Disusun oleh:
Nungky K, S.Ked
20151030034
20151030035
20151030036
20151030037
20151030038
20151030039
20151030040
20151030041
20151030042
20151030043
20151030044
KASUS
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan untuk menunjang
diagnosis yang dibutuhkan dan diminta oleh dokter klinis baik dari unit penyakit
dalam, penyakit anak, bedah, obsgyn, dan lain-lain sebagai dokter penanggung
jawab pasien. Pemeriksaan yang diminta tentunya disesuaikan dengan indikasi
kemungkinan diagnosis yang ingin ditegakkan oleh masing-masing dokter klinis
tersebut. Namun, sering kali muncul masalah ketika hasil pemeriksaan
laboratorium yang diminta oleh seorang dokter penanggung jawab pasien tersebut
tidak sesuai dengan duagaan diagnosis nya. Sehingga, sering kali saling
menyalahkan diantara spesialis satu dengan yang lain dalam satu profesi. Dari
pihak dokter penanggung jawab pasien yang meminta pemeriksaan laboratorium
sering menduga adanya kesalahan dalam pemeriksaan sehingga hasil nya tidak
sesuai dengan dugaan yang terkait dengan diagnosis nya. Sedangkan dari pihak
dokter spesialis patologi klinik yang bertanggung jawab atas pemeriksaan
laboratorium yang diminta berpendapat bahwa hal tersebut sangat mungkin terjadi
karena banyak factor yang mempengaruhi dan menganggap dokter pemeriksa
pasien tersebut tidak tahu secara detail tentang patologi klinik, terkait sangat
mungkinnya terjadi banyak reaksi yang kompleks dalam suatu sampel.
Dapat diambil contoh kasus dengan DD Anemia. Dokter Sp.PD membuat
diagnosis pada pasiennya suspect Anemia berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan yang mendukung kea rah diagnosis tersebut. Selanjutnya, dokter
tersebut meminta pemeriksaan Hemoglobin untuk pasien tersebut ke unit
Laboratorium. Namun dari hasil laboratorium yang dibawah tanggung jawabnya
adalah dokter Sp.PK, hasil pemeriksaan Hemoglobin nya masih dalam batas
normal. Perbedaan antara dugaan diagnosis dan hasil laboratorium antara kedua
dokter tersebut masih sering terjadi di Rumah Sakit Kota Yogyakarta.
Isdarwati
dr. Endang Widiastuti
dr. Edi Rochmad
dr. Lisa Murtisari dengan didampingi oleh dokter spesialis rujukan yang
berfungsi sebagai konsultan bidang patologi klinik yaitu dr. Sukarno,
DMM, Sp.PK(K)
5. dr. Bambang Eko Broto Hari Utomo, Sp.PK merangkap sebagai Staf
Medis Fungsional Patologi Klinik hingga sekarang.
Perubahan teknologi, manajemen, dan keilmuan bidang kedokteran
laboratorium mendorong untuk perubahan Laboratorium yang pada masa lalu
merupakan laboratorium sederhana selanjutnya akan mengikuti standar Rumah
Sakit kelas B yang menjadi Laboratorium Rumah Sakit sesuai buku Pedoman
Pengelolaan Laboratorum Klinik Rumah Sakit. Laboratorium Klinik Rumah Sakit
meliputi instalasi-instalasi:
1. Instalasi Patologi Klinik dibidang pengukuran produk tubuh, respon imun,
dan deteksi infeksi (termasuk parasit) dengan berbagai metode.
2. Instalasi Patologi Anatomi dibidang Patologi Anantomi (Sitologi dan
jaringan anatomi) yang dilihat secara mikroskopis dan berbagai
metodenya.
3. Instalasi Mikrobiologi Klinik di bidang penumbuhan dan deteksi kuman
khususnya jamur, bakteri, virus dengan berbagai metode dan sensitivitas
Kualifikasi
Strata-2 Spesialis Patologi
Medis Fungsional
Staf Medis Fungsional
1 orang
Klinik
Strata-2
Analis Kesehatan
17 orang
Mikrobiologi Klinik
Diploma-3
Analis
Perawat
Admin
3 orang
2 orang
Kesehatan
Diploma-3 Keperawatan
Diploma-3 (1 orang)
Spesialis
Diploma-1 (1 orang)
Standar Kemampuan
Rumah Sakit Kota Yogyakarta memiliki standar kemampuan yang harus dimiliki
oleh beberapa profesi yang terlibat dalam unit laboratorium itu sendiri, yaitu:
1. Bidang profesi kedokteran: menganalisis dan menginterpretasikan hasil
pemeriksaan laboratorium. Membantu menegakkan diagnosis klinis,
merumuskan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan penentuan
diagnosis, evaluasi terapi, prognosis dan pencegahan penyakit melalui
pendekatan laboratorik. Menjelaskan limitasi teknik pemeriksaan yang
digunakan. Meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium dan
memilih jenis uji yang tepat.
2. Bidang teknik melaksanakan pemeriksaan laboratorik yang memerlukan
keahliannya baik mikroskopik, manual dan otomatis. Identifikasi dan
menyelesaikan masalah teknik, metodologi, peralatan, reagensia, sampel
mutu
laboratorium
medis
menjadi
penilaian
pokok
bagi
Standar Pelayanan
Pelayanan instalasi patologi klinik dilaksanakan berdasarkan standar sebagai
berikut:
1. Filosofi dan tujuan: bekerja melaksanakan analisis laboratorik dan analisis
medik secara profesional dan bermutu sesuai kebutuhan pengguna jas.
2. Administrasi dan manajemen dilaksanakan sengan membuat organisasi
laboratorium atau instalasi patologi klinik dan ketugasan yang jelas bagi
masing-masing tenaa medis dan paramedis yang bekerja di laboratorium
medis
3. Pimpinan dan staf instalasi patologi klinik: pelayanan dipimpin oleh
seorang dokter patologi klinik. Staf instalasi patologi klonik terdiri atas
staf aministrasi dan staf fungsional atau paramedis yang terdiri atas
perawat,
pranata
laboratorium
kesehatan
terampil
dan
pranata
Laboratorium Kesehatan
Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia
atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan perorangan dan masyarakat.
Desain laboratorium minimal memiliki fasilitas sebagai berikut:
adekuat.
Mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia yang berbahaya
yang dipakai.
Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Personil/Staf
Akomodasi dan kondisi lingkungan
Peralatan laboratorium
Prosedur sebelum pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan
Jaga mutu prosedur pemeriksaan
Prosedur pasca pemeriksaan
Laporan hasil
Pembahasan
Berdasarkan kasus yang telah diuraikan di atas terkait perbedaan dari hasil
pemeriksaan secara langsung oleh dokter penanggung jawab pasien dengan hasil
laboratorium yang dilakukan oleh dokter laboratorium, maka terdapat
kemungkinan kesalahan yang terjadi antara lain:
1. Dokter penanggung jawab pasien yang memeriksa secara langsung melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik salah menentukan diagnosis maupun
diagnosis banding penyakit yang diderita pasien
2. Dokter laboratorium yang memeriksa sampel
tidak
melakukan
Rekomendasi
Sering kali antara keadaan klinis pasien dengan hasil laboratorium berbeda,
beberapa perbaikan yang mungkin harus dilakukan oleh unit laboratorium antara
lain:
1 Memperbaiki Prosedur pra Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien
dan dokter. Hal ini karena tanpa kerjasama yang baik akan
mengganggu /mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
a Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh
dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk
menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu
persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti
pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas
pasien : nama, alamat / ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis /
diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan
yang sedang diberikan.
Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat
membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat
pengobatan khusus dan jangka panjang.
b Persiapan penderita
1 Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume
plasma
akan
berkurang.
Perubahan
volume
plasma
akan
persiapan
penderita
adalah
akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan
mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
e Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi
sumber kesalahan ada disini.
2 Segera melakukan pemeriksaan setelah sampel diambil
Penundaan pengiriman sampel akan mempengaruhi hasil, seperti sampel
urin sebaiknya urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak
dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila
urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal
urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin
dan akan mempengaruhi hasil.
Sedangkan pada sampel darah akan mengakibatkan penurunan kadar
glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah
3
pengobatan pasien.
Kalibrasi peralatan harus tepat waktu
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan
untuk
mendapatkan
hasil
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI ISO 15189:2009. Tentang Laboratorium
Medik-Persyaratan Khusus Untuk Mutu Dan Kompetensi.
Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan Kementrian Republik Indonesia,
(2012). Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Direktorat Laboratorium Kesehatan, (2004). Tentang Pedoman Praktek
Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory Practice).
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit. Jakarta :
Direktorat Rumah Sakit. Khusus dan Swasta, Dit. Jen. Yanmedik.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Laboratorium Rumah Sakit. Jakarta.
Depkes RI. 2003. Pelayanan Medik. Jakarta
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor