Anda di halaman 1dari 6

PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM

Pemeriksaan Rhematoid Arthritis

Semester IV

Dosen Pengajar:
Wahdah Norsiah S.Pd.,M.Si

Mata Kuliah
Immunoserologi

Disusun oleh
Kelompok 1.1
Adistya ramadhanty P07134116215
Ayunda puji lestari P07134116223
Meutia nur ramadhanty P07134116241
Siti fatimah P07134116257
Haris nurdin pratama P07134116236

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2018
PENDAHULUAN

Tugas laboratorium klinik ialah memberi informasi hasil pemeriksaan


laboratorium kepada peklinik yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis,
dan tindak lanjut pengobatan terhadap penderita (Plebani, 1996).
Mutu pelayanan didasari penilaian hasil pelayanan laboratorium secara keseluruhan,
dan salah satu titik penting terletak di mutu pemeriksaan atau parameter yang
diperiksa. Pemeriksaan akan melalui proses yang kompleks dan panjang sebelum
dikeluarkan pemberitahuan oleh laboratorium. Proses yang dilalui dapat dibagi
menjadi praanalitik, analitik, dan pasca analitik.1,3 Di samping itu dipengaruhi pula
oleh bahan, alat, metode, dan hal lain yang terkait.5 Oleh karena itu perlu strategi
guna mencapai mutu pemeriksaan yang diharapkan (Kahar, 2005).

Pengertian Mutu Pemeriksaan Laboratorium

Dua hal penting yang mempengaruhi hasil pemeriksaan di laboratorium, yaitu


ketepatan (akurasi) dan kejituan (presisi).4 Mutu pemeriksaan dapat didefinisikan
sebagai derajat pemeriksaan yang sesuai dengan hasil pengukuran yang telah
ditetapkan oleh laboratorium terhadap nilai sebenarnya. Oleh karena itu, pemeriksaan
yang dilakukan di laboratorium dapat diartikan bermutu bila memiliki nilai ketepatan
dan kejituan yang baik sehingga bermanfaat bagi konsumen laboratorium.1 Terdapat
dua kelompok variabel yang mempengaruhi mutu pemeriksaan yakni analitik dan
nonanlitik yang meliputi SDM/petugas laboratorium, penderita, pengumpulan
spesimen dan hal lain yang terkait (Kahar, 2005).

Prinsip Manajemen Mutu Pemeriksaan

Dalam upaya mencapai tujuan (goal) laboratorium klinik, yakni tercapainya


pemeriksaan yang bermutu, diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu.
Didasari Quality Management Science (QMS) diperkenalkan suatu model yang
dikenal dengan Five–Q: Quality Planning, Quality Laboratory Practice, Quality
Control, Quality Assurance, dan Quality Improvement (Kahar, 2005).
JAMINAN MUTU PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RA (RHEMATOID ARTHRITIS)

Quality Planning (QP)

1. Metode
Slide test
1. Kulitatif
2. Semi Kuantitatif
2. Reagen (merk shield dan human)
1. Reagen latex (siap pakai)
2. Reagen control positif (siap pakai)
3. Reagen kontrol negatif (siap pakai)
3. Bahan
Serum sewaktu pasien
4. Alat
1. Mikropipet
2. Tip mikropipet disposible
3. Glass slide hitam
4. Stik pengaduk disposible
5. Rotator
6. Rak tempat sampel
5. Sumber daya manusia.
Tenaga ATLM minimal DIII dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun, dan
aktif mengikuti pelatihan khususnya bidang immunoserologi.
6. Kemampuan yang dimiliki laboratorium
Diukur dan dan dinilai oleh lembaga dinas kesehatan setiap tahunnya,
minimal mencapai kemampuan ketepatan dan ketelitian 80% (predikat B).
7. Definisi mutu pemeriksaan.
Mencapai ketelitian dan ketepatan hasil minimal 80% dari 100%, sehingga
terhindar dari kesalahan hasil dan dapat menegakkan diagnosa.

Quality Laboratory Practice (QLP)

Membuat dan memiliki pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang


merupakan acuan pemeriksaan RA, yang mengikuti Standar Pedoman Tekiik Dasar
Untuk Laboratorium Kesehatan (Manual Of Basic Techniques For A Health
Laboratory) Edisi 2, yang terdapat di ruang pemeriksaan (laboratorium),yang resmi
ditanda tangani oleh kepala laboratorium dan rumah sakit.

Quality Assurance (QA)

Pra-analitik
1. Menjaga dan meningkatkan SDA (tenaga ATLM) yang kompeten dan terlatih.
2. Menjaga ruang laboratorium selalu bersih dan steril.
3. Menjaga kualitas dan kuantitas reagen.
4. Menjaga kualitas dan kuantitas sampel.
5. Menjaga kualitas dan kuantitas alat.
Analitik
1. Meningkatkan ketepatan dan ketelitian kerja petugas.
2. Petugas dan pasien merasa aman dan nyaman.
Pasca Analitik
1. Hasil tepat dan teliti.
2. Limbah teratasi dengan baik dan steril.

Quality Improvement (QI)

Melakukan evaluasi agar dapat mencegah dan sehingga dapat diperbaiki


penyimpangan yang mungkin terjadi selama proses memeriksa berlangsung. Di
samping itu dapat menginovasi peningkatan mutu pemeriksaannya, yang terjadwal
selama 3 bulan sekali antar petugas internal.
Jika perlu dilakukan evaluasi secara eksternal bisa antar puskesmas, antar rumah sakit,
rumah sakit (Rs Ulin) dengan puskesmas, atau melibatkan balai laboratorium pusat
(laboratorium provensi).
Quality Control (QC)

Pra-analitik
1. Mengadakan pelatihan setiap 6 bulan sekali kepada tenaga ATLM.
2. Membuat jadwal kebersihan laboratorium setiap shift.
3. Selalu melakukan pengecekan reagen dari tanggal, warna dan kekeruhan
reagen sebelum melakukan pengujian.
4. Selalu melakukan pengecekan setiap sampel yang datang, catat data pasien,
warna sampel, dan kekeruhan sampel, jika sampel tidak layak periksa, tidak
usah diperiksa, langsung laporkan kepada bagian yang menangani sampel,
agar dilakukan penyamplingan atau pembuatan serum ulang. Jika petugas
sendiri yang melakukan sampling, selalu segerakan pemindahan serum
dengan darah dan langsung dilakukan uji, jika tidak simpan pada lemari es
suhu 2-8℃.
5. Selalu melakukan pengecekan alat dan melakukan kalibrasi setiap seminggu
sekali.

Analitik
1. Meningkatkan ketepatan dan ketelitian kerja petugas, dengan selalu meletakan
SOP pada ruang laboratorium.
2. Petugas dan pasien merasa aman dan nyaman, karena semua alat steril dan
petugas selalumenggunakan APD lengkap (handscoon, jas lab dan sepatu
tertutup, serta masker).

Pasca Analitik
1. Hasil tepat dan teliti karena petugas melalukan pengerjaan sesuai SOP.
2. Hasil diberikan dengan data pasian yang benar dan tepat.
3. Limbah teratasi dengan baik dan steril, setiap selesai pengerjaan, pembuangan
limbah dimasukan ke dalam wadah berisi desinfektan terlebih dahulu, baru di
buang dan membersihkan meja kerja dengan desinfektan.

SUMBER

Kahar, H. (2005). PENINGKATAN MUTU PEMERIKSAAN DI


LABORATORIUM KLINIK.

Plebani, M. a. (1996). Audit in Laboratory.

Anda mungkin juga menyukai