Pertama – tama kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmatnya dan karunia-Nya kami dapat menyusun dan meyelesaikan
Pendoman Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik RSUD Embung Fatimah Kota
Batam.
Kepada penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
pedoman pelayanan inin, Kami menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang
setinggi – tinginya. Saran dan kritik sangat kami harapkan dalam penyempurnaan
pedoman pelayanan laboratorium ini di masa yang akan dating. Semoga pedoman ini
bermamfaat bagi kita dalam melaksanakan praktek profesinya
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. Tujuan Pemeriksaan Laboratorium :
2
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
RSUD EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM
A. VISI
B. MISI
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tersusunya pedoman pelayanan laboratorium untuk dapat gunakan sebagai
pedoman pemeriksaan bagi petugas teknis laboratorium di RSUD Embung
Fatimah Kota Batam
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan pelayanan teknis laboratorium khususnya dalam
melakukan praktek laboratorium klinik yang baik dan benar dalam prosedur
pra-analitik, analitik dan pasca-analitik sehingga dapat meningkatkan mutu
hasil pemeriksaan
b. Terwujudnya kesamaan metode pemeriksaan-pemeriksaan di laboratorium
klinik
3
D. SASARAN
Pedoman Pelayanan laboratorium ini ditujukan untuk petugas teknis
laboratorium kesehatan RSUD Embung Fatimah Kota Batam
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Kunsumen
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah
daerah Kabupaten/Kota
6. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
411/Menkes/Per/III/2010 Tentang Laboratorium Klinik
7. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 364/MenKesK/III/2003 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
8. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Laboratorium Kesehatan
9. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1267/MenKes/SK/XII/2004 Tentang
Standar Pelayanan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
10. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1224/Menkes/SK/XI/2007 Tentang Pedoman Klasifikasi dan Kodefikasi Jenis
Pemeriksaan, Spesimen, Metode Pemeriksaan Laboratorium Kesehatan.
11. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
605/Menkes/SK/VII/2008 Tentang Standar Balai Laboratorium Kesehatan
Dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan
4
BAB III
PERALATAN LABORATORIUM
A. DASAR PEMILIHAN
Beberapa factor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat yaitu :
1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen dan
volume spesimen dan jumlahpemeriksaan
2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas
yang tersedia sepertinya luas ruangan, Fasilitas listrik dan air yang ada,
serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan.
3. Tenaga yang ada
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen dengan kualifikasi tertentu yang
dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.
4. Reagen yang dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen dipasaran dan kontinuitas
distribusi dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan pula,
apakah sistem tertutup atau terbuka. Pada umumnya sistem tertutup lebih
mahal dibandingkan dengan sistem terbuka.
5. Sistem Alat
Perlu dipertimbangkan antara lain :
a. Alat tersebut mudah dioperasikan
b. Alat memerlukan perawatan khusus
c. Alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap
minggu atau hanya tiap bulan bahkan hanya 1 tahun sekali
6. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analisys cost-benefit, yaitu
seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan,
termasuk di dalam biaya operasi alat
7. Terdaftar di Departemen Kesehatan
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar di Departemen Kesehatan
dan mendapat izin edar.
5
B. PEMILIHAN PEMASOK/VENDOR
Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Mempunyai reputasi yang baik
2. Memberikan fasilitas uji fungsi
3. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting
4. Memberikan pelayanan purna jual yangterjamin, antara lain mempunyai
teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh
5. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat , pemeliharaan
dan perbaikan sederhana.
6. Mendaftar peralatan di Departemen kesehatan
6
Contoh Formulir Pemeliharaan Alat :
Penanggung Jawab
(…………………….)
7
Beberapa jenis Peralatan Laboratorium yang perlu mendapat perhatian
adalah :
1. Alat Gelas :
a. Tabung yang dipakai harus selalu bersih
b. Untuk pemakian ulang, cuci alat gelas dengan deterjen ( sedapanya netral)
dan oksidan (hipoklorit) kemudian bilas dengan aguades.
3. Elisa set
b. Lakukan kalibrasi linearitas alat, stabilitas pembacaan dan ketepatan
pembacaan.
c. Kalibrasi dilakukan pada saat pertama kali dipakai, penggantian lampu
secara periodic untuk memastikan ketepatan pembbacaan.
4. Fotometer / Spektrofotometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing-masing jenis fotometer
b. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5 – 30 menit (tergantung jenis alat),
supaya cahaya lampu menjadi stabil.
c. Kuvet (tergantung Jenisnya) harus tepat meletakkanya, Sisi yang dilalui
cahaya harus menghadap kea rah cahaya. Bagian tersebut harus bersih,
tidak ada bekas tangan goresan ataupun embun. Untuk menghindari hal
tersebut pegang kuvet diujung dekat permukaan.
d. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapatmelalui isi kuvet.
e. Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet
f. Untuk enzimatik, kuvet harus diinkubasi pada suhu yang sesuai dengan
suhu pemeriksaan.
g. Fotodetektor harus dijaga kebersihanya dengan cara membersihkan
permukaanya dengan alcohol 70 %
8
5. Inkubator
a. Bagian dalam incubator dan rak harus dibersihkan secara teratur dengan
desinfektan.
b. Suhu dicatat setiap pagi hari untuk incubator yang dinyalakan terus
menerus atau sebelum dan sesudah digunakan.
c. Suhu yang tertera pada alat harus dikalibrasi secara rutin untuk
mengetahui keakuratanya.
6. Kamar Hitung
a. Kaca penutup yang digunakan harus bersih darijamur dan partikel debu
b. Tidak ada garis-garis pada kamar hitung
c. Kamar hitung dan penutupnya harus kering karena jika basah dapat
menyebabkan sel darah akan pecah sehingga sel darah yang dihitung
akan berkurang.
d. Kaca penutup yang digunakan harus tipis
e. Pengisian kamar hitung dilakukan secara horizontal
f. Tidak boleh adanya gelembung udara pada saat pengisian kamar hitung
g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau
dengan detergen encer.
h. Bila masih kotor rendam dengan detergen kemudian bilas dengan air
bersih
7. Lemari Es
a. Menggunakan lemari es dan freezer khusus untuk laboratorium
b. Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian belakang es
masih longgar auntuk aliran udara dan fasilitas kebersihan kondensor.
c. Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah keluarnya udara
dingin dari bagian pendingin
d. Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari.
e. Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang
dikalibrasi, misanya 8°C, -20°C atau -76°C.
8. Mikroskop
a. Letakan mikroskop ditempat yang datar dan tidak licin
b. Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau tissue setiap selesai bekerja,
jangan membersihkan dengan alcohol
9
c. Jangan meyentuh lensa dengan jari
d. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif, karena
kotoran akan mudah masuk
e. Pada saat mikroskop disimpan, lensa obyektif tidak boleh berada pada
satu garis kondensor karena mengakibatkan lensa pecah
f. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabanya
9. Otoklaf (Autoclave)
a. Bagian bawah otoklaf harus terisi air bebas mineral sampai setinggi
penyangga
b. Pastikan air cukup selama proses kalibrasi
c. Pastikan otoklaf tertutup dan karet pengunci terpasang dilekukanya
d. Katup udara keluar harus terbuka
e. Pastikan pemanas (elektrik, gas atau kerosene) hidup.
f. Pastikan proses selesai sebelum melepas tuttup dan membuka.
g. Pastikan bahan yang disterilkan cukup lama didiamkan sampai dingin
h. Catat suhu, tekanan dan waktu setiap digunakan.
10. Oven
a. Bagian luar oven harus dibersihkan sekurang-kuranya setiap bulan
b. Pintu oven baru boleh dibuka setelah suhu turun sampai 40°C.
c. Catat suhu dan waktu setiap digunakan.
10
13. Rotator
Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar diberi pelumas
secara teratur
14. Sentrifus
a. Leatakan sentrifus di tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran yang sesuai dengan tiap sentrifus.
c. Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan.
d. Pastikan penutup telah menutup dengan baik dan kencang sebelum
sentrifus dijalankan.
e. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang diperlukan.
f. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara aneh.
g. Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
h. Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-benar berhenti.
11
Tabel Pemilaharaan Alat
Sentrifus Bersihkan dinding dalam dengan Tiap hari atau tiap kali
desinfektan misalnya : alkohol tabung pecah
Pipet gelas Setelah direndam dalam larutan antiseptic Tiap kali pakai
cuci
Fotometer Periksa kebersihan kuvet (cuci dengan air Tiap hari dan tiap akan
aquades, air demineral atau air suling) melakukan analisis
Rendam kuvet dalam larutan extran 5 % Tiap minggu
Bersihkan fotodetektor Tiap hari
Kamar hitung Bersihkan menurut cara yang benar Tiap kali selesai dipakai
Penangas air Bersihkan didnding bagian dalam dang anti Tiap bulan
air Tiap hari
Tiap pemakian
Periksa ketinggian air
Periksa Suhu
12
E. PEMECAHAN MASALAH ( TROUBLESHOOTING) KERUSAKAN ALAT
Troubleshooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya
penempilan alat yang tidak memuaskan, dan cara memilih penanganan yang
benar untuk mengatasinya.
1. Tetaplah tenang dan berfikirlah dengan jernih.
2. Pastikan masalahnya, jangan membuat asumsi tentang kemungkinan
permasalahan.
3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor/atasan atau
hubungi agen untuk menanyakan masalah tersebut.
4. Tempelkan label bahwa alat rusak.
5. Catalah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus seperti
formulir dibawah ini.
13
Contoh : FORMULIR PENCATATAN PERBAIKAN ALAT
Alat :
Merk/Tipe dan No. seri :
Ruang :
Penanggung Jawab
(……………………..)
14
F. KALIBRASI PERALATAN
Kalibrasi alat sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
laboratorium yang terpercaya. Kalibrasi alat dilakukan pada saat awal, ketika alat
baru di instal dan diuji fungsi dan selanjutnya dilakukan sekala berkala. Kalibrasi
dapat dilakukan oleh teknis penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki
kompetensi dan pernah dilatih atau institusi yang berwenang.
Kalibrasi alat dilakukan secara berkala dan dibuktikan memenuhi syarat standar
laboratorium
15
BAB IV
BAHAN LABORATORIUM
A. DASAR PEMILIHAN
Memilih bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
7. Kebutuhan
8. Produksi pabrik yang telah dikenal dan mempuyai sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi
9. Deskripsi lengkap dari bahan atau produk
10. Mempunyai masa kadaluarsa yang panjang
11. Volume atau isi kemasan
12. Digunakan untuk pemakian ulang atau sekali pakai
13. Mudah diperoleh di pasaran
14. Besanya biaya tiap satuan (nilai ekonomis)
15. Pemasok/vendor
16. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
17. Pelayanan purna jual
18. Terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Ditjen Yanfar
dan Alkes DepKes
B. JENIS / MACAM
1. Reagen
a. Reagen basah
Bentuknya bisa berupa liofilisit, bubuk dan siap pakai
b. Reagen Kering
Bentuknya bisa berupa cip, strip, catridge yang siap pakai. Perlu
diperhatikan kelebihan dan kekurangan dari masing-masingjenis reagen
KONDISI REAGEN
Hal yang perlu di perhatikan adalah :
1. Ijin edar dari Kentrian Kesehatan RI
2. Etiket/label/wadah
3. Perhatikan tanggal produksi, nomor batch
16
4. Batas kadaluarsa
5. Perhatikan stabilitas reagen, untuk reagen yang sudah dibuka masa
stabilitanya menjadi lebih pendek.
6. Keadaan fisik dari reagen
7. Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna
8. Suhu penyimpanan
2. BAHAN KONTROL
Bahan control adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan
suatu hasil pemeriksaan di laboratorium.
Bahan control dapat dibedakan berdasarkan :
1. Sumber bahan control
Dari sumbernya bahan control dapat berasal dari manusia, hewan atau
bahan kimia murni
3. Cara Pembuatan
Bahan control dapat dibuat sendiri atau dibeli dalam bentuk jadi.
a. Buatan Sendiri :
1. Bahan control yang dibuat sendiri disebut serum kumpulan (pooled
sera). Serum kumpulan merupakan campuran dari sisa bahan sisa
serum pasien yang sehari-hari dikirim ke laboratorium.
Keuntungan dari serum kumpulan ini antara lain : mudah didapat,
murah , bahan berasal dari manusia, tidak perlu dilarutkan dan
laboratorium mengetahui asal bahan control. Kekurangan dari
serum kumpulan adalahh merepotkan analis untuk membuatnya,
harus membuat kumpulan khusus untuk enzim, cara
penyimpangan mungkin sukar bila kondisi suhu -70°C (deep
freezer) tidak ada atau terlalu kecil dan analisis statistic harus
dikerjakan tiap 3 – 4 bulan.
Serum yang dipakai harus memenuhi syarat yaitu tidak boleh ikterik
atau hemolitik.
17
Pembuatan dan pemeriksaan bahan kontrol ini harus dilakukan
hati-hati sesuai dengan pedoman keamanan laboratorium, karena
bahan ini belum tentu bebas dari HIV, HBV, HCV dan lain-lain
2. Bahan control yang dibuat dari bahan kimia murni disebut larutan
spikes
3. Bahan kontol yang dibuat dari lisat disebut hemolosat
4. Kuman kontrol yang dibuat dari strain murni kuman
2. Kontrol asssyed
Bahan control yang memiliki diketahui nilai rujukan serta batas
toleransi menurut metode pemeriksanya. Harga bahan control ini
lebih mahal.
Untuk laboratorium kecil, penggunaan bahan control ini ada
baiknya karena bila membuat sendiri dengan serum akan mahal.
Bila diinginkan, bahan kontrol ini dapat digunakan disamping bahan
kontrol unassayed setiap 2 – 4 minggu. Bahan kontrol ini dapat
digunakan untuk akurasi dan presisi
3. BAHAN STANDAR
Bahan standar adalah zat yang kosentrasinya atau kemurnianya diketahui
dan diperoleh dengan cara penimbangan.
Ada 2 mancam jenis Standar yaitu :
a. Standar Primer
Standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya, yang menjadi
standar untuk semua zat lain. Kemurnian standar primer ini lebih dari 99
%, bahkan banyak kemurnianya 99,9%. Kemurnian standar primer dapat
dilihat dari sertifikat analisis.
b. Standar Sekunder
Standar sekunder merupakan zat yang kosentrasinya dan kemurnianya
ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan terhadap standar
primer.
4. MEDIA
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai
untuk menunbuhkan kuman.
Syarat media :
a. Harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroba
b. Harus mempunyai tekanan osmose, tegangan muka dan pH yang sesuai
c. Tidak mengandung zat-zat penghambat
d. Harus Steril
Jenis Media :
a. Susunan Kimia
1. Media anorganik ; media dari bahan-bahan organik misalnya: silika
gel
2. Media organik: media dari bahan organik
3. Media Sintesis : Media buatan sendiri dengan ramuan tertentu
4. Media non sintetis : media alamiah misanya wortel, kentang dan lain-
lain
b. Kepadatan
1. Media cair : air pepton, Tarozzi
2. Media setengah padat misalnya SIM, Carry & Blair
3. Media Padat ( Solid Media) misanya media wortel, media kentang
c. Fungsi
Menurut fungsinya media terdiri dari :
1. Media transfor : digunakan untuk mengirim spesimen dari suatu
tempat ke laboratorium.
2. Enrichment media: media untuk memperbanyak bakteri
3. Enrichment exclusive media : media untuk memperbanyak segolongan
bakteri
4. Exclusive media : media yang hanya ditumbuhi segolongan bakteri
saja
5. Media universal : media yang dapat ditumbuhi semua bakteri
6. Selective media : media untuk membedakan golongan bakteri
7. Media identifikasi : media untuk mentukan 1 jenis bakteri
d. Cara Pembuatan
1. Buatan Sendiri :
a. Dari bahan dasar
b. Dari media dehidrasi
2. Media Jadi (komersial)
C. PENGAMBILAN SPESIMEN
a. Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan tertentu pasien harus puas selama 8 12 jam sebelum darah
diambil
3. Menghindari obat-obatan
4. Untuk pemeriksaan spesiemen darah, tidak minum obat 24 jam sebelum
pengambilan spesimen.
5. Apabila pemberian obat tidak mungkin dihentikan, harus diinformasikan
kepada petugas laboratorium misalnya : sebelum pemeriksaan gula 2
jam pp pasien minum obat antidiabetes
6. Menghindari aktifitas olah raga sebelum spesimen diambil
7. Perhatikan posisi tubuh untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
tubuh dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenag sekurangnya
15 menit sebelum diambil darah.
8. Perhatikan variasi diurnal (perubahan kadar analit sepanjang hari)
pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal antara lain : ACTH, Renin
dan Aldosteron
c. Pengambilan spesimen
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat :
a. Bersih
b. Kering
c. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
d. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat yang ada pada
spesimen
e. Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
2. Wadah
a. Terbuat dari gelas plastik
b. Tidak bocor atau tidak merembes
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
e. Bersih
f. Kering
g. Tidak mempengaruhi sifat zatdalam spesimen
h. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
i. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
karena terurai karena sinar matahari, maka perlu digunakan botol
berwarna coklat (inaktinis)
3. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah
sampel darah membeku. Antikoagulan yang dipakai harus memenuhi
persyaratan yaitu tidak menggangu atau mengubah kadar zat yang
diperiksa.
Beberapa antikoagulan yang dipakai di laboratorium antara lain :
a. EDTA ( Ethylene Diamine Tetraacetic Acid )
Antikoagulan ini lebih banyak digunakan pada pemeriksaan
hematologi. Kosentrasi yang digunakan adalah 1-2 mg/ml darah.
b. Na fluoride – Oksalat
Antikoagulan ini banyak dipakai pada pemeriksaan gula darah.
Kosentrasi : 4.5 mg/ml darah
c. Sitrat 3.8 %
Antikoagulan ini dipakai pada pemeriksaan hemostasis darah (PT
dan APTT) dengan kosentrasi 1 : 9
d.Heparin
Antikoagulan ini banyak digunakan pada pemeriksaan kimia.
Kosentrasi yang umum digunakan adalah 0,2 mg/ml darah.
Kalsium sitrat heparin dengan kosentrasi 40 – 60 IU/ml darah
(heparin kering).
Dan 8 – 12 IU/ml darah (heparin cair) direkomendasikan untuk
penentuan ion kalsium
e. Toluen
Antikoagulan yang dipakai untuk pemeriksaan urinalisa.
Kosentrasi : 2-5 ml/urin
4. Waktu
Sebaiknya pengambilan spesimen pada pagi hari
5. Lokasi
Lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan
yang diminta.
6. Volume
Volume yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta.
7. Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan benar, agar
spesimen terwakili keadaan yang sebenarnya.
. D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemebrian identitas dilakukan terhadap pasien dan spesimen, yaitu pada saat
pengisian surat pangantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran,
pengisian label wadah spesimen.
Pada surat pangantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebainya
memuat secara lengkap :
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien
4. Identitas dariyang meminta pemeriksaan
5. Nomor laboratorium
6. Diagnosa/keterangan klinik
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis spesimen
10. Volume spesimen
11. Nama pengambil spesimen
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus
memperhatikan :
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan nomor pasien
3. Jenis spesimen
E. PENGOLAHAN SPESIMEN
Beberapa contoh pengolahan spesimen sebagai berikut :
1. Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-
balik tabung kira-kira 12 kali secara perlahan dan merata.
2. Serum
a. Barkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30
menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit.
b. Pemisahan serum dilakukan kurang dari 2 jam setelah pengambilan
spesiemen, kecuali untuk pemeriksaan gula darah pemisahan dilakukan
kurang dari 30 menit setelah darah membeku.
c. Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik)
3. Plasma
a. Campur darah dengan antikoagulan (EDTA, heparin atau NaF) dengan
segera secara perlahan.
b. Pemisahan plasma dilakukan kurang dari 2 jam setelah pengambilan
spesiemen, kecuali untuk pemeriksaan gula darah pemisahan dilakukan
kurang dari 30 menit setelah darah membeku
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik)
F. PENYIMPANAN SPESIMEN
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesiemen dapat berubah.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain :
1. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
2. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
3. Terjadi penguapan
4. Pengaruh suhu
5. Terkena paparan sinar matahari
Spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan memperhatikan
jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan beberapa
spesiemen untuk beberapa pemeriksaan laboratorium harus memperhatikan
jenis spesimen, antikoagulan/pengawet, wadah dan stabilitanya.
Beberapa cara penyimpanan spesimen :
1. Disimpan pada suhu kamar.
2. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2°C - 8°C.
3. Dibekukan pada suhu -20°C, -70°C atau -120°C (jangan sampai terjadi beku
ulang).
4. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
G. PENGIRIMAN SPESIMEN
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang relative stabil.
Persyaratan pengiriman anatara lain :
1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesiemen
2. Tidak terkena sinar matahari langsung
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan pemeriksaan Infeksius”
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat
5. Penggunaan media transfor untuk pemeriksaan mikrobiologi.
BAB V
METODE PEMERIKSAAN
A. DASAR PEMILIHAN
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode yaitu :
1. Tujuan pemeriksaan
Tujuan untuk melakuakn suatu pemeriksaan antara lain untuk uji saring,
diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap tujuan
pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-beda
sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai
sensitivitas dan spesivisitas yang berbeda-beda pula.
a. Sensitifitas
Dikenal sensitivitas klinik dan sensitivitas analitik
Sensitivitas klinik adalah : persentase hasil positif diantara pasien-pasien
yang berpenyakit
b. Spesifisitas
Spesifisitas adalah persentase hasil negtif sejati diantara pasien-pasien
yang sehat
Spesifisitas klinis = Negativitas di antara yang sehat
B. EVALUASI
Metode yang digunakan perlu dikaji ulangg secara periodic mengigat :
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu.
2. Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memilikii makna klinis
sebagaimana dibutuhkan.
C. VERIFIKASI HASIL
Verifikasi adalah upaya pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan laboratorium mulai dari pra analitik. Analitik dan pasca analitik dengan
melakukan pengecekan setiap tidakan/proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Pra analitik
a. Formulir permintaan pemeriksaan sebaiknya memuat secara lengkap:
- Tanggal permintaan
- Tanggal dan Jam pengambilan spesimen
- Identitas pasien
- Identitas dari yang meminta pemeriksaan
- Nomor laboratorium
- Diagnosa/keterangan klinik
- Obat yang telah diberikan dan lama pemberian
- Pemeriksaan laboratorium yang diminta
- Jenis speseimen
- Volume spesimen
- Nama pengambil spesimen
b. Persiapan pasien:
Disesuaikan dengan persyaratan pengambilan darah menurut jenis
pemeriksaan
c. Pengambilan dan penerimaan spesimen:
1. Dokumentasi pengambilan spesimen
- Verifikasi identitas pasien dan jenis pemeriksaan
- Verifikasi jam pengambilan spesimen
- Informed consent secara lisan
2. Cara pengambilan spesimen yang benar
3. Harus memperhatikan stabilitas spesimen dan cara transfortasi
d. Penanganan spesimen:
- Tehnik pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan
- Kondisi penyimpanan spesimen sudah tepat
- Penanganan spesimen benar untuk pemeriksaan khusus
- Kondisi pengiriman spesimen sudah tepat
2. Analitik
a. Persiapan pasien
- Reagen memenuhi syarat
- Masa kadaluarsa tidak terlampaui
- Cara pelarutan atau pencampuran sudah benar
- Cara pengenceran sudah benar
- Pelarutnya memenuhi syarat
- Penyimpanan dan stabilitas reagen
d. Pemeriksaan
Alat / instrumen berfungsi dengan baik ( terkalibrasi )
e. pembacaan hasil
Perhitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian sudah benar, apabila
menggunakan faktor perlu penilaian berkala terhadap faktor yang
digunakan
3. Pasca analitik
Pelaporan hasil :
- Tidak salah transkrip
- Hasil harus terbaca dengan jelas
- Nilai rujukan harus disesuaikan dengan metode yang digunakan
- Pemberian tanda untuk hasil pemeriksaan di luar rentang nilai rujukan
- Catatan/komentar keahlian bila perlu
D. VALIDASI HASIL
Validasi adalah upaya yang dilakukan untuk memantapkan kualitas hasil
pemeriksaan
1. PMI ((Pemantapan Mutu Internal)
2. Kesesuaian hasil terhadap parameter lain
3. Kesesuaian hasil dengan keadaan klinis pasien
G. NILAI KRITIS
Nilai Kritis adalah suatu hasil pemeriksaan Laboratorium yang menunjukan
keadaan phatologis diluar normal dan berpotensi membahayakan keselamatan
jiwa bila tidak ditindaklanjuti dengan cepat dan dilakukan tindakan koreksi tertentu
berdasarkan hasil tersebut.
MUTU LABORATORIUM
A. PEMANTAPAN MUTU
Demi menjamin tercapainya dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa standar/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan
pedoman kerja bagi tenaga pelaksana, Pemantapan mutu (quality assurance)
laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan pemantapan
mutu (quality assurance) terdiri dari :
5) Kalibrasi Peralatan
Salah satu factor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala sesuai dengan petunjuk
pabrikan. Kaibrasi peralatan untuk alat yang dikeluarkan oleh pabrik
tertentu dapat dilakukan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut.
Untuk alat-alat yang tidak dikeluarkan oleh pabrik tertentu dilakukan oleh
badan/institusi yang berwenang.
Kalibrasi dilakukan dengan kalibrator, dilakukan pertama kali alat
dioperasikan, secara berkala, bila control tidak memenuhi syarat atau
pada saat setelah perbaikan alat. Dapat dikerjakan sendiri atau dengan
bantuan pemasok (vendor)
6) Pemilihan metode pemeriksaan
1. menggunakan metode pemeriksaan yang sudah baku, dan dianjurkan
oleh Badan/Lembaga Internasional
2. Menggunakan reagensia yang stabil
3. Reagen mempunyai nilai sensitivitas dan spesivitas yang baik
4. Sebaiknya digunakan metode yang mudah dilakukan
5. Periksa adanya kesinambungan dari reagen
b. Kontol Analitik
Monitoring proses analitik yaitu dengan melakukan uji ketelitian dan
ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol. Dalam penggunaan
bahan kontrol, pelaksanaanya harus diperlakukan sama dengan bahan
pemeriksaan spesimen, tanpa perlakuan khusus baik alat, reagen
maupun tenaga pemeriksa.
Dalam melaksanakan uji ketelitian dan ketepatan ini digunakan bahan
control assayed, sekurang-kurangnya digunakan 2 bahan control dengan
kadar yang berbeda ( normal dan abnormal).
Untuk menilai hasil pemeriksaan yang dilakukan terkontrol atau tidak.
Digunakan Chard Levey-Jennings dan atauran Westgrad. Sistem ini
bertujuan untuk memonitor variasi yang timbul selama pemeriksaan, baik
variasi sistemik maupun random.
Kegiatan yang harus dilakukan pada pengujian ini adalah :
13. Periode pendahulu
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan
untuk pemeriksaan selanjutnya
Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang
pemeriksannya. Untuk pemeriksaan Kimia Klinik dan Hematologi
Caranya adalah :
a. Periksa bahan control bersamaan dengan pemeriksaan spesimen
setiap hari kerja diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja. Apabila
belum diperoleh, dapat menggunakan nilai control dari pabrik.
b. Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam
formulir periode pendahulu Contoh formulir periode pendahulu
FORMULIR 1
PERIODE PENDAHULU
Uji Ketelitian – Ketepatan
Bulan : Tahun :
Parameter :
Tanggal n X X- X (X– XX ) 2 Metode :
Bahan kontrol :
1
Batas Kadaluarsa :
2 No. Batch/Lot :
Rentang Nilai Kontrol (pabrik)
3
Satuan :
4 1. Nilairata-rata (X)
5
∑ X1
6 X = =
7 n
8
9 14. DeviasiStandar(SD)
10
11
12
13
15. Koefesien Variasi (CV)
14
SD. 100 %
15 CV = =
16 X
17 4. Batas
18 peringatan
19 atas X + 2 SD =
20
bawah X - 3 SD =
21
22
23 . 5. Batas kontrol
24 atas X + 3 SD =
25
bawah X - 3 SD =
∑X1 ∑(X1 -- X)
…………, ………………20…….
Catatan ……………………….
……………………… …………………………
……………………… …………………………
……………………… ………………………… (………………………)
f. Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya
(mean),standar deviasi (SD), Koefisien Variasi (CV), batas
peringatan (mean ± 2SD) dan batas control (mean ±3SD).
g. Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean ±3SD.
Bila ada nilai tersebut dihilangkan atau tulis kembali nilai
pemeriksaan yang masih ada kedalam formulir A periode
pendahulu, kemudian hitung kembali nilai mean, SD, CV, mean
±2SD, mean ±3SD. Nilai mean dan SD yang diperoleh ini dipakai
sebagai nilai rujukan pada periode control
2. Periode Kontrol
Periode kontrol adalah periode untuk menentukan baik atau tidaknya
pemeriksaan hari
a. Periksa bahan control setiap hari kerja atau pada hari parameter
tersebut diperiksa
b. Catat nilai yang di peroleh pada formulir periode control. Contoh
formulir periode control dapat dilihat pada formulir 2
c. Hitung penyimpangan terhadap nilai rujukan dalam satuan SD
(Standar Deviasi Indeks) dengan rumus :
Satuan SD = X1 – mean
SD
Bulan…………….
Tahun……………
X1 – X
Tanggal Hari X1
Dalam
satuan SD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Parameter :
Metode
Bahan control
Batas kadaluarsa
No. Batch Lot/lot
Rentang nilai control
(pabrik)
Satuan
Nilai rata-rata
Satuan SD = X1 – X
SD
…………, ………………20…….
Catatan ……………………….
……………………… …………………………
……………………… …………………………
……………………… ………………………… (………………………)
Formulir 3
Formulir Grafik Uji Ketelitian – Ketepatan
Bulan :…………….Tahun………………
Bahan Kontrol : Batch No :
Nilai Target/Nilai rata-rata : Metode :
X+3S
X+2S
X+1S
X–1S
X–2S
X–3S
………, ………………20…….
Catatan ……………………….
……………………… …………………………
……………………… …………………………
……………………… ………………………… (………………………)
2. Pemeriksaan bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter
yang bersangkutan diperiksa
3. Buat grafik control dengan batas-batas mean, mean + 1S (S), mean ± 2
S (S), mean ± 3 S (S).
Sumbu X menunjukan tanggal pemeriksaan/run dan sumbu Y
menunjukan OD-EC/cut off seperti contoh pada gambar di bawah ini
OD/OC
+3S
+2S
+1S
Mean
-1S
-2S
-3S
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Dibawah ini adalah petunjuk imum mengenai tindakan yang diambil bila grafik
pemantapan mutu tidak terkontrol :
SD x 100
KV (%) =
X
BAB VII
A. PEDOMAN UMUM
Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari
pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai
tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari
manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka
berpotensi terinfeksi mikroorganisme pathogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi
dari petugas ke petugas lainya, atau keluarganya dan masyarakat. Untuk
mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus
memahami K3 laboratorium dan tingkatanya, mempunyai sikap dan kemampuan
untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP,
serta mengontrol bahan/spesimen secarar baik menurut praktik laboratorium yang
benar.
9. Ruang laboratorium
a. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
b. Pertemuan antara dua dinding dibuat melengkung.
c. Permukaan meja harus tidak tembus air. Juga tahan asam, alkali, larutan
organik dan panas yang sedang. Tapi meja dibuat melengkung.
d. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan.
e. Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan laboratorium.
f. Tersedianya westafel dengan air mengalir dalam setiap ruangan
laboratorium dekat pintu keluar.
g. Tersedia shower yang berada pada tempat yang mudah dijangkau.
h. Pintu laboratorium sebainya dilengkapi dengan label KELUAR, atau
penutup pintu otomatis dan diberi label BAHAYA INFEKSI (BIOHAZARD)
i. Denah ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon, alat
pemadam kebakaran, pintu keluar darurat) digantung di beberapa tempat
yang mudah dilihat.
j. Tempat sampah kertas, sarung tangan karet/plastic, dan tabung plastic
harus dipisahkan dari tempat sampah gelas/kaca/botol.
3. Sistem ventilasi
a. Ruang pemeriksaan harus mempunyai exhaust fan yang disesuaikan
dengan luas ruangan.
b. Jendela laboratorium dapat dibuka dan dilengkapi kawat anti nyamuk/lalat.
c. Udara dalam ruangan laboratorium dibuat mengalir searah.
Jarum semprit Tusukan, aerosol, Gunakan jarum semprit dengan sistem pengunci
tumpahan untuk mencegah terlepasnya jarum dari semprit,
jika mungkin gunakan alat suntik sekali pakai.
Sedot bahan pemeriksaan dengan hati-hati untuk
mengurangi gelembung udara. Lingkari jarum
dengan kapas disenfektan saat menarik jarum
dari botol spesimen. Jika mungkin, lakukan
dalam cabinet keamanan biologis. Semprit harus
diotoklaf sebelum dibuang. Jarum sebaiknya
dibakar dengan alat insenerasi.
Sentrifus/alat Aerosol, percikan, Jika diduga ada tabung pecah saat sentrifugasi,
pemusing Tabung pecah matikan mesin dan jangan dibuka selama 30
menit. Jika tabung pecah setelah mesin berhenti,
sentrifus harus ditutp kembali dan biarkan
selama so menit. Laporkan kejadian ini kepada
petugas keamanan kerja. Gunakan sarung
tangan karet tebal dan forsep untuk mengambil
pecahan kaca pecah, pecahan gelas dan
Rotator (shaker) Aerosol, percikan Gunakan tabung yang tertutup rapat, dilengkapi
tumpahan dengan filter pada mulut tabung
Alat bantu pipet Bahaya pemipetan Dapat didisinfeksi, mudah digunakan dan
dengan mulut, yaitu : mencegah kontaminasi serta kebocoran dari
tertelanya ujung pipet
mikroorganisme
pathogen, inhalasi
aerosol dan
kontaminasi pada
ujung tempat
menghisap
Lemari asam Percikan bahan kimia Memisahkan daerah kerja dengan operator
4. pengelolaan spesimen
a. Penerimaan spesimen
1. Laboratorium harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan
spesimen. Jika jumlah spesimen tidak banyak, maka penerimaan
spesimen dapat dilakukan pada meja khusus di dalam laboratorium.
2. Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat
untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
3. Wadah harus dapat didisinfeksi atau diotoklaf
4. Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor
5. Wadah diberi label tentang identitas spesimen
6. Wadah diletakan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau
plastik yang dapat di disinfeksi, diotoklaf ulang
7. Baki harus di disinfeksi/diotoklaf secara teratur setiap hari.
8. Jika mungkin, wadah terletak di atas baki dalam posisi berdiri.
4. Sediakan darah pada gelas objek pegang gelas objek dengan forcep.
5. Peralatan otomatis
a. Sebainya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)
b. Cairan yang keluar dari alat/effulent harus dikumpulkan dalam tabung/wadah
tertutup atau dibuang ke dalam sistem pembuangan limbah
c. Jika memungkinkan, alirkan larutan hipoklorit atau glutaraldehid ke dalam alat
setiap habis pakai. Air dapat digunakan sebagai pengganti disinfektan hanya
pada keadaan tetentu.
D. PENANGANAN LIMBAH
Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan
gas yang berbahaya bila tidak tangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah
harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Penanganana limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan
menjadi :
a. Buang bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infektif
c. Limbah radioaktif
d. Limbah umum
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label sesuai
peraturan yang ada.
Yang harus dilakukan oleh si pengirim:
1. Hubungi pemberi jasa transfortasi dan si penerima (lewat telepon atau
faksimil) untuk menjamin agar spesimen diantar dan diperiksa segera;
2. Siapkan dokumen pengiriman
3. Atur rute pengiriman, jika mungkin menggunakan penerbangan langsung;
4. Kirimkan pemberitahuan secara teratur tentang semua data trasfortasi
kepada si pengirim.
Bahan infeksi seharusnya tidak dikirim sebelum ada kesepakatan diantara
pengirim, pemberi jasa transfortasi dan penerima atau sebelum si penerima
memastikan dengan yang berwenang bahwa bahan tersebut boleh dimasukkan
ke daerah tujuannya. Penerima bertanggung jawab untuk :
1. Mendapatkan ijin yang diperlukan dari yang berwenang;
2. Menirimkan ijin impor, surat yang diperlukan atau dokumen lain yang
diisyaratkan oleh pejabat dari tempat asal spesimen.
3. Segera memberitahukan si pengirim jika bahan kiriman telah diterima
b. Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampunagan limbah harus memadai,
diletakkan pada tempat yang pas, aman hygenis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa
dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk
limbah infeksius dan limbah cair.
c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang
adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya
menggunakan kode warna)
d. Limbah infeksi
Semua limbah infeksi harus diolah dengan cara disinfeksi, dekontaminasi,
sterilisasi dan insenerasi.
Insenerasi adalah metode yang digunakan untuk membuang limbah
laboratorium(cair/padat), sebelum atau sesudah di otoklaf dengan
membakar limbah tersebut dalam alat insenerasi (insenerator). Bahan untuk
insenerasi, bahkan bila harus di otoklaf terlebih dahulu, harus dikemas
dalam kantong plastik. Petugas pelaksana insenerasi harus menerima
instruksi yang benar tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.
BAB VIII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium diperlukan dalam perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk meningkatkan pelayanan
laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam
menetapkan suatu tindakan.
A. PECATATAN
Dalam bab ini hanya akan dibahas pencatatan kegiatan pelayanan saja.
Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan membuat buku sebagai
berikut :
1. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien (nama,
umur, alamat, jenis kelamin dll) dan jenis pemeriksaan.
2. Buku register besar/induk berisi data-data pasien secara lengkap serta hasil
pemeriksaan spesimen
3. Buku register/catatan kerja harian tiap tenaga:
a. Data masing-masing pemeriksaan
b. Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima
4. Buku register pemeriksaan rujukan
5. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan
6. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift)
7. Buku register perawatan/kerusakan
C. PENYIMPANAN DOKUMEN
Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen-dokumen tersebut di bawah ini :
1. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
3. Surat permintaan dan hasil rujukan
D. PEMUSNAHAN DOKUMEN
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi yang utama terlebih dahulu.
Pada plaksanaan pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur yang
berlaku, berisi :
1. Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
2. Penanggung jawab / otorisasi pemusnahan dokumen
E. PENGENDALIAN DOKUMEN
1. Maksud dari pengendalian dokumen :
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara
prosedur untuk mengendalikan semua dokumen dan informasi (dari sumber
internal dan eksternal) yang merupakan bagian dokumentasi mutunya. Selain
dari tiap dokumen terkendali ini harus diarsip untuk acuan di kemudian hari.
Pimpinan laboratorium harus menetapkan masa penyimpanan. Dokumen
terkendali ini dapat disimpan pada media apapun yang sesuai baik kertas
maupun bukan kertas. Penyimpanan dokumen disesuaikan dengan peraturan
nasional, regional maupun setempat..
b. Edisi atau tanggal revisi termutahir , atau nomor revisi atau ketiganya
c. Jumlah halaman (bila memungkinkan)
d. Wewenang untuk menerbitkan
e. Pencantuman sumber