, pengelompokan atau penentuan jenis
pathogen yg sangat penting terhadap kesehatan masyarakat (mis : Salmonella, Shigella, Vibrio
cholera, Brucella, meningokous dan pneumokokus )

PENILAIAN MUTU EKSTERNAL


- Tujuan :
- Memberikan kepastian kepada dokter dan masyarakat umum bahwa diagnosis lab. bermutu baik
- Menilai dan membandingkan keandalan kinerja lab. Dalam skala nasional
- Mengidentifikasi kesalahan – kesalahan umum
- Mendorong penggunaan prosedur yang seragam
- Mendorong penggunaan reagen baku
- Mengambil tindakan administrative ( yg mungkin mencakup penarikan izin beroperasi ) thd lab.
Yang tidak memenuhi standar
- Merangsang penerapan program PMI

- Organisasi
- Biakan
- Serum

Penilaian dan pelaporan


Hasil penilaian harus sudah dikirim dalam waktu 1 bulan setelah penilaian, laporan harus disertai
ananlisis hasil. Skor kinerja diberikan pd setiap lab. Setiap lab. Harus mempunyai nomor kode yg hanya
diketahui lab. Itu sendiri
Famili : Enterobacteriaceae
PENDAHULUAN
- t.d.sejumlah besar spesies bakteri yg erat hubungannya satu sama lain.
- Hidup di usus besar manusia,hewan, tanah, air & dapat ditemukan pd dekom
posisi material.
- Krn hidup normal pd usus besar manusia kuman enterik/basil enterik.
- Organisme golongan famili ini berperan penting didalam infeksi nosokomial
mis : penyebab ISK, infeksi pd luka, infeksi saluran nafas dsb.
- Sebagian besar tidak menimbulkan penyakit pd host bila kuman tetap berada
di dlm usus besar,ttp bila ada perubahan pd host atau memasuki bagian tu-
buh lain mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan di tubuh
manusia.
Pd klasifikasinya Ewing membagi famili ini menjadi 6 Tribe :
Tribe I : Escherichieae
Tribe II : Edwardsiellae
Tribe III : Salmonelleae
Tribe IV : Klebsiellae
Tribe V : Proteae
Tribe VI : Erwinieae
Sedangkan Bergey menggolongkan dalam 5 grup & memasukan genus Yersinia
Kedalam famili ini. 5 Grup tsb : Grup I : Escherichieae
Grup II : Klebsielleae
Grup III : Proteeae
Grup IV : Yersinieae
Grup V : Erwinieae
MORFOLOGI
- Kuman enterik : kuman berbentuk batang, pendek uk. 0,5 µm x 3,0 µm, negatif
Gram, tidak berspora, gerak pos dgn flagel peritrik (Salmonella, Proteus, Escherichia)
atau gerak negatif (Shigella, Klebsiella). Berkapsul yg jelas (Klebsiella) atau selubung
tipis (Escherichia) atau tidak berkapsul.
- Sebagian besar spesies mempunyai pili/Fimbriae fungsi : alat perlekatan dgn
bakteri lain.
FISIOLOGI
- Sifat biokimiawi kompleks & bervariasi, pd suasana an aerob/kadar Oksigen rendah
terjadi reaksi fermentasi & pd suasana aerob/kadar oksigen cukup, terjadi siklus asam
trikarboksilat & transport eklektron pembentukan energi.
- Semua kuman enterik meragi glukosa asam +/- gas; mereduksi nitrat ni-
trit; tidak membentuk fenol oksidase, tidak mencairkan gelatin.
SIFAT BIAKAN KUMAN ENTERIK sbb :
- Koloni umumnya : basah, halus, keabu-abuan, permukaan licin, hemolisis
bila ada tipe beta.
MACAM PERBENIHAN UNTUK ISOLASI KUMAN ENTERIK :
1. Diferensial : Agar Mac. Conkey, agar EMB, agar Desoxycolate disi-
ni hampir semua kuman enterik tumbuh.
2. Selektif : Agar SS, Agar Desoxycole citrat khusus isolasi kuman usus
patogen
3. Persemaian : Kaldu GN, kaldu selenit, kaldu tetrationat kuman usus
patogen tumbuh lebih subur.
DAYA TAHAN KUMAN
- Tidak membentuk spora mudah dimatikan dgn desinfektan konsen-
trasi rendah : fenol, formaldehide, β- glutaraldehid, komponen halogen
bakterisid.
- Pemberian zat klor pada air mencegah penyebaran kuman enterik.
- Toleran thd garam empedu, zat warna bakteriostatik perbenihan pd
isolasi primer.
- Toleran terhadap dingin, hidup berbulan-bulan di dalam es, peka thd kekering
an, mati dengan pasteurisasi.
STRUKTUR DINDING SEL
- t.d. lapisan murein, lipoprotein,fosfolipid, protein & LPS. Lapisan murein – lipo
protein memb. 20% total dd. Sel bertanggung jawab thd cellular rigidity. Lap.
fosfolipid, protein & LPS memb. 80% dd. Sel.
- Komponen yg terpenting : Lap LPS, menentukan sifat antigenik & aktivitas en
dotoksin.
STRUKTUR ANTIGEN
- Karakterisasi Ag penting di dalam epidemiologi & klasifikasi, khususnya pd ge-
nus spt : Salmonella, Shigella.
- Komponen utama sel bakteri : Ag somatik (O), Ag flagel (H) & Ag kapsul (K).
FAKTOR PATOGENITAS
a. Endotoksin
- LPS dd sel : endotoksin, toksisitasnya ditentukan oleh lipid A pd regio 3.
- Stabil pada pemanasan
- Pd. Binatang percobaan : perc. penyuntikan endotoksin endotoksin menim-
bulkan reaksi : demam, syok, perubahan sel lekosit, sitotoksik dsb.
b. Enterotoksin
- mempunyai efek toksik pd usus halus pelepasan cairan kedalam ileum
produksi enterotoksin pd E. coli diatur plasmid.
c. Daya invasi organisme
- Mis : Shigella penetrasi kedalam lapisan epitel berkembang biak
dan kmd merusak lapisan epitel.
d. Permukaan sel kuman
Mis : - kapsul pd Klebsiella pneumoniae mencegah fagositosis
- Ag Vi pd Salmonella typhi mencegah destruksi intraseluler
- Ag permukaan pd Escherichia coli untuk perlekatan kuman pd mukosa
usus.
e. Hemolisin
f. Enzim-enzim lain
GEJALA KLINIK
Infeksi dapat berupa infeksi pd usus & diluar usus. Penyebab tersering infeksi
pd usus : genus Escherichia, Salmonella, Shigella & Yersinia. Penyakit yang di-
timbulkan : enteritis, gastroenteritis, kolitis hemoragik, disentri basiler, demam
Enterik dsb. Gejala menonjol : diare.
Infeksi diluar usus yg sering dijumpai : sistitis & infeksi saluran kencing lain-
nya, infeksi saluran nafas, bakteremia, sepsis dsb.
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Bahan pemeriksaan : darah, cairan tubuh, sputum, pus, urin, tinja, usap tenggo
rok, usap dubur dsb.
- Jenis medium transpor : medium Carry & Blair, Stuart, Amies & kaldu gliserol
saline pH 7,4.
- Spesimen tinja ditanam pd medium selektif
- Identifikasi dipakai tes biokimiawi,tes serologik & tes lain.
- Juga dilakukan tes kepekaan kuman untuk dasar pengobatan pasien.
BBRP TES BIOKIMIAWI UNTUK IDENTIFIKASI KUMAN ENTEROBACTERIACEAE
• Tes fermentasi karbohidrat
Kegunaan :
- Gambaran fermentasi biasanya khas untuk grup bakteri tertentu
1. Peragi glukosa, semua anggota enterobacteriaceae
2. Peragi glukosa & laktosa, E. coli; Klebsiella & grup Enterobacter.
- Membantu diferensiasi spesies :
Proteus rettgeri (inositol +) & Proteus morganii (inositol -)
Yersinia enterocolitica (sukrosa +) dgn spesies Yersinia lain (sukrosa -)
3. Tes sitrat ( medium simmons sitrat agar)
Kegunaan : membantu diferensiasi 2 genus :
- Edwardsiella ( sitrat -) dari Salmonella ( Sitrat +).
- Klebsiella – Enterobacter grup (sitrat +) dari Escherichia coli (sitrat -).
- Membantu diferensiasi spesies : Proteus rettgeri (sitrat + ) dari P. morganii
(sitrat -).
4. Tes dekarboksilase
5. Tes pencairan gelatin
6. Tes Hidrogen sulfida
7. Tes indol
8. Tes KIA/TSIA
9. Tes merah metil
10. Tes gerak
11. Tes reduksi nitrat
12. Tes oksidasi
13. Tes diaminase fenilalanin
14. Tes urease
15. Tes Voges Proskauer

PENDAHULUAN
Escherichia coli : kuman oportunis. Banyak didalam usus besar manusia sbg flo
ra normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer di usus : dia
Re pada anak-anak & travellers diarrhea.
Genus Escherichia t.d. 2 spesies : Escherichia coli & Escherichia hermanii.
MORFOLOGI
Kokobasil, negatif gram, uk. 0,4 – 0,7µm x 1,4 µm, sebagian besar gerak postif &
Beberapa strain mempunyai kapsul.
FISIOLOGI
- Tumbuh baik pada hampir semua media
- Mikroaerofilik
- Meragikan laktosa
- Beberapa strain pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta.
STRUKTUR ANTIGEN
- Mempunyai antigen O, H & K
- Telah ditemukan : 150 tipe antigen O, 90 tipe antigen K & 50 tipe antigen H.
- Antigen K dibedakan berdasar sifat fisiknya menjadi 3 tipe : L, A & B.
FAKTOR-FAKTOR PATOGENITAS
- Antigen permukaan.
Pada Escherichia coli terdapat 2 tipe fimbriae :
1. Tipe manosa sensitif (Pili) penting sbg colonization factor
2. Tipe manosa resisten (CFAs I & II)
Antigen K1 menghalangi proses fagositosis oleh lekosit
- Enterotoksin
Ada 2 macam enterotoksin yg diisolasi :
a. Toksin LT produksinya diatur plasmid
b. Toksin ST
Toksin LT merangsang enzim adenil siklase yang ada pd sel epitel muko-
sa usus halus aktivitas enzim permeabilitas sel epitel usus
akumulasi cairan di usus diare.
Kekuatan toksin LT :100x lebih rendah dibandingkan toksin kolera untuk menim
- Hemolisin
Toksik terhadap sel pada biakan jaringan. Peranannya pd infeksi tidak jelas.
PATOGENESIS & GEJALA KLINIK
E. coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia :
1. Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC) : menyebabkan diare, terutama pa-
da bayi & anak-anak.
2. Enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC) : menyebabkan secretory diarrhea
seperti pada kolera, strain ini mengeluarkan toksin LT/ST.
3. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC) : diare seperti disentri Shigella : tinja,
mengandung darah, mukus & pus.
4. Enterohemoragik Escherichia coli (EHEC) : tinja bercampur darah banyak.
5. Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC): diare akut & kronik pada masyara-
kat negara berkembang.
Penyakit lain yang disebabkan E. coli :
- Infeksi saluran kemih, mulai sistitis pielonefritis.
- Pneumoniae
- Meningitis pada bayi baru lahir
- Infeksi luka terutama luka didalam abdomen.
DIAGNOSIS LABORATORIUM
- Bahan pemeriksaan : darah, faeces, urine, sekret uretra, sputum, sekret
vagina, air, makanan, minuman.
Bahan diisolasi kumannya pada perbenihan : EMB agar, Mac Conkey agar, per
benihan agar darah.
- Pemeriksaan mikroskopik
- Pembiakan
- Reaksi biokimia
- Tes serologi.
Hari I
- Spesimen ditanam pada BAP/EMB/Endo agar/ Violet red bile agar dsb. Inkuba
si 37ºC 24 jam.
Hari II
- Dari media isolasi koloni tersangka E. coli di subkultur & ditanam di media biokimia.
inkubasi 37ºC 24 jam.
Hari III
- Dibaca pertumbuhan pada media subkultur & baca hasil reaksi biokimianya
- Kemudian dicocokkan dengan ciri E. coli. Apabila diperlukan dilanjutkan dengan sli-
de aglutinasi, menggunakan antisera coli patogen & tes untuk ETEC & EIEC.
TES UNTUK EPEC
-Slide agglutinasi menggunakan antisera diagnostik.
TES UNTUK ETEC
- Stabile toksin (ST) dapat diperiksa dgn binatang percobaan menggunakan infant mice
Umur max. 4 hari.
- Labile toxin (LT) dapat diperiksa dgn ELISA Tes.
TES UNTUK EIEC
- Sereny Test : dengan meneteskan suspensi pekat bakteri pd mata marmot.
TES UNTUK EHEC
- E. coli serotipe O157 : H7 dapat memproduksi vero cytotoxin yang dapat
menimbulkan diare berdarah/hemoragic colitic (HC) & haemolytic ureamic syn
drome (HUS).
- Identifikasi dapat dilakukan dengan reagen kit E. coli O157 latex test.
- Beberapa jenis tes untuk membedakan dan identifikasi spesies :
- Enterotube II
- API 20 E
- BBL crystal
Tes diagnostic untuk identifikasi strain individu termasuk shiga toksin tes ( bbrp
strain E.coli menghasilkan shiga toksin atau shiga like toxin seperti yang
Pewarnaan gram pada E.coli
Klebsiella
- Terdapat dalam tractus gastrointestinal manusia dan hewan

- t.d bbrp spesies : - Klebsiella pneumoniae


- Klebsiella oxytosa
- Klebsiella rhinoscleromatis

- Bakteri ini tidak bergerak untuk membedakan dengan

enterobacteriaceae lain

- Klebsiella pneumoniae spesies yang banyak diisolasi, mempunyai

ciri adanya kapsul polisakarida, sehingga menghasilkan koloni mukoid

- Sifat virulensi krn menghasilkan endotoksin


- Banyak ditemukan di tanah, air, biji –bijian, buah – buahan, sayuran dan
saluran pencernaan berbagai binatang dan manusia. Pada manusia sering
ada di nasopharynx dan oropharynx melalui aerosol droplet
berpindah ke orang lain

- Merupakan nosocomial pathogen yang umum, dapat menyebabkan


pneumonia lobar, bbrp kasus dapat menyebabkan nekrosis

- Infeksi nosocomial yang disebabkan K. pneumoniae a.l. pneumonia, ISK,


bronchitis, infeksi pada luka operasi , infeksi pada saluran empedu dan
bacteremia
MORFOLOGI

Gram negatif, batang, panjang – pendek , berpasangan atau berderet, tidak

berspora, tidak bergerak dan berkapsul

KULTUR DAN BIOKIMIA


Mudah tumbuh pada media sederhana, dapat membentuk koloni mucoid,
bersifat fakultatif an aerob

BAP : koloni besar,abu-abu, S, cembung, mukoid atau tidak, anhemolitis

Mac Conkey agar plate : koloni besar- besar, S, mukoid, cembung, berwarna

merah muda – merah bata, kalau koloni diambil dengan ose kelihatan

molor spt tali/benang, sifat mukoid akan lebih jelas apabila ditanam pd

Endo agar
Sifat – sifat umum genus Klebsiella :
Fermentasi glukosa = + , gas + ; Urease = +
Fermentasi maltosa = + MR = -/+
Fermentasi laktosa = + Indol = -/+
Oksidase = negatif
Hidrogen sulfida = negatif
Ornithine dekarboksilase = negatif
Arginine dihydrolisa = negatif
Simons citrat = pos

Klebsiella oxytosa identik dengan K. pneumoniae kecuali produksi indol, K.


oxytosa (+) dan K. pneumoniae (-)

PATOGENITAS
hidup sebagai saprofit pd lingk. Hidup,air, tanah, makanan dan sayur –

sayuran . Dapat menimbulkan infeksi pada saluran urine, paru –paru ,

saluran pernafasan, luka dan septikemia.

SPESIMEN
Sputum, urine, pharynx swab, makanan, minuman,air, feses, sekret

hidung
Morfologi Klebsilella pneumoniae
Koloni Klebsiella pneumoniae pada
EMB agar
- Penyakit : disentri basiler/shigellosis
- Terdapat 4 spesies : - Shigella dysentriae
- Shigella flexneri
- Shigella boydii
- Shigella sonnei
MORFOLOGI
- Bentuk batang, gram (-), ukuran 0,5 – 0,7 µm x 2 - 3µm, tidak berspora, tidak
berkapsul, tidak bergerak.
KULTUR & BIOKIMIA
- Tumbuh mudah pada media yang digunakan sehari-hari, dalam situasi aerob
dengan suhu optimum 37ºC. Pada umumnya bersifat non lactose fermented, tetapi
ada type yang dapat menguraikan laktosa walaupun lambat. Beberapa species dapat
menguraikan glukosa menjadi asam dan gas.
pH pertumbuhan : 6,4 – 7,8. Shigella sonnei dapat tumbuh pada suhu 45ºC.
SIFAT BIOKIMIA YANG KHAS :
Tidak meragi adonitol, pd fermentasi glukosa tidak membentuk gas, tidak
membentuk H2S kecuali Shigella flexneri, negatif terhadap sitrat, DNA-se, lisin,
Fenilalanin, sukrosa, urease,VP,manitol, laktosa (kec. S. sonnei),motilitas neg.
Tes MR pos, reduksi nitrat pos.
SIFAT KOLONI :
Mac Conkey agar : koloni non lactosa fermented,kecil-sedang,tidak berwarna,
keping & smooth
EMB agar : koloni sedang,bulat,tidak berwarna atau jernih,keping & smooth
Endo agar : koloni kecil-sedang,bulat,merah muda,jernih,keping & smooth
SS agar : koloni kecil-kecil sekali, tidak berwarna,jernih, keping & smooth
Hektoen enteric agar : koloni kecil – sedang,hijau, jernih,keping & smooth
Xylose lysine desoxycholate agar : koloni kecil – sedang, merah,jernih,keping,S.
Beberapa rx biokimia yg dipakai untuk membedakan ke 4 spesies Shigella :
S. dysentriae S. flexneri S. boydii S. sonnei
Grup Ag O A B C D
Fermenatsi neg pos pos pos
manitol
Jordan‘s tetrate var neg neg pos
Rabinosa dgn neg var neg var
Pengeraman di
perpanjang
Daya Tahan
kurang tahan terhadap agen fisik & kimia dibanding Salmonella, dalam fenol
½% : 5 jam, fenol 1% : ½ jam, dalam es tahan 2 bulan, dalam laut 2 – 5 bln.
Garam empedu konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan strain tertentu,ku
Man mati pada suhu 55ºC.
STRUKTUR ANTIGEN
Semua Shigella mempunyai Ag O,strain tertentu mempunyai Ag. K.
Shigella dibagi 4 serogrup berdasarkan komponen utama Ag.O :
Grup A : S. dysentriae
Grup B : S. flexneri
Grup C : S. boydii
Grup D : S. sonnei
FAKTOR PATOGENITAS
1. Daya invasi
2. Enterotoksin : termolabil & menyebabkan pengumpulan cairan di ileum kelin
ci. Diduga bertanggung jawab pd terjadinya watery disrhea
pd tahap dini.
3. Neurotoksin & sitotoksin
Merupakan protein eksotoksin dikeluarkan S.dysentriae tipe 1, S. flex tipe 3a
PATOGENESIS & GEJALA KLINIK
Shigellosis dapat menyebabkan 3 bentuk diare :
1. Disentri klasik dengan tinja yang konsistensinya lembek disertai darah,
mukus & pus.
2. Watery diarrhea
3. Kombinasi keduanya
Masa inkubasi : 2 – 4 hari ( 1 minggu)
Menyebabkan sakit : 200 kuman
Kuman masuk & berada di usus halus terminal ileum & kolon per
mukaan mukosa menembus lapisan epitel kemudian berkembang biak
reaksi peradangan hebat sel terlepas tukak.
Gejala klinik : demam,nyeri abdomen, tenesmus ani
Penyembuhan spontan : 2 – 7 hari
DIAGNOSIS LAB.
tinja segar sebaiknya menggunakan medium transpor, makanan & minuman.
Identifikasi kuman dilakukan secara biokimiawi & serologik.
PENGOBATAN & PENCEGAHAN
Antibiotika : ampisilin,tetrasiklin, trimetoprim-sulfametoksasol.
ISOLASI & DIAGNOSA
Hari I. : spesimen ditanam pd media isolasi, masuk inkubator 37ºC 24 jam. Dila-
kukan pemeriksaan mikroskopis. Spesimen juga ditanam didlm enrich
men selenite broth/selenite cystine broth/tetrathionate broth dll.
Hari II : dari media isolasi, koloni tersangka ditanam di TSIA, SIM medium &Si
mmons citrate agar, inkubasi 37ºC 24 jam.
Hari III : Pertumbuhan pd media tsb dicocokan dengan tabel & ciri biokimianya,
kalau cocok dilanjutkan slide agglutinasi dgn sera polivalen thd Shigella
kalau pos dilanjutkan sera yg monovalent. Kmd ditanam pd media gula
gula & media lain serta tes kimia yg diperlukan, inkubasi 37ºC 24 jam.
Hari IV : Dibaca & dicatat pertumbuhan di gula- gula, cocokan tabel. Tentukan
Tabel perbedaan type Shigella
Media/test D.1 D.2 F.1b F.2a F.4a F6 B.2 S.a
-Fermentasi glukosa + + + + + +g + +
-Fermentasi manitol - - + + + + + +
-Fermentasi maltose - - + + + + + +
-Fermentasi sorbitol - - - - - - + -
-Fermentasi arabinose - - + + + + + +
-Fermentasi rhamnose - - - - - - - +
-Indol test - + + + + + + -
-Ornithin dekarboksilase - - - - - - - +
-Katalase test - + + + + + + +
-ONPG test + - - - - - - +
-Acetate agar - - - - - + - -
Ket : D = dysentriae, F : flexneri, B : boydii ; S : sonnei
P. Gram Shigella dysentriae
Salmonella
Pendahuluan
Penyebab macam-macam infeksi : Gastroenteritis yang ringan demam
tifoid berat disertai bakteremia Ewing, Salmonella diklasifikasikan dalam 3
spesies : 1. Salmonella choleraesuis
2. Salmonella typhi
3. Salmonella enteritidis
Morfologi
Kuman bentuk batang, tidak berspora, neg. gram. Uk. 1-3,5µm x 0,5-
0,8µm. Besar koloni 2-4 mm, memp. Flagel peritrik kec. Salmonella
pullorum dan Salmonella gallinarum
Fisiologi
Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, suhu : 15-410 C (suhu
opt : 37,5o C).
pH pertumbuhan : 6 - 8, gerak pos.
Sifat biokimia : Rx fermentasi thd manitol dan sorbitol pos. tes neg. thd
Rx indol, DNAse, fenilalanin deaminase, urease, VP, sukrosa, laktosa,
adonitol.
- sebag. Besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik
menghasilkan H2S.
- pada agar SS, Endo, EMB dan Mac conkey koloni bentuk bulat, kecil
dan tidak berwarna pada agar wilson-blair koloni hitam.

Daya Tahan
Mati pada suhu 56oC dan pada keadaan kering dalam air tahan 4
minggu.
Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu. Tahan
terhadap zat warna hijau brilian, Na tetrationat dan Na. deoksikholat
menghambat pertumbuhan kuman koliform.

Struktur Antigen
Ag O, tahan terhadap pemanasan 1000C, alkohol dan asam. Ab
terutama Ig M
Ag flagel (H), rusak pada pemanasan > 600C, Alkohol dan asam. Ab Ig
G
Ag Vi. Dirusak dengan pemanasan 600C 1 jam, penambahan fenol dan
asam.
Ag Vi menentukan kepekaan kuman terhadap bakteriofaga. Dan lebih
virulen.

Faktor Patogenitas
1. Daya invasi
2. Ag permukaan (Ag Vi)
3. Endotoksin
4. Enterotoksin

Patogenesis dan gejala klinik


Manifestasi klinik salmonellosis pada manusia dpt dibagi 4 sindrom :
1. Gastroenteritis keracunan makanan
2. Demam tifoid
3. Bakteremia – septikemia
4. Carrier yang asimptomatik
1. Gastroenteritis
- Masa inkubasi : 12-48 jam/lebih
- Gejala : mual dan muntah mereda dalam beberapa jam kemudian di
ikuti nyeri abdomen dan demam. Gejala menonjol : diare
Penyebab tersering : S. enteridis serotip typhimurium.

2. Demam tifoid/ Demam enterik


Demam akut, disebabkan S.typhi dan dapat pula oleh. S.enteridis
bioserotip paratyphi A dan B. (Demam paratifoid)
-Port d-entre S.typhi : usus.
-Menyebabkan sakit : 107 kuman.
-Masa inkubasi : 1-2 minggu, dapat lebih singkat 3 hari, lebih panjang :
2 bulan
-Gejala klasik : demam tinggi pada minggu ke 2 dan ke 3 sakit
-Gejala lain : Anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit kepala, batuk dan
konstipasi. Dapat terjadi komplikasi
Diagnosis laboratorium demam tifoid
Ada 3 metode untuk diagnosis :
1. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman
2. Diagnosis serologik
3. Diagnosis klinik

Diagnosis mikrobiologik
B. P : darah, faeces, urine, LCS, makanan, Minuman dan Air.
- Darah 2-3 cc empedu pepton (gal cultur)
- Faeces / rectal swab selenite broth/selenite cystine
broth/tetrathionate broth (sebagai enrichment)

Hari I : darah empedu pepton


Hari II : dr gal cultur media isolasi MC,ENDO,SS,BSA,DCA dsb.
Hari III : Rx Biokimia
Hari IV : Pembacaan Rx biokimia dan tes serologi
Tabel perbedaan biokima Salmonella

No Biokimia test SPA SPB STM SPE SES STY SET KETERANGAN

1 Fermentasi glu +g +g +g +g +g + +g Spa: S.paratypid A


2 Fermentasi manitol +g +g +g +g +g + +g Spb: S.paratypid B
3 Fermentasi maltose +g +g +g +g +g + +g Stm: S.trphiumrium
4 Fermentasi Dulcitol (+) - - - (+)/- (+)/- + Spc : S. paratyphi C
5 Fermentasi arabinose + + + + - - - Scs : S. cholerasuis
6 Fermentasi rhamnose + + + + + - + Sty : S. typhi
7 H2S - + + + +/- + + Set : S. enteridis
8 Simon’s citrate - + + + (+) - + +g : + gas
9 Arginine dihidolisa + + + + (+) +/(+) + (+) : + lambat
10 Lysine decarbo xylase - + + + + + +
11 Ornithine decarboxylase + + + + + - +
PROTEUS
Spesies : Proteus vulgaris
Proteus morgani (morganella)
Proteus mirabilis
Proteus rettgeri (providencia)
MORFOLOGI
Kuman bentuk batang, pleomorf, flagel peritrik, gram neg. tumbuh
aerob.

Habitat
Ditemukan dalam intestinum manusia dan binatang, tanah, air,
sawah dan tinja (P.vulgaris). P. morgani dan P. rettgeri dapat
menyebabkan infeksi nosokomial dan P. morgani penyebab diare
pada anak-anak terutama di musim panas.
Sifat biakan
Tumbuh di bouillon keruh merata dan di bag. Atas terdapat langit-
langit. Pada media padat memb. Swarming. Swarming dapat
dihambat dengan menambahkan fenil etil alkohol / 0,1% Khloral
hidrat ke media; meningkatkan konsentrasi agar kurang
bermakna
- Tidak tumbuh pada media dalam suasana asam
Sifat biokimia
Memecah urea dengan cepat, mencairkan gelatin, glukosa dan
sukrosa dipecah menjadi asam dan gas, mannit dan laktosa tidak
dipecah.
Sifat Antigen
Menurut Ewing terdapat 3 mc. Antigen :
- Ag O
- Ag H
- Ag K (hanya pada P. morgani)
- Pada strain-strain tertentu terdapat polisakarida spesifik yang
identik dengan rickettsia dapat mengadakan rx silang
agglutinasi dengan rickettsia.

Proteus OX19 : dengan serum spotted fever


Proteus OX2 : dengan serum shop fever
Proteus OX1 : dengan serum scrub fever
- Rx silang agglutinasi ini disebut rx weil flix, sbg Ag. Strain-strain
tertentu dari Proteus.
Keterangan
Spesies yang penting pada kedokteraan :
Proteus mirabilis
Patogenesis
Proteus mirabilis dapat menyebabkan :
1. Infeksi pada sal. Kencing, terutama pada kateterisasi atau sitoskopi
2. Infeksi abdominal
3. Septikemia, sering terjadi meningitis
Diagnosis Lab.
Spesimen :
tergantung pada tempat infeksi, a.ℓ urine, pus, sputum
Mikroskopis :
P. mirabilis dan P. vulgaris bergerak aktif, tidak berkapsul, gram
neg, bentuk pleomorf.
Kultur :
aerob, pada media agar memb. Agar swarming. Ini dapat dihambat
pada media yang mengandung empedu seperti : Mac conkey Agar,
DCA, XLD agar dan SS agar. Koloni laktosa non fermenter.
Rx biokimia :
P. mirabilis dibedakan dengan P. vulgaris dengan tes indol.
P. mirabilis indol neg, P. vulgaris + P. morgani + Providencia rettgeri
indol pos.
Terapi
P. Mirabilis : ampicilin, stefalosporin dan aminoglikosida. Beberapa
strain P. mirabilis memproduksi beta laktamase oki. Resisten
ampicilin.
Spesies proteus resisten terhadap polimiksin.
PERBEDAAN SIFAT PADA Proteus ,Morganella morganii DAN
Providencia

SPESIES UREA CIT IND SUK H2S PD GG

Proteus mirabilis + d - - + + +
(4h)
Proteus vulgaris + d + + + + d
(4h)
Morganella morganii + - + - - + d
(8h)

Providencia alcalifaciens - + + + - + d
slow

Providencia rettgeri + + + + - d d
(4) slow

Providencia stuatii - + + + - + -
swarming of Proteus species.
Vibrio
Fam : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholerae
Vibrio parahaemolyticus
Vibrio cholerae
Morfologi dan sifat
-Kuman batang bengkok spt koma, uk. 2-4 mm
-Gerak sangat aktf, flagel monotrik
-Tidak membentuk spora
-Pada biakan lama batang lurus
-Negatif gram
Sifat biakan
-koloni cembung, bulat, smooth, opak dan tampak granuler, tes
oksidase pos
-aerob/ an aerob fakultatif
-suhu optimum 370C (180-370C)
-pH optimum 8,5-9,5. tidak tahan asam bila dalam pembenihan mgd
KH yg dapat diragi kuman dapat mati
-tumbuh baik pada medium yang mengandung garam mineral dan
asparagin (sebagai sumber C dan N)
-meragi sukrosa dan manosa tidak ada gas, tidak meragi arabinosa
-meragi nitrat, pada medium pepton membentuk indol dengan as.
Sulfat membentuk warna merah
Reaksi nitrosol indol (merah kholera) pos. tes ini dapat dihambat
glukosa
Toksin
- Enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, BM 90.00
- Menyebabkan aktivitas adenil siklase dan konsentrasi AMP siklik
serta hipersekresi usus kecil diare masif dengan kehilangan
cairan 20 ℓ/ hari (kasus berat)
- Vibrio biotip Eℓ Tor : soluble hemolysin dapat melisiskan sel
darah merah
- Struktur antigen :
a. Ag flagel H : sifat heat labile, Ab thd Ag ini tidak bersifat protektif.
Pada uji Agglutinasi berbentuk awan.
b. Ag somatik O t.d. LPS. Rx agglutinasi pasir. Ab. O bersifat
protektif. Sero grup O tip (O : 1) biotip cholerae dan Eℓ Tor
terdapat 3 faktor Ag : A, B dan C. membagi serogrup O : 1 serotip
ogawa, inaba dan hikojima
SEROTIP FAKTOR O
OGAWA AB
INABA AC
HIKOJIMA ABC
PATOGENESIS
- Patogen pada manusia
- Tidak bersifat invasif
- Menghasil toksin kholera (enterotoksin) musinase dan endotoksin.
Toksin kholera diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan
merangsang hipersekresi air dan klorida dan menghambat absorbsi
Na akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit
dehidrasi, asidosis, syok dan mati, secara histologis usus tetap
normal.
GEJALA KLINIS
- Masa inkubasi : 1-4 hari
- Gejala : mual, muntah, diare dan kejang perut.
- Rice water stools t.d. mukus, sel epitel, kuman dalam jumlah besar
- Gejala kehilangan cairan dan elektrolit, dehidrasi, kolaps sirkulasi
dan anuri.
- Angka kematian tanpa pengobatan : 25%
DIAGNOSIS LAB.
- B p : Tinja, muntahan
- Perbenihan : Agar pepton
Agar darah (pH 9,0)
TCBS
- Tes fermentasi : - tes aglutinasi
- merah kholera
- slide agglutination test
KEKEBALAN
- As. Lambung dapat membunuh kuman dalam jumlah kecil
- Ab yg terbentuk : Jg A dan Jg G relatif singkat
PENGOBATAN
- Prinsip : rehidrasi dengan cairan dan elektrolit
- Antibiotika : tetrasiklin, dapat mempersingkat masa pemberian
cairan / dehidrasi.
PENULARAN
- Melalui air, makanan, lalat
- Dalam air dapat bertahan 3 minggu
Vibrio parahaemolyticus
Morfologi dan sifat
- Sifat, struktur dan penawaraan sama dengan Sp. Vibrio lain
- Metabolisme : fermentasi dan respirasi, tanpa membentuk gas.
Sifat biakan
- pH optimum : F,6-9,0
- Halofilik (salt loving) : memerlukan NaCl minimal 2%. Biotip
alginolyticus tahan sampai 11% NaCl penting untuk membedakan
- Pada agar TCBS : koloni besar, smooth, warna hijau
- Generation time : 9-15 menit, penting untuk epidemiologi
gastroenteritis
Struktur antigen
- Ag O dan K penting untuk typing secara serologis
- Terdapat 11 tip O dan 57 tip K
PATOGENESIS
- Gejala dan tanda klinis serupa dengan V. cholerae
- 95% isolat menunjukan tes hemolisis kanagawa pos. Tes ini
mendeteksi hemolisis yang heat stable, yang melisiskan eritrosit
manusia dan kelinci tetapi tidak melisiskan eritrosit kuda
Gejala klinis
- Gastroenteritis yang self limitting berat seperti pada kolera
- Diare timbul dengan tiba-tiba dan sangat cair, tanpa darah dan
mukus
- Kadang-kadang disertai sakit kepala dan panas
- Gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam.
- Terdapat infiltrasi lemak dan cloudy swelling pada hati
Diagnosis LAB.
- B. p : tinja, usap dubur
- Segera dilakukan pembiakan /dimasukan kedalam medium transpor
(Carry blair/ Amies)
- Perbenihan : TCBS dan kaldu alkali pepton dengan 3% NaCl
Pengobatan
- Biasanya self limitting
- Pada kasus berat, perlu rehidrasi dan penambahan elektrolit
- Antibiotik : kloramfenikol, kanamisin, tetrasiklin dan sefalotin
Pencegahan
- Kuman banyak terdapat di air laut perlu perhatian : pekerja-
pekerja kapal, perenang dan juru masak sea food
- Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat.
Epidemiologi
- Di Jepang, 25% diare disebabkan V. parahaemolyticus.
Pseudomonas cocovenenans
Pendahuluan
- W. K. Manton dan Soekarmen : mengisolasi dari tempe bongkrek
atau tempe dicampur produk kelapa
- Ditemukan di alam bebas, tidak patogen pada manusia maupun
binatang, yang berbahaya = toksin.
- B. p : tempe bongkrek, alat pembuatan tempe, pembungkus dan air
yang digunakan untuk membuat tempe
Morfologi
- Bentuk batang, pleomorf, bergerak aktif dengan tidak berselubung,
bipolar, gram negatif
Kultur dan biokimia
Tumbuh di perbenihan biasa aerob, pada suhu kamar 370C,
membuat pigmen kuning pada media yang mengandung ampas
kelapa
Blood agar plate : koloni kecil, sedikit cream, smooth, keping, bulat,
an hemolytis
Mac conkey agar plate : koloni kecil-kecil, smooth tidak berwarna,
jernih, bulat keping
- Agar hijau malachiet : semula koloni kecil membesar dan kuman
lain dihambat pertumbuhan nya.
- Agar ampas, agar gliserin dan agar bongkrek pigmen kuning-
kuning tua
- Ampas biasa : pigmen kuning-kuning tua dan coklat muda inokulasi
ditujukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya toksin
- Nutrient agar : tumbuh baik, smoth, tidak berwarna
Rx Biokimia
- Kuman meragi menjadi asam : glukosa, laktosa, arabinosa, ramnosa,
levulosa, galaktosa dan eskulin.
- Mannit, maltosa, sakarrosa, selulosa dan indol negatif. Gram (-) dan
gerak (+)
- Oksidase neg, katalase pos, produksi nitrat pos.
Patogenitas
- Memproduksi racun yang dapat menimbulkan penyakit : racun
bongkrek :
1. Toxoflavin : berwarna kuning, dapat dipisahkan dan dikristalkan,
bekerja terhadap jantung larut di dalam alkohol, air.
- Asam bongkrek : tidak berwarna, tidak dapat dibuat kristal,
menyebabkan hipoglikemi, termolabil, tidak larut dalam air, ttp larut
di dalam petroleum eter. Menyebabkan kejang.
Isolasi dan diagnosa
Hari I
- Sampel padat dibuat suspensi dahulu, ditanam pada media BAP,
Mac conkey agar, ampas agar plate
- Inkubasi 370C 24 jam
Hari II
- Koloni tersangka dilakukan pengecatan gram, di subkultur pada
TSIA, SIm, simmon’s citrat dan nutrient agar.
- Inkubasi 370C 24 jam
Hari III
- Dari subkultur, ditanam pada media biokimia
- Masuk inkubasi 370C 24 jam.
Hari IV
- Dibaca hasil rx biokimia
- Tes serologi dengan serum anti bakteri bongkrek.
- Pengamatan ada atau tidak nya pemb. Toksin
- Hewan perc. (burung merpati diberi ekstrak toksin tersangka secara
per os/ untuk penyakit biologis).
Cara pemeriksaan toksin :
- Setelah membaca rx biokimia dan tes serologi
- Dari koloni yang jelas P. cocovenenans, dilanjutkan inokulasi ke
media agar ampas. Eramkan 370C, 3-7 hari, tujuan inokulasi :
untuk mengentahui apakah kuman membentuk. Toksin/ tidak.
- Amati koloni yang tumbuh di agar ampas.
- Bila timbul pigmen kuning-kuning tua dan coklat muda, tersangka
adanya pemb. Toksin
- Tambahkan alkohol 70% 50-100ml pada biakan untuk melarutkan
toksin
- Saring ekstrak toksin dalam alkohol dengan kain kasa dan ekstrak
tersebut diuapkan di penangas air pada suhu 600C semua
alkohol menguap.
Hewan percobaan
- Ekstrak toksin yang didapat dilarutkan dalam akuades kemudian
diberikan pada burung merpati secara per os
- Setelah 6 jam, bila ekstrak mengandung toksin maka burung
merpati akan mati dengan tanda sbb :
- Gemetar, kejang dan bingung
- Sebelum mati burung merpati jungkir balik.
Pseudomonas
Pendahuluan
- Fam : Pseudomonadaceae
- Bentuk batang, bergerak, menghasilkan pigmen yang mudah larut
dalam air dan difusi di dalam medium pertumbuhan.
- Spesies penting pada kedokteran :
- Pseudomonas aeruginosa
- Pseudomonas pseudomallei
- Pseudomonas maltophilia dan spesies yang lain dapat
menyebabkan penyakit.
Habitat Normal
Spesies Pseudomonas dapat ditemukan di air, tanah, sampah dan
tumbuh-tumbuhan, traktus intestinal.
Pseudomonas aeruginosa banyak ditemukan di R.S
Patogenitas
Pseudomonas aeruginosa menyebabkan :
- Infeksi kulit terutama luka bakar
- Infeksi saluran kencing yang mengalami kateterisasi
- Infeksi saluran pernafasan terutama pada pasien dengan fibrosis
kistic atau karena imunosupresi.
- Otitis eksterna
- Infeksi mata (biasanya diperoleh di R.S)
- Septikemia
Pseudomonas pseudomallei
- Menyebabkan meliodosis pada manusia dan binatang. Disini nodul
berisi pus dan abses dibentuk diparu-paru, limfa, hati, sendi, kulit
atau jar.subkutaneus. Biasanya demam dan rash.
- Kebanyakan infeksinya subklinik tanpa gejala yang jelas.
Diagnosa Lab
Spesimen : tergantung pada tempat infeksi, spesimen berupa pus,
urin, sputum dan efusi darah (kultur).
Mikroskopis : batang pendek lurus, gram neg, bergerak aktif tidak bespora,
tidak berkapsul
Kultur :
- Obligat aerob
- Menghasilkan pigmen pyocyanin (hijau kebiruan) tidak dapat larut dalam air
dan tidak larut dalam kloroform dan memp. Kemampuan anti jasad renik.

- Pigmen fluorescine (kehijau-hijauan) berfluoresensi, larut dalam air dan tidak


larut dalam kloroform.

- Tumbuh di media biasa, di media padat koloni besar, tidak teratur.


- P. pseudomallei menghasilkan pigmen abu-abu warnanya.
Reaksi Biokimia
Pseudomonas tes oksidase (+) (kecuali P. maltophilia), katalase (+), indol (-)
kebanyakan citrat (+), tidak memecah urea, tidak membentuk H2S.
Terapi
Cepat resisten terhadap antibiotik.
- Kloramfenikol dan tetrasiklin.
Kultur dan Biokimia P. aeruginosa

- Tumbuh mudah pada media biasa, aerob, tidak menguraikan gula,


katalase pos dan umumnya oxidase juga pos.
- BAP : koloni besar-besar, putih abu-abu, s/r, keping, haemolytis/ an
haemolytis, ada yang membentuk pigmen hijau – biru
- Mac conkey agar : koloni sedang, jernih atau keruh, S, kadang-
kadang sdikit kehijau-hijauan, keping, tepi tidak rata tidak
menguraikan laktosa
- NA : tumbuh, pigmen hijau-biru
- TSIA : -/-
- Rx positif terjadi pada :
Oksidase, katalase, motility, simmon’s citrat gelatinase reduksi
nitrat, arginine dihydrolysa, pertumbuhan pada 420C.
- Rx neg. terjadi pada :
ONPG. D-Nase, amylase, lysine decarboxylase, ornithine
decarboxylase, esculine hydrolysa.
Spesimen
- sputum, faeces, pus, darah, urine, sekret telinga
Isolasi dan diagnosa Pseudomonas
- Hari I :
- Spesiemen ditanam pada media isolasi BAP dan Mac Conkey Agar
Plate dan Pseudomonas selective agar plate
- Masuk inkubator 370C 24 jam
- Hari II :
- Koloni tersangka dari media isolasi ditanam pada media gula-gula,
NA, TSIA, SIM, simmons citrat agar.
- Masuk inkubator 370C 24 jam
- Hari III :
- Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media gula dan media
lainnya. Dari NA ditanam pada media lain dan dikerjakan test kimia.
- Masuk inkubator 370C 24 jam
- Hari IV
- Dibaca dan dicatat tes kimia yang dkerjakan cocokkan dengan sifat-
sifat nya/ tabel.
P. Gram Pseudomonas aeroginosa
Campylobacter jejuni
PENDAHULUAN
- mula-mula masuk kelompok genus vibrio
- Genus Campylobacter sebald dan veron (1963)
- Berdasar sifat morfologi Campylobacter dan spirilum fam :
spirillaceae (smibert 1974)
- Fam : campylobacteriaceae Vandamme dan De ley (1991)
- Class : epsilonproteobacteria
- Patogen pada manusia, ditemukan pada ayam, binatang peliharaan,
hewan domestic dan waterfowl
- MORFOLOGI
- Gram (-), batang, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak aktif
dengan flagel polar, sukar menyerap cat gram,
- Kultur muda (< 24 jam) bentuk polimorf ada yang pendek
bengkok seperti koma, ada yang berbentuk S, ada yang spt spiral
panjang pada kultur tua bentuk coccoid
KULTUR DAN BIOKIMIA
- Tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan pengawet, suhu optimum
37-420C.
- Mikroaerofilik an aerob (5-6% oksigen, 10% Co2, 84-85% N)
- BAP : koloni sedang (Ø 1-2 mm), jernih, kuning kehijau-hijauan, keping, S,
haemolytis/ Anhaemolytis
- Campylobacter selektif agar : (an aerob 48 jam) koloni kecil-sedang, jernih,
tidak berwarna, s, mengkilat, hemolitis/an H.
- Mac conkey agar plate : kecil-kecil jernih, keping, s
- TCBS : kecil-sedang, kuning, keruh, s. sedikit cembung
- SS agar : tidak tumbuh
SIFAT BIOKIMIA
- Nutrien agar : koloni s, keping, mengkilap - mereduksi nitrat nitrit
- TSIA :-/+ - menghidrolisis hipurat
- Sim : + (indol : - )
- Simmon’s citrat : -
- Glukosa : pos
- Laktosa : neg
- Manitol, maltosa, sukrosa : pos
- Oksidase tes : pos
- Katalase tes : pos
PATOGENITAS
- Campylobacter dapat menimbulkan gastroenteritis
- Campylobacter jejuni  penyebab utama diare akut.
Masa inkubasi :
- 3 – 5 hari kadang 5 – 10 hari
Dapat : asimptomatis, ringan dan berat
GEJALA PRODORMAL :
Demam 12 jam sampai beberapa hari, malaise, sakit kepala, sakit
punggung, pusing, mialgia, kadang-kadang muntah. Suhu biasanya
400C terjadi delirium.
Tinjanya : cair, berbau busuk dengan warna hijau-coklat tua spt
empedu. Kadang-kadang sesudah beberapa hari tinja seperti
disentri (darah dan lendir/ingus).
- Secara mikroskopisk : penuh PMN lekosit
ISOLASI DAN DIAGNOSE
- Media transport : carry dan blair, tahan 4 minggu pada suhu 40C.
HARI I
- Spesimen ditanam pada campylobacter BAP, MC
- Masukan An Aerob jar. Masuk inkubator 370C 24 – 48 jam
HARI II
- Koloni tersangka di subkultur pada NA, TSIA, SIM, SIMON’S CITRAT
AGAR
- Inkubasi 370C 24 jam
HARI III
- Dari subkultur dilakukan oksidase tes ditanam media gula dan
media identifikasi
- Inkubasi 370C 24 jam
HARI IV
- dibaca
EPIDEMIOLOGI
C. Jejuni : zoonosis dimana-mana
kuman ditemukan dalam usus binatang terutama komensal pada
unggas (hospes reservoar) bagi manusia.
Penularan : minum susu mentah, memakan daging yang kurang masak
atau terkontaminasi air
- Pada sapi : susu sapi infektif dapat menjadi wabah
- Pada anjing : diare pada anak-anak
- Pada domba : penyebab abortus (C.fetus)
SPIROCHAETALES

Pendahuluan
- Meliputi kuman berbentuk spiral/ heliks yang ramping dan lentur
- Uniseluler, p : 30-500µ, spiral t.d. 1 lilitan atau lebih
- Setiap sel kuman t.d. silinder protoplasma yang dililit satu atau beberapa
fibril aksial yang berpangkal di ujung sub terminal dari silinder tersebut
- Keseluruhan sel terbungkus oleh sarung luar pecah fibril aksial
terjulur keluar terlihat seperti flagel.
- Fibril aksial merupakan penyebab gerakan kuman yang aktif dan khas : 3
gerakan :
1. gerak rotasi pada sumbu memanjang
2. gerak searah dengan sumbu memanjang
3. gerak fleksi
- Berkembang biak dengan pembelahan melintang
- Beberapa spesies hanya dapat dilihat dengan mikroskop lap. Gelap dan
tidak menyerap zat warna anilin
- Pada pewarnaan gram negatif
- Hidup aerob, anaerob fakultatif atau aerob
- Ada yang bersifat parasit, komensal/ hidup bebas. Beberapa spesies
bersifat patogen.
SPIROCHAETACEAE
Ordo : SPIROCHAETALES
Fam : SPIROCHAETACEAE
Genus : - Spirochaeta
- Cristispira
- Treponema
- Borrelia
- Leptospira
Genus SPIROCHAETA (spiral;caeta : rambut)
- P : 5-500 µ dengan Ø 0,2-0,75 m
- Anaerob / AN aerob fakultatif
- Hidup bebas dalam air kotor/ air tawar yang mengandung H2S
- Tidak bersifat parasit
Genus Cristispira (crista : tonjolan ; spiral)
- P : 30-150 µ dengan Ø 0,5-0,3 µ
- Komensal, terdapat didalam traktus digestivus molusca/ rayap
Genus Treponema
- P : 5-15 µ dengan Ø 0.009-0.5 µ
- An aerob, hidup sebagi parasit / komensal beberapa bersifat
patogen
- Tidak memb. Katalase dan oksidase
- Ada 3 macam spesies yang patogen manusia :
1. Treponema pallidum : sifilis
2. Treponema pertenue : yaws/prambusia
3. Treponema carateum : Pinta
Genus Borrelia
- P : 3-15 µ dengan Ø : 0,2-0,5 µ
- An aerob
- Hidup sebagai parasit , beberapa bersifat patogen a.l. sebagai
penyebab oleh kutu/ sengkenit (tick)
- Identifikasi kuman terutama didasarkan atas vektor arthropoda
Genus Leptospira
- P : 6-20 µ, Ø : 0,1 µ
- Berupa spiral rapat dengan ujung membengkok seperti kait.
- Aerob, hidup bebas /parasit beberapa bersifat patogen.
Treponema pallidum
Morfologi dan indentifikasi
- Spiral halus : p : 5-15 µ Ø : 0,009-0,5 µ setiap lekukan gelombang
berjarak 1 µ, rata-rata tiap kuman t.d. 8-14 gelombang.
- Bergerak sangat aktif
- Dapat dilihat dengan mikroskop lap.gelap, tehnik imunofluoresensi
- Sukar diwarnai dengan zat warna anilin, tetapi dapat mereduksi
perak nitrat logam perak yang melekat pada permukaan sel
cara impregnasi perak cara levaditi.
- Pada keadaan an aerob pada suhu 25 0C tetap hidup dan bergerak
aktif selama 4-7 hari
- Treponema pallidum strain nichols dapat dibiakan dalam testis
kelinci
- Pada keadaan kering cepat mati dan pada suhu 420C.
- Arsen, air raksa dan bismut immobolisasi dan kematian
Struktur antigen
- Ada 3 macam Ag : - berupa protein yang tidak tahan panas
- polisakarida yang tahan panas
- antigen lipoid
- Ag yang khas a.l dapat diperiksa dengan TPI
- Ab pada penderita sifilis yang paling dikenal Ab yang dapat dideteksi
dengan Ab. Non spesifik CFT rx wasserman
- Ab yang terbentuk oleh Ag yang terdapat pada Treponema pallidum
dan Treponema lain non patogen  Ag ini dipakai untuk tes
pengikatan komplemen yang menggunakan protein reiter (RPCF)
Patogenitas
- Sifilis ditularkan lewat kontrak seksual ,kuman dapat menembus
selaput lendir yang utuh atau lewat luka kecil dikulit.
- Lesi pada pria dapat ditemukan di penis
- Lesi pada wanita dapat ditemukan : perineum, labium, dd,vagina/
serviks
- Dikenal 2 macam sifilis : - sifilis akuisita
- sifilis kongenital
- Secara epidemiologik dibedakan sifilis early dan late
- Secara klinik ada beberapa stadium : stadium primer, stadium sekunder,
laten dan tertier
- Stadium late latent dan tertier sifilis late.
Stadium primer
- Kuman mula-mula berkembang biak di tempat invasi timbul ulkus dan
pembesaran kel. Lymfe regioner
- Lesi primer disebut hunterian chancre/hard chancre
- Ulkus dapat sembuh spontan dan 2-10 minggu timbul lesi sekunder.
Stadium sekunder
- Timbul bercak merah di seluruh tubuh penderita, termasuk telapak tangan
dan kaki
- Pada mukosa mulut dapat ditemukan bercak putih mucous patches
sebagai akibat vaskulitis setempat
- Ditempat yang lembab (mis : mulut, ketiak, anus, vagina dsb)
dijumpai kel. Papel dengan permukaan erosif : condylomata lata
- Lesi tersebut sangat infeksius dan penuh kuman
- Selain lesi dikulit dapat juga terjadi meningitis, khorioretinitis,
hepatitis, nefritis tipe imunokomplek, artritis/ artralgia.
- Lesi sekunder juga dapat menghilang secara spontan penderita
masuk stadium laten (4 tahun pertama dari stadium laten : early
latent) dan sesudahnya : late latent. (px. Serologi pos)
Stadium tertier
- 3-10 tahun setelah stadium sekunder, adanya lesi lokal non
progresif : pada kulit/ jar. Penunjang disebut gumma (rx imunologik
dari hospes)
- Kuman jarang/ tidak ditemukan.
- Dapat terjadi kerusakan jar. Seperti jar. SSP dan kardiovaskuler
Sifilis kongenita
- Penyakit sifilis yang timbul pada bayi waktu lahir beberapa waktu
atau beberapa tahun sesudahnya.
- Ibu hamil yang menderita sifilis dapat menularkan pada bayi secara
transplasental
- Disini dapat terjadi bayi lahir mati/lahir hidup  late congenital
sifilis : menderita gangguan mental, buta-tuli dan kerusakan gigi
(hutchinson teeth)
Diagnosis laboratorium
1. Bakteriologi
- B. p : cairan jar. ditempat lesi pada permukaan tubuh mikroskop lap
gelap
- Dapat juga dengan tehnik imunofluoresensi
2. Serologi
- Ada 2 macam test serologi :
1. Menggunakan antigen non treponema (test reagin)
2. Menggunakan antigen treponema/ tes antibodi treponema
Tes reagin
- Ditemukan 2-3 minggu setelah infeksi pada serum (yang belum dapat
pengobatan), dalam LCS baru ditemukan 4-8 minggu setelah infeksi
- Contoh : tes flokulasi dan tes pengikatan komplemen memberikan
hasil kuantitatif
- Contoh tes flokulasi : tes khan, VDRL dan RPR (rapid plasma reagin test).
- Contoh test pengikatan komplemen : tes WR (wassermann) disini
digunakan sel darah merah domba sebagai indikator.
Tes antibodi treponema
- Yang termasuk tes ini a.l : tes fluoresensi anti bodi treponema, tes
imobilisasi Treponema pallidum, tes pengikatan komplemen
Treponema pallidum dan tes hemaglutinasi Treponema pallidum
(TPHA)
Brucella

Pendahuluan
Brucela : kokobasil kecil. Aerob, gram neg tidak bergerak, tidak
membentuk spora
- Parasit obligat binatang dan manusia, ciri khas kuman intraseluler.
- Spesies : - Brucella abortus (pada sapi)
- Brucella melitensis (pada anjing)
- Brucella suis (pada babi)
- Untuk isolasi primer pembiakannya memerlukan CO2 5-10 %,
menyebabkan suasana alkali pada susu.
- Penyakit pada manusia : bruselosis (demam undulant, demam malta)
Morfologi dan identifikasi
- Ciri khas organisme : pada biakan muda, kokobasil batang p: 1,2 µm
dengan kokobasil yang terbanyak. Gram negatif, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora, berselubung
- Biakan : pada benih yang diperkaya : koloni kecil, halus, konveks
dalam 2-5 hari.
- Suhu optimum 300 C, pH opt : 6,6-6,8 tumbuh subur pada CO2 5-10
%. Untuk B. abortus CO2 10%.
- Pada brucelosis akut spesimen : darah media BAP dan liver
infusion broth. Pada BAP : hemolise
- Pada brucelosis subakut dan kronis. Sukar tumbuh pada media
padat ttp mudah tumbuh pada media cair.
- Deferensiasi 3 spesies berdasarkan sifat kepekaan terhadap zat
warna dan pembentukan H2S

B.abortus B.melitensis B.suis

Kebutuhan CO2 + - -

Pembentukan H2S ++ - -

Thionin 1:25.000 S S R

Basic fuchsin 1:50.000 R R S

Penyakit pada Sapi Anjing Babi


Resistensi
- Mati pada pasteurisasi, bila berada dalam keju disimpan almari
es tahan 2 bulan.
- Resisten terhadap penisilin dan secara in vitro sensitif terhadap
chlortetracyclin, chloramfenicol, neomycin, streptomisin dan
sulfonamid
- Pada pengobatan digunakan campuran antibiotik mencegah
relaps.
Gejala klinis pada manusia
1. Brucelosis akut
- setelah masa inkubasi ke 10-14 timbul gejala panas (demam
undulant), kelemahan, sakit-sakit, berkeringat
- px kultur darah (saat demam) setelah 2-3 minggu neg. bila telah
terdapat : aglutinin, komplemen fiksasi antibodi dan opsonin
- antigen : brucelergen, Ab : aglutinin
skin test pos. minggu 3-6 dari penyakit dan umumnya tetap pos
sampai beberapa tahun.
2. Brucelosis subakut
- terjadi setelah brucelosis akut
- px kultur darah neg, ttp mungkin pos bila terjadi exerbasi akut
3. Brucelosis kronis
- ada kelemahan tubuh penderita, kepala pusing, demam tidak
begitu tinggi, nervus dan gejala lain yg tidak spesifik.
- disini kuman tidak dapat diisolasi, tetap titer aglutinin tinggi.
Diagnosis lab. 1. bakteriologis
- Specimen : darah, empedu, faeces dan bahan biopsi jar/ kel. Getah
bening
- Hari I : spesimen dimasukan tryptose broth
- Inkubasi 370% 2-4 hari (sampai keruh) situasi CO2 5-10%
- Hari II, dari tryptose broth ditanam pada BAP dan brucella
selective agar plate.
- Masukan an aerobic jar ± 5-10 % CO2, inkubasi 370C 4-5 hari/
sampai ada pertumbuhan.
- Hari III, Koloni tersangka dibuat preparat gram kmd di subkultur
pada tryptose broth dan brucella agar tabung.
- Inkubasi 370C 1-2 hari
- Hari IV, dari sub kultur ditanam pada media gula dan media
identivikasi lain
- Inkubasi 370C 1-2 hari
- Hari V, pembacaan hasil
2. Serologi
- Dengan tes agglutinasi, tes anti bodi penghambat, opsonofagositik
3. Tes kulit
- Bila Ag yang berupa brucelergen/ ekstrak protein bruceella disuntikan
intra dermal timbul eritema, udema dan indurasi dalam 24 jam
- Tes ini tidak dipercaya karena pemakaian tes ini dapat
merangsang kenaikan titer aglutinin
Penularan pada manusia
- Pada hakekatnya > patogen untuk binatang yang ditularkan pada
pop. Bintang melalui kontak dengan tinja, urine, susu dan jaringan
yang terinfeksi.
- Infeksi pada manusia > kebetulan, mel. Kontak dengan zat-zat
terinfeksi yang sama.
- Sumber infeksi yang sering untuk manusia : susu yang belum
dipasteurisasi, hasil-hasil susu dan keju. Dan kontak melalui pekerja
(petani, dokter hewan, pekerjaan pemotong hewan).
Pencegahan
- Pasteurisasi air susu sapi dan bahan-bahan yang dibuat dari susu
Yersinia pestis

SPESIES :
DAHULU SEKARANG
- Pasteurella pestis - Yersinia pestis
- Pasteurella pseudotuberculosis - Yersinia preudotuberculosis
- Pasteurella multocida - Pasteurella multocida
- Pasteurella tularensis - Pasteurella tularensis
PENDAHULUAN
- Kuman bentuk batang pendek, gram neg, menunjukan bipolar
dengan pewarnaan wayson seperti peniti, tidak membentuk
spora, katalase pos, oksidase neg, mikroaeofilik/ an aerob fakulatif
tidak bergerak kecuali Yersinia pseudotubercolosis.
- Pasteurella pestis epidemi dan pandemi terutama di RRC,
India dan Indonesia
- Epidemi dapat terjadi pada binatang Pengerat penyakit pada
rodentia : sylvatic plaque.
- Penularan : binatang yang sakit (darah mengandung kuman)
digigit kutu (flea) kutu menjadi infeksius menggigit
manusia sakit : bubonic plaque.
- Vektor : - Xenopsylla cheopsis
- Pulex iritans
Morfologi dan identifikasi
A. Ciri khas organisme :
Batang pendek, ovoid, gemuk, gram neg, tidak bergerak kecuali
yersinia pseudotubercolosis. Bipoler wayson (metil blue
dan karbol fuchsin). Sering ada kapsul. Pada lingkarann yang tidak
cocok/ pengeraman lama : batang berbentuk pleomorfik.
B. Biakan
- Untuk isolasi pertama y. pestis diperlukan BAP, inkubasi 370C
- Tumbuh di semua media biasa kecuali F. tularensis, sifat aerob/
fakultatif aerob, pH optimum : 7-7.2 suhu optimum y. pestis :300C
(5x lebih subur dari pada 370C) ttp virulensinya berkurang.
- Pada media padat : koloni bulat, kecil mirip E.coli/ staphylococcus
albus. Tidak berwarna/ berwarna abu-abu.
- Pada media BAP + OXGALL inkubasi 280C koloni
granuler, tepi tidak merata untuk membedakan dengan E.coli,
S. aureus. S. albus.
C. Rx biokimia
- Membentuk asam tanpa gas pada : manitol, maltosa, salicin, tidak
meragi sukrosa, laktosa. Tidak mencairkan gelatin, mereduksi nitrit
nitrat, indol neg.
Resistensi
- y. pestis mati pada suhu 550C selama 51
- Diudara mati 1-2 hari dan dengan sinar matahari langsung mati
dalam 4-5 jam.
- Pada lar. Fenol 0,5% mati : 121
- Dalam almari es tahan berbulan-bulan bertahun-tahun
- Dalam pus, eksudat, sputum, faeces kutu hidup beberapa
minggu dalam suhu kamar
struktur antigen
Pada Yersinia pestis terdapat :
- Fraksi I antigen envelop (surface antigen) glikoprotein :
memberikan resistensi terhadap fagositosis dan merangsang
kekebalan anti kuman, dihasilkan pada suhu 370C jauh berkurang
pada 300C.
- Berguna untuk menentukan maks. Virulensi dari kuman.
- Fraksi lain : antigen V-W menentukan maks. Virulensi kuman /
membuat resisten terhadap fagositosis.
- Antigen V : antigen dd sel
- Antigen W : dapat dikeluarkan dari media
Patogenitas
- Penyakit pada manusia : bubonic plaque
- Mel.getah bening aliran darah : demam dan gejala radang.
- Pasteurellosis berjalan akut, subakut/ kronis
- Pada yang akut adanya gangguan penyumbatan pembuluh darah
seluruh tubuh
- Pada sub akut : adanya pembesaran Hepar, limfa, bintik nekrosis dan
perdarahan pada yang kronis : adanya pembengkakan kel.getah
bening, nekrosis, abses pada hepar dan limpa
- Kematian tidak begitu tinggi
- Dapat terjadi sepsis, pneumonia
Metabolisme
Yersimia pestis membentuk enzim :
- Katalase
- Koagulase : spesifik plasma kelinci saja
- Toksin menekan pernafasan mitokondria jantung in vitro.
Imunitas
- Menimbulkan derajat kekebalan yang permanen antibodinya
memperkuat fagositosis dan intracell killing oleh leukosit dan makrofag
- Vaksin yang efektif yang mengandung Ag V-W menyebabkan
imunitas seluler.
Penularan pada manusia
- BUBONIC PLAQUE
- Penularan mel. Vektor flea yang hidup pada hewan pengerat :
- Rattus norwegicus selokan
- Rattus rattus tikus rumah
- Jenis Flea :
- Xenopsylla cheopsis
- Pulex irritans
- Septicomic plaque
- penularan melalui vektor.
- Pulmonic plaque
- penularan melalui aerogen (droplet) tanpa melakukan vektor.
Diagnosa lab.
- Bakteri dapat ditemukan dalam darah, sputum, jar.tubuh, pus bubo
Hari I : spesimen dibuat preparat, dicat wayson batang bipolar
- Spesimen ditanam pada media isolasi BAP, Mac Conkey, desoxycholate
citrat agar, heart infusion agar plate.
- Inkubasi 370C 48 jam
Hari II : koloni tersangka diambil dilakukan phage test
- Inkubasi 370C 24 jam
Hari III :
- Apabila phage test pos.koloni disekitar Lisis diambil di cat gram, tes
biokimia
- Apabila te phage neg  tidak dilanjutkan
- Inkubasi 370C 24 jam.
Hari IV
- Dibaca hasil biokimia
- Dilakukan tes slide aglutinasi dengan anti serum Yersinia pestis
LEPTOSPIROSIS
 Leptospirosis adalah orgsanisme berbentuk filament dengan panjang 6-20 mikrometer, diameter
0,1 – 0,2 mikrometer, tipis dengan pilihan yang dangkal dan rapat serta ujung-ujungnya
membengkok seperti kait. Bergerak aktif maju mundur dengan gerakan memutar sepanjang
sumbunya. Bentuk dan geraknya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap/fase kontras.
Untuk pemeriksaan laboratoris secara serologi menggunakan microscopic Agglutionation Test
(MAT) untuk contoh berupa serum darah, dan secara isolasi dan identifikasi untuk contoh berupa
cairan tubuh (darah, cairan cerebrospinal atau berupa organ-organ tubuh (hati,otak atau ginjal).

EPIDEMIOLOGI
 Penyakit menular yang menyerang mamalia termasuk manusia
 Penyebab : Leptospira interrogans yang t.d beberapa serovar.
 Leptospirosis adalah zoonosis terluas di dunia, baik pedesaan / perkotaan di negara maju
maupun sedang berkembang. Di negara tropis insidens tertinggi pada musim hujan.
 Umumnya menyerang petani, pekerja perkebunan, pekerja tambang/selokan, pekerja rumah
potong hewan dan militer (occupational hazard)
 Daerah yang rawan adalah daerah banjir, daerah pasang surut, areal pertanian, perkebunan,
peternakan.
 Daerah KLB : semarang (data 1998-2000), pada saat banjir besar di jakarta (th 2002 ; 113
penderita 20 orang meninggal)
 International leptospirosis socienty menyatakan indonesia sebagai negara insiden leptospirosis
tertinggi diperingkat ke 3 didunia mortalitasnya.
 Gejala klinis ada 3 fase :
a) fase leptospiremia (3-7 hari), terjadi demam tinggi, nyeri kepala, mialgia,nyeri, perut mual,
conjunctival suffusion
b) fase immune (3-30 hari), terjadi demam ringan, nyeri kepala, muntah, meningitis aseptis.
c) fase convalescent (15-30 hari), terjadi perbaikan kondisi fisik berupa pulih nya kesadaran,
menghilangkan ikterus, tekanan darah normal, produksi urin mulai normal.
 Masa inkubasi rata-rata 10 hari
 Komplikasi terjadi pada : ginjal,mata,hati,jantung,paru,perdarahan,infeksi pada kehamilan dan
komplikasi lainnya.

 GAMBARAN KLINIS :
1. Leptospirosis anikterik : mencapai 90% dari seluruh kasus leptospirosis yang dilaporkan.
Biasanya penderita tidak berobat karena gejala yang timbul sangat ringan dan sebagian
penderita sembuh dengan sendirinya.
2. Leptospirosis ikterik : 30-50% menyebabkan kematian.

 CARA PENULARAN :
 Sumber penularan adalah tikus atau rodent,sapi,kambing,domba,kucing,serangga,burung dan
insektivoral, sedangkan rubah dapat menjadi karier leptospira
 Manusia terinfeksi leptospiral melalui kontak air, tanah (lumpur), tanaman yang telah dicemari
air seni hewan penderita lepto
 Bakteri lepto masuk ketubuh melalui selaput lendir (mukosa) mata,hidung atau melalui luka
lecet di kulit, dan kadang-kadang melalui saluran pencernaan dari makanan yang terkontaminasi
urin tikus.
 PENGOBATAN :
 Causatif : R/penisilin,Procain,R/Amoxicilin,R/Doksisiklin pada minggu pertama infeksi
 Semua kasus lepto ringan dapat sembuh sempurna
 Lepto berat CFR 5-40%
 Prognosis ditentukan : virulensi kuman, kondisi fisik pasien, umur pasien, kondisi ikterik,
adanya gagal ginjal akut dan kecepatan penanganan tim medik.

 UPAYA PENCEGAHAN :
 PHBS
 Menyimpan makanan/minuman dengan baik agar terhindar dari tikus
 Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
 Mencuci tangan, kaki dan bagian tubuh lainya setelah bekerja di
sawah/kebun/kolam/selokan/tanah dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
 Menggunakan APD
 Membersihkan kolam renang dan tempat-tempat air
 Menjaga kebersihan lingkungan, mencegah pencemar oleh tikus di rumah/bangunan
 Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar
 Meningkatkan penangkapan tikus.
Gambar . Morfologi Leptospira sp
Jenis – jenis Leptospira yang pathogen :

Leptospira alstoni Smythe et al. 2013 Leptospira alstoni" Haake et al. 1993
[" ]

Leptospira interrogans (Stimson 1907) Wenyon 1926 emend. ]

Leptospira kirschneri Ramadass et al. 1992


Leptospira noguchii Yasuda et al. 1987
Leptospira alexanderi Brenner et al. 1999
Leptospira weilii Yasuda et al. 1987
Leptospira borgpetersenii Yasuda et al. 1987
Leptospira santarosai Yasuda et al. 1987
Leptospira kmetyi Slack et al. 2009
[6]

Leptospira mayottensis Bourhy et al. 2014


Siklus penularan leptospirosis

Anda mungkin juga menyukai