Anda di halaman 1dari 17

REFLEKSI KASUS

INSTALASI LABORATORIUM RUMAH SAKIT KOTA


YOGYAKARTA

Disusun oleh:
Nungky K, S.Ked

20151030034

One Bima Atmaja, S.Ked

20151030035

Pagela Pascarella Renta, S.Ked

20151030036

Pinkky Vitalita P, S.Ked

20151030037

Pipit Puspita Dewi, S.Ked

20151030038

Raafika Studiviani, S.Ked

20151030039

Raddhatu Rizka FS, S.Ked

20151030040

Raditya Priambodo, S.Ked

20151030041

Raudah RUP, S.Ked

20151030042

Retno Ambar, S.Ked

20151030043

Rheza Tuszakka, S.Ked

20151030044

PROGRAM PASCA SARJANA


MEGISTER MANAGEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

KASUS
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan untuk menunjang
diagnosis yang dibutuhkan dan diminta oleh dokter klinis baik dari unit penyakit
dalam, penyakit anak, bedah, obsgyn, dan lain-lain sebagai dokter penanggung
jawab pasien. Pemeriksaan yang diminta tentunya disesuaikan dengan indikasi
kemungkinan diagnosis yang ingin ditegakkan oleh masing-masing dokter klinis
tersebut. Namun, sering kali muncul masalah ketika hasil pemeriksaan
laboratorium yang diminta oleh seorang dokter penanggung jawab pasien tersebut
tidak sesuai dengan duagaan diagnosis nya. Sehingga, sering kali saling
menyalahkan diantara spesialis satu dengan yang lain dalam satu profesi. Dari
pihak dokter penanggung jawab pasien yang meminta pemeriksaan laboratorium
sering menduga adanya kesalahan dalam pemeriksaan sehingga hasil nya tidak
sesuai dengan dugaan yang terkait dengan diagnosis nya. Sedangkan dari pihak
dokter spesialis patologi klinik yang bertanggung jawab atas pemeriksaan
laboratorium yang diminta berpendapat bahwa hal tersebut sangat mungkin terjadi
karena banyak factor yang mempengaruhi dan menganggap dokter pemeriksa
pasien tersebut tidak tahu secara detail tentang patologi klinik, terkait sangat
mungkinnya terjadi banyak reaksi yang kompleks dalam suatu sampel.
Dapat diambil contoh kasus dengan DD Anemia. Dokter Sp.PD membuat
diagnosis pada pasiennya suspect Anemia berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan yang mendukung kea rah diagnosis tersebut. Selanjutnya, dokter
tersebut meminta pemeriksaan Hemoglobin untuk pasien tersebut ke unit
Laboratorium. Namun dari hasil laboratorium yang dibawah tanggung jawabnya
adalah dokter Sp.PK, hasil pemeriksaan Hemoglobin nya masih dalam batas
normal. Perbedaan antara dugaan diagnosis dan hasil laboratorium antara kedua
dokter tersebut masih sering terjadi di Rumah Sakit Kota Yogyakarta.

Profil Instalasi Laboratorium


Rumah sakit Wirosaban memiliki sebuah instalasi laboratorium klinik yang
dibentuk sejak 1987, namun sebelumnya bukan merupakan rumah sakit umum
daerah namun merupakan sebuah klinik bersalin yang ada sejak 1982.
Laboratorium yang dimiliki masih merupakan laboratorium sederhana dan sejak 1
oktober 1987 resmi melayani sebagai laboratorium rumah sakit hingga sekarang.
Instalasi Laboratorium Klinik ini dibentuk berdasarkan SK Direktur RSUD Kota
Yogyakarta No. 445 / 13 / 2001. Kepemimpinan Instalasi Laboratorium Klinik
telah berganti-ganti antara lain dipimpin oleh:
1.
2.
3.
4.

Isdarwati
dr. Endang Widiastuti
dr. Edi Rochmad
dr. Lisa Murtisari dengan didampingi oleh dokter spesialis rujukan yang
berfungsi sebagai konsultan bidang patologi klinik yaitu dr. Sukarno,

DMM, Sp.PK(K)
5. dr. Bambang Eko Broto Hari Utomo, Sp.PK merangkap sebagai Staf
Medis Fungsional Patologi Klinik hingga sekarang.
Perubahan teknologi, manajemen, dan keilmuan bidang kedokteran
laboratorium mendorong untuk perubahan Laboratorium yang pada masa lalu
merupakan laboratorium sederhana selanjutnya akan mengikuti standar Rumah
Sakit kelas B yang menjadi Laboratorium Rumah Sakit sesuai buku Pedoman
Pengelolaan Laboratorum Klinik Rumah Sakit. Laboratorium Klinik Rumah Sakit
meliputi instalasi-instalasi:
1. Instalasi Patologi Klinik dibidang pengukuran produk tubuh, respon imun,
dan deteksi infeksi (termasuk parasit) dengan berbagai metode.
2. Instalasi Patologi Anatomi dibidang Patologi Anantomi (Sitologi dan
jaringan anatomi) yang dilihat secara mikroskopis dan berbagai
metodenya.
3. Instalasi Mikrobiologi Klinik di bidang penumbuhan dan deteksi kuman
khususnya jamur, bakteri, virus dengan berbagai metode dan sensitivitas

kuman terhadap obat, kendali infeksi nosokomial dan antibiogram rumah


sakit.
4. Intalasi kedokteran forensik di bidang kedokteran forensic (laboratorium
forensik, dan visum et repertum).
5. Instalasi bank darah di bidang transfusi darah dengan segala metode dan
tekniknya.
Sumber daya yang tersedia
Sumber daya yang tersedia dapat dilihat pada table dibawah ini:
Jabatan
Jumlah
Kepala instansi dan Staf 1 orang

Kualifikasi
Strata-2 Spesialis Patologi

Medis Fungsional
Staf Medis Fungsional

1 orang

Klinik
Strata-2

Analis Kesehatan

17 orang

Mikrobiologi Klinik
Diploma-3
Analis

Perawat
Admin

3 orang
2 orang

Kesehatan
Diploma-3 Keperawatan
Diploma-3 (1 orang)

Spesialis

Diploma-1 (1 orang)
Standar Kemampuan
Rumah Sakit Kota Yogyakarta memiliki standar kemampuan yang harus dimiliki
oleh beberapa profesi yang terlibat dalam unit laboratorium itu sendiri, yaitu:
1. Bidang profesi kedokteran: menganalisis dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan laboratorium. Membantu menegakkan diagnosis klinis,
merumuskan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan penentuan
diagnosis, evaluasi terapi, prognosis dan pencegahan penyakit melalui
pendekatan laboratorik. Menjelaskan limitasi teknik pemeriksaan yang
digunakan. Meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium dan
memilih jenis uji yang tepat.
2. Bidang teknik melaksanakan pemeriksaan laboratorik yang memerlukan
keahliannya baik mikroskopik, manual dan otomatis. Identifikasi dan
menyelesaikan masalah teknik, metodologi, peralatan, reagensia, sampel

dan persiapan pasien. Melakukan tindakan untuk perbaikan metode alat


manual dan otomatis, serta penatalaksanaan pemantapan mutu intra dan
ekstra laboratorium.
3. Bidang pengelolaan: menentukan jenis uji paling tepat, jenis dan jumlah
sarana, prasarana dan tenaga laboratorium. Penatalaksanaan kelancaran
pelayanan laboratorium, fungsi dan tugas masing-masing tenaga
laboratorium. Mengusahakan keselamatan kerja dan pencegahan terhadap
pencemaran di lingkungan laboratorium. Penatalaksanaan penggunaan dan
pemeliharaan alat dan reagensia. Analisis data laboratorium dan
evaluasinya. Menyesuaikan pelayanan laboratorium dengan kebutuhan dan
teknologi.
4. Pelayanan Profesi, teknik, dan Pengelolaan dilaksanakan di dalam jam
kerja (hanya satu shift). Diluar jam kerja tersebut ditangguhkan
pelayanannya pada jam kerja hari berikutnya, kecuali konsultasi dalam
keadaan cyto.
Standar Kemampuan
Guna melaksanakan keamanan dalam menjalankan tugas di laboratorium maka
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Keamanan pelaksana tugas di laboratorium dijalankan dengan berpedoman
kepada Buku Pedoman Keamanan Mikrobiologi dan Biomedis yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dan kemudian dibuat
Prosedur Tetap di tingkat instalasi
2. Dibentuk Gugus Kendali Kebakaran, keamanan dan kewaspadaan bencana
(K3) dan Gugus Kendali Infeksi Nosokomial di Instalasi.

Proses yang Berjalan


Dalam menjalankan tugas profesi sesuai dengan ketentuan khusus dalam prosedur
pelayanan laboratorium, Rumah Sakit Kota Yogyakarta memiliki beberapa
Standar Operasional Prosedur yang meliputi:
Standar Proses Pelayanan

Standar proses pelayanan (Alur Kerja) dari proses pelayanan patologi


klinik terbagi menjadi empat tahap, yang masing masing proses dan yang
berhubungan dengan proses pelayanan ini dibuatkan Prosedur Tetap / instruksi
kerja ditingkat instalasi berdasarkan pedoman pembuatan prosedur tetap yang
ditetapkan. Oleh komite medis. Adapun keempat tahap proses pelayanan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Tahap praanalitik:
a. Pendaftaran pasien atau didaftarkan dengan bukti formulir permintaan
dari dokter
b. Pencatatan oleh petugas administrasi atau registrasi
c. Pengambilan atau penyerahan sampel (bahan periksa) untuk dilakukan
pelabelan
2. Tahap analitik:
Proses pemeriksaan berdasarkan parameter yang diminta sampai diperoleh
hasil dan proses dibagi menjadi
a. Pemeriksaan patobiokimiawi
b. Pemeriksaan patohematologis
3. Tahap pasca analitik:
Proses dimana dilakukannya penulisan hasil pemeriksaan, pencatatan
dalam buku atau formulir duplikasi untuk pengarsipan dan hasil
diserahkan kepada pengguna jasa atau masuk ke tahap ke empat.
4. Tahap analisis medis:
Bagi hasil pemeriksaan yang memerlukan analisis medis akan dilakukan
analisis medis bila memenuhi persyaratan antara lain identitas pasien
lengkap disertai diagnosis kerja dan tindakan medis yang telah dilakukan
yang dengan berkaitan masalah kelaboratoriuman atau ilmu patologi
klinik, kemudian hasil diserahkan kepada pengguna jasa.
Standar Alur Pelayanan
Yang dimaksud Pengguna Jasa adalah:
1. Dokter pasien rawat jalan
2. Dokter Pasien rawat Inap
3. Dokter Pasien Rujukan

Standar Pemantapan Mutu


Pemantapan

mutu

laboratorium

medis

menjadi

penilaian

pokok

bagi

penyelenggara pelayanan laboratorium. Pemantapan mutu ada dua macam yaitu:


1. Pemantapan mutu internal (PMI)
Penetapan mutu internal dikerjakan berdasarkan buku pedoman pemantapan
mutu onternal yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI. Untuk program
jaga mutu dibentuk Tim jaga Mutu tingkat Instalasi dengan memanfaatkan
Gugus Kendali Mutu di laboratorium Medis dengan ketugasannya:
a. Pengawasan pelaksanaan pemeriksaan sampel yang digunakan untuk PMI
dan PME
b. Pengawasan penggunaan semua peralatan laboratorium medis.
c. Menentukan pemilihan bahan pereaksi (reagensia)
d. Melakukan evaluasi mutu laboratorium medis.
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
Pemantapan mutu eksternal dilakukan dua siklus dalam setahun dengan cara
mengikuti pelaksanaan pemantapan mutu eksternal ini baik di tingkat nasional
maupun regional. Kegiatan tersebut dibuatkan prosedur tetap di tingkat
instalasi.

Standar Pelayanan
Pelayanan instalasi patologi klinik dilaksanakan berdasarkan standar sebagai
berikut:
1. Filosofi dan tujuan: bekerja melaksanakan analisis laboratorik dan analisis
medik secara profesional dan bermutu sesuai kebutuhan pengguna jas.
2. Administrasi dan manajemen dilaksanakan sengan membuat organisasi
laboratorium atau instalasi patologi klinik dan ketugasan yang jelas bagi
masing-masing tenaa medis dan paramedis yang bekerja di laboratorium
medis
3. Pimpinan dan staf instalasi patologi klinik: pelayanan dipimpin oleh
seorang dokter patologi klinik. Staf instalasi patologi klonik terdiri atas
staf aministrasi dan staf fungsional atau paramedis yang terdiri atas
perawat,

pranata

laboratorium

kesehatan

terampil

dan

pranata

laboratorium kesehatan ahli, tenaga umum atau pramu laboratorium.


4. Fasilitas pelayanan terdiri atas:
a. Ruangan yang cukup memadai untuk pelayanan dan tingkat praanalitik
sampai pasca analitik.
b. Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang sesuai kemajuan ilmu
dan teknoligi laboratorium medis.
5. Kebijakan dan prosedur: Instalasi patologi klinik membuat kebijakan
untuk pelayanan dalam bentuk filosisfi pelayanan, motto bekerja, visi,
misi, budaya kerja, tujuan dan strategi, serta membuat semua prosedur
tetap yang berkaitan dengan pelayanan laboratorium medis.
6. Pengembangan staf dan program pendidikan: dilakukan dengan cara
memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan, pelatihan, kursus,
seminar, lokakarya, simposium atau kongres dan berorganisasi profesi.
7. Evaluasi dan pengendalian mutu: dilakukan dengan membentuk Gugu
Kendali Mutu, melaksanakan Pengamatan mutu internal dan eksternal
regional maupun nasional.

Pembahasan dan Rekomendasi perbaikan


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
441/MENKES/PER/III/2010, laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan
informasi tentang perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Keberadaan
laboratorium klinik penting sebagai bagian dari perangkat penentu diagnosis, baik
penyakit tidak menular maupun panyakit menular, dan bukan hanya sekedar
penunjang diagnosis.
Hal ini penting terutama terkait kesiapsiagaan negara mengahadapi
Kejadian Luar Biasa (KLB) maupun prepandemik Penyakit Infeksi NewEmerging dan Re- Emerging (Pinere). Demikian juga perlunya standar kelaiakan
mutu bagi fasilitas laboratorium klinik untuk mendukung keberhasilan meluasnya
penyakit infeksi. Kontribusi yang diberikan adalah dengan memberikan hasil
diagnosis yang cepat, tepat, dan akurat, sehingga dapat diambil tindakan
pencegahan maupun pengobatan yang sesuai penyakitnya (KEMENKES-RI,
2012)
Laboratorium klinik berdasarkan jenis pelayanannya terbagi menjadi dua
yaitu laboratorium klinik umum dan laboratorium klinik khusus. Laboratorium
klinik umum merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
spesimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, dan imunologi klinik. Sedangkan laboratorium klinik khusus
adalah laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik
pada satu bidang pemeriksaan khusus dengan kemampuan tertentu. Laboratorium
klinik rumah sakit atau banyak dikenal sebagai Instalasi Laboratorium Klinik
(ILK) merupakan unit kerja di rumah sakit yang sering termasuk sebagai pusat
pendapatan atau bahkan pusat laba di rumah sakit. Intalasi ini dapat menjadi
penompang kemandirian rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta.

Laboratorium Kesehatan
Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia
atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan perorangan dan masyarakat.
Desain laboratorium minimal memiliki fasilitas sebagai berikut:

Mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara yang

adekuat.
Mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia yang berbahaya

yang dipakai.
Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar

gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.


Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat

yang aman dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung-bendung talam.


Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan

terpisah sejauh mungkin.


Tempat penyimpanan di disain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh

bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.


Harus tersedia alat pertolongan pertama pada kecelakaam (P3K)

Indikator Laboratorium Klinik


Menurut Kementrian Kesehatan (2012) Pengembangan indikator laboratorium
klinik dilakukan antara lain dengan mempertimbangkan keberadaan indikator
standar pelayanan minimum di rumah sakit, indikator akreditasi, dan ISO 15189.
Berikut penjelasan masing-masing indikator laboratorium klinik:
1.

Indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk laboratorium di rumah

sakit antara lain:


a. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium,
b. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
c. Peralatan laboratorium yang terkalibrasi tepat waktu.
2. Indikator kinerja laboratorium terkait akreditasi rumah sakit meliputi:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Keberadaan kebijakan mutu pelayanan


Prosedur tentang penanganan spesimen,
Prosedur pemeriksaan yang lengkap,
Prosedur verifikasi hasil pemeriksaan,
Prosedur pemeliharaan dan perbaikan
Peralatan laboratorium
Prosedur pengadaan dan penyimpanan bahan
Prosedur audit internal
Prosedur pengendalian dokumen
Prosedur pengamanan pada keadaan darurat
Prosedur penanganan limbah
Prosedur tindakan perbaikan

Indikator Laboratorium dalam ISO 15189 dapat diklasifikasikan ke dalam


kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Personil/Staf
Akomodasi dan kondisi lingkungan
Peralatan laboratorium
Prosedur sebelum pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan
Jaga mutu prosedur pemeriksaan
Prosedur pasca pemeriksaan
Laporan hasil

Pembahasan
Berdasarkan kasus yang telah diuraikan di atas terkait perbedaan dari hasil
pemeriksaan secara langsung oleh dokter penanggung jawab pasien dengan hasil
laboratorium yang dilakukan oleh dokter laboratorium, maka terdapat
kemungkinan kesalahan yang terjadi antara lain:
1. Dokter penanggung jawab pasien yang memeriksa secara langsung melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik salah menentukan diagnosis maupun
diagnosis banding penyakit yang diderita pasien
2. Dokter laboratorium yang memeriksa sampel

tidak

melakukan

pemeriksaan sesuai dengan standar operasional prosedur atau kesalahan


dalam interpretasi pemeriksaannya
3. Adanya miss communication antara dokter pemeriksa pasien dan dokter
pemeriksa sampel yang ada di laboratorium
Bila kedua pihak dokter baik yang sebagai pemeriksa pasien dan pemeriksa
sampel sudah melakukan tugas nya sesuai dengan kompetensi dan standar
operasional prosedur, maka menurut kami, kemungkinan letak masalahnya ada
pada poin 3 yaitu adanya miss communication antara dokter pemeriksa pasien dan
dokter pemeriksa sampel yang ada di laboratorium. Kelengkapan pengisian
formulir permintaan pemeriksaan sampel seperti: identitas pasien, jenis
pemeriksaan, diagnosis banding, dan lainnya harus diisi lengkap oleh dokter yang
meminta pemeriksaan tersebut. Sedangkan dokter pemeriksa sampel yang berada
di laboratorium harus melakukan pemeriksaan sesuai yang tertulis dalam formulir
permintaan sampel dan melakukan tinjuan ulang terhadap hasil pemeriksaan bila
terjadi kejanggalan dalam hasil pemeriksaan.

Rekomendasi
Sering kali antara keadaan klinis pasien dengan hasil laboratorium berbeda,
beberapa perbaikan yang mungkin harus dilakukan oleh unit laboratorium antara
lain:
1 Memperbaiki Prosedur pra Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien
dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan
mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
a Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh
dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk
menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu
persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti
pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas
pasien : nama, alamat / ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis /
diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan
yang sedang diberikan.
Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat
membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan khusus dan jangka panjang.
b Persiapan penderita
1 Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume
plasma

akan

berkurang.

Perubahan

volume

plasma

akan

mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma


dan jumlah sel / ul darah,
2 Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian
kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin
akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi

darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan


pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian
hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil
pemeriksaan hemostasis.
3 Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari
tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam
urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah
diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi
khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak
melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan
memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa
parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum
menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu
pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih
rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil
akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih
rendah dari tengah malam sampai pagi.
4 Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10
% demikian pula sebaliknya.
Hal lain yang penting pada

persiapan

penderita

adalah

menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai


sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau
keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
c Persiapan alat yang akan dipakai
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan
instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan
profesional dalam bekerja.
d Cara pengambilan sample
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan
pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan
santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan
identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang

akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan
mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
e Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi
sumber kesalahan ada disini.
2 Segera melakukan pemeriksaan setelah sampel diambil
Penundaan pengiriman sampel akan mempengaruhi hasil, seperti sampel
urin sebaiknya urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak
dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila
urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal
urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin
dan akan mempengaruhi hasil.
Sedangkan pada sampel darah akan mengakibatkan penurunan kadar
glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah
3

pengobatan pasien.
Kalibrasi peralatan harus tepat waktu
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan

untuk

mendapatkan

hasil

pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin hasil pamerikasaan.


Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru diinstall dan
diuji fungsi, dan selanjutnya dilakukan secara berkala sesuai instruksi
pabrik.
Kalibrasi peralatan dilakukan oleh teknisi penjual alat, petugas
laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih, atau oleh
instisusi yang berwenang.
4 Selalu mengecek tanggal kadaluwarsa tabung
Pemakaian tabung yang kadaluwarsa tidak disarankan, karena pada tabung
yang kadaluwarsa bias terjadi kehilangan daya vakum dan penurunan
fungsi dari zatanti koagulan.
5 Transportasi dan penyimpanan sampel harus sesuai prosedur
Transportasi dan penyimpanan sampel yang tidak sesuai prosedur dapat
menjadi sumber penyebab tidak layaknya sampel dilakukan pemeriksaan.
Merupakan hal yang penting untuk melakukan penanganan dan
transportasi sampel secara hati-hati. Penanganan yang kasar dan agitasi
dapat menyebabkan sampel menjadi hemolisis, mengaktifkan factor

pembekuan, dan mempengaruhi hasil test koagulasi. Tabung sampel


seharusnya ditransportasikan dalam posisi vertical dengan tutup stopper
berada di atas untuk mengurangi agitasi, mencegah terbentuknya bekuan
pada tabung serum dan mencegah kontak antara isi tabung dengan stopper
tabung. Darah yang terkena kontak dengan stopper dapat menjadi sumber
kontaminasi kuman. Tabung sampel darah ditempatkan dalam kantong
plastic selama transportasi. CLSI danb OSHA guidline merekomendasikan
tempat transportasi sampel memiliki logo biohazard, kedap cairan, dan
menyerupai kantong untuk meletakkan slip permintaan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI ISO 15189:2009. Tentang Laboratorium
Medik-Persyaratan Khusus Untuk Mutu Dan Kompetensi.
Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan Kementrian Republik Indonesia,
(2012). Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Direktorat Laboratorium Kesehatan, (2004). Tentang Pedoman Praktek
Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practice).
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit. Jakarta :
Direktorat Rumah Sakit. Khusus dan Swasta, Dit. Jen. Yanmedik.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit. Jakarta.
Depkes RI. 2003. Pelayanan Medik. Jakarta
Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

298/Menkes/SK/III/2008, Tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium


Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai