KEMENTERIAN KESEHATAN RI
ii
KATA PENGANTAR
Kekebalan Mycobacterium tuberculosis
ISBN 978-602-235-144-3
1. Judul
I. TUBERCULOSIS - DIAGNOSIS
II. TUBERCULOSIS - LABORATORY MANUALS
III. MICROSCOPY - LABORATORY MANUALS
IV. MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
KATA SAMBUTAN
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
vi
iii
TIM PENYUSUN
- RS Persahabatan
- RS Persahabatan
- BBLK Surabaya
- BBLK Surabaya
- KNCV
- KNCV
: a.
b.
c.
e.
iv
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Kesatu
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
SUPRIYANTORO
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................i
KATA SAMBUTAN .......................................................................................................iii
TIM PENYUSUN ..........................................................................................................iv
KEPUTUSAN DIRJEN BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.02.04/V/1808/2012 ......................................v
DAFTAR ISI .................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................................xiv
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan Petunjuk Teknis ......................................................................................4
II. MANFAAT PEMERIKSAAN BIAKAN, IDENTIFIKASI DAN UJI KEPEKAAN
PADA PROGRAM PENGENDALIAN TB .................................................................5
A. Biakan Mycobacterium tuberculosis ................................................................7
B. Uji kepekaan ( Drug Susceptibility Test/ DST) .................................................9
III. KARAKTERISTIK MYCOBACTERIA .................................................................... 11
IV. SUMBER DAYA LABORATORIUM .......................................................................15
A. Ruang laboratorium .........................................................................................15
B. Peralatan dan penjaminan kinerja alat, termasuk kalibrasi .........................23
V. KEAMANAN KERJA UNTUK BIAKAN DAN UJI KEPEKAAN ............................29
A. Desain Laboratorium........................................................................................29
B. Pedoman Umum Keamanan Laboratorium ....................................................29
C. Pedoman Khusus .............................................................................................32
D. Penanganan Limbah. .......................................................................................38
E. Penanganan Tumpahan Infeksius ...................................................................39
viii
ix
DAFTAR SINGKATAN
AKMS
Am
APD
BSC
BTA
CPC
DOTS
DST
E
EQA
Fasyankes
Gerdunas TB
HEPA
HIV
ISTC
INH (H)
Km
LJ
MDR
MGIT
MODS
MOTT
NASBA
NRA
NTM
OAT
PCR
PME
PMI
PMO
PNB
PPE
R
RAN
S
SDA PCR
TB
WHO
XDR
Z
xiv
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
5
13
18
24
25
27
45
46
60
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
xii
DAFTAR LAMPIRAN
16
20
30
34
36
43
47
48
Lampiran 1
Lampiran 2
104
105
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
106
107
108
109
110
Lampiran 9
111
Formulir Pemantapan Mutu Internal .......................................... 113
xiii
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
NOMOR : HK.02.04/V/1808/2012
TANGGAL : 27 SEPTEMBER 2012
strategi pengobatan yang tepat dengan OAT lini kedua; jaminan ketersediaan OAT lini
kedua yang berkualitas dan tidak terputus serta pencatatan pelaporan secara baku.
I. PENDAHULUAN
Diagnosis yang akurat dan tepat waktu merupakan tulang punggung program TB.
Resistensi OAT harus didiagnosis secara tepat sebelum dapat diobati secara efektif.
penemuan kasus TB MDR dilakukan dengan pemeriksaan apusan dahak mikroskopis,
biakan dan uji kepekaan di laboratorium yang terjaga mutunya. Selain itu, dengan
meningkatnya kasus HIV/AIDS, diagnosis TB secara mikroskopik tidak memadai. Hal ini
memerlukan upaya pengembangan kemampuan laboratorium yang mampu melakukan
biakan, identifikasi, dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT atau
Drug Sensitivity Test (DST).
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang
mengandung kuman TB. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur dan
semua organ tubuh manusia, terutama paru. Gejala umum TB paru pada orang dewasa
adalah batuk yang terus-menerus dan berdahak, selama 2 - 3 minggu atau lebih. Bila
tidak diobati maka setelah lima tahun sebagian besar (50%) pasien akan meninggal.
Uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis terhadap obat bermanfaat bagi klinisi dalam
mengarahkan jenis obat yang akan diberikan kepada penderita. Ini sangat penting
Sejak tahun 1995 Indonesia mulai menerapkan strategi DOTS (Directly Observed
karena pemberian OAT yang tidak tepat, tidak hanya akan menyebabkan kegagalan
Saat ini terdapat banyak metode pemeriksaan biakan, identifikasi, dan uji kepekaan
Mycobacterium tuberculosis dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Namun hasil uji kepekaan dengan cara yang tidak terstandarisasi menimbulkan kerugian
yang besar bagi pasien, keluarganya, masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu
perlu disusun Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Identifikasi dan Uji Kepekaan
Mycobacterium tuberculosis yang meliputi : sumber daya manusia, fasilitas laboratorium,
Strategi DOTS telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat memberikan
angka kesembuhan yang tinggi. Strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang
paling cost effective. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesia
menggambarkan bahwa setiap satu dolar Amerika yang digunakan untuk membiayai
program penanggulangan TB, akan menghemat sebesar 55 dolar Amerika selama 20
bahan habis pakai, metode pemeriksaan, pemantapan mutu serta pencatatan dan
tahun. Agar berhasil baik, diperlukan implementasi dari lima komponen strategi DOTS,
pelaporan.
yaitu :
1 1
monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga,
dan mobilisasi sosial (AKMS) terhadap sektor terkait, dalam wujud Gerakan Terpadu
ada dalam Stranas TB dan RAN PMDT, secara bertahap sehingga seluruh wilayah
Indonesia dapat mempunyai akses terhadap pelayanan TB MDR yang bermutu.
7. Titik berat pelayanan pasien TB MDR adalah pada fasyankes rujukan dan jejaringnya.
8. Pembiayaan penatalaksanaan pasien TB MDR menjadi tanggung jawab Pemerintah
pusat dan daerah, melalui mekanisme yang ada.
Tingginya angka default serta penggunaan obat-obat TB lini pertama dan kedua yang
tidak rasional khususnya oleh rumah sakit dan sektor swasta serta kecenderungan
peningkatan kasus HIV memberikan tantangan ke depan yang besar dalam masalah
TB-MDR. Dewasa ini kasus TB-MDR dan bahkan TB-XDR telah ditemukan di Indonesia.
Menurut perkiraan WHO secara nasional angka MDR sekitar 2-3% untuk kasus baru. Dari
data survei resistensi OAT yang dilaksanakan di Jawa Tengah, diperoleh data resistensi
sebesar 1,9% untuk kasus baru dan 17,1% untuk kasus dengan pengobatan ulang.
Penatalaksanaan kasus TB MDR (Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat)
dimulai dengan suatu uji pendahuluan di 2 wilayah pada tahun 2009, yang saat ini telah
menjadi bagian dari Program Nasional TB dengan mengambil kebijakan sebagai berikut:
10. Pemerintah menyediakan OAT TB MDR yang berkualitas untuk pasien TB MDR.
11. Mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai
untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
12. Meningkatkan dukungan masyarakat bagi pasien TB dan keluarga.
13. Memberikan kontribusi terhadap komitmen global.
sarana kesehatan rujukan dan sarana kesehatan dasar (Hospital DOTS Linkage/
berkesinambungan dari semua pihak; penemuan pasien TB MDR yang rasional melalui
untuk mendapatkan 50% kesempatan BTA positif diperlukan kuman BTA dalam dahak
5000 kuman per ml jika diperiksa 300 Lapang Pandang, sementara dengan teknik biakan
Dalam buku Pedoman Nasional Pengendalian TB pada tahun 2011 yang diterbitkan
yang baik hasil positif dapat terjadi walau kuman hidup berkisar antara 10-100 kuman
per ml. Pada umumnya biakan dahak akan meningkatkan penemuan kasus sekitar 20
dahak, salah satu di antaranya adalah dahak pagi hari, yang lain adalah dahak sewaktu
30 % dari jumlah keseluruhan TB Paru BTA positif. Oleh sebab itu pemeriksaan biakan
yang diambil saat pasien datang ke Fasyankes. Dahak pagi biasanya lebih sering
sangat bermanfaat untuk kasus pausibasiler (kasus dengan jumlah kuman sedikit)
seperti pada TB ekstra paru, TB anak dan TB pada kondisi penekanan sistem imun.
sederhana, cepat, terpercaya dan paling murah untuk diagnosis pasien TB. Sekitar
sarana, prasarana dan peralatan yang lebih mahal serta sumber daya manusia dengan
keterampilan khusus.
sesuai pedoman yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Pada negara yang
Indikasi utama pemeriksaan biakan dan uji kepekaan adalah sebagai berikut :
Sesuai kriteria suspek TB MDR
1.
Pasien TB pengobatan kategori 2 yang gagal (Kasus kronik)
2.
Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
3.
Pasien TB yang pernah diobati pengobatan TB Non DOTS
4.
Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
5.
Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah pemberian
sisipan.
6.
Pasien TB kambuh
7.
Pasien TB yang kembali setelah lalai/default
8.
Suspek TB yang kontak erat dengan pasien TB-MDR
9.
ODHA dengan gejala TB/ koinfeksi TB.
Evaluasi pengobatan MDR/ XDR
Perkiraan konsentrasi
basil/ ml,dlm spesimen
Kurang dari 1.000
5.000 10.000
~ 30.000
~ 50.000
~ 100.000
500.000
Kemungkinan
hasil positif
Kurang dari 10 %
50 %
80 %
90 %
96,2 %
99.95 %
Pada tahun 2011 angka keberhasilan pengobatan yang dicapai oleh program DOTS
untuk Indonesia adalah 86.7% dengan angka kesembuhan adalah 80.4% (Data :
Region tahun 2000 menyatakan bahwa untuk meminimalisasi kejadian MDR (Multiple
3. Pengetahuan pasien kurang karena informasi kurang atau penjelasan yang tidak
Drug Resistant) diperlukan angka kesembuhan minimal 95%. Oleh karena itu pendataan
tentang prevalensi TB MDR dan TB XDR harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
Multiple Drug Resistance
TB MDR (Multiple Drug Resistance) adalah suatu keadaan dimana Mycobacterium
tuberculosis telah resisten terhadap INH dan Rifampisin saja atau resisten terhadap
INH dan Rifampisin serta OAT lini pertama lainnya.
mobilisasi sumber daya. Perlu diingat bahwa dalam 1 tahun satu kasus TB MDR dapat
Dari sudut pandang kecepatan tumbuh dan jenis pigmen, dua parameter yang mudah
diamati pada pemeriksaan biakan, Mycobacterium dapat secara sederhana dibagi atas :
1.
2.
3.
jenis obat yang akan diberikan kepada pasien. Ini sangat penting karena pemberian OAT
Kuman golongan ini koloninya akan berwarna jika inkubasi dilakukan dengan
yang tidak tepat, tidak hanya akan menyebabkan kegagalan pengobatan, tetapi juga
simiae, M. asiaticum.
Banyak metode untuk melakukan uji kepekaan; menggunakan media padat atau
cair, metode radiometrik atau nir radioisotop, metode seluler atau molekuler. Semua
metode mempunyai keunggulan dan kelemahan. Karena itu apapun caranya, hasil
akan mempunyai arti jika cara yang dipakai telah terstandarisasi. Di antara cara yang
Kuman golongan ini koloninya akan berwarna jika inkubasi dilakukan dalam
terstandarisasi adalah cara proporsi pada media LJ, cara radiometric dengan alat Bactec,
cara end point inhibition pada media semi solid, cara break point pada media cair
Rapid grower.
Diantaranya adalah M. flavescens, M. thermoresistible, M. marinum, M. fortuitum-
seperti MGIT, NRA ( Nitrate Reduction Assay), MODS, kalorimetrik. Hasil uji kepekaan
dengan cara yang tidak terstandarisasi menimbulkan kerugian yang besar bagi pasien,
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
chelonae complex. Kebanyakan kuman dari golongan ini tidak patogen bagi
Pada saat ini Kementerian Kesehatan mengambil kebijakan untuk melakukan uji
manusia
kepekaan menggunakan cara proporsi pada media LJ dan cara break point (MGIT)
dengan mempertimbangkan berbagai faktor termasuk ketersediaan sumber daya
Kuman yang tidak termasuk rapid grower mempunyai waktu pembelahan puluhan jam,
karena itu koloni yang diisolasi dari spesimen biasanya mulai tampak setelah 2 (dua)
minggu. Sementara koloni kuman yang termasuk rapid grower biasanya akan tampak
dalam waktu kurang atau sampai 1 (satu) minggu.
laboratorium.
Catatan :
Uji diagnosis lain yang tersedia di pasaran sudah banyak. Diperlukan kehati-hatian yang
sangat tinggi agar uji tersebut tidak disalahgunakan untuk diagnosis. Banyak uji yang
belum terstandarisasi atau sangat selektif penggunaannya. Di antaranya adalah :
1. Uji serologi untuk mendeteksi/mengukur kadar antibodi terhadap komponen
mycobacteria. Pada tahun 2011, WHO mengeluarkan pernyataan bahwa uji serologis
yang tersedia tidak direkomendasikan untuk diagnosis paru dan ekstra paru
2. Uji serologi untuk mendeteksi antigen.
Sampai saat ini belum ada kit yang direkomedasikan oleh W.HO untuk diagnosis TB
paru dan ekstra paru.
12
plasma dan mengukur kadar interferon gamma yang dihasilkan oleh sel limfosit T yang
dan spesifisitas uji ini dalam menegakkan diagnosis TB paru dewasa juga masih lebih
yang bersifat patogen dan ada juga yang tidak patogen. Mycobacteria tidak patogen
rendah dibandingkan dengan pemeriksaan BTA mikroskopis SPS. Sampai saat ini uji
deteksi interferon gama tak dapat membedakan antara sakit dan infeksi TB laten.
merupakan kontaminasi yang harus diantisipasi agar tak mengacaukan hasil pemeriksaan
polimerasa konvensional (konventional PCR), realtime PCR, NASBA, SDA PCR, PCR
isothermal dan sebagainya. Untuk TB paru uji amplifikasi asam nukleat yang bukan
1.
M. tuberculosis
real time telah dibuktikan tidak lebih sensitif dibandingkan dengan pewarnaan BTA
2.
M. bovis
tiga kali. Kelebihan cara amplifikasi asam nukleat adalah kemampuannya mendeteksi
3.
M. africanum
4.
M. microtii
5.
M. ulcerans
PCR real time yaitu GenXpert yang lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan
6.
M. leprae
mikroskopik. Namun baru digunakan untuk kasus TB pada HIV dan dugaan TB
7.
M. kansasii
8.
M. marinum
9.
M. simiae
10.
M. scrofulaceum
11.
M. szulgai
12.
M. xenopi
13.
M. gordonae
lain. Namun karena prevalensi infeksi oleh mycobacteria yang bukan Mycobacterium
14.
M. flavescens
tuberculosis (MOTT/ NTM) saat ini sangat rendah, maka hasil positif lebih mengarah
15.
M. fortuitum-chelonae complex
16.
M. thermoresistible
17.
M. avium-intracellulare complex
18.
M. terra-triviale complex
10
11
dalam 30-45 menit. Resiko infeksi akan sangat dikurangi jika pengerjaan spesimen dan
isolat dilakukan dalam Bio Safety Cabinet (BSC) dikerjakan sesuai dengan baku praktek
laboratorium minimal untuk baku praktek laboratorium dengan tingkat keamanan 3
Mycobacteria
Habitat
(tiga). Jika menggunakan exhaust fan, gunakan yang mempunyai kapasitas minimal
23.6 liter per detik.
Gambar 1: contoh denah laboratorium paling sederhana untuk biakan dan uji
kepekaan Mycobacterium tuberculosis ( WHO 1998 )
Keterangan:
1. Biosafety Cabinet
2. Sentrifuse
3. Deep freezer -70 0C
4. Wastafel
5. Bak pewarnaan
6. Timbangan analitik (nefelometer)
7. Mikroskop
8. Meja
9. Inkubator
10. Meja
11. Meja cuci
12. Lemari Es (refrigerator)
13. Analitikal Balans
14. Penangas air
15. Lemari Bakar
16. Autoclave
17. Heat sterilisator
18. Lemari Administrasi
19. Meja Administrasi
16
E : Exhause
L : Loket penerima bahan
AC : Air Conditioner
Rapid grower
M. fortuitum
M. abcessus
M. chelonae
M. smegmatis
M. leprae
Manusia
Manusia,ternak
Hewan
Semua organ
Usus dan jaringan lunak
Kelenjar limfe
Air,ternak
Ikan,air
Tulang
Kulit dan jaringan lunak
Bronkopulmonal
Paru
Primata
Primata
Tanah,air,ternak,burung
Tak jelas
Air
Air,tanah
Air
Kelenjar limfe
Bronkopulmonal
Paru
Paru
Bronkopulmonal
Tanah,air,ternak,burung
Paru,kel limfe,sistemik
Tidak jelas
Tanah,air
Tanah,air
Tanah,air,hewan darat dan laut
Tanah,air,hewan darat dan laut
Tanah,air,hewan darat dan laut
Permukaaan lembab, flora
urogenital
Manusia
13
Dalam pedoman ini akan dijelaskan bagaimana melakukan biakan dan uji kepekaaan
untuk Mycobacterium tuberculosis complex. Walaupun demikian masih terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijelaskan dalam pedoman ini yaitu :
1) Bagaimana membedakan Mycobacterium tuberculosis dengan anggota
Mycobacterium tuberculosis complex lainnya?
beban kerja
Penanggung Jawab
Tenaga Teknis :
a. Mikroskopis
b. Media
c. Biakan
A. Ruang laboratorium
Ruang laboratorium harus menjamin keamanan petugas dan orang lain di sekitarnya
dari spesimen dan isolat yang ditangani. Infeksi
sangat
penting. Udara harus mengalir dari area bersih ke area kotor/ tercemar. Udara yang
dikeluarkan dari laboratorium ke lingkungan sebaiknya telah melalui filter bakteri dengan
arah menjauhi tempat berkumpul orang banyak, pemukiman dan lalu lalang.
Sirkulasi udara di laboratorium harus dilakukan melalui pertukaran udara minimal 6
(enam) sampai 12 (dua belas) kali per jam, dengan cara ini 99 % partikel akan dibuang
14
15
Keterangan Denah :
-
Ruang A :
Pintu masuk ke laboratorium melalui ruang yang dapat dimanfaatkan untuk
administrasi, penyimpanan laporan, buku register, alat tulis dll. Di ruang ini terdapat
juga loket penerimaan dan penilaian spesimen secara makroskopik. Misalnya
tentang data spesimen, volume, tanggal dan cara pengambilan, kondisi wadah dan
sebagainya. Ruangan ini berfungsi sebagai ruang persiapan pekerja laboratorium,
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Ruang B :
Ruang ini adalah tempat melakukan pemeriksaan, terdapat fasilitas pengolahan
dan inokulasi contoh uji/spesimen. Sebaiknya tempat cuci tangan di ruang ini
menggunakan kran yang dapat dibuka dengan siku atau kaki atau sensor outlet.
Pada bagian terkotor ditempatkan BSC dan sentrifus.
Pada bagian lain di ruang ini disediakan meja kerja untuk pemeriksaan mikroskopis,
pengamatan dan pencatatan hasil biakan.
Ruang C :
Di ruang ini dilakukan sterilisasi, pencucian alat dan pembuangan limbah sementara.
APD dilepaskan dan disterilisasi di ruang ini.
20
17
Ruang D
Untuk mengetahui hubungan antar ruang dengan menggunakan tabel III,adalah dengan
Dengan bagan tata ruang seperti diatas diharapkan kegiatan di laboratorium biakan
langsung (HL)
menjamin keamanan kerja. Jika petugas laboratorium kidal, pengaturan dapat ditata
seperti bayangan kaca.
Catatan: Sejalan dengan kebutuhan akan kemanan kerja (biosafety), modifikasi
Tabel 3.
berhubungan secara
Ruang sterilisasi (4) dengan ruang tempat inkubator berhubungan dekat (DK)
Ruang penerimaan spesimen(1) dan ruang biakan (3) harus terpisah (TP).
Mycobacterium tuberculosis
Kategori ruang
(1)
(2)
(3)
HL
TP
HL
TP HL
HL
DK
TP
HL
DK
DK
HL
DK
(6)
(7)
HL
(8)
(9)
HL
HL
DK
DK
HL
HL
(10)
HL
DK
HL
DK
DK
DK
HL
DK
DK
DK
HL
DK
Gudang (9)
(5)
TP
HL
HL
(4)
HL
HL
DK
DK
HL
DK
DK
DK
DK
Keterangan : DK : dekat
HL : hubungan langsung
TP : terpisah
*) walk in incubator
18
19
Tabel 4. Peralatan laboratorium biakan dan uji kepekaan dengan media padat
untuk beban kerja 6000 uji/tahun
No
Alat
9
10
11
Inkubator
2
3
4
5
6
7
8
Spesifikasi/penggunaan
Gambar berikut adalah contoh lay out laboratorium biakan dan uji kepekaan tanpa
fasilitas biomolekuler dengan pengaturan aliran udara secara mekanik
Jumlah
Otoklaf
12
Penangas air
13
Freezer -20oC
14
Freezer -70 C
minimal 23.6 liter per detik.Udara yang dikeluarkan dari laboratorium ke lingkungan
15
16
Laminary airflow
Untuk membuat media
1
Destilator/water purifier Destilator tidak menggunakan metal type 1
. Sumber air memenuhi persyaratan.
sebaiknya telah melalui filter bakteri dengan arah menjauhi tempat berkumpul orang
24
Exhauster :
Ditempatkan di area kotor, berlawanan dengan air condition dan mempunyai kapasitas
21
Alat ini harus ditempatkan di ruang kerja laboratorium TB, digunakan untuk melakukan
Pintu :
netralisasi bila terjadi kecelakaan kerja berupa percikan larutan asam atau basa kuat
Dilengkapi dengan alat yang dapat otomatis menutup pintu, dibuat dari bahan yang
dan bahan infeksius. Karena biasanya dalam laboratorium tidak digunakan asam atau
Bila ruang laboratorium TB terletak dilantai atas, maka tangga harus aman untuk dilalui
Meja kerja
orang ( pegangan pada kedua sisi, tidak licin, ruang tangga terang dan dapat dilalui paling
Dibuat permanen dari beton, tinggi 75 cm dari lantai, permukaan rata, tidak mempunyai
sedikit oleh 2 orang secara berdampingan). Sebaiknya ruang laboratorium memiliki pintu
darurat atau ada bagian dinding yang dapat dipakai sebagai jalan keluar dalam keadaan
darurat.
Kursi
Pasokan listrik
yang mudah dibersihkan dan tidak menyerap cairan (plastik/kulit), bersifat ergonomik
Rangka terbuat dari bahan logam yang tidak mudah berkarat dan dudukan dari bahan
Harus tersedia 24 jam, karena itu harus dilengkapi dengan generator listrik yang dapat
berfungsi secara otomatis dengan daya yang mencukupi untuk alat-alat yang harus
Pasokan Air
Catatan :
assesment . Risiko lebih besar saat melakukan uji kepekaan dibandingkan melakukan
Diletakkan di dekat pintu, dilengkapi dengan kran yang dibuka/tutup dengan siku atau
biakan, risiko akan bertambah besar bila melakukan biakan dan uji kepekaan TB MDR,
pemeliharaan sarana tidak sesuai, dan beban kerja tinggi. Karena itu WHO menganjurkan
Bak ini harus cukup besar dan dalam untuk menampung alat-alat yang sedang dicuci
dengan standard keamanan BSL 3 dan dilakukan dengan baku praktek laboratorium
(panjang 1m, lebar 75cm, dalam 50 cm) ,dibuat dari bahan yang kuat agar tidak mudah
Bak pewarnaan
Bak ini khusus dipakai untuk proses pewarnaan sediaan BTA. Kedalaman bak sedemikian
rupa sehingga mencegah percikan air keluar ( 30-50 cm)
Dibuat dari bahan yang tidak mudah bocor, kuat dan mudah dibersihkan dengan
Peralatan yang penting untuk laboratorium biakan yang menggunakan media padat
dengan beban kerja 6000 uji per tahun tertera dalam tabel 4.
22
23
Peruntukan
Nama
Gliserol
Volume/batch
30 ml
a. Rifampicin
b. Isoniazid
40 mg/L
0,2 mg/L
c. Ethambutol
2 mg/L
d. Streptomycin sulphate
4 mg/L
e. Dimetil formamide
(sesuai konsentrasi
rifampicin)
f. Aquades
Identifikasi
Larutan PNB
a. PNB
b. Dimetil formamide
0,1 g
3 ml
a. Aquades
2 ml
b. 1 Paper strip/tabung
Pengawet dahak
Dekontaminasi
Homogenisasi
28
2 tetes/isolat
100 mg dalam 1 L
No
Alat
Spesifikasi/penggunaan
Jumlah
17
18
19
Dessicator
Dry sterilizer
Timbangan
analitik
(nefelometer)
Magnetic stirrer
Blender stainless steel
2
1
1
20
21
2
1
Alat
1
2
3
Kertas aluminium
Yang kuat ( heavy duty )
Label/spidol
Untuk identitas pot dahak
Kertas indikator otoklaf
8 gulung
7000/ sc
12 gulung
4
5
@ 10
4
7
8
9
11
Tabung sentrifus
Kapas
Rak botol biakan
Rak tabung
@ 7000
2 kg
10
5
12
13
14
Wadah limbah
Nampan limbah
Corong
15
16
18
19
20
Kertas saring
Desinfektan
Labu erlenmeyer
Sarung tangan
Kaca pembesar
Spesifikasi/penggunaan
Jumlah
2
3
@2
@ 4 kotak
40 l
@2
400
1
25
No
Alat
Spesifikasi/penggunaan
Jumlah
No
Alat
Spesifikasi/penggunaan
Jumlah
21
22
Ose disposable
Buku register
bahan plastik
7000
2-4
51
Glass beads
Diameter 1,5 3 mm
23
7000
52
53
Kain kasa
Mikropipet
Penyaring telur
24
Formulir
permintaan
pemeriksaan
Formulir laporan
Secukup
nya
1 roll
25
Kertas lensa
26
27
28
29
Masker
Botol Mc Cartney
Gelas ukur
Gelas objek
N95
14 atau 28 ml,bertutup minimal 3 ulir
25,100,250 dan 1000 ml
30
Baju lab
7000
Secukup
nya
400
9000
@2
7000
Tabel 6. Bahan habis pakai untuk Biakan dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis
Peruntukan
Nama
Media Lowenstein a. Potasium dihidrogen fosfat
Jensen
b. Magnesium sulfat heptahidrat
Volume/batch
2,4 gram
0,24 gram
2 per orang
per tahun
2 gulung
c. triMgdisitrat 14-hidrat
0,6 gram
d. L asparagin
3,6 gram
e. Potato meal
30 gram
f. Malachite green 2%
20 ml
g. Aquades
600 ml
h. Gliserol
12 ml
31
Kertas tissue
32
34
37
36
37
Pipet Pasteur
Volume Pipet
Rak untuk inspisasi
Botol reagensia
Pippet bulb
@7000
@5
10
@ 25
@5
38
39
40
Gunting
Rak gelas objek
Kotak sediaan
Stainless steel, 25 cm
Plastik, kapasita 25 slide
4
4
20
41
42
Spatula
Pot dahak
Natrium glutamate
0.5g
Glycerol
4ml
Distilled water
100ml
200ml
4ml
Final pH
6.4
43
44
Botol reagen
Rak pewarnaan
Stainless steel
4
Bening, diameter minimal 4 cm, bertutup 6000
ulir, volume 50 ml
Gelas berwarna gelap
3
2
45
46
47
48
49
50
Keranjang
Batang pengaduk
Tabung reaksi
Tutup tabung
Termometer
Stopwatch
26
2
5
200
600
2 tiap alat
2
15 gram
5 gram
Malachite green 2%
30 ml
Aquades
500 ml
27
8. Petugas harus mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan selanjutnya
dengan alkohol 70% atau antiseptik untuk kulit lainnya, setiap masuk ke laboratorium,
selesai menangani bahan tercemar, dan setelah
A. Desain Laboratorium
Kegiatan Laboratorium untuk biakan dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis
harus mengikuti standar keamanan yang ada. Menurut pedoman WHO, terdapat
beberapa ketentuan pada kemanan tingkat 3, yakni:
1. Sebelum masuk ruang laboratorium, sebaiknya terdapat dua ruang pemisah,
yaitu vestibulum (ruang bersih, tempat alat pelindung diri bersih dikenakan) dan
anteroom (ruang bersih, tempat alat pelindung diri dilepaskan).
2. Pintu ruang antara dapat menutup otomatik dan interrlocking, sehingga hanya
satu pintu yang terbuka pada suatu saat.
3. Permukaan dinding, lantai dan atap harus kedap air dan mudah dibersihkan.
4. Ruang laboratorium harus tahan desinfektan. Pipa udara harus tahan terhadap
dekontaminasi dengan gas.
dari sempritnya ataupun ditutup ulang. Semprit dan jarum yang telah dipakai harus
diletakkan pada wadah tahan tusukan dan disterilisasi dengan otoklaf atau insinerator.
13. Sebelum memakai alat, selalu perhatikan dan ikuti petunjuk pemakaian alat tersebut.
Sistem ventilasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengalir ke dalam ruang
14. Jangan membuka langsung wadah yang baru saja dikocok atau disentrifugasi,
lain dalam gedung. Sebaiknya digunakan filter high efficiency particulate air
(HEPA), sehingga udara setelah bersih dapat dialirkan kembali di dalam ruang
laboratorium. Bila udara dari laboratorium (selain dari BSC) akan dialirkan kearah
luar
Kesalahan petugas, teknik kerja yang tidak benar dan penggunaan alat yang salah
akan menyebabkan kecelakaan kerja infeksi akibat kerja. Teknik-teknik kerja yang perlu
diperhatikan untuk menghindari atau mengurangi masalah yang timbul akibat kerja pada
pelaksanaan kultur dan DST-TB :
1. Alat pelindung diri / Personal Protective equipment (PPE)
Baju laboratorium harus dipakai setiap saat bekerja di laboratorium. Baju
laboratorium harus menutup seluruh permukaan depan mulai leher sampai
32
gedung harus tidak mengenai bagian lain dalam gedung dan terpisah
dari udara masuk. Ventilasi dan air-conditioning (AC) dapat dipasang dengan
menjaga agar tekanan udara negatif tetap ada di laboratorium. Sistim pengaliran
udara dalam laboratorium tidak boleh mengganggu tirai aliran udara BSC
7. Semua filter HEPA harus dipasang dengan memungkinkan bagi dekontaminasi
menggunakan gas dan mudah di cek.
8. Biological Safety Cabinet (BSC) sebaiknya tidak ditempatkan di tempat untuk lalu
lalang petugas laboratorium dan tidak menghadap ke pintu dan sistem ventilasi.
29
Laboratorium biakan dan uji kepekaan harus ditandai sebagai lokasi yang infeksius
mendapat penjelasan, mematuhi penjelasan dari petugas laboratorium dan izin dari
Tanda baku biohazard international yang ditempel pada Laboratorium yang menangani
mikroorganisme beresiko klas 2 atau diatasnya, menyebutkan tingkat keamanan,
penanggung jawab, alamat yang harus dihubungi bila terjadi kedaruratan.
2. Dilarang memakai perhiasan pada tangan selama bekerja. Gunakan sarung tangan
jika menangani dahak dan bahan tercemar.
3. Pekerjaan harus mengikuti prosedur tetap (Protap/ SOP) yang ada dan dikerjakan
hati-hati.
4. Semua permukaan tempat kerja harus didesinfeksi tiap selesai bekerja dan segera
setelah terjadi tumpahan kecil . Desinfeksi permukaan kerja segera setelah pekerjaan
selesai dengan handuk/kertas yang telah dibasahi oleh larutan 5 % senyawa fenol
(lysol, kresol, karbol) atau 70% etanol atau larutan natrium hipoklorit 1 : 100 - 200
(natrium hipoklorit terdapat pada larutan pemutih pakaian. Untuk membuat larutan 1
: 100 - 200 yang benar, perhatikan konsentrasi natrium hipoklorit pada label pemutih
tersebut).
Seperti telah disebutkan diatas, penularan TB terjadi melalui inhalasi partikel infektif.
Bahaya terjadinya partikel infektif terutama terjadi saat pengumpulan dahak, pencampuran
larutan lain dan dahak/biakan, homogenisasi, penggunaan sengkelit, pemipetan serta
sentrifugasi.
30
31
melewati lutut, tanpa kerah dan tidak menggunakan tali yang panjang sebagai
pengikat. Panjang lengan harus mencapai pergelangan tangan dan pada bagian
pergelangan tangannya, digunakan karet. Baju laboratorium harus ditanggalkan
saat keluar laboratorium dan dimasukkan dalam kantong tertutup atau direndam
dalam desinfektan sebelum disterilkan dan selanjutnya dicuci.
Sarung tangan harus dipakai saat bekerja di laboratorium. Setelah selesai
setiap tindakan, sarung tangan dilepas secara aseptik. Ganti sarung tangan jika
terkontaminasi, sobek atau jika diperlukan. Gunakan 2 pasang sarung tangan
jika perlu misalnya dalam penanganan tumpahan. Sarung tangan yg sudah
dipakai tidak boleh dicuci dan digunakan lagi. Buang sarung tangan bersama
limbah laboratorium lain. Selanjutnya cuci tangan sesuai protokol yang tepat.
Dianjurkan pula memakai
36
pecah atau bocor. Sebagai wadah kedua dapat digunakan kotak kardus, atau plastik
33
tahan pecah dan bocor yang besarnya tepat dengan wadah pertama sehingga dapat
tetap tegak dan tidak bergoyang, dilengkapi dengan kertas yang dapat menyerap
tumpahan yang berasal dari wadah spesimen. Ditutup rapat dan diseal. Wadah kedua
harus dapat di-dekontaminasi. Selanjutnya wadah kedua dimasukan dalam wadah ketiga
yang terbuat dari karton dengan tanda seperti dalam gambar. Antara wadah kedua dan
wadah ketiga harus mempunyai jarak. Bila pengiriman menempuh waktu yang lama dan
dikhawatirkan terjadi kekurangan daya hidup kuman maka tambahkan dry ice dalam
wadah ketiga dan tempatkan kemasan sedemikian rupa sehingga proses penguapan
tidak terganggu. Informasikan pemakaian dry ice pada kurir.
kontaminasi pada alat bantu pipet. Sumbat kapas (stopper) harus cukup padat
dan kapas tidak keluar dari ujung pipet
Sebaiknya dipakai pipet berskala agar pemipetan tak perlu sampai habis benar
(ujung pipet biasanya lebih kecil dan ada kecenderungan penekanan kuat
agar semua cairan keluar sehingga resiko terjadinya droplet lebih besar). Saat
mengeluarkan cairan dari pipet, sentuhkan ujung pipet pada permukaan dalam
wadah dan alirkan perlahan-lahan.
Jangan meniupkan udara di atas bahan yang akan dipipet.
Rendam pipet dalam wadah berisi desinfektan segera setelah selesai tindakan.
Biarkan semalam (minimal 12 jam) sebelum disterilkan.
Sediakan kapas dibasahi desinfektan di dekat tempat kerja agar jika terjadi
tumpahan dapat segera didesinfeksi.
Untuk bahan tercemar, dilarang mengganti fungsi pipet dengan semprit karena
resiko aerosolisasi lebih besar.
Jika memakai mikropipetor, gagang mikropipetor tidak boleh menyentuh atau
menempel bagian dalam dan mulut dari wadah tercemar. Hanya tip yang boleh
masuk ke dalam wadah tercemar
Pemipetan bahan infeksius dilakukan dalam BSC
4. Penggunaan sengkelit/ ose/ loop
Bahaya penggunaan sengkelit adalah aerosolisasi
34
Lingkaran sengkelit hendaknya penuh, lingkaran yang tidak penuh lebih berisiko
menggores media/gelas dan menimbulkan percikan. Makin panjang gagang
sengkelit, makin besar potensinya menimbulkan aerosol. Upayakan hanya
bagian lingkarannya yang menyentuh bahan yang (berpotensi ) tercemar bahan
infeksius.
Dianjurkan menggunakan sengkelit sekali pakai sehingga mencegah terjadinya
aerosol.
Untuk mencegah terjadinya droplet, sengkelit yang telah dipakai, dimasukkan
ke dalam botol berisi pasir-lysol, dibersihkan dengan jalan memutarnya di dalam
pasir dan tidak langsung pada pembakar Bunsen. Dapat juga dicelupkan pada
pasir-alkohol sebelum dibakar dengan pembakar bunsen. Lakukan desinfeksi
setiap selesai melakukan tindakan.
Inokulasi bahan atau pembuatan sediaan dengan sengkelit hendaknya dilakukan
dalam BSC. Lakukan dengan hati-hati.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat
35
Pembukaan panel kaca kabinet saat bekerja sesuai dengan petunjuk pemakaian.
Nyalakan exhaust fan sebelum bekerja sesuai dengan petunjuk pemakaian
sampai dengan 5 menit setelah pekerjaan selesai.
Gunakan lampu UV sesuai petunjuk.
jangan menggunakan pembakar Bunsen dalam kabinet karena mempermudah
kerusakan filter. Pakailah mikro-incenerator atau ose sekali pakai.
Batasi jumlah bahan dan alat dalam kabinet sesedikit mungkin dan letakkan di
belakang daerah kerja. Bahan dan pengendali alat yang digunakan harus terlihat
melalui panel kaca. Bahan dan alat tidak boleh menghalangi aliran udara BSC
Lakukan pekerjaan di bagian tengah. Pisahkan barang bersih dengan kegiatan
yang dapat menghasilkan aerosol minimal 12 cm. Pisahkan peletakkan bahan
dalam tiga urutan, bersih ( misalnya larutan pengencer steril), tempat pengerjaan,
kotor (misalnya tempat pembuangan tip mikropipet).
Jangan biarkan botol dan tabung berisi bahan infektif terbuka. Segera tutup
kembali setelah dibuka.
Letakkan wadah berisi desinfektan dalam BSC untuk menampung limbah
2.
3.
4.
Cuci semua bagian kulit yang terpapar dengan sabun dan air.
5.
Fan kabinet harus dihidupkan 5 menit sebelum bekerja dan setelah pekerjaan di
1.
kabinet selesai
Pembersihan tumpahan
1. Biarkan aerosol hilang/ mengendap selama setidaknya 30 menit sebelum masuk
kembali laboratorium. Persiapkan alat untuk pembersihan (spill kit)
2. Kenakan alat pelindung diri (baju lab, pelindung wajah, sarung tangan lapis ganda
40
dan sepatu boot). Buat demarkasi wilayah tumpahan dengan kertas tissue. Tutupi
Semua wadah harus diberi label yang jelas mencakup antara lain tanggal
daerah yang menuju pintu keluar lab. Tutup tumpahan dengan kertas tissue yang
Gunakan desinfektan yang lebih tinggi konsentrasinya karena anak diencerkan oleh
Dilarang menyimpan makanan, minuman, kosmetika serta barang lain yang tak
37
Insenerasi idealnya dilakukan pada alat dengan dua ruang bakar, di mana
pada ruang bakar pertama suhu mencapai 8000C dan pada ruang bakar kedua
lemari pendingin
mencapai 10000C. Waktu retensi gas dalam ruang bakar kedua minimal 0,5 detik.
Insenerator yang hanya memiliki satu ruang bakar kurang efektif untuk menangani
bahan infektif. Jika memakai carbonizer pakailah sesuai petunjuk pemakaian.
D. Penanganan Limbah.
1. Limbah infektif dan tidak infektif, baik padat maupun cair harus dikumpulkan pada
tempat terpisah dalam wadah yang tidak bocor. Wadah untuk limbah tajam harus
kuat terhadap tusukan.
2. Wadah spesimen dan tutupnya, kaca sediaan yang sudah tak terpakai dan
limbah padat lain harus direndam dalam larutan lysol 5% atau desinfektan lain
yang cocok untuk desinfeksi Mycobacterium tuberculosis selama minimal 12
jam.
3. Limbah cair bekas pewarnaan ditampung dalam wadah yang mengandung lysol
sebelum dibuang ke saluran limbah. Limbah zat pewarna hanya dibuang ke
saluran air kotor yang tak akan mencemari badan air/ sungai untuk konsumsi.
Informasi lebih lanjut dapat ditanyakan kepada Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) daerah masing-masing.
4. Untuk membersihkan tumpahan dahak , petugas harus memakai sarung tangan
ganda dan sepatu kedap air, selanjutnya tutupi dahak dan wadah yang pecah
tersebut dengan kain atau kertas. Tuang larutan lysol 5% atau desinfektan lain
yang sesuai untuk Mycobacterium tuberculosis sampai
membasahi semua
kertas/kain dan biarkan selama 2 jam dalam keadaan basah. Lepas sarung
tangan terluar dan kumpulkan bersama wadah yang pecah, kertas/kain yang
dipakai tempatkan dalam wadah tertutup dan sterilkan. Pakai sarung tangan
lapis kedua baru, selanjutnya pel lantai dengan desinfektan. Sepatu baru dilepas
6. Untuk sterilisasi dengan otoklaf dibutuhkan suhu 1210C dengan tekanan udara
1,5 sampai 2 atmosfer selama minimal 20 menit (perhitungan waktu dimulai saat
suhu dan tekanan udara tersebut tercapai; jangan membuka otoklaf jika belum
dingin benar dan jangan mengisi air berlebihan). Jika jumlah yang di otoklaf
banyak, dianjurkan minimal 30 menit dan 45 menit untuk sterilisasi biakan.
Pastikan bahwa ada ruang kosong diantara barang yang di otoklaf. Pada saat
melakukan otoklaf, pastikan bahwa tidak ada wadah yang tertutup rapat. Wadah
harus sedikit dilonggarkan agar uap air mudah masuk ke dalam wadah. Dianjurkan
melakukan uji fungsi otoklaf secara berkala sebaiknya dengan memakai spora
B.thermophilus sebagai indikator dan ditempatkan di bagian paling tengah dari
bahan yang akan disterilkan. Jika menggunakan pemanasan kering, lakukan
pada suhu 1800C selama minimal 2 jam.
7. Tersedia spill kit yang berisi semua peralatan untuk menanggulangi kecelakaan
kerja berupa tumpahan bahan infeksius (terdiri atas : tissue, lap tebal, forcep,
desinfektan, sapu kecil dengan skop sampah yang bisa didesinfeksi, google,
respirator, sarung tangan, kantong plastik).
Spill kit harus disimpan di tempat yang mudah terjangkau, disertai dengan tulisan
spill kit dan prosedur penggunaannya.
8. Tersedia kotak PPPK yang berisi kapas, antiseptik, plester dll
E. Penanganan Tumpahan Infeksius
setelah alasnya diinjakkan pada kain yang dibasahi desinfektan. Jika percikan
terjadi dalam BSC, jangan matikan blower-nya. Biarkan tetap menyala agar filter
HEPA dapat membantu mengurangi cemaran dan tindakan desinfeksi dilakukan
seperti di atas. Untuk BSC yang tutup dasarnya berpori, lakukan desinfeksi untuk
tutup berpori dan setelah tutup diangkat, lakukan untuk permukaan dibawah tutup
38
39
Catatan :
3. Ambillah jika ada benda tajam dengan forsep dan buang dalam wadah benda tajam.
Pada sampel dahak SPS atau SP, kerjakan pemeriksaan biakan dalam
Tutup desinfektan dan tumpahan dengan menggunakan kertas tissue atau kain lap.
tabung yang sama. Kumpulkan dahak menjadi satu atau ambil dahak
Karena kemungkinan ada benda tajam dibawah kertas tissue, gunakan sapu dan
benda tajam. Pecahan kecil gelas dapat diambil dengan menggunakan kapas atau
kertas tissue yang dipegang dengan forsep. Jika tidak ada benda tajam dalam
menit
Pengamatan makroskopis
a. Amati keberadaan satu atau lebih jenis koloni. Deskripsikan ukuran koloni
dan sifat-sifat lain seperti: kasar, halus, cembung, menyebar, tepi bergerigi,
transparan, keruh, dan sebagainya
b. Amati pigmen pasca inkubasi (kuning, oranye, kuning muda, kuning-oranye).
Jika tak berpigmen, sebut sebagai buff.
c. Jika terdapat lebih dari satu jenis koloni, lakukan subkultur untuk tiap jenis koloni.
2.
5. Buang semua kertas tissue dan alat pelindung yang terkontaminasi dalam kantong
biohazard atau kantong autoclave.
6. Cucilah tangan dan area kulit yang terpapar dengan sabun cair dan air mengalir.
Pembersihan tumpahan di BSC.
1. Biarkan blower BSC menyala dan segera mulai membersihkan.
2. Bersihkan cabinet dari tumpahan, tutup daerah tumpahan dengan kertas tissue atau
kertas tissue yang mengandung disinfektan, jaga supaya wajah tetap dibalik kaca.
3. Jika perlu, genangi permukaan meja juga drain pans dan catch basins dibawah meja
Yakinkan tak ada cemaran mikroba yang tahan asam selain Mycobacteria.
4. Bersihkan dinding kabinet, permukaan meja dan bagian dalam kaca dengan
desinfektan.
5. Jika permukaan meja dan drain pans dan catch basins dibawah permukaan meja
Kecepatan tumbuh.
Rapid grower akan tumbuh dalam 7 hari atau kurang, sedangkan slow grower akan
kerja. Letakkan wadah dibawah katup pengering dan keringkan disinfektan dibawah
tumbuh setelah itu. Namun hal tersebut tak selalu jelas batasnya. M. chelonae
sebagai slow grower. M. chelonae subspesies chelonae menjadi rapid grower pada
7. Cucilah tangan dan kulit yang terpapar dengan sabun dan air.
44
Pencahayaan.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat
41
hati-hati dan kosongkan laboratorium dan tutup pintu laboratorium. Petugas tetap
diluar laboratorium setidaknya selama 30 menit. Pasang tanda di pintu laboratorium
menunjukkan bahwa ada tumpahan biohazard dan dilarang masuk.
4. Lepaskan semua alat pelindung diri yang terkontaminasi dan masukkan dalam
kantong biohazard. Cuci tangan dan kulit yang terpapar dengan sabun dan air.
5. Masuklah ke laboratorium setelah 30 menit dengan APD dan spill kit.
6. Pindahkan rotor dan bucket ke dalam BSC. Rendam rotor dan bucket dalam alkohol
70% atau disinfektan non korosif yang efektif membunuh Mycobacterium tuberculosis.
Biarkan setidaknya 30 menit untuk kontak. Tabung yang utuh dapat dibersihkan dan
diletakkan dalam wadah yang baru. Ambil pecahan gelas dengan forsep dan buang
dalam wadah benda tajam berisi desinfektan.
7. Pecahan gelas yang lebih kecil dapat diambil dengan kapas atau kertas tissue yang
dipegang dengan forsep. Bersihkan dengan hati-hati bagian dalam centrifus dengan
disinfektan dan biarkan mengering. Jika digunakan pemutih, lanjutkan dengan
alkohol 70% untuk mencegah korosif.
8. Simpan bahan terkontaminasi dan APD yang sekali pakai dalam kantong autoclave
dan lakukan autoclave.
9. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
42
43
Apabila terdapat indikasi untuk melakukan uji kepekaan maka uji kepekaan dapat
dilakukan bersamaan atau setelah uji identifikasi.
Gambar 8. Alur Uji Kepekaan Mycobacterium tuberculosis
Urease
Hidrolisa
tween
10 hari
Kepekaan
pada
TCH
Species
Niasin
Nitrat
Katalasa
tahan
panas
M. tuberculosis
Pos
Pos
Neg/pos
Pos
Pos/Neg
Neg/Pos
Resisten
M. bovis
Neg
Neg
Neg
Neg
Pos/Neg
Neg/Pos
Peka
Pyrazinamidase
Pos/
Neg
Neg
Pos
Pos
Neg
Variabel
Neg
Neg/
Pos/
Pos
Pos/Neg Neg/Pos Variable
Neg
M. microti
Pos
Neg
Untuk keperluan praktis, diferensiasi spesies Mycobacterium tuberculosis complex tidak
harus dilakukan
M. africanum
48
45
46
47
d. Periksa kekentalan, warna dan volume dahak. dahak yang baik untuk
pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijauhijuan (mukopurulen), kental,
dengan volume 3 5 ml.
e. Jika dahak tidak dapat diinokulasikan dalam 3 (tiga) hari, tambahkan bahan
pengawet CPC 1% dalam NaCl 2%, sama banyak dengan dahak ke dalam pot.
Tutup pot dengan rapat. Dahak harus disimpan pada suhu ruang dan diproses
untuk biakan dalam waktu kurang dari seminggu. Untuk dahak yang dapat
diperiksa dalam 3 x 24 jam, tidak perlu memakai CPC, cukup disimpan dalam
keadaan dingin dengan suhu 6-100C.
Catatan :
Hasil yang dilaporkan adalah hasil pembacaan hari yang ke-28 apabila
isolat menunjukkan resisten pada semua OAT. Hasil yang sensitif untuk
laporan harus menunggu pembacaan hari ke-42.
Hasil uji kepekaan yang benar sangat bermanfaat sebagai panduan pengobatan
penderita. Telah dibuktikan bahwa jika proporsi isolat
Mycobacterium tuberculosis
resisten lebih dari 1% terhadap satu obat, maka pemakaian obat tersebut untuk tujuan
pengobatan tidak akan tercapai.
Bubuk CPC adalah senyawa higroskopis, bubuk yang telah menjadi basah
harus dianggap kadaluwarsa,
CPC merupakan desinfektan turunan amonium quartener,
Dahak yang dicampur CPC akan menjadi encer setelah paparan 24 jam,
CPC residu yang tidak dinetralisasi akan menghambat pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis terutama pada media berbahan dasar agar.
Sedapat mungkin, hindari pemakaian CPC. Mycobacterium tuberculosis
akan mati jika terlampau lama terpapar pada CPC atau jika konsentrasi CPC
lebih dari 1%
52
49
Cara proporsi
lama atau melakukan subkultur lebih dahulu. Cara proporsi kurang mengantisipasi
potensi kesalahan konsentrasi obat. Untuk OAT lini pertama, ketiga cara diatas telah
terstandarisasi dengan baik. Tingkat ketepatannya sangat tinggi untuk rifampisin dan
isoniazid diikuti oleh etambutol dan streptomisin.
Saat ini berbagai penelitian terus berlangsung untuk mendapatkan cara biakan dan
uji resistensi Mycobacteria yang hasilnya cepat. Media yang dipakai merupakan media
cair, sebagian diantaranya menggunakan faktor yang mempercepat pertumbuhan
kuman. Pertumbuhan pada media cair lebih cepat dibandingkan media padat, namun
kemungkinan adanya cemaran harus dibuktikan dengan pewarnaan dan biakan lanjutan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pot dahak steril bertutup ulir dan mulut lebar (diameter 4-5 cm)
Formulir permintaan pemeriksaan
Kantong plastik dengan pengaman (Clipped)
Stiker atau penanda tahan luntur
Pipet dengan bulb
Bahan pengawet Cetyl Piridinium Chloride (CPC) 1% digunakan apabila kultur
dikerjakan setelah 72 jam tanpa adanya fasilitas pendingin
a. Persiapkan pot dahak dengan nomor identitas pada stiker atau pada dinding pot
sebelah luar. Nomor identitas sesuai dengan pedoman nasional.
b. Pada waktu pasien datang, lakukan pengambilan dahak sewaktu. Pasien dibekali
dengan 2 pot dahak dan instruksikan untuk mengumpulkan dahak pagi hari,
dahak ke 3 (SPS) dikumpulkan pada saat pasien datang keesokan harinya.
c. Instruksikan pasien mengeluarkan dahak serta menampungnya dalam pot
dahak di ruang terbuka yang jauh dari pemukiman atau dalam ruang khusus
pengumpulan dahak.
Dahak terbaik untuk biakan adalah dahak yang dikeluarkan pertama kali saat
bangun pertama di pagi hari.
50
51
a)
c)
d)
Catatan :
1.
2.
3.
Bila dirujuk ke lab rujukan biakan/uji kepekaan yang dapat ditempuh dalam 48
jam, kemasan dahak dikirim dalam suhu kamar.
Bila dirujuk ke lab rujukan biakan/ uji kepekaan yang berjarak tempuh 72 jam,
kemasan dahak dikirim dalam suhu 4-80C dengan cara memasukkan pot dahak
kedalam kemasan yang berisi ice pack.
Bila dirujuk ke lab rujukan biakan/ uji kepekaan yang memakai mesin MGIT, dahak
tidak boleh diawetkan dengan CPC 10% karena akan mengganggu pembacaan
oleh mesin.
1)
Bahan
Modified
a.
b.
c.
d.
e.
f.
56
KH2PO4
Magnesium sitrat
Na Glutamat
Glyserol
2% Malachite green
Aquadest steril
10.0 gr
0.5 gr
2.5 gr
20 ml
20 ml
Acidified
15 gr
Tidak ada
5 gr
30 ml
30 ml
500 ml
pengirim. Beri
a.
b.
c.
d.
53
j. pH meter
k. Otoklaf
l. Inspisator/ Hot Air Oven
m. Blender stainless steel
n. Magnetic stirrer & magnetic bar steril
o. Corong steril
p. Kain kasa steril
q. Lap pembersih telur
steril.
8) Ukur dengan gelas ukur steril sampai didapatkan 1 liter.
9) Catatan :
a)
b)
b.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
2,5 gr
0.24 gr
0.6 gr
3.6 gr
30 gr
20 ml
600 ml
12 ml
1000 ml
Pembuatan media LJ :
1) Larutkan garam-garam, L-Asparagine ( dan potato meal ) media LJ dalam
600 ml aquades, pH 6.8-7.0
2) Tambahkan 12 ml glycerol
3) Tambahkan 20 ml larutan malachite green 2%
4) Setelah tercampur sempurna, sterilkan dalam otoklaf selama 15 menit
pada suhu 1210C
5) Dinginkan sampai suhu + 500C
6) Tambahkan telur homogen 1 liter yang telah dipersiapkan secara
steril, aduk perlahan-lahan, hindari terbentuknya gelembung. Jika ada
Homogenisasi telur :
1) Bersihkan telur ayam/bebek segar yang berumur tidak lebih 7 hari dengan
cara menggosoknya dengan lap, air dan sabun
54
b)
55
g.
tabung 15 ml.
d. Pengolahan dengan dengan N-Acetyl L-cystein-NaOH( NALC-NaOH)
h.
1000 ml
6,4
6,2
2) Cara kerja
a) Pembuatan larutan garam
8) Inokulasi pada 2 media LJ sebanyak 100 l (4 tetes pipet plastik vol 1 ml)
Catatan :
b) Pembuatan media
ii.
iii.
iv.
menit.
v.
Simpan di lemari es
(2) Tuang ke dalam botol Mac Cartney kira - kira 6-8 ml, letakkan
botol dalam rak dengan kemiringan 30o.
Larutan ini harus selalu dibuat baru setiap kali akan melakukan
60
0,025
2,5
2,5
50
0,25
25
25
b. Rak tabung
100
0,5
50
50
c.
57
2. Untuk inokulasi
a.
Media LJ
b.
c.
Tip mikropipet
Catatan :
3. Inkubator
4. BSC Class II
c.
2)
menjadi panas.
8)
Catatan :
mencapai pH 6.8
58
59
200
1,0
100
100
300
1,5
150
150
500
2,5
250
150
1000
500
500
b.
perlu di vortex
berumur 2-3 minggu. Bila koloni terkontaminasi, lakukan dekontaminasi dan subkultur
c.
Tambahkan PBS steril sampai tanda batas tertinggi pada tabung sentrifus.
ulang atau subkultur saja jika koloni terduga Mycobacterium tuberculosis terpisah dari
d.
e.
Buang supernatan.
f.
koloni cemaran. Tidak satupun uji tunggal yang dapat dengan pasti membedakan
Mycobacterium tuberculosis dengan Mycobacteria lainnya, teknik molekuler paling
spesifik untuk hal ini.
terjadi aerosol.
g.
sentrifus.
h.
i.
Buang supernatan.
j.
k.
pada media LJ. Udara saat biakan sangat penting dalam metabolisme niasin, karena
itu tutup tabung biakan harus sedikit longgar selama proses inkubasi.
a.
b.
c.
d.
64
Tambahkan PBS dengan pH 7,2 sampai tanda batas tertinggi pada tabung
Tabung reaksi 5 ml
Ose/sengkelit
Pipet steril dengan bulb
Otoklaf
3. Sebar secara merata bahan pemeriksaan tersebut di atas permukaan media dengan
cara menggerak-gerakkan botol
4. Letakkan botol-botol pada rak dengan kemiringan 300 selama 24 jam pada incubator
dengan suhu 35 - 370C.
5. Setelah 24 jam, kencangkan tutup botol dan letakkan botol pada rak tabung dengan
posisi tegak dan lanjutkan inkubasi.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat
61
Media LJ
2.
3.
4.
Vortex mixer
5.
Aquades steril
6.
Micropipette 100 l
7.
Tip mikropipet
Cara kerja :
1. Pilih hasil biakan dengan pertumbuhan koloni yang paling baik untuk dilakukan
subkultur, minimal satu untuk tes niacin, satu untuk uji PNB, satu untuk disimpan
PENCATATAN
4+
3+
2 +
1 +
Jumlah koloni
Negatif
Keterangan :
- Bila terdapat kontaminasi pada biakan, laporkan segera dan ulangi pembuatan
biakan
- Bila biakan POSITIF dan pertumbuhan dinilai sebagai Mycobacterium
tuberculosis, laporkan segera pada pihak yang berkepentingan
- Pada minggu ke 4 dapat dibuat laporan sementara
- Pada minggu ke 8 dibuat laporan akhir (final)
62
63
3.
Dalam cairan
e.
f.
g.
h.
Larutan KCN 1%
NaOH 4 %
Kontrol positif biakan Mycobacterium tuberculosis H37RV
Cara kerja :
a.
Catatan
pembuatan larutan sianogen bromida dapat juga dilakukan
dengan menambahkan 50 ml air dalam botol berisi 25 gr
b.
c.
d.
Keluarkan botol dari otoklaf dan letakkan pada posisi tegak, diamkan
selama 5 menit
Cara kerja
1. Tambah 1-2ml aquades atau 0.85% NaCl kedalam botol biakan
Larutan Chloramin T 5%
yang
koloninya penuh
2. Gores media sampai terbelah
3. Biarkan selama satu malam
e.
f.
g.
h.
Negatif
: tidak berwarna
Catatan :
Gunakan kontrol pada tiap pengerjaan. Kontrol positif menggunakan biakan
Pipet 0,5 ml cairan ekstrak dan masukkan ke dalam tabung reaksi 5ml
i.
Bila koloni mempunyai ciri-ciri spesifik tetapi hasil tes Niacin negatif,
maka tes Niacin diulang
68
Pilih paper strip yang telah direkomendasikan oleh WHO atau yang
hasil meta analisisnya paling sensitif
b.
65
b. Penyimpanan reagen
reagen
rapat
menjadi kuning
c. Kendali mutu
1. Reagen tidak berwarna
penyimpanan
terdapat endapan
c. Penyimpanan reagen
1. Simpan dalam botol coklat dan botol harus ditutup dengan rapat
d. Keamanan kerja
1. Anilin merupakan onkogenik dan dapat penetrasi melalui kulit.
hati
reagen
2.
SianogenBromida 10%
a.
Bahan
1. Kristal sianogenbromide
2. Akuades
b.
gr
50
ml
1.
Cara pembuatan
66
d. Keamanan kerja
2.
67
1)
Larutan stok
0.067M Na2HPO4 anhidrat (9.47 g dalam 1000 ml aquades)
0.067M KH2PO4 (9.07 g dalam 1000 ml aquades)
0.067M Na3PO4 (25.47 Na3PO4.12H2O dalam 1000 ml aquades)
1% phenophtalein (1 g dalam 100 ml aquades)
1% bromthymolblue (1 g dalam 100 ml etanol 95%)
0.01% bromthymolblue (1 ml larutan no 5 dalam 99 l aquades)
2)
Dapar kerja
Campur 35 ml larutan stok 1 dengan 1.5 ml larutan stok 2 dan 100 ml
larutan stok 3 diatas
3)
Cara kerja
a Masukkan 0,2 ml 0.85% larutan NaCl dalam tabung
b Ambil 2 sengkelit penuh koloni ,
c Masukkan 2 ml reagen nitrat dalam tabung, suspensikan kuman
d Inkubasi dalam penangas air ( bukan inkubator ) pada suhu 37 oC selama 2 jam
e Tambah 1 tetes HCl 50% , campur sampai rata
f Tambah 2 tetes Sulfanilamide 0,2% + 2 tetes N-Naphtylenediamine 0,1%,
campur
g Baca segera dengan membandingkan pada larutan standar
Pembacaan :
72
69
Alat
2) Pipet 10 ml Tween 80. Buang kelebihan Tween pada permukaan luar pipet
b. Ose/ sengkelit
c. Inkubator
sampai bersih. Biarkan dalam penangas air sampai semua Tween terlarut
4) Simpan pada lemari es
Cara kerja
d. Pipet pasteur
e. Pipet ukur
Reagen
NaNO3 ..................................................................0,085 gr
KH2PO4 ..............................................................0,117 gr
d. Pindahkan 0.5 ml kedalam tabung lain. Sehingga akan didapat dua set tabung
Na2HPO4 ............................................................0.193 gr
berisi kuman.
Aquadest .............................................................100 ml
e. Tabung pertama diinkuba si pada suhu 68oC dalam penangas air selama 20
g. Tambah 0,5 ml campuran H2O2 dan Tween 80 segar. Jangan digoyang karena
akan terbentuk gelembung, amati selama 20 menit.
Pembacaan :
b. HCl 50%
50 ml konsentrat HCl ditambah 50 ml aquadest
c. Sulphanilamide 0,2%
3. Uji Nitrat
dapat dipakai
selama 1 bulan
70
71
2,4 gr
0.24 gr
Positif : warna pink dengan standar minimal +3. Ulangi pengujian jika
hasilnya +2.
0.6 gr
L-asparagin 3.6 gr
Potato meal 30 gr
Malachite green
Aquadest ..600
b. Glyserol
Kontrol negatif ditambah bubuk zink, jika berubah menjadi pink berarti
kontrol negatif benar
0.4 gr
Catatan: Uji nitrat dalam bentuk paper strip tersedia di pasaran. Ikutilah petunjuk pabrik
dalam pengerjaannya.
ml
. 12 ml
4. Uji Paranitro-Benzoic Acid ( PNB )
Alat :
a. Labu ukur steril
b. Filter membrane 0.22 micron disposable
c. Cryo tube 1 ml steril + rak tube
d. Pipet steril + bulb
e. Micropipet + tip steril
Bahan :
a. Rifampicin (susceptibility test grade ) 40 mg/lt
b. Isoniazid (susceptibility test grade)
0.2 mg/lt
mg/lt
mg/lt
76
73
: Positif
: Negatif
Catatan :
1. Media
terhadap pyrazinamide
b. Tambahkan
Pyrazinamide murni
Selalu sertakan kontrol positif ( M. intracellulare ATCC 13950 ) dan kontrol negatif
.. 0.1 g
Alat :
a. Timbangan analitik
2. Reagen 1 % amonium ferosulfat
b. Spatula / sendok
d. Gelas beaker
e. Pipet 10 ml, 25 ml steril
f.
Cara kerja
1. Inokulasikan satu sengkelit penuh isolat usia 2-3 minggu pada permukaan media
secara duplo.
g. Botol Mc Cartney
h. Elpiji & Bunsen
i.
Power pipet
j.
pH meter / kertas pH
4. Amati warna merah jambu yang terbentuk pada perbatasan permukaan agar dan
k. Otoklaf
reagen setelah 30 menit pada suhu ruang. Jika tidak ada warna, masukkan ke
l.
5. Jika masih tak muncul warna, lanjutkan inkubasi sampai 7 hari dan ulangi
6. Pengamatan. Jika tidak terbentuk warna berarti negatif.
Pembacaan
74
c. Gelas ukur
Inspisator
75
Cara kerja :
Cara pembuatan :
1. Isi tabung bertutup ulir dengan 10-15 glass beads diameter 1.5 mm atau 5-10 jika
1. Buat stock solution (SS) dan working solution (WS) obat dengan cara :
diameternya 3 mm, kemudian tambah Tween 80, 0.1% 2 tetes untuk membasahi
glass beads kemudian disterilkan dalam otoklaf.
2. Timbang tabung tsb, misalnya M1
3. Ambil satu ose penuh koloni bacilli yang berumur 2 4 minggu dan masukkan dalam
tabung di atas. Tutup tabung dengan rapat
4. Timbang tabung, misalnya M2. Jadi berat bacilli adalah M2 M1 = M3
5. Vortex 2 menit, kemudian diamkan 15 menit
6. Tambahkan aquades steril sesuai dengan volume M3 ml
7. Homogenkan dengan menggunakan vortex mixer selama maximum 2 menit
Farland untuk inokulum. Gunakan kepekatan antara 0.5-1.0 skala Mc Farland. Kepadatan
kuman dalam suspensi terbaik dilakukan dengan nefelometer atau penimbangan. Jika
: 1 ml + 4 ml aquades steril
Cara penyediaan kuman untuk mencapai standar Mc Farland dapat dilihat dibawah :
a. Bahan
0.1 g
BaCl2
H2SO4 pekat
1.0 ml
b.
80
Cara membuat
1) Larutkan 0.1 g barium klorida dalam 10 ml aquades (larutan 1)
2) Campur 1.0 ml asam sulfat pekat dengan 10 ml aquades (larutan 2).
Bekerjalah seperti menangani asam klorida. Asam sulfat adalah asam
kuat
3) Campur larutan 1 dan larutan 2 dengan komposisi seperti dalam tabel
dibawah
Standar
0.25
0.5
1.0
2.0
3.0
Larutan 1 ( ml )
0.025
0.05
0.1
0.2
0.3
Larutan 2 ( ml )
9.975
9.95
9.9
9.8
9.7
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat
: 1 ml + 4 ml aquades steril
: 4 ml + 1 ml aquades steril
77
Catatan :
Sediaan obat banyak yang tersedia dalam bentuk konjugat atau terhidrasi,
b.
Pada setiap 150 ml media LJ tambahkan 2,25 ml larutan PNB atau Timbang
dan larutkan 250 mg PNB dalam 10 ml propylene glycol.
dengan jenis obat. Hindari terjadinya gelembung dengan cara mengalirkan media
melalui dinding botol tanpa menyentuhkan ujung pipet pada dinding botol.
j.
Tutup botol rapat dan letakkan pada nampan dengan kemiringan 300, masukkan
ke dalam inspisator yang telah dipanaskan 850C selama 45 menit.
Dalam hal ini media dibuat dengan menambahkan 2 ml larutan PNB dalam 98 ml LJ
3. Pembuatan media dengan obat dan media dengan PNB :
Bagikan media @ 7 ml kedalam botol-botol steril yang telah diberi kode sesuai
Bila kualitas media tidak baik (terjadi perubahan warna, berlubang-lubang, atau
b. Tambahkan 12 ml glycerol
dapat dipakai.
suhu 1210C
d. Dinginkan sampai suhu + 500C
e. Tambahkan telur homogen 1 liter yang telah dipersiapkan secara steril, campur
perlahan-lahan agar tidak terbentuk gelembung.
f.
Tuangkan dalam erlenmeyer steril yang masing-masing telah diisi magnetic bar
steril :
Erlenmeyer I : 150 ml media LJ kurangi 0.7 ml untuk Rifampicin
a. Media dengan kualitas yang baik dicatat tanggal pembuatannya dan disimpan
dalam refrigerator (suhu 4 80C )
b. Penyimpanan dapat sampai 4 minggu dengan tabung ditutup rapat.
H. Pembuatan Suspensi Kuman untuk Uji Kepekaan
3. Timbangan
4. Vortex mixer
78
4. Penyimpanan media
79
4)
inokulum
dari
tip
perlahan-lahan.
Aerosolisasi
tidak
hanya
5)
uji resistensi.
d. Jika menggunakan mikropipet, yakinkan gagang pipet melekat erat pada tip.
Jangan pakai tip yang lnggar atau ujungnya telah meruncing, yakinkan tidak ada
sama. Amati titik tengah larutan sejajar mata pengamat Kocok dahulu
6)
Standar harus diganti tiap 6 bulan atau jika telah ada gumpalan.
Pembacaan
Pembacaan pertama kali dilakukan pada hari ke 28, jika hasilnya adalah resisten
tidak perlu diadakan pembacaan ulang. Kuman tersebut dapat diklasifikasikan
Alat:
sebagai resisten. Jika hasilnya adalah sensitive maka perlu diadakan pembacaan
1. Sengkelit
ulang pada hari ke 42 untuk meyakinkan hasil pembacaan pada hari ke 28. Jadi
Jumlah koloni pada permukaan media harus dihitung dengan tepat. Pada botol Mc
5. Vortex mixer
Cartney dengan volume 14 ml, jumlahnya kurang dari 100 koloni. Hasil ini mungkin
teramati pada media tanpa obat pada pengenceran 10-5 atau pada media dengan
obat pada pengenceran 10-3. Idealnya jumlah koloni antara 50-100 terdapat pada
8. Botol Mc Cartney
salah satu pengenceran yang ditanam pada media tanpa obat. Hindari pendugaan
9. Inkubator
Laporan
84
10. Inspisator
Bahan
1.
Aquades steril
2.
Media LJ
3.
: 0.2 g/ml
b. Streptomycin
c. Rifampicin
: 40 g/ml
d. Ethambutol
: 2 g/ml
81
d.
Cara kerja :
1.
baru dan inokulasi pada botol media yang mengandung INH, kemudian
2.
Buat pengenceran 10-3 dan 10-5 dari suspensi kuman tersebut sebagai berikut:
a.
b.
c.
baru dan inokulasi pada botol media yang mengandung INH , kemudian
d.
botol perlahan-lahan
e.
f.
f.
g.
4.
a.
b.
5.
Inokulasi pada media tanpa OAT dan media dengan OAT sebagai berikut :
Siapkan 4 buah botol media LJ tanpa OAT dan media LJ mengandung OAT,
Catatan :
a Untuk menjamin hasil uji kepekaan yang baik,
disertakan kuman kontrol : H37RV yang peka terhadap semua OAT lini pertama,
terhadap isoniazid dan etambutol. Tidak dianjurkan memakai kuman kontrol yang
botol perlahan-lahan
resisten terhadap isoniazid dan rifampisin. Usia kuman kontrol juga harus antara
-3
c.
Ambil 0.5 ml larutan kuman pengenceran 10-4 dengan pipet baru, masukkan
b.
-3
a.
yang
Ambil 0.5 ml larutan kuman pengenceran 10-3 dengan pipet baru, masukkan
3.
Ambil 0.5 ml larutan kuman pengenceran 10-1 dengan pipet baru, masukkan
h.
Ambil 0.5 ml larutan kuman pengenceran 10-2 dengan pipet baru, masukkan
g.
82
2-3 minggu
baru dan inokulasi pada botol III dan IV media tanpa OAT, kemudian ratakan
b. Hindari kontaminasi silang. Jangan sampai batang pipetor menyentuh bibir tabung
berisi kuman. Ganti tip pipet setiap menginokulasikan tiap pengenceran dan tiap
perlahan-lahan
Selalu tutup
83
Hasil perhitungan koloni layak dilaporkan sebagai sensitif atau resisten jika :
1. Jumlah koloni pada media tanpa obat pada pengenceran 10-3 dan 10-5
3. Glass beads
4. Vortex mixer
3. Jumlah koloni minimal pada media tanpa obat adalah 5. Jika jumlahnya
5. Pipet 1 ml steril
1. 20 100 koloni, jika tidak ada yang seperti ini, pilih yang ke 2
2. 5 19 koloni
4. Untuk perhitungan, pakai jumlah koloni tertinggi, bukan jumlah rata-rata.
Cara kerja :
1. Suspensikan 100 gr bubuk susu skim dalam 1 liter PBS (volume dapat diperkecil
tergantung kebutuhan, tetapi perbandingan tetap seperti di atas) masukkan ke dalam
botol bertutup ulir, tutuplah botol jangan terlalu rapat
Catatan.
a. Koloni yang sangat kecil ( pin point ) pada media yang mengandung etambutol
atau streptomisin jangan diperhitungkan.
2. Sterilkan botol tersebut dalam otoklaf pada tekanan 15 lbs dan suhu 121 C selama
0
b. Jika jumlah koloni pada hari ke 28 dan ke 42 berbeda mencolok, hasil tidak boleh
disimpulkan. Uji kepekaan harus diulang
Perhitungan penetapan resistensi
Jumlah koloni pada permukaan media yang mengandung obat menandakan jumlah
kuman yang resisten. Jumlah koloni pada permukaan media yang mengandung obat
dibagi dengan jumlah koloni pada permukaan media yang tanpa obat akan menghasilkan
proporsi kuman yang resisten untuk galur tersebut. Jika proporsi kuman terhadap obat
tertentu dibawah 1 (satu) persen, maka kuman dinyatakan sensitif terhadap obat tersebut.
Jika proporsinya 1 % maka kuman dinyatakan resisten terhadap obat tersebut.
Untuk menilai proporsi kuman yang resisten, tetapkan angka tertinggi pada media tanpa
vial
Untuk media yang mengandung obat, pilih pengenceran yang menghasilkan jumlah
9. Simpan dalam ultra deep freezer. Kuman dapat bertahan puluhan tahun sepanjang
suhunya stabil. Ini merupakan generasi 1
10. Lakukan hal yang sama untuk mendapatkan generasi ke 2. Simpanlah lebih banyak
koloni antara 20-100 sebagai prioritas utama, jika tak ada pilih pengenceran dengan
jumlah koloni 5-19.
Berdasarkan kriteria diatas, proporsi dapat dihitung sbb ;
dari generasi 1
11. Untuk kuman kontrol, ambil dari vial generasi 2 dan lakukan subkultur bersamaan
dengan subkultur kuman yang akan ditentukan kepekaannya
88
X 100 %
Jumlah koloni pada media tanpa obat
85
Secara teoritis perbedaan jumlah koloni antara pengenceran 10-3 dan 10-5 adalah 100
(105)
10-3
(104)
10-4
(103)
(102)
10-5
Proporsi resistensi
Media bebas
Obat
Obat/konsentrasi (mg/L)
S (4)
H (0.2) R (40)
E (2)
4+, 4+
4
+ 1
(>500)
3+
2+
36, 45*
45
0
<0.1%
12
27%
0
0.2%
20
44.4%
Hasil dilaporkan
kali. Jika dalam kenyataan, perbedaan itu terlalu jauh, hasil uji kepekaan seharusnya tak
dibaca. Pemeriksaan harus diulang
Contoh - 2 : pembacaan jumlah koloni hari ke 42
Suspensi (1mg/ml 107/ Media bebas obat
ml )
Pengenceran ( estimasi
jumlah kuman per ml )
(106)
10-1
10-2
(105)
10-3
10-4
(104)
(103)
* pilih angka tertinggi dari jumlah koloni pada media tanpa obat sebagai dasar
(102)
10-5
Proporsi resistensi
perhitungan.
Hasil dilaporkan
Obat/Konsentrasi (mg/L)
S (4)
H (0.2)
R (40)
E (2)
4+, 4+
4+ (>500) 1
30
2+
36, 45*
45
0
<0.1%
12
20
44.4%
Koloni yang dipakai dalam perhitungan pada tabel contoh diatas adalah :
H (12) pada 10-5; E (20) pada 10-5 & R (8) pada 10-3) dan S (1) pada 10-3).
:1/4,500
:12/45
: 8/4,500
: 20/45
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
Pada contoh ini kontradiksi terjadi pada interpretasi untuk isoniazid dan rifampisin.
= <0.1 %
= 27.0%
= 0.2%
= 44.4%
(Sensitif)
(Resisten)
(Sensitif)
(Resisten)
Hasil uji resistensi tidak selalu dapat dibaca sekali. Kadang-kadang perlu pengulangan
pengujian, yaitu pada keadaan :
a. Isoniazid:
12/45
27.0% (Resisten)
b. Isoniazid:
30/4500
0.07% (Sensitif)
Kondisi ini biasanya dapat timbul karena petugas kurang teliti atau kurang terampil
dalam homogenisasi inokulum.
K. Preservasi Kuman pada Suhu -70oC
Sub kultur kuman kontrol tidak boleh dilakukan terus menerus karena risiko mutasi
a.
menjadi lebih besar. Sub kultur kuman kontrol paling banyak dilakukan tiga kali. Untuk
b.
mengatasi hal tersebut, kuman kontrol harus disimpan sebagai aliquot dalam jumlah
mengandung obat dan media yang tidak mengandung obat belum dicapai.
Jika terjadi perbedaan jumlah koloni yang terlalu besar pada duplo kontrol.
penelitian.
c.
d.
2. Aquades
86
87
Catatan :
a. Prosedur no 6-9 dilakukan dalam BSC
b. Kuman yang belum dipasasi merupakan generasi ke 0, dan yang disimpan
pertama kali merupakan generasi ke 1. Agar sifat kuman mencerminkan
generasi asalnya, kuman hanya dapat dipakai sampai generasi ke 3.
c. Suspensi susu skim dalam PBS dapat diganti dengan larutan steril gliserol
8% dalam larutan proteose pepton (Proteose peptone no 3 sebanyak 10g,
gliserol 80 ml dan aqubidestilata 1000 ml kemudian sterilkan)
L. Resusitasi Mycobacterium tuberculosis dari -70oC
Cara :
1. Ambil satu atau secukupnya tabung berisi kuman dari -70oC
2. Biarkan pada suhu ruang sampai mencair
3. Buka cryo vial, masukkan sengkelit steril (diameter 3 mm) tegak lurus sampai
dasar. Putar sengkelit beberapa kali perlahan-lahan. Tanam satu sengkelit pada
seluruh permukaan media LJ dengan jalan menggoreskannya. Alternatifnya,
homogenkan suspensi kuman dengan pipet dan tanamkan 0.1 ml pada seluruh
permukaan media LJ
4. Selanjutnya amati biakan seperti biasa. Pertumbuhan dalam 7 hari mencurigakan
cemaran. Konfirmasi dengan pewarnaan BTA, Gram dan penanaman pada agar
darah
Catatan :
Suhu yang sangat dingin dapat membakar kulit. Pakailah sarung tangan
Cryotube mengandung sangat banyak Mycobacterium tuberculosis. Berhatihatilah bekerja
Sisa suspensi kuman dapat dikembalikan ke dalam -70 oC. Makin sering keluarmasuk -70oC, viabilitas kuman makin menurun.
M. Pengiriman Isolat ke Laboratorium Rujukan
Pengiriman subkultur ke laboratorium dilakukan untuk tujuan mengidentifikasi isolat,
melakukan uji kepekaan dan uji silang dalam program pemantapan mutu (Quality
Assurance).
92
89
Jika menggunakan pesawat terbang, pegiriman subkultur harus mengikuti aturan IATA
(International Airline Transport Association). Secara umum sama dengan yang telah
dijelaskan pada bab Keamanan Kerja. Hal yang sama untuk metode pengiriman dengan
transportasi lain. Pada kondisi dengan fasilitas terbatas, pengiriman dahak dan subkultur
dapat dilakukan seperti di bawah ini:
Alat Yang Diperlukan
1. Wadah bahan infeksius (biohazard container) : box Styrofoam, pipa pralon
2. Bahan penyerap : kertas, tissue
3. Penahan guncangan : plastik, busa, gabus
CATATAN TAMBAHAN
1. Keberhasilan melakukan biakan sangat bergantung pada kualitas contoh uji yang
diterima. Memberikan informasi yang rinci dan mudah dimengerti merupakan salah
satu kunci keberhasilan pengumpulan dan pengiriman spesimen yang baik.
2. Idealnya contoh uji diharapkan sampai ke laboratorium dalam waktu 1 (satu) jam.
Jika tidak dapat sampai dalam waktu 1 jam, dinginkan, jangan bekukan spesimen.
Bila jarak tempuh ke laboratorium lebih dari 72 jam, maka contoh uji diawetkan
dengan CPC. Spesimen yang sudah ditambah dengan CPC atau darah tidak boleh
didinginkan. Untuk pembiakan pada MGIT dilarang menambahkan CPC, cukup
dikirim dalam keadaan dingin.
3. Spesimen yang diawetkan dengan CPC harus dikelola secara khusus sebelum
penanaman
4. Paparan kuman terhadap OAT dalam beberapa hari telah menyebabkan sebagian
kuman mati dan viabilitasnya rendah.
Cara kerja :
1. Tutup Botol Mc Cartney dengan rapat kemudian segel dengan parafilm. Masukkan
2 botol dari 1 pasien kedalam kantong plastik bersegel.
2. Bungkus tiap kantong plastik dengan kertas tissue agar jika terjadi bocoran, tidak
keluar dari wadah bahan infeksius
3. Catat identitas isolat yang akan dikirim pada Formulir
4. Masukkan kantong plastik yang berisi botol Mc Cartney ke dalam wadah bahan
infeksius.
5. Tutup wadah, rekatkan dengan lakban
6. Masukkan Formulir identitas isolat dalam amplop
6. Masukkan wadah bahan infeksius dan formulir ke dalam kotak karton sedemikian
rupa agar tidak terjadi guncangan, beri alamat yang dituju dan tempelkan stiker
yang diperlukan
5. Tidak ada satu metodepun yang ideal untuk semua spesimen. Pilihan cara
dekontaminasi tergantung pada jenis dan kondisi spesimen.
Prinsip umum dekontaminasi adalah menggunakan cara yang paling ringan dalam
membunuh mikroba. Toleransi kontaminasi 3% - 5% untuk media padat.
6. Untuk kebutuhan pemantapan mutu internal, sisa spesimen dapat disimpan pada
refrigerator sampai hasil pewarnaan BTA hasil pemekatan didapat atau dicurigai
timbulnya kontaminasi pada media. Spesimen tersebut masih dapat digunakan
dalam 7-10 hari
7. Dekontaminasi dengan Nacetyl cystein ( NALC ) dan NaOH sangat baik untuk dahak,
namun NALC sangat labil dan harus selalu dibuat segar. Hindari pengocokkan
NALC-NaOH yang berlebih karena NALC mudah teroksidasi oleh oksigen udara.
90
91
Uji kualitas dahak dilakukan dengan cara melihat warna dan kekentalan
adalah suatu sistem yang dirancang untuk meningkatkan dan menjamin mutu serta
dahak tanpa membuka tutup pot dahak, karena itu pot dahak harus
penyakit tuberkulosis melalui pemeriksaan biakan dan pemeriksaan uji kepekaan dapat
Catat tanggal kadaluarsa tiap bahan dan reagen, buat label di wadahnya.
Setiap komponen di dalam pemantapan mutu tidak berdiri sendiri tetapi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dan saling terkait satu sama lain. Laboratorium yang akan
syarat harus dicatat dan segera dibuang. Stok sebaiknya dibatasi untuk
dengan baik (mendeteksi terjadinya kesalahan secara dini) maka usaha tersebut akan sia-
waktu 6 bulan dan urutan penggunaan stok sebaiknya sesuai tanggal paling
sia. Demikian pula bila kedua komponen tersebut dilakukan tanpa disertai pelaksanaan
g. Uji Biokimia
Siapkan reagen untuk identifikasi dilengkapi dengan menggunakan kontrol
positif dan negatif. Gunakan wadah dengan volume kecil untuk menghindari
kontaminasi silang.
h. Air
Minimal air yang dipakai adalah aquabidestilata, pH 6.8-7.2 atau air yang
telah mengalami filtrasi partikel, de-ionisasi dan osmosis terbalik. Aqua pro
injeksi paling baik untuk dipakai
96
Buanglah wadah spesimen yang pecah atau bocor dengan diotoklaf dan
mintalah spesimen ulangan.
f.
Bila dahak yang diperoleh tetap tidak memenuhi syarat, petugas lab tetap
Jaminan mutu untuk biakan TB merupakan suatu sistem yang disusun secara
mutu
yaitu :
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI) atau Internal Quality Control
Pemantapan mutu internal adalah suatu proses pemantauan yang terencana,
sistematik, dan efektif yang dilakukan oleh laboratorium itu sendiri untuk mendeteksi
adanya kesalahan dan menganalisis kesalahan yang terjadi.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat
93
Komunikasi efektif
meliputi :
Jangan menggunakan
minggu.
Pemeliharaan dan kalibrasi alat yang digunakan dalam laboratorium biakan
dan uji kepekaan dapat dilihat pada lampiran
c. Permintaan pemeriksaan
tidak dilayani.
inkubator.
2. pH meter : Sesuaikan temperatur setiap penggunaan. Buatlah larutan
buffer setiap hari, buanglah bila sudah tidak terpakai. Standarkan
tersimpan
94
b. Peralatan laboratorium
d. Persiapan pasien
95
i.
Media Biakan
Gunakan telur segar (kurang dari 7 hari) untuk penyiapan media LJ.
pos
Angka indikator di atas dihitung untuk contoh uji dahak dari suspek
atau adanya materi residu yang tertinggal dalam botol tsb. Warna
green yang jelek atau medium yang terlalu basa/alkalis (pH tinggi)
2-3 minggu)
o
o
E dan R/H. Umur kuman kontrol harus sama dengan kuman yang
akan diuji.
Jika hasil uji kepekaan kuman kontrol tidak dapat dibaca, hasil uji
tangan 2-3 kali. Media yang telah cukup padat tidak akan luruh.
Simpan bubuk obat pada suhu yang sesuai dengan anjuran pabrik
Medium yang baik tidak kering. Adanya sedikit air dalam wadah media
merupakan hal baik. Jika jumlah air terlalu banyak, harus dibuang
100
Pada batch yang sama harus mempunyai warna yang sama. Bila
97
Bila tumbuh koloni, buang seluruh media dan buat yang baru.
Untuk media tanpa obat, uji kesuburan media dapat dilakukan dengan
spesimen terdekontaminasi.
e. Prosedur Biakan
Penyimpanan media
tinggi.
f.
Catatan:
1) Kontaminasi silang umumnya terjadi melalui aerosol yang mengendap
karena gaya gravitasi ke wadah lain, gagang pipet yang menyentuh
pemeriksaan
b. Menggunakan alat sesuai standar. Kelengkapan alat dapat dibuat dalam
bentuk daftar tilik.
c. Proses pengerjaan, dekontaminasi, inokulasi dilaksanakan sesuai
prosedur tetap
d. Digesti dan dekontaminasi
98
Perlu curiga pada spesimen-spesimen yang positif secara berturutturut atau biakan dengan beberapa koloni yang diikuti biakan positif
wadah tercemar.
3. Tahap Post analitik
a. Menjamin bahwa pelaksanaan tahap pasca analisis sesuai protap yaitu
pelaksanaan dekontaminasi alat dan bahan infeksius; pengelolaan limbah
infeksius dan non infeksius; dan pemeliharaan alat.
b. Indikator keberhasilan :
o
99
d. Pelaporan.
o
Lakukan
pelaporan
biakan
dan
identifikasi
segera
setelah
Untuk dahak dengan hasil BTA pos, hasil biakan negatif dapat
dilaporkan sampai dengan 8 minggu, sedangkan untuk dahak BTA
neg, sebaikya menunggu sampai 12 minggu.
104
101
Komponen kunci dalam proses ini meliputi pengumpulan data, analisis data dan
penyelesaian masalah secara kreatif dengan cara pemantauan yang terus menerus,
identifikasi masalah yang terjadi yang ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan untuk
mencegah dan menghindari terulangnya kembali masalah yang sama.
Secara umum masalah dapat terjadi akibat faktor tunggal, namun umumnya
gabungan dari beberapa faktor diantaranya:
a. Kualitas bahan dasar dan bahan kerja (working dilution/ media) yang tidak baik.
b. Kualitas dan pemakaian alat yang tidak memenuhi syarat.
c. Kualitas dan kuantitas dahak dan pot dahak yang tidak memenuhi syarat.
d. Kurangnya keterampilan petugas.
e. Kepatuhan terhadap petunjuk teknis yang tidak konsisten.
f.
Catatan :
Supervisor laboratorium harus memahami semua aspek teknis laboratorium TB dan
setiap bulan memonitor pembuatan reagen, media, penanganan sampel, pencatatan
dan pelaporan. Misalnya catatan pembacaan pH larutan garam pada pembuatan media,
sterilisasi, dan monitoring temperatur alat.
102
103
No Spesimen
OAT
Jml koloni
tertinggi dlm
media dengan
OAT
Estimasi/Jml
Proporsi
koloni tertinggi
(%)
dlm media
(c/d) x 100
tanpa OAT
HASIL
I
R
E
Ofl
Am
Kn
.
S
I
R
E
Ofl
Am
Kn
108
105
PENANGGULANGAN TB NASIONAL
: ___________________________
Umur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat lengkap
:________________________________________________________________
________________________________________________________________
:____________________________
:____________________________
Kabupaten/ Kota
Propinsi
tahun
Alasan Pemeriksaan :
Diagnosis
///
Tgl. Pengambilan dahak terakhir
: ______________
: ______________
: ______________
Perempuan
Follow up pengobatan :
Bulan ke :
Follow up pasca pengobatan :
Bulan ke :
Klasifikasi Penyakit
Paru
Biakan x ................
Extra Paru
Lokasi :
: ________
: ________
Uji cepat
Nanah lendir : S
Bercak darah : S
Air liur : S
Hasil BTA**)
Tanggal Hasil
+++
++
Tanggal Hasil
1-9***)
Neg
Hasil Biakan
M.TB
Neg
Sewaktu
Pagi
Spesimen dahak*)
Tanggal Hasil
PAS
Cm
Eto
Sewaktu
Pagi
Mengetahui
Dokter PJ pemeriksaan
(.)
(.)
*)
106
107
No. Alat
Pemeliharaan
Deep freezer200Cdan
-700C
Dilakukan oleh
Teknisi lab
Inkubator
Teknisi lab
Nama Laboratorium
: ........
Provinsi
: .
Tahun
: .
Penanggungjawab
: .
Sterilitas/indikator biologi
9
Vortex
Lab. kalibrasi
10
Air Condition
Teknisi AC
11
Refrigerator
Teknisi lab
12
Nefelometer
Teknisi Alat
13
pHmeter
Hasil Biakan
Suspek, tidak dalam pengobatan
Kontaminasi Neg
TW 1
Pos
Total
Follow Up
Kontaminasi Neg
Pos
Total
Positif
Scanty
Negatif
Tidak Diketahui
Total
TW 2
Positif
Scanty
Negatif
Tidak Diketahui
Total
TW 3
Positif
Scanty
Negatif
Tidak Diketahui
Total
TW 4
Positif
Scanty
Negatif
Tidak Diketahui
Total
Total
112
109
PUTUS
OBAT
JML
%
GAGAL
JML
KAMBUH
JML
No. Alat
Pemeliharaan
BSC
Jumlah pemeriksaan
Sensitif dengan 4
macam obat
Resisten terhadap
Isoniazid (H)
Rifampicin ( R )
Ethambutol (E)
Teknisi
bersertifikat
Streptomycin (S)
Monoresisten
Isoniazid (H)
Rifampicin ( R )
- kebocoran kabinet
Ethambutol (E)
- aliran listrik
Streptomycin (S)
- tes getaran
- tes kebisingan
H+R
H+R+E
Sentrifus
H+R+S
Teknisi lab.terlatih
H+R+S+E
Kombinasi lain
H+E
Pipet
1x/tahun, volumetrik
H+S
Autoclave
Lab,kalibrasi
Teknisi lab.
H+E+S
R+E
R+S
R+E+S
E+S
110
Dilakukan oleh
Analitycal balance
Lab.kalibrasi
Teknisi lab
Metrologi
111
Lampiran 9.
FORMULIR PEMANTAPAN MUTU INTERNAL
Pembuatan Media TB (..)
No
Tangal
Pembuatan
Jenis
Media
Jumlah
(Volume)
Uji Sterilitas
(5%)
Hasil Uji
Keterangan
Paraf
113
114